KMB II - Archelli Martya DS - CVA
KMB II - Archelli Martya DS - CVA
Di Ruang Teratai
RS ISLAM UNISMA
Oleh:
NIM : P17210193040
JURUSAN KEPERAWATAN
Peningkatan TIK Penurunan Suplai Oksigen Risiko perfusi serebral tidak efektif
Disfungsi neurocerebrospinal Penurunan fungsi nervous IX, X Disfungsi N II Disfungsi nervous XI (acsesoris)
nervous VII, IX, XII
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan stroke dilakukan berdasarkan jenis stroke.
Penatalaksanaan stroke biasanya dimulai dengan penanganan akut dalam
kondisi emergensi dan dilanjutkan dengan rehabilitasi pasien jangka
panjang. Selain itu, pemilihan jenis terapi juga dilihat dari waktu masuk
layanan kesehatan dan onset dari stroke. Stroke memiliki jendela terapi tiga
sampai enam jam. Beberapa hal yang harus dilakukan pada
kegawatdaruratan stroke adalah sebagai berikut (Darwati et al., 2019):
1. Lakukan intubasi bila pasien tidak sadar (Glasgow Coma Scale <8).
Pastikan jalan napas pasien aman jika intubasi tidak dapat dilakukan
2. Jika pasien mengalami hipoksia (saturasi oksigen di bawah 94%),
berikan oksigen. Mulai dari pemberian 2 liter per menit
menggunakan nasal kanul dan tingkatkan hingga 4 liter per menit
sesuai kondisi pasien
3. Elevasi kepala 30o tetapi penelitian terbaru mempertanyakan posisi
kepala mana yang lebih baik, apakah elevasi kepala atau tidak
4. Intubasi bila stupor atau koma atau terjadi gagal nafas.
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa
terapi farmasi, radiologi intervensional, atau pun pembedahan. Untuk stroke
iskemik, terapi bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah keotak,
membantu lisis bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi
jaringan otak yang masih aktif, dan mencegah cedera sekunder lain. Pada
stroke hemoragik, tujuan terapi adalah mencegah kerusakan sekunder
dengan mengendalikan tekanan intrakranial dan vasospasme, serta
mencegah perdarahan lebih lanjut (Widyastuti et al., 2019).
1. Farmakologis
a) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS)
b) Diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intraarterial.
c) Medikasi antitrombosit untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi trombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d) Antikoagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskuler
2. Non-Farmakologis
Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait proses
pemulihan kondisi pasca stroke :
a) Terapi Wicara
Terapi wicara membantu penderita untuk mengunyah, berbicara,
maupun mengerti kembali kata – kata
b) Fisioterapi
Fisioterapi yang digunakan untuk menangani kondisi stroke
stadium akut dengan tujuan :
1) Mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat tirah baring
yang lama
2) Menghambat spastisitas, pola sinergis ketika ada peningkatan
tonus
3) Mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan bawah sisi
sakit
4) Merangsang timbulnya tonus ke arah normal, pola gerak dan
koordinasi gerak
5) Meningkatkan kemampuanaktivitas fungsional
c) Akupuntur
Akupuntur dapat mempersingkat waktu penyembuhan dan
pemulihan gerak motorik serta ketrampilan sehari-hari
d) Terapi Musik
Penelitian mengungkapkan bahwa dengan mendengarkan musik
setiap hari, penderita akan mengalami peningkatan pada ingatan
verbalnya dan memiliki mood yang lebih baikdibandingkan
dengan penderita stroke yang tidak mendengarkan musik. Selain
itu, mendengarkan musik pada tahap awal pascastroke dapat
meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah
munculnya perasaan negatif
e) Terapi Nutrisi
Beberap zat gizi yang membantu dalam proses terapi nutrisi
terkait stroke, diantaranya, yaitu :
1) Vitamin A berperan sebagai antioksidan yang dapat
mencegah terbentuknya tumpukan (plak) kolestrol dalam
pembuluh darah.
2) Asam folat dapat menurunkan risiko penyempitan pembuluh
darah otak.
3) Isoflavon dapat meningkatkan fungsi pembuluh darah nadi
(arteri) pada pasien stroke.
