Anda di halaman 1dari 128

1

TUGAS LAPORAN PENGKAJIAN KOMUNITAS PADA


NY.M.P DENGAN MALARIA TERTIANA DI JALAN
KARANG KAMPUNG HOLTEKAM DISTRIK MUARA
TAMI

Di Susun Oleh
Martina Ugipa
2020086026023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDKAN PROFESI


NERSFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
CENDERAWASIH 2021
2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit menular yang ada di

masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok

risiko tinggi, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan

dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini ditularkan melalui

gigitan nyamuk Anopheles spesies betina yang bertindak sebagai vektor.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 40% atau

lebih dari 2.400 juta penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria dan

perkiraan prevalensi antara 300-500 juta kasus klinis setiap tahunnya,

dengan angka kematian yang dilaporkan mencapai 1-1,5 juta penduduk

pertahun, dari jumlah itu, 80% meninggal di Afrika, 15% di Asia, termasuk

Eropa Timur, hingga tahun 2025, malaria masih menjadi masalah kesehatan

utama di 107 negara di dunia (Kemenkes RI, 2017).

Di Indonesia, angka kesakitan malaria cukup tinggi dan sekitar 70 juta

atau 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular

malaria. Data Riskesdas tahun 2017, insiden dan prevalensi malaria

menurut provinsi, Papua Barat berada pada posisi ke tiga dengan prevelensi

sebesar 20,0% dan insiden sebesar 5,0% setelah itu Papua dengan

prevalensi 30,0% dan insiden sebesar 10,0% serta Nusa Tenggara Timur

1
3

(NTT) dengan prevalensi sebesar 25,0% dan insiden sebesar 5,0%

(Riskesdas, 2017).

Malaria bukan merupakan penyebab kematian utama, namun di

daerah berkembang seperti Papua, penyakit malaria menjadi masalah utama

bila tidak segera mendapat penanganan yang tepat dalam pemberian

pencegahan dan pengobatan. Penyakit malaria dapat menyerang semua jenis

usia mulai dari balita sampai manula.

Berdasarkan data yang didapat dari Profil Dinas Kesehatan Propinsi

Papua tahun 2019, menunjukkan angka kejadian malaria di Papua yakni

sebesar 216.380 kasus malaria yang dikonfirmasi laboratorium. Daerah

yang paling banyak ditemukan kasus malaria salah satunya di distrik Muara

Tami Kota Jayapura dengan angka kejadian 83/1000 penduduk. Kampung

Holtekam sendiri terdapat 70 kasus (Profil Dinkes Papua, 2019).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan

dan kematian akibat malaria yang meliputi kegiatan penemuan dan

pengobatan penderita, pemberantasan vektor dan upaya perlindungan diri

terhadap gigitan nyamuk melalui pemakaian kelambu berinsektisida

(Ngambut & Sila, 2013), selain itu pencegahan penularan penyakit malaria

telah banyak dilakukan dengan gebrak malaria sebagai gerakan nasional

memberantas malaria di Indonesia (Akay, dkk, 2015), namun hingga saat ini

masih juga terdapat kasus-kasus malaria.

Faktor lingkungan fisik rumah yang kurang baik, merupakan faktor

resiko dalam kejadian malaria, hal ini didukung dengan penelitian


4

Wahyudi (2015), selain itu keberadaan perindukan nyamuk seperti

genangan air, tambak terbangkalai, rawa, sungai dan kebun memiliki peran

dalam penyebaran malaria.

Distrik Muara Tami dengan topologi tanah yang berawa

memungkinkan terjadinya peningkatan populasi vektor nyamuk Anopheles

dan dapat mengakibatkan transmisi malaria meningkat cepat. Kondisi

perumahan penduduk di distrik Muara Tami khusunya Kampung Holtekam

masih terdapat tipe rumah semi permanen (rumah panggung) dengan

dinding dan lantai terbuat dari papan yang terdapat di sekitar rawa dan

pinggir pantai dimana hal ini membuat kondisi rumah tidak rapat sehingga

menungkinkan serangga termaksud vektor malaria bisa masuk kedalam

rumah dan menggigit penghuni dalam rumah.

Perilaku masyarakat yang kurang menjaga lingkungan yang baik turut

mempengaruhi tingginya penularan malaria di Kampung Holtekam Distrik

Muara Tami, didukung dengan penelitian Lumolo (2015), yang

manunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor

perilaku (pengetahuan dan sikap), seperti keluar rumah pada malam hari

dan menggantung pakaian di dalam rumah dengan kejadian malaria di

Puskesmas Mayumba.

Keberhasilan penanggulangan malaria tidak hanya tergantung pada

pengobatan parasit, pemberantasan vektor dan perbaikan lingkungan tetapi

juga tergantung pada faktor manusianya terutama perilaku pencegahan

malaria (related preventive behavior).


5

Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang program-

program kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan

pengetahuan dalam waktu yang pendek. Konsep pendidikan kesehatan

juga merupakan proses belajar pada individu, kelompok, masyarakat dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan

menjadi mampu (Notoatmodjo, 2007). Upaya pencegahan kejadian malaria

pada lingkup keluarga dapat diberikan melalui proses pemberian

pendidikan kesehatan bagi keluarga tersebut.

Upaya pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan program

pendidikan kesehatan dan penyuluhan untuk meningkatkan perilaku

masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria menuju perilaku hidup

sehat. Edukasi kepada keluarga dapat dilakukan dengan pemberian

dukungan dan nasehat positif yang diharapkan dapat mempengaruhi

perilaku keluarga untuk menjadi lebih baik lagi dalam mencegah

terjadinya penyakit malaria dalam keluarga.

Penulis menyadari pentingnya peranan perawat dalam hal ini sehingga

melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan judul “Asuhan

Keperawatan Keluarga Tn. R Khususnya Ny.H Dengan Ketidakefektifan

Pemulihan Kesehatan Tentang Malaria Di Kampung Holtekam Distrik

Muaratami Kota Jayapura “.


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Bagaimanakah melakukan asuhan keperawatan pada

keluarga Tn. R Khususnya Ny. L Dengan Ketidakefektifan Pemulihan

Kesehatan Tentang Malaria di Kampung Holtekam Distrik Muaratami Kota

Jayapura?“.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu mengelola asuhan keperawatan pada keluarga Tn. R

Khususnya Ny. L Dengan Ketidakefektifan Pemulihan Kesehatan

Tentang Malaria Di Kampung Holtekam Distrik Muaratami Kota

Jayapura.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu memahami konsep teori malaria : definisi, etiologi, cara

penularan, gejala klinis, epidemiologi, diagnosa dan upaya

pencegahan

2. Mampu melakukan asuhan keperawatan teoritis dengan

ketidakefektifan pemulihan kesehatan tentang malaria : pengkajian,

diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi

3. Mampu melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada keluarga

Tn. R Khususnya Ny. L Dengan Ketidakefektifan Pemulihan


7

Kesehatan Tentang Malaria Di Kampung Holtekam Distrik

Muaratami Kota Jayapura

4. Mampu menganalisa asuhan keperawatan pada keluarga Tn. R

Khususnya Ny. L Dengan Ketidakefektifan Pemulihan Kesehatan

Tentang Malaria Di Kampung Holtekam Distrik Muaratami Kota

Jayapura

5. Mampu menganalisa kesenjangan antara asuhan keperawatan

keluarga yang diberikan dengan teori-teori terkait konsep keluarga,

penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dan tugas utama

kesehatan keluarga

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan rujukan dan referensi bagi mahasiswa keperawatan

dalam memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga dalam

pencegahan penyakit malaria

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas praktek

keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga kedepannya

melalui upaya promotif dan preventif terhadap penyakit malaria


8

1.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai gambaran informasi yang ada di daerah endemis tentang

keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat sehingga masyarakat

lebih peka dalam pencegahan penyakit malaria

1.4.4 Bagi Penulis Selanjutnya

Studi ini dapat dijadikan sumber dan inspirasi untuk melakukan

asuhan keperawatan terutama yang berhubungan dengan pencegahan

penyakit malaria di komunitas dan keluarga.


9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Penyakit Malaria

2.1.1 Definisi

Malaria adalah penyakit yang telah lama diketahui sejak zaman

Yunani. Penyakit ini memiliki tanda yang khas yaitu demam yang

naik turun dan teratur disertai menggigil. Febris tersiana dan febris

kuartana telah dikenal pada masa itu. Selain menyebabkan limpa

membesar dan mengeras atau splenomegali, malaria dahulu disebut

demam kura (Sorontou, 2013 ).

Walaupun malaria telah lama dikenal, namun penyebab malaria

belum di ketahui. Dahulu, penyakit malaria diduga disebabkan oleh

kutukan dewa seiring wabah yang terjadi pada waktu itu disekitar

Kota Roma. Penyakit malaria banyak ditemukan di daerah rawa-rawa

yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya. Sehingga menjadi dasar

penamaan malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu mal (buruk)

dan area (udara) sehingga diartikan bahwa malaria adalah udara buruk

atau penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk

akibat lingkungan yang buruk (Zulkoni, 2010).


10

Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium, Penyakit ini

secara alami ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles betina (Arsin,

2012). Plasmodium malaria hidup dan berkembang


8
dalam sel darah merah (eritrosit), menyerang semua orang

baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari

bayi, anak-anak dan orang dewasa. Parasit ini ditularkan dari satu

orang ke orang lainnya melalui gigitan nyamuk anopheles betina

(Kemenkes R.I, 2014).

2.1.2 Etiologi

Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium sp yang

merupakan parasit dari kelompok protozoa, genus plasmodium, family

plasmodiidae, ordo coccidiidae. Plasmodium dengan spesies yang

menginfeksi manusia adalah plasmodium falciparum, plasmodium

vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale (Arsin, 2012).

Baru-baru ini melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR)

ditemukan jenis plasmodium lain yaitu plasmodium knowlesi.

Plasmodium ini masih dalam proses penelitian dan ditemukan pertama

kali di Sabah. Reservoar utama plasmodium ini adalah kera ekor

panjang atau Macaca Sp (Kemenkes R.I, 2014).

Morfologi plasmodium dalam darah manusia memilki sitoplasma

dengan bentuk tidak teratur pada berbagai stadium pertumbuhan dan

mengandung kromatin, pigmen dan granula. Pigmen malaria adalah


11

suatu komplek yang terdiri dari protein yang telah di denaturasi, yaitu

hamozoin atau hamatin, suatu hasil metabolisme parasit dengan

bahan-bahan dari eritrosit, dan pigmen ini tidak ada pada parasit

eksoerotrositik yang terdapat dalam sel hati. Gametosit dapat

dibedakan dari tropozoit tua karena sitoplasma lebih padat, tidak ada

pembelahan kromatin dan pigmen yang tersebar dibagian tepi.

Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi,

sehingga merupakan cincin stempel, bila tropozoit tumbuh maka

bentuknya tidak teratur dan setelah 36 jam tropozoit mengisi sel darah

merah (eritrosit), setengah sel darah merah akan membesar dan

intinya membelah menjadi skizon. Setelah 48 jam skizon mengisi sel

darah hingga penuh dan mencapai ukuran 8-10 mikron dan mengalami

segmentasi. Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan

bagian-bagian sitoplasma membentuk 16-18 sel berbentuk bulat atau

lonjong, berdiameter 1,5 mikron dan disebut merozoit (Arsin, 2012).

Plasmodium ditemukan di dalam sel-sel parenkim hati adalah

skizon preeritrositik dengan ukuran dan jumlah merozoit di dalamnya

yang berbeda. Skizon preeritrositik pada plasmodium vivax berisi

12.000 merozoit yang berukuran sekitar 42 mikron, plasmodium

falciparum 40.000 merozoit berukuran 60x30 mikron, plasmodium

ovale memiliki 15.000 berukuran 75x45 mikron dan plasmodium

malariae skizon preeritrositik belum pernah ditemukan (Sorontou,

2013).
12

2.1.3 Cara Penularan Penyakit Malaria

Penularan malaria terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles

betina yang infektif, dimulai masuknya sprozoit plasmodium ke dalam

tubuh penderita. Malaria ditularkan melalui dua cara yaitu, penularan

secara alamiah dan penularan secara tidak alamiah (Soedarto, 2011).

1. Penularan Secara Alami

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina

yang infektif. Saat nyamuk menggigit orang yang sakit malaria,

maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita malaria.

Di dalam tubuh nyamuk parasit berkembang dan bertambah

banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat dan melalui

gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain (Achmadi, 2008).

Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dari

orang sakit kepada orang yang sehat, orang yang sakit malaria

dapat menjadi sumber penularan penyakit malaria (Kemenkes R.I,

2011).

2. Penularan Secara Tidak Alami

Penularan penyakit malaria terjadi tidak langsung melalui

gigitan nyamuk anopheles infektif kepada manusia, tetapi dengan

cara yaitu:

a. Malaria Bawaan (Kongenital)

Penularan terjadi pada bayi yang dilahirkan melalui tali pusat

dan plasenta. Plasenta berfungsi sebagai sumber makanan


13

bagi janin, juga mempunyai fungsi sebagai protective barrier

dari berbagai kelainan yang terdapat dalam darah ibu sehingga

parasit malaria akan ditemukan di plasenta bagian maternal

dan hanya dapat masuk ke sirkulasi janin bila terdapat

kerusakan plasenta (Suparman, 2005).

Prevalensi malaria plasenta biasanya ditemukan lebih tinggi

daripada malaria pada sediaan darah tepi wanita hamil, hal ini

karena plasenta merupakan tempat parasit bermultiplikasi.

Disebabkan karena ibunya menderita malaria dan adanya

kelainan pada sawar plasenta yang mengakibatkan tidak

adanya penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang

dikandungnya. Malaria kongenital lebih sering terjadi pada

kehamilan pertama pada kelompok masyarakat yang

imunitasnya rendah (Harijanto, 2009 & Soedarto, 2011).

b. Malaria Mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik.

Penularan melalui transfusi darah sering terjadi di daerah-

daerah endemik. Sebagian besar infeksi terjadi pada kasus

transfusi darah yang disimpan selama 2 minggu. Plasma yang

beku tidak diketahui apakah dapat menularkan malaria. Darah

yang didonorkan dapat diuji secara tidak langsung dengan tes

antibody flurescent atau ELISA, dan pemeriksaan langsung

dari darah untuk parasite tidak membantu.


14

Untuk daerah endemik, program pemberian klorokuin adalah

cara yang aman untuk semua penerima transfusi darah

(Susana, 2010).

Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi diantara

pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik yang

tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi darah hanya

menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit

yang memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan

mudah. Penularan secara oral atau melalui mulut, biasanya

terjadi pada binatang dan pernah dibuktikan pada ayam

(plasmodium gallinasium), burung dara (plasmodium

relection), dan monyet (plasmodium knowlessi) (Harijanto,

2009).

Pada umumnya, sumber infeksi malaria pada manusia adalah

manusia lain yang menderita malaria dengan gejala maupun

tanpa gejala klinis. Intensitas Penularan bergantung pada

beberapa faktor yang saling berhubungan, yaitu parasit,

vektor, manusia, dan lingkungan.

Penularan juga bergantung pada kondisi iklim yang secara

langsung dapat mempengaruhi jumlah dan kelangsungan

hidup nyamuk, seperti pola curah hujan, suhu, dan

kelembapan (Harijanto, 2009 & Soedarto, 2011).


15

2.1.4 Gejala Klinis Malaria

Gejala klinis malaria meliputi keluhan dan tanda klinis yang

tampak dari penderita malaria dan merupakan petunjuk yang penting

dalam diagnosa malaria. Gejala klinis dipengaruhi oleh starain

plasmodium, imunitas tubuh manusia dan jumlah parasit yang

menginfeksi (Harijanto, 2009).

Gejala klinis yang disebabkan oleh parasit plasmodium malaria

adalah demam, anemia, splenomegali. Demam merupakan gejala awal

yang muncul dari penderita malaria (Sorontou, 2013).

1. Demam

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas

beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksismal),

yang diselingi oleh suatu periode laten yaitu penderita belum

terjadi demam. Sebelum demam penderita mengalami keluhan lesu,

sakit kepala, sakit tulang belakang (punggung) nyeri pada tulang

atau otot, anoreksia, mual atau muntah.

Suatu paroksismal terdiri atas tiga stadium yang berurutan,

yaitu stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage),

stadium berkeringat (sweating stage) (Zulkoni, 2010 & Asrin,

2012).

a. Stadium Dingin (Cold Stage)

Stadium dingin atau stadium menggigil dimulai dengan dengan

perasaan dingin sekali, sehingga penderita menutupi seluruh


16

tubuhnya dengan baju tebal dan selimut. Saat menggigil seluruh

tubuh sering bergemetar, gigi-gigi saling terantuk, pucat, nadi

penderita cepat namun lemah, bibir dan jemari tangan kebiru-

biruan (sianosis). Jika penderitanya anak-anak akan disertai

kejang. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti

dengan meningkatnya temperatur.

b. Stadium Demam (Hot Stage)

Stadium demam atau stadium puncak demam, dimulai saat

penderita merasa dingin sekali, kemudian berubah menjadi

panas. Wajah menjadi merah, kulit kering terasa panas seperti

terbakar, sakit kepala semakin hebat, disertai mual dan muntah,

nadi penuh dan berdenyut keras.

Perasaan haus sekali, terutama pada saat suhu tubuh naik 410C

atau lebih. Demam ini disebabkan oleh pecahnya skizon darah

yang telah matang dan masuk merozoit darah ke dalam aliran

darah. Periode ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.

c. Stadium Berkeringat (Sweating Stage)

Stadium berkeringat dimulai dengan penderita akan berkeringat

banyak sehingga tempat tidur penderita basah. Suhu tubuh turun

dengan cepat, kadangkadang sampai dibawah ambang normal.

Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan saat terbangun,

penderita merasa lemah. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4

jam. Serangan demam yang khas ini sering dimulai pada siang
17

hari dan berlangsung 8-12 jam. Setelah itu, terjadi stadium

menggigil atau apireksia. Lama serangan dari demam ini untuk

spesies malaria tidak sama. Gejala infeksi yang muncul kembali

setelah serangan pertama biasanya disebut relaps.

Trias malaria atau paroksisme secara keseluruhan dapat

berlangsung 6-10 jam, lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium

vivax. Pada plasmodium falciparum menggigil dapat berlangsung

berat atau tidak ada. Stadium berkeringat berlangsung 12 jam pada

plasmodium falciparum, 36 jam pada plasmodium vivax dan

plasmodium ovale, 60 jam pada plasmodium malariae (Sorontou,

2013).

2. Anemia

Anemia adalah gejala yang sering dijumpai pada infeksi

malaria, lebih sering pada penderita malaria yang tinggal di daerah

endemik malaria. Anemia pada penderita malaria terjadi karena

pecahnya sel darah merah (eritrosit) yang terinfeksi maupun yang

tidak terinfeksi. plasmodium vivax dan plasmodium ovale hanya

menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya 2,5 dari seluruh

jumlah sel darah merah.

Sedangkan plasmodium malariae menginfeksi sel darah

merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari sel darah merah. Anemia

yang disebabkan plasmodium vivax, plasmodium ovale,


18

plasmodium malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis

(Harijanto, 2009).

Jenis anemia yang disebabkan malaria adalah anemia

hemolitik yaitu suatu kondisi tidak cukup sel darah merah dalam

darah, karena kerusakan dini sel darah merah. Anemia normokrom,

anemia normositik. Pada serangan akut, kadar hemoglobin turun

secara mendadak. Menurut Sorontou (2013), anemia disebabkan

beberapa faktor yaitu:

a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan tidak

mengandung parasit terjadi dalam limpa yang sangat

dipengaruhi oleh faktor autoimun

b. Reduce Survival Time atau eritrosit normal yang tidak

mengandung parasite yang tidak dapat hidup lama.

c. Diseritropoiesis atau gangguan dalam pembentukan eritrosit

karena depresi eritropoiesis dalam sumsum tulang, retikulosit

tidak dilepaskan dalam peredaran darah tepi atau perifer.

3. Spenomegali

Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Plasmodium

yang menginfeksi organ ini dapat di fagosit oleh sel-sel makrofag

dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini dapat menyebabkan

limpa membesar. Pembesaran limpa merupakan gejala khas

terutama pada malaria kronis, limpa mengeras, hitam, karena


19

pigmen banyak ditimbun dalam eritrosit dan banyak mengandung

parasit (Sorontou, 2013 & Zulkoni, 2010).

Menurut Kemenkes RI (2011), gejala klinis yang sering

dijumpai pada penderita malaria yaitu demam, sakit kepala,

menggigil, nyeri di seluruh tubuh. Pada beberapa kasus dapat

disertai gejala mual/ muntah, batuk dan diare, gejala tersebut

hampir menyerupai dengan gejala-gejala penyakit lainnya dan

perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan

diagnosa pasti.

2.1.5 Epidemiologi

1. Distribusi dan frekuensi

a. Orang

Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada

kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita, anak, dan ibu hamil.

Setiap orang dapat terkena penyakit malaria, perbedaan

prevalensi menurut umur, jenis kelamin, ras dan riwayat

malaria sebelumnya, berkaitan dengan perbedaan tingkat

kekebalan karena variasi keterpaparan terhadap gigitan

nyamuk (Arsin, 2012).

World Malaria Report tahun 2011, menyebutkan bahwa

malaria terjadi di 106 Negara bahkan 3,3 milyar penduduk

dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah kasus

malaria di dunia sebanyak 216 juta kasus, dimana 28 juta kasus


20

terjadi di ASEAN. Setiap tahunnya sebanyak 660 ribu orang

meninggal dunia karena malaria terutama anak balita (86%),

320 ribu diantaranya berada di Asia Tenggara termasuk

Indonesia (Kemenkes R.I, 2014).

Menurut Riskesdas (2018), prevalensi menurut

karakteristik umur pada penderita malaria paling tinggi adalah

umur 25-34 tahun yaitu 1,6%, kemudian umur 35- 44 tahun

yaitu 1,6 %, umur 15-24 tahun yaitu 1,3% dan paling rendah

adalah kelompok umur 1-4 tahun yaitu 0,5% (Kemenkes RI,

2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Zein (2013), dengan

menggunakan desain cross sectional di Kelurahan Kayubulan

Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo menunjukkan

bahwa dari 83 penderita malaria terdapat kelompok umur

18-32 tahun sebanyak 19 orang (22,8%), 33-46 tahun sebanyak

38 orang (45,6%), dan 47-62 tahun sebanyak 26 orang

(31,2%). Di lihat dari pekerjaan, ditemukan penderita malaria

paling banyak adalah petani yaitu 29 orang (34,9%) dan yang

paling sedikit pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak

2 orang (2,4%).

b. Tempat

Penyebaran malaria terjadi dalam wilayah yang terbentang

luas meliputi belahan bumi utara dan selatan, antara 640 lintang
21

utara (Kota Archagel di Rusia) sampai 32° lintang selatan (Kota

Cardova, Argentina). Penyebaran malaria dapat berlangsung

pada ketinggian wilayah yang sangat bervariasi, mulai dari

wilayah dengan ketinggian 400 meter di bawah permukaan laut,

misalnya di Laut Mati sampai wilayah dengan ketinggian 2.600

meter di atas permukaan laut, misalnya di Cochabamba

(Bolivia). Di antara batas lintang dan ketinggian ini ada daerah-

daerah yang bebas malaria. tergantung dari keadaan

lingkungannya.

Kini malaria banyak dijumpai di Meksiko, sebagian

Karibia, Amerika Tengah, dan Selatan, Afrika Sub-Sahara,

Timur Tengah, India, Asia Selatan, Asia Tenggara, Indo Cina,

dan pulau-pulau di Pasifik Selatan. Di Indonesia malaria

ditemukan tersebar diseluruh kepulauan , terutama dikawasan

timur indonesia (Arsin, 2012).

Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah

yang berisiko tertular malaria. Dari 497 Kabupaten/Kota yang

ada di Indonesia saat ini, 54% masih merupakan wilayah

endemis malaria. Daerah dengan kasus malaria tinggi

dilaporkan dari Kawasan Timur Indonesia (Papua, Papua Barat,

Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara). Di kawasan

lainya juga dilaporkan masih cukup tinggi antara lain,


22

Bengkulu, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Lampung,

dan Sulawesi Tengah (Kemenkes R.I, 2017).

Penyebaran keempat plasmodium malaria berbeda

menurut geografi dan iklim, plasmodium falciparum banyak

ditemukan di daerah tropik beriklim panas dan basah,

plasmodium vivax banyak ditemukan di daerah beriklim dingin,

sub tropik sampai daerah tropik, plasmodium ovale lebih

banyak ditemukan di Afrika yang beriklim tropik dan Pasifik

Barat (Arsin, 2012).

Di Indonesia, spesies ini tersebar diseluruh kepulauan,

terutama di kawasan timur Indonesia. Daerah sebaran

plasmodium ovale terbatas di Afrika Timur, Afrika Barat,

Filiphina, dan Papua (Sorontou, 2013).

Jenis plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia

adalah plasmodium falciparum dan plasmodium vivax,

sedangkan plasmodium malariae dapat ditemukan di beberapa

Provinsi antara lain: Lampung, Nusa Tenggara Timur dan

Papua. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara

Timur dan Papua.

Sedangkan tahun 2010 di Pulau Kalimantan dilaporkan

adanya plasmodium knowlesi yang dapat menginfeksi manusia

yang sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet


23

dan sampai saat ini masih dalam penelitian (Kemenkes R.I,

2017).

2. Determinan Penyakit Malaria

Dalam segitiga epidemiologi terdapat 3 faktor yang dapat

menimbulkan suatu penyakit yaitu Host (penjamu), Agent

(penyebab penyakit), Enviroment (lingkungan). Penyebaran

penyakit malaria dapat terjadi jika ketiga faktor tersebut saling

mendukung (Arsin, 2012).

a. Host (penjamu)

Malaria memiliki keunikan karena mempunyai dua macam

host, yaitu host intermediate (siklus aseksual parasit) terjadi pada

manusia, host defenitive (siklus seksual) terjadi pada nyamuk

anopheles betina.

1) Manusia (host intermediate)

Semua orang dapat terkena malaria. Malaria dapat menginfeksi

setiap orang. Ada beberapa faktor intrinsik yang dapat

mempengaruhi manusia sebagai host malaria antara lain :

a) Usia

Usia merupakan faktor yang penting bagi manusia

untuk terjadinya penyakit. Setiap orang dapat terkena

malaria, namun malaria lebih sering terjadi pada anak- anak

dan lanjut usia karena imunitas anak belum sempurna dan


24

lanjut usia imunitasnya sudah mulai menurun (Sorontou,

2013).

Anak usia < 5 tahun adalah kelompok yang paling

banyak berisiko terhadap malaria. Pertahanan tubuh

terhadap malaria yang diturunkan penting untuk melindungi

anak kecil atau bayi karena sifat khusus sel darah merah

(eritrosit) yang relatif resisten terhadap masuk dan

berkembang biaknya parasit malaria.

b) Jenis Kelamin

Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin laki-

laki dan prempuan, akan tetapi apabila menginfeksi ibu

hamil akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan ibu

dan bayi, seperti anemia berat, berat badan lahir rendah

(BBLR), abortus, partus premature dan kematian janin

intrauterine. Penelitian Lidia Gomes dalam Sulistya

(2012), menyatakan ibu hamil dengan malaria falciparum

beresiko 8,56 kali terhadap kejadian anemia (dengan OR=

8,56%).

c) Ras

Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai

kekebalan alamiah terhadap malaria. Misalnya, di Afrika di

mana prevalensi dari hemoglobin S (Hb S) cukup tinggi,


25

penduduknya ternyata lebih tahan terhadap akibat dari

infeksi plasmodium falciparum. Hb S terdapat pada

penderita dengan kelainan darah yang merupakan penyakit

turunan/herediter yang disebut sickle cell anemia.

d) Riwayat Alamiah Penyakit

Riwayat alamiah penyakit sebelumnya, bagi yang

sudah pernah menderita malaria dan tidak berobat sampai

sembuh, maka malaria ini akan kambuh lagi, atau relaps

jika imunitas tubuh penderita menurun (Sorontou, 2013).

e) Status Gizi

Faktor gizi sangat mempengaruhi penderita malaria

yang terinfeksi oleh parasit malaria. Individu yang memiliki

gizi baik akan mempunyai daya imunitas tubuh yang kuat

sehingga parasit dapat mati dalam tubuh. Sebaliknya, jika

gizinya buruk, parasit malaria akan berkembang dengan

cepat di dalam tubuh dan dapat menyebabkan kematian,

terutama malaria berat. Masyarakat dengan gizi kurang

serta tinggal di daerah endemis akan lebih rentan terhadap

infeksi malaria.

f) Cara Hidup

Cara hidup sangat mempengaruhi terjadinya malaria.

Cara hidup dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi,

tingkat pendidikan. Kebiasaan misalnya kebiasaan tidur


26

tidak memakai kelambu dan sering keluar rumah pada

malam hari tanpa menggunakan repelent nyamuk akan

berpeluang digigit nyamuk dan mudah terkena malaria.

g) Imunitas (kekebalan tubuh)

Kekebalan atau imunitas pada malaria merupakan

keadaan imun atau kebal terhadap infeksi malaria yang

berhubungan dengan proses penghancuran parasit atau

pembatasan pertumbuhan dan perkembanganbiakan parasit.

Kekebalan terhadap malaria baru timbul sesudah masuknya

parasite kedalam darah.

Belum ada bukti yang menyakinkan bahwa bentuk-

bentuk eksoeritrositer dapat menimbulkan kekebalan.

Adapun sifat-sifat dari kekebalan malaria adalah sebagai

berikut: Darah yang mengandung parasit, hanya aktif

terhadap bentuk eksoeritrosite dari parasit, spesifik terhadap

spesies tertentu tidak ada cross imunnit, menjadi lebih kuat

dengan adanya infeksi yang berulangulang, akan segera

menurun dan kemudian menghilang setelah tidak ada lagi

parasit dalam tubuh manusia. Umumnya lebih efektif, lebih

cepat dan bertahan lama pada plasmodium falciparum dan

plasmodium vivax (Sorontou, 2013).

b. Nyamuk (host definitive)


27

Nyamuk anopheles diseluruh dunia sekitar 2.000 spesies,

nyamuk anopheles yang yang dapat menularkan malaria

sekitar 60 spesies. Di Indonesia menurut pengamatan terakhir

ditemukan kembali 80 spesies anopheles dengan tempat

perindukan yang berbeda-beda. Di Jawa-Bali ditemukan

anopheles sundaicus dan anopheles aconitus, sedangkan di

Sumatera ditemukan anopheles sundaicus, anopheles

maculatus, dan anopheles nigerrimus.

Di Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur ditemukan

anopheles sundaicus, anopheles subpictus, dan anopheles

barbirostris, dan di Kalimantan ditemukan anopheles

balabacensis sedangkan di Papua anopheles farauti,

anopheles punctulatus, dan anopheles bancrofti. Semua jenis

nyamuk anopheles tersebut hanya nyamuk anopheles betina

yang dapat mengisap darah dan menyebabkan malaria (Asrin,

2012).

Nyamuk anopheles betina yang menghisap darah, karena

diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Nyamuk betina

hanya kawin satu kali selama hidupnya dan terjadi setelah 24-

48 jam dari saat keluar dari kepompong. Oleh karena itu

sarang nyamuk banyak ditemukan di telaga, rawa, sawah,

tempat penampungan air, bekas jejak ban mobil dan lain-lain

(Kemenkes R.I, 2014).


28

Faktor yang mempengaruhi nyamuk anopheles dan harus

diperhatikan adalah tempat berkembang biak nyamuk

(breeding place), panjang umur nyamuk, dan efektivitas

anopheles sebagai vektor penular, serta jumlah sporozoit

yang diinokulasi setiap kali mengisap darah penderita.

Efektivitas vektor untuk menularkan malaria ditentukan

oleh kepadatan vektor dekat pemukiman manusia, kesukaan

mengisap darah manusia atau antrofilik, frekuensi mengisap

darah yang tergantung pada suhu, jika suhu panas, maka

nyamuk akan lebih sering menggigit manusia, lamanya

sprogoni (berkembangnya parasit dalam nyamuk sehingga

menjadi infektif), Kebiasaan nyamuk anopheles betina

menggigit pada waktu senja atau subuh, dengan jumlah yang

berbeda-beda tergantung pada spesies (Sorontou, 2013).

b.Agent (penyebab Penyakit)

Agent adalah spesies parasit yang menyebabkan penyakit

malaria. Agent malaria adalah parasit dari genus plasmodium

sp. Parasit plasmodium hidup di dalam tubuh manusia pada

siklus aseksual atau berkembang biak secara tidak kawin

dengan pembelahan diri, sedangkan pada tubuh nyamuk pada

siklus seksual atau berkembang biak secara kawin).

Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia secara alami

dikenal 5 jenis yaitu :


29

1) Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika,

merupakan penyebab infeksi berat, dapat menimbulkan

komplikasi, mudah resistensi dengan pengobatan, bahkan

dapat menimbulkan kematian.

2) Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana,

merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan memiliki

gejala demam tiap hari ke-tiga.

3) Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria quartana

(demam tiap hari ke-empat), ini jarang terjadi, dapat

menimbulkan sindrom nefrotik.

4) Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale.

Merupakan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh

spontan tanpa pengobatan. Ditemukan di daerah Afrika,

Pasifik Barat, sedangkan di Indonesia ditemukan di Papua

dan Nusa Tenggara.

5) Plasmodium knowlesi, dilaporkan pertama kali pada tahun

2004, di daerah Serawak, Malaysia, juga ditemukan di

Singapura, Thailand, Myanmar, serta Filipina. Bentuk

plasmodium knowlesi mirip seperti plasmodium malariae,

sehingga sering dilaporkan sebagai malariae.

Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis

plasmodium yang dikenal sebagai infeksi campuran atau

majemuk (mixed infection). Pada umumnya, paling banyak


30

dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran antara

plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium

malariae. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah dengan

angka penularan tinggi (Harijanto, 2009).

c. Enviroment (Lingkungan)

Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap parasit

malaria di suatu daerah. Lingkungan terbagi menjadi lima

bagian yaitu:

1). Lingkungan fisik

a) Suhu Udara

Menurut Ward yang dikutip Asrin (2012), suhu

merupakan karakteristik tempat perindukan yang

mempengaruhi metabolisme, perkembangan,

pertumbuhan, adaptasi dan sebaran geografik larva

nyamuk. Pada suhu diatas 320C- 350C metabolisme

serangga akan terganggu menuju proses fisiologi.

Suhu udara rata-rata yang optimum untuk

perkembangan nyamuk adalah 25°C-27°C. Sedangkan

perkembangan nyamuk akan berhenti dibawah suhu

10°C dan diatas suhu 40°C. Terkait dengan kejadian


31

malaria, perubahan iklim yang terjadi berdampak secara

tidak langsung terhadap kejadian malaria.

Perubahan suhu mempunyai efek terhadap periode

perkembangan nyamuk meliputi siklus hidup nyamuk,

frekuensi mengisap darah, umur nyamuk (longevity) dan

siklus gonotropik yaitu suatu periode waktu dimana

untuk pematangan telur sejak nyamuk mengisap darah

sampai dengan telur matang dan siap untuk dikeluarkan

(Asrin, 2012).

b) Kelembaban Udara

Kelembaban yang rendah memperpendek umur

nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan

berkembang biak, kebiasaan menggigit serta pola

istirahat nyamuk. Tingkat kelembaban 63%, merupakan

angka yang paling rendah untuk memungkinkan

hidupnya nyamuk. Penularan lebih mudah terjadi ketika

kelembapan tinggi, sebaliknya di daerah yang gersang

penularan tidak terjadi karena usia nyamuk yang tidak

panjang sehingga parasit tidak dapat menyelesaikan

siklusnya (Susana, 2010).

c) Hujan

Pada umumnya hujan akan memudahkan

perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemik malaria.


32

Terdapat hubungan langsung antara hujan dan

perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa.

Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan,

derasnya hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor, dan jenis

tempat perindukan (breeding places). Hujan yang

diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan

berkembang biaknya anopheles.

Menurut Sukowati yang dikutip Asrin (2012),

frekuensi curah hujan dengan penyinaran relatif panjang

akan menambah habitat nyamuk. Luasan habitat nyamuk

setiap species anopheles bervariasi. Hal tersebut

dipengaruhi oleh jumlah dan frekuensi hari hujan,

keadaan geografi dan sifat fisik lahan. Curah hujan yang

terus berkurang pada lahan pertanian akan menciptakan

kondisi lagoon dan tambak menjadi payau sehingga

cocok untuk habitat bagi anopheles sundaicus.

d) Angin

Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan

terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke

dalam atau ke luar rumah adalah salah satu faktor yang

ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dan

nyamuk. Angin tidak memberikan pengaruh langsung

terhadap pertumbuhan dan perkembangan serangga.


33

Angin memberikan peranan yang besar dalam pola

penyebaran serangga (Asrin, 2012).

e) Sinar Matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva

nyamuk berbeda beda. anopheles sundaicus lebih suka

tempat yang teduh, sebaliknya anopheles hyrcanus spp

lebih menyukai tempat yang terbuka. anopheles

barbirostris dapat hidup baik ditempat teduh maupun di

tempat terang (Asrin, 2012).

f) Arus Air

Tiap jenis nyamuk memiliki tempat perindukan yang

berbeda. Anopheles barbirostris menyukai tempat

perindukan yang airnya statis atau mengalir sedikit.

Anopheles minismus menyukai tempat perindukan yang

alirannya cukup deras dan anopheles letifer di tempat

yang airnya tergenang (Asrin, 2012).

2). Lingkungan Biologi

Lingkungan dengan banyak tumbuhan bakau, lumut,

ganggang dan berbagai jenis tumbuhan-tumbuhan lain

merupakan daerah perindukan nyamuk, pengolahan sawah

yang terus menerus juga merupakan tempat perindukan

nyamuk anopheles. Ternak seperti sapi dan kerbau juga

dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia


34

apabila kandang ternak hewan tersebut diletakkan diluar

rumah (Susana, 2010).

Adanya berbagai jenis ikan pemakan jentik seperti ikan

kepala timah, ikan mujair, ikan mas, ikan nila, dan ikan

tawar lainnya dapat dijadikan sebagai biokontrol larva atau

jentik nyamuk (Sorontou, 2013).

3). Lingkungan Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial ekonomi meliputi kepadatan

penduduk, stratifikasi sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan)

nilai-nilai sosial dan kemiskinan dapat mempengaruhi

perkembangan parasit malaria.

4). Lingkungan Sosial Budaya

Faktor sosial memegang peranan yang penting dalam

penularan malaria. Pembangunan bendungan, penambangan

timah, dan pembukaan tempat permukiman baru adalah

beberapa contoh kegiatan pembangunan yang sering

menimbulkan perubahan lingkungan yang menguntungkan

bagi nyamuk anopheles. Migrasi telah menyebabkan

timbulnya penyakit malaria pada daerah yang pada awalnya

bebas malaria (Susana, 2010) .

Sosial budaya berhubungan dengan kebiasaan hidup di

luar rumah, individu yang memiliki kebiasaan hidup diluar


35

rumah berpeluang digigit nyamuk lebih tinggi dibandingkan

mereka yang tinggal di dalam rumah. Penggunaan kelambu,

kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak

nyamuk/ repellent yang intensitasnya berbeda sesuai dengan

perbedaan status sosial masyarakat akan mempengaruhi

angka kesakitan malaria (Sorontou, 2013).

5). Lingkungan Kimia

Aliran air yang diberi insektisida seperti pemberian abate

dapat membunuh jentik nyamuk. Akan tetapi