Anda di halaman 1dari 11

“REKAYASA IDE”

PENGAPLIKASIAN TEKANAN OSMOTIK PADA INFUS

Oleh Kelompok 1:

Beatrik Nova (473351001)

Erpida Ompusunggu``(4173351006)

Nina Riana Harahap (4173351015)

Nopita Sitompul (4173351017)

Kelas : IPA dik A 2017

Mata Kuliah : Konsep Dasar Kimia

PRODI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, dimana atas berkat dan karunia-
Nya Kami dapat menyelesikan Rekayasa Ide (RI) ini tepat waktu. Kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu telah memberi tugas serta bimbingan kepada kami dalam
menyelesaikan tugas ini. Kami juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
semua yang telah memberikan dukungan serta semangat untuk Kami dalam menyelesaian
laporan ini.

Rekayasa Ide merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi dalam satu semester.
Dalam penyusunan laporan ini terdapat beberapa komponen yang harus dipenuhi dan harus
sesuai dengan sistematika yang telah ditentukan. Kami berharap laporan Rekayasa Ide ini
membawa manfaat bagi pembaca mengenai materi tekanan osmotik.

Penulisan Rekayasa Ide ini tidak terlepas dari kesalahan baik dalam penggunaan tanda
baca atau penggunaan kalimat yang kurang tepat. Oleh sebab itu, Kami meminta maaf atas
kekurangan tersebut. Guna memperbaiki kesalahan di masa yang akan datang, maka Kami
mengharapkan adanya saran serta kritikan yang membangun.

Medan, 25 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..

A. Latar Belakang …………………………………….............

B. Rumusan Masalah …………………………………............

C. Tujuan ……………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………


A. Pengertian sifat koligatif larutan………………………......

B. Pengaplikasian tekanan osmotik pada infuse. ……….......

BAB III PENUTUP ……………………………………………


A. Kesimpulan……………………………………………......

B. Saran ……………………………………………..............

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Larutan adalah sebuah campuran yang terbentuk dari senyawa terlarut dengan pelarutnya.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan larutan dimulai dari konsentrasi yang dinyatakan dalam
berbagai besaran seperti molaritas, fraksi mol, molalitas, dan normalitas. Selain hal tersebut, ada
juga yang disebut sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak
bergantung pada jenis zat terlaurt, namun tergantung pada jumlah partikel zat terlarut. Dalam
kehidupan sehari-hari prinsip dari sifat koligatif larutan telah di gunakan dalam berbagai bidang
kehidupan. Misalnya membuat es putar, menerapkan prinsip penurunan titik beku dan masih
banyak lagi dalam bidang industry, pertanian, lingkungan. Dalam laporan ini saya akan
membahas mengenai pengaplikasian tekanan osmotik pada infuse.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini yaitu bagaimana pengaplikasian tekanan
osmotik pada infuse.
C. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaplikasian tekanan osmotik pada infuse.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian sifat koligatif larutan
Sifat koligatifan larutan merupakan sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut,tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Sifat koligatifan larutan
terbagi atas dua jenis, yaitu:
1) Sifat koligatif larutan elektrolit.
2) Sifat koligatif larutan non elektrolit.
Sifat koligatif larutan juga meliputi:
1) Penurunan tekanan uap
Zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu pada suhu tertentu. Tekanan ini tekanan uap
jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat akan menyebabkan penurunan tekanan uap
karena zat yang terlarut tersebut mengurangi bagian dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan
berkurang. Persamaan penurunan tekanan uap dapat di tulis:
∆P = P0 – P
Keterangan:
Po = tekanan uap zat cair murni
P = tekanan uap larutan
Pada tahun 1878, Marie Francois Roult seorng kimiawan asal Prancis melakukan
percobaab mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh
larutan samadengan fraksi mol pelarut di kalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni.
Persaman penurunan tekanan uap dapat ditulis dan di kenal dengan hukum Roult dengan
persamaan:
P = P 0 x Xp, atau
∆P = Po x Xt