4) Vitamin C dan bioflavonoid dapat membantu mengencerkan
darah
3. Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran darah serebri
yang dilakukan dengan:
a) Endoseterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis dileher
b) Revaskularisasi terutama pada klien TIA
c) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d) Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
G. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a) Usia
Risiko stroke semakin meningkat setelah usia 55 tahun. Usia
terbanyak terkena serangan stroke adalah usia 65 tahun ke atas. Setelah
umur 50 tahun tampaknya ada kecenderungan bahwa arteri-arteri
serebral yang kecil juga terkena proses aterosklerosis. Penyempitan yang
disebabkan
b) Jenis Kelamin
Laki – laki lebih beresiko terkena stroke daripada perempuan. Stroke
menyerang laki laki 19 % lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal
ini dikarenakan perempuan memiliki hormone esterogen yang berperan
dalam mempertahankan kekebalan tubuh sampai menepouse dan sebagai
proteksi atau pelindung pada proses aterosklerosis.
c) Lingkungan tempat tinggal
Kulit hitam lebih tinggi angka kejadian stroke, hal tersebut diduga
karena angka kejadian hipertensi yang tinggi serta diet tinggi garam
d) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan sikap orang tersebut
terhadap berperilaku hidup sehat. Oleh karena itu, seseorang dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan mampu memahami
informasi kesehatan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Kesehatan Umum
a) Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan
kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit
kepala hebat bila masih sadar
b) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak pada saat
klien melakukan aktivitas. Biasanya terjadinya nyeri kepala, mual,
muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
c) Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji adanya riwayat DM, Hipertensi, kelainan jantung,
pernah TIAs, Policitemia karena hal ini berhubungan dengan
penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.
d) Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat dari generasi terdahulu.
e) Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup
Lingkungan tempat kerja dan pola hidup seperti minum alkohol,
konsumsi obat tertentu, merokok dapat mengingkatakn risiko stroke.
3. Nutrition
Pasien dengan penyakit stroke pada umumnya mengalami
malnutrisi, keadaan malnutrisi ini menyebabkan immunodefisiensi dan
menurunkan cell mediated immunity. Pada malnutrisi kronik terdapat
kelainan yang bermakna pada immunitas seluler, yaitu penurunan
jumlah limfosit, penurunan aktifi tas sel natural killer (NK), dan
produksi IL-2 dan TNFa.
a) Antropometri
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, penurunan berat badan akibat gangguan menelan, mual, dan
muntah pada fase akut.
b) Biochemical
Hemoglobin dan albumin menurun.
c) Clinical
1) Kepala : penyebaran rambut, alopesia, kebersihan kepala,
benjolan abnormal, dan hematoma yang bisa diindikasikan
adanya trauma kepala, nyeri tekan juga dapat diindikasikan pada
tekanan intracranial.
2) Kulit : kasar, kering, bersisik, pucat, ptekie, kehilangan lemak
subkutan.
3) Mulut : mulut mencong dan penurunan koordinasi gerakan
mengunyah akibat paralisis saraf trigeminus (saraf V), gangguan
pada saraf IX dan X yang menyebabkan kemampuan menelan
kurang baik dan kesulitan membuka mulut, sianosis, akibat
penurunan suplay oksigen, kebersihan rongga mulut dan gigi
terganggu akibat kelemahan fisik yang mengakibatkan pasien
kesulitan dalam membersihkannya secara mandiri, disartria,
afasia
4) Mata : konjungtiva pucat akibat kurangnya suplai darah ke
jaringan karena kerja jantung yang menurun sekunder terhadap
penurunan kesadaran, pupil anisokor dapat di jumpai pada pasien
yang mengalami penurunan kesadaran. Papiledema akibat
peningkatan tekanan intracranial yang mendesak tekanan pada
intraokuler, penglihatan dan lapangan pandang kurang pada sisi
yang sakit akibat gangguan saraf ke III, IV, VI sehingga terjadi
paralisis pada sisi otot okularis yang sakit.
d) Diet
Ketidak mampuan untuk makan karena gangguan menelan,nafsu
makan menurun
e) Eliminasi
Perubahan pola berkemih seperti : inkontenensia urin, anuria.
Distensi abdomen, bising usus (-)
1) Inspeksi :adanya benjolan abnormal, acites
2) Auskultasi :penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama
Perkusi :tympani
3) Palpasi :kuadaran kiri bawah : dapat ditemukan penumpukan
skibala karena penurunan peristaltik sekunder terhadap bad rest
yang lama
4. Aktivitas dan Istirahat
a) Isitirahat/tidur
Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/kejang otot.
b) Aktivitas
Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplagia)
c) Cardio respon
Palpasi : Frekuensi nadi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan
fungsi jantung, obat-obatan, efek stroke pada pusat vasomotor).
Auskultasi : Desiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka/aorta
yang abnormal
d) Pulmonary respon
Perlu dikaji adanya :
1) Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan
kehilangan refleks batuk.
2) Tanda-tanda lidah jatuh kebelakang
3) Auskultasi suara nafas mungkin ada stridor
4) Jumlah dan irama nafas
e) Syaraf Kranial
1) Saraf I (olfaktorius) : Pada pasien srtoke perdarahan tidak ada
kelainan pada fungsi penciuman.
2) Saraf II (optikus) : Disfungsi persepsi visual karena gangguan
jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual. Gangguan
hubungan visual spasial sering terlihat pada pasien dengan
hemiplegi kiri. Pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian
tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokan
pakaian ke bagian tubuh.
3) Saraf III (okulomotor), IV (troklearis), VI (abdusen) : stroke
mengakibatkan paralisis pada satu sisi otot okularis, sehingga
didapatkan penurunan kemampuan gerak dan lapang pandang
pada sisi yang sakit.
4) Saraf V (trigeminus) : Optalmikus : reflek kornea menurun,
sensasi kulit wajah dahi dan paranasal menurun. Maksilaris:
sensasi kulit wajah bagian kanan berkurang sesisi. Mandibularis:
gerakan rahang terganggu, pasien kesulitan membuka mulut.
5) Saraf VII (fasialis) : wajah asimetris dan otot wajah tertarik ke
bagian sisi yang sehat.
6) Saraf VIII (vestibulokoklearis) : tidak ditemukan adanya tuli
konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX (glosofaringeal) dan X (vagus) : terganggunya
kemampuan menelan dan kesulitan membuka mulut.
8) Saraf XI (aksesorius) : atrofi otot ekstremitas sesisi akibat
kurangnya pergerakan ekstremitas sekunder terhadap kelemahan
atau kelumpuhan sesisi.
9) Saraf XII (hipoglossus) :Lidah mencong.
5. Domain 5 : Perception/cognition
Penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.Pola
persepsi dan konsep diri yang didapatkan, klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif
6. Pola presepsi
Adanya perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa dan emosi labil.
Kesulitan untuk mengekspresikan diri
7. Pola hubungan
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan
8. Pola seksual
Adanya penurunan gairah seksual.
9. Pola koping dan stres
Biasanya dijumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian
diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya
tentang pengobatan dan kesembuhan.
10. Pola spiritual
Klien biasanya jarang melakukakan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan, atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
11. Keamanan
Masalah dalam penglihatan, kesulitan menelan, mudah lelah dan
koordinasi yang kurang pada otot-otot.
12. Kenyamanan
Pengkajian objektif pada pasien ditemukan wajah meringis, menangis,
merintih, meregang, dan mengeliat, perasaan tidak nyaman seperti mual
dan muntah.
13. Pertumbuhan dan perkembangan
Biasanya pada pasien stroke tidak ada masalah dalam pertumbuhan.
I. Intervensi Keperawatan
Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d embolisme (D.0017)
Perfusi serebral (L.02014) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :
Tingkat kesadaran meingkat 1-5
Kognitif meingkat 1-5
Tekanan intracranial menurun 1-5
Sakit kepala menurun 1-5
Gelisah menurun 1-5
Kecemasan menurun 1-5
Agitasi menurun 1-5
Demam menurun 1-5
Nilai rata-rata tekanan darah membaik 1-5
Kesadaran membaik 1-5
Tekanan darah sistolik membaik 1-5
Tekanan darah diastolic membaik 1-5
Reflek saraf membaik 1-5
Darwati, L. E., Setianingsih, S., & Purwati, P. (2019). Penanganan Awal Stroke
Non Hemoragic oleh Masyarakat Awam. Jurnal Gawat Darurat, 1(2), 45–
50.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed.).
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.).
Widyastuti, R. H., Handayani, F., & Eridani, D. (2019). Buku Panduan
Penatalaksanaan stroke.