Anda di halaman 1dari 12

MINI RISET

MINI RISET

MK. KONSEP DASAR KIMIA


PRODI S1 PENDIDIKANIPA

SKOR NILAI :

MENGANALISIS SAYURAN ORGANIK

OLEH :
KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA : Beatrik Nova (4173351001)
Erpida Ompusunggu (4173351006)
Nina Riana Harahap (41733510)
Nopita Sitompul (41733510)
DOSEN PENGAMPU : Lisnawaty Simatupang, S.Si., M.Si
MATA KULIAH : Konsep Dasar Kimia

PRODI S1 PENDIDIKAN IPA TERPADU


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini riset ini. Banyak kesulitan
dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat makalah ini tapi dengan semangat dan
kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga kami mampu menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik serta tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa komponen yang harus dipenuhi dan
harus sesuai dengan sistematika yang telah ditentukan. Kami berharap makalah ini membawa
manfaat bagi pembaca dan menambah wawasan atau informasi yang berkaitan dengaan
materi makalah ini.

Penulisan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan baik dalam penggunaan tanda
baca atau penggunaan kalimat yang kurang tepat. Oleh sebab itu,Kami meminta maaf atas
kekurangan tersebut. Guna memperbaiki kesalahan di masa yang akan datang, maka penulis
mengharapkan adanya saran serta kritikan yang membangun.

                                                                                    Medan, Desember 2020


 
                                                                                               Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan Penelitian...........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................

A. Tempat dan lokasi penelitian.........................................................................

B. Alat dan Bahan yang digunakan....................................................................

C. Prosedur kerja.................................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................

BAB V KESIMPULAN.............................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa organik bahan alam adalah senyawasenyawa hasil metabolisme sekunder,
yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder umumnya terdapat
pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi), pada akar , kulit batang, daun,
bunga, buah, dan biji. Pengunaan tumbuhan sebagai obat, jelas berkaitan dengan
kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut, terutama zat aktif biologik.
Tanpa adanya suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak
dapat digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya
merupakan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan
saponin. Alkaloid artinya "mirip alkali” merupakan senyawa metabolit sekunder yang
mengandung atom nitrogen biasanya pada cincin heterosiklik. Karena mengandung atom
nitrogen basa, maka dapat diekstraksi dari dalam bahan tumbuhan dengan asam encer.
Salah satu tanaman obat yang ada di Indonesia adalah Sirsak (Annona muricata
L.). Sirsak merupakan tumbuhan dengan berbagai macam manfaat bagi kesehatan baik
daging buah, daun maupun bijinya memiliki kandungan kimia yang bermanfaat untuk
pengobatan, antara lain sebagai antibakteri, antivirus, antioksidan, antijamur, antiparasit,
antihipertensi, antistres, dan menyehatkan sistem saraf. Daging buahnya mengandung
serat dan vitamin, kandungan zat gizi terbanyak dalam buah sirsak adalah karbohidrat.
Daunnya mengandung senyawa tanin, fitosterol, kalsium oksalat, alkaloid murisin,
monotetrahidrofuran asetogenin, seperti anomurisin A dan B, gigantetrosin A, annonasin-
10-one, murikatosin A dan B, annonasin dan goniotalamisin. Penggunaanya di
masyarakat yaitu dengan merebus daunnya kemudian hasil rebusan diminum.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana mengenal senyawa organik bahan alam khususnya alkaloid, flavonoid,
steroid, terpenoid; dan saponin, dalam suatu contoh tumbuhan?

1.3 Tujuan
Mengenal adanya senyawa organik bahan alam khususnya alkaloid, flavonoid,
steroid, terpenoid; dan saponin, dalam suatu contoh tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

A. Alat :
1. Neraca analitik
2. Pisau
3. Kain flanel
4. Blender
5. Beaker glass
6. Gelas ukur
7. Corong pisah
8. Ayakan 20 mesh
9. Statif
10. Selang
11. Cawan uap
12. Waterbath
13. Pipa kapiler
14. Lampu sinar UV
15. Penggaris
16. Pensil
17. Kaki tiga
18. Lampu spiritus
19. Kasa asbes
20. Chamber
21. Lemari pengering
22. Gelas kimia
23. Gelas ukur
24. Vial kecil
25. Labu ukur
26. Corong kaca
27. Pipet tetes
B. Bahan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi alkaloid dari daun sirsak dilakukan dengan metode maserasi karena
pengerjaannya lebih mudah dan peralatan yang digunakan sederhana, serta proses maserasi
sangat menguntungkan dalam ekstraksi senyawa bahan alam karena dengan perendaman
sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan
antara didalam dan diluar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna. Penggunaan etanol 96%
sebagai pelarut adalah karena etanol 96% dapat bertindak sebagai pelarut dan pengawet
sehingga zat yang dinginkan dapat terekstraksi serta tahan lama dan tidak mudah ditumbuhi
jamur. Proses maserasi 100 gram serbuk daun sirsak dilakukan selama 5 hari dan sehari
sekali sampel diaduk sehingga sampel bagian bawah berada pada bagian atas, maserat yang
diperoleh kemudian diuapkan dengan rotavapor kemudian diuapkan kembali diatas tangas air
sampai di dapatkan ekstrak kental.
Selanjutnya untuk reaksi identifikasi alkaloid dibuat 2 larutan uji, larutan pertama
ekstrak diencerkan dengan air kemudian ditambahkan 1 mL HCl 2N dan pada larutan kedua
ditambahkan 9 mL HCl 2N . Penambahan HCL 2N dimaksudkan untuk menarik senyawa
alkaloid dalam ekstrak karena alkaloid bersifat basa maka dengan penambahan asam seperti
HCl akan terbentuk garam, sehingga alkaloid akan terpisah dengan komponen-komponen lain
dari sel tumbuhan yang ikut terekstrak dengan mendistribusikannya ke fasa asam. Setelah itu
dilakukan pemanasan selama 2 menit di atas penangas air kemudian didinginkan lalu saring
kemudian dipipet tiga tetes filtrat dan dimasukkan dalam tabung reaksi selanjutnya
direaksikan dengan pereaksi Mayer terjadi kekeruhan tetapi tidak terbentuk endapan, hal ini
dikarenakan tidak semua alkaloid bereaksi dengan pereaksi Mayer. Pengendapan yang terjadi
tergantung pada jenis alkaloidnya. Setelah itu diambil kembali tiga tetes filtrat direaksikan
dengan pereaksi Bouchardat terbentuk endapan berwarna coklat kehitaman yang menandakan
adanya alkaloid, akan tetapi karena semua senyawa yang mengandung unsur nitrogen dapat
bereaksi dengan pereaksi Bouchardat maka dilakukan identifikasi dengan Kromatografi Lapis
Tipis.
Proses identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen etil
asetat : metanol : air dengan perbandingan 16 : 1: 2 tujuan dipilihnya tiga pelarut tersebut
karena masing-masing pelarut memiliki kepolaran yang berbeda sehingga senyawa-senyawa
dengan kepolaran yang berbeda dapat terpisahkan dengan eluen tersebut. Deteksi bercak
dengan menggunakan sinar UV 254 nm. Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi
sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap. Hasil setelah dilihat di bawah sinar UV 254
nm noda atau bercak tidak tampak, dikarenakan tidak semua noda atau bercak yang
menandakan adanya alkaloid bisa dilihat dengn UV 254 nm oleh karena itu lempeng
disemprot dengan pereaksi Dragendorff untuk menampakkan noda atau bercaknya. Setelah
lempeng disemprot dengan pereaksi dragendorff terdapat bercak berwarna jingga yang dapat
dilihat secara langsung. Bercak berwarna jingga ini menandakan adanya senyawa golongan
alkaloid pada daun sirsak. Harga Rf yang didapatkan setelah dihitung adalah 0,76.
Proses pembuatan simplisia daun seledri dimulai dari proses pencucian, dengan tujuan
untuk memisahkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Pemisahan daun dari batang daun
seledri. Pilih daun seledri yang masih segar apabila daun seledri ada yang layu akan berakibat
rusak kandungan kimia karena oksidasi maupun reduksi. Apabila daun yang layu atau busuk
akan mencemarkan daun seledri dalam proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan
dengan cara alamiah melalui diangin-anginkan dan ditutup kain hitam selama 5 hari.
Pada penelitian ini, digunakan daun seledri yang sudah kering sebanyak 100 g
kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender yang bertujuan untuk memperluas proses
ekstraksi dengan metode refluks. Daun seledri yang sudah halus kemudian diayak
menggunakan pengayak agar hasil yang diperoleh lebih seragam. Daun seledri diekstraksi
dengan metode refluks menggunakan pelarut yang tepat yaitu metanol untuk memperoleh
senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid termasuk senyawa polar sehingga harus dilarutkan
dengan pelarut yang bersifat polar yaitu metanol yang mempunyai daya polaritas yang cukup
tinggi sehingga dapat memperoleh hasil ekstrak senyawa flavanoid lebih banyak. Bantuan
energi berupa panas pada proses refluks akan membantu pemecahan dinding sel sehingga
senyawa flavonoid pada sampel dapat terekstraksi secara maksimal. Suhu konstan pada saat
proses ekstrak refluks digunakan suhu antara 63-65oC. Proses ekstraksi dilakukan
menggunakan penangas air untuk menjaga agar tidak terjadi kelebihan temperatur selama
pemanasan. Hasil refluks kemudian disaring menggunakan kain flanel sehingga didapat
ekstrak cair. Hasil ekstrak cair lalu diuapkan menggunakan pemanasan lampu spirtus dengan
api kecil.
Berdasarkan hasil percobaan menunjukan bahwa ekstrak daun seledri positif
mengandung flavonoid, karena terjadi perubahan warna menjadi kuning setelah ditetesi
NaOH 10%. Senyawa kristin yang merupakan turunan dari senyawa flavon pada penambahan
NaOH 10% mengalami penguraian oleh basa menjadi molekul seperti asetofenon yang
berwarna kuning karena adanya pemutusan ikatan pada stuktur isoprena. Hal ini
membuktikan bahwa ekstrak daun seledri mengandung senyawa flavonoid.
Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan membandingkan tiga jenis bagian dari
tanaman kamboja merah yaitu bagian bunga, daun, dan batang menggunakan 5 jenis pelarut.
Metode maserasi dilakukan sesuai dengan prosedur Farmakope Herbal Indonesia. Seluruh
ekstrak ditentukan kandungan saponin melalui uji busa.
Secara umum dari hasil pengujian terjadi busa yang menandakan bahwa dalam
ekstrak kamboja merah mengandung saponin. Uji busa menunjukkan bahwa ekstrak air
kamboja merah menghasilkan busa yang lebih tinggi dibandingkan pelarut lain dengan busa
tertinggi dihasilkan dari bagian bunga. Pemilihan jenis pelarut berpengaruh pada hasil
ekstraksi. Air merupakan pelarut yang memiliki kepolaran tertinggi sehingga memiliki daya
melarutkan saponin lebih besar. Saponin memiliki sifat yang sangat larut dalam air,
membentuk busa koloidal, dan memiliki sifat detergen yang baik. Berdasarkan hasil
pengukuran busa diketahui bahwa ekstrak A1 memiliki busa tertinggi dibandingkan ekstrak
B1 dan C1, sehingga diduga bahwa bagian bunga kamboja merah mengandung senyawa
saponin paling tinggi dibandingkan bagian daun dan batang. Kandungan saponin yang
terdapat pada ekstrak air kamboja merah dapat menurunkan tegangan permukaan (Nurzaman,
2018).
Sebanyak 5 kg serbuk kulit batang tumbuhan mengkudu yang telah dimaserasi dengan
metanol, dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator dan diperoleh ekstrak kental metanol
sebanyak 364,529 gram. Maserasi dilakukan dengan metanol karena metanol merupakan
pelarut yang dapat melarutkan hampir semua senyawa organik dalam tumbuhan dari yang
polar sampai non polar. Ekstrak kental metanol kulit batang tumbuhan mengkudu diencerkan
kembali dengan pelarut metanol sebanyak 2 liter dan diekstraksi dengan teknik partisi
menggunakan n-heksana sebanyak 2 liter dan kloroform sebanyak 1 liter masing-masing
dilakukan 2 kali pengulangan. Proses partisi dilakukan untuk mengurangi senyawa-senyawa
yang ada di dalam ekstrak metanol sehingga pemisahan yang dilakukan lebih mudah. n-
heksana merupakan pelarut non polar sehingga dapat menarik senyawa-senyawa yang
bersifat non polar seperti alkaloid, sedangkan kloroform merupakan pelarut semi polar
sehingga dapat menarik senyawa-senyawa semi polar seperti lipid, flavonoid, steroid dan
terpenoid. Ekstrak kental metanol yang telah dipartisi dipekatkan kembali dengan vacuum
rotary evaporator dan diperoleh ekstrak kental metanol sebanyak 30,347 gram. Hasil uji
fotokimia ekstrak kulit batang tumbuhan mengkudu sebelum dan setelah partisi yaitu
menghasilkan larutan berwarna hijau.
BAB V
KESIMPULAN
Alkaloid pada daun sirsak (Annona muricata L.) dapat diidentifikasi dengan cara
mereaksikan dengan pereaksi Bouchardat dan kromatografi lapis tipis. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa daun sirsak (Annona muricata L.) mengandung senyawa
alkaloid. Pada ekstrak daun seledri (apium graveolens l.) dari hasil refluks terdapat senyawa
flavonoid. Identifikasi flavonoid pada daun seledri dapat dilakukan dengan uji warna dan
kromatografi lapis tipis. Ekstrak bunga kamboja merah memiliki kandungan saponin yang
lebih tinggi dibandingkan ekstrak batang dan ekstrak daun kamboja. Ekstrak batang kulit
batang mengkudu memiliki kandungan steroid Ekstrak metanol kulit batang tumbuhan
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) diduga merupakan senyawa Digitoksigenin (IUPAC:
3β,14-dihidroksi-5β-kard-20(22)- enolid) dengan rumus molekul C23H34O4
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, A. P., dan Sarwono, B. 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Tangerang: Agro
Media.
Hayani, Eni, dan Fatimah, Tjitjah. 2004. Identifikasi Komponen Kimia dalam Biji Mengkudu
(Morinda citrifolia L.). Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat.

Kasal, Alexander, Budesinsky, Milos and Griffiths, William J. 2010. Spectroscopic Methods
of Steroid Analysis. Swansea: Swansea University.

Rizal, Rahmat. 2011. Isolasi, Identifikasi dan Uji Bioaktivitas Insektisida Isolat dari Ekstrak
n-Heksana Kulit Batang Tumbuhan Toona sinensis (A. Juss) Roem
(Meliaceae). Surabaya: Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri
Surabaya.
Rukmana, R. 2002. Mengkudu: Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta: UNESA
Journal of Chemistry, Vol. 6, No. 2 May 2017

Anda mungkin juga menyukai