2) Kenaikan Titik Didih


Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan
uap zat cair sma dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan
di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair dapat di ukur pada tekanan 1 atmosfer.Dari hasil
penelitian titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.Hal ini disebabkan
adanya partikelpartikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan
partikelpartikel pelarut. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut
kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (∆Tb).
Persamaan kenaikan titik didih sebagi berikut:
∆Tb = m . Kb
∆Tb = a/Mr . 1000/p .Kb
∆Tb = Tb larutan – Tb pelarut
3) Penurunan Titik Beku
Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkantitk beku larutan lebih kecil dari
pada titik beku pelarutnya.
Persamaan penurunan titk beku sebagai berikut:
∆Tf = m . Kf
∆Tf = a/Mr . 1000/p . Kf
^Tf = Tf pelarut – Tf pelarut
Keterangan:
Kf = konstanta penurunan titik beku
4) Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah gaya yang di perlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut
yang melalui selaput semipermiabel ke dalm larutan. Membran semipermiabel adalah suatu
selaput yang dapat di lalui molekul-molekul pelarut dan tidak dapt dilalui oleh zat terlarut.
Persamaan tekanan osmotik sebagai berikut:
=M.R.T
Keterangan:
µ = tekanan osmotik
M= molaritas larutan
R = tetapan gas (0.082)
T = suhu mutlak
B. Pengaplikasian tekanan osmotik pada infuse.
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut
yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membrane semipermiabel adalah suatu
selaput yang dapat dilalui molekul-molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut.
Jika seseorang memerlukan nutrisi dan injeksi cairan infus, maka tekanan osmotik cairan
infus yang digunakan harus sesuai dengan tekanan osmotik darah (isotonik/isoosmotik). Dengan
adanya tekanan osmotik pada cairan infus maka cairan dapat masuk ke dalam darah pasien
setelah melewati selaput permeabel darah. Osmolaritas adalah jumlah total milimol elektrolit
dalam cairan infus. Hal ini berhubungan dengan tekanan osmotiknya. Pada pemberian infus,
tekanan osmotik infus harus sesuai dengan tekanan osmotik darah. Sesuai dengan tingkat
osmolaritasnya, infus dapat dibedakan menjadi tiga macam.
1) Lautan Hipertonik
Jika tekanan dalam sel darah merah lebih besar daripada tekanan cairan infus
(hipertonik), maka air dalam sel darah merah akan keluar, sehingga sel akan mengkerut.
Cairan hipertonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan
serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel-sel ke dalam
pembuluh darah yang mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin,
dan mengurangi oedema (bengkak). Penggunaan kontradiktif dengan cairan hipotonik
misalnya pada cairan Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-laktat,
Dextroe 5%+NaCl 0,9%, produk darah dan albumin.
2) Larutan Hipotonik
Jika sebaliknya tekanan dalam sel darah merah lebih kecil daripada tekanan cairan
infus, maka sel darah merah akan menyerap air sehingga dinding sel akan mengembang
dan pecah. Cairan hipotonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi Na lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut
dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum itu sendiri. Maka menyebabkan cairan
“ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya
mengisi sel-sel yang dituju. Cairan infus yang hipotonik digunakan pada keadaan sel
yang mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah dalam terapi diuretik, juga
pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan yang tiba-tiba cairan dari dalam
pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contoh cairan yang hipotonik adalah
NaCl45% dan Dekstrosa 2,5%.
3) Cairan Isotonik
Cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah
cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan sel darah merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan larutan NaCl
0,9%. Dengan kata lain cairan sel darah merah isotonik dengan NaCl 0,9%. Jika sel darah
merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0,9%, air yang masuk keluar dinding sel akan
setimbang (kesetimbangan dinamis). Prinsip caiaran berpindah dari osmolatitas tinggi ke
osmolaritas rendah.
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonic. Larutan-
larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan yang lain disebut
hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang lebih tinggi
daripada larutan yang lain disebut hipertonik. Tekanan osmotic memainkan peranan penting
dalam sistem hidup. Misalnya, dinding sel darah merah berfungsi sebagai membrane
semipermiabel terhadap pelarut sel darah merah. Penempatan sel darah merah dalam larutan
hipertonik relative terhadap cairan dalam sel menyebabkan cairan sel keluar sehingga
mengakibatkan sel mengerut.
Proses pengerutan sel seperti ini disebut krenasi. Penempatan sel darah dalam larutan
yang hipotonik relatif terhadap cairan dalam sel menyebabkan cairan masuk ke dalam sel
sehingga sel darah merah akan pecah. Proses ini dinamakan hemolisis. Seseorang yang
membutuhkan pengganti cairan tubuh, baik melalui infus maupun meminum cairan pengganti
ion tubuh harus memperhatikan konsentrasi cairan infus atau minuman. Konsentrasi cairan infus
atau minuman harus isotonik dengan cairan dalam tubuh untuk mencegah terjadi krenasi atau
hemolisis.
Prinsip tekanan osmotik dalam penggunaan infus ini merupakan contoh penerapan sifat
larutan koligatif di bidang kesehatan. Prinsip tekanan osmotik sebagai salah satu sifat koligatif
larutan ditemukan oleh Jacobus Henricus van’t Hoff seorang pemenang nobel kimia tahun 1901
atas penelitiannya pada kinetic kimia tentang kesetimbangan kimia, tekanan osmotik, dan
kristalografi. Penelitiannya mengenai tekanan osmotik menunjukkan bahwa tekanan osmotik
suatu larutan sebanding dengan konsentrasi dan suhu larutan tersebut. Prinsip tekanan osmotik
tidak hanya digunakan pada cairan infus. Minuman-minuman pengganti ion tubuh yang kini
marak di kalangan masyarakat juga menggunakan prinsip ini sebagai dasar pembuatannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sifat koligatifan larutan merupakan sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut,tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Salah satu sifat
koligatif larutan adalah memiliki tekanan osmotik. Tekanan osmotik adalah gaya yang
diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke
dalam larutan. Dengan adanya tekanan osmotik pada cairan infus maka cairan ini dapat masuk ke
dalam darah pasien setelah melewati selaput permeabel darah.
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonic. Larutan-larutan
yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan yang lain disebut hipotonik.
Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang lebih tinggi daripada
larutan yang lain disebut hipertonik.
B. Saran
Adapun saran yang dapat Kami sampaikan yaitu sebaiknya para pembaca lebih
memperkaya literatur lagi untuk memahami materi yang sama pada rekayasa ide ini dan untuk
mengetahui penerapan sifat koligatif larutan lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

http://yodaperutapratama.blogspot.com/2012/05/tekanan-osmotik.html?m=1

http://keseimbangankimia15a.blogspot.com/2017/06/pengaplikasian-tekanan-osmotik-
pada.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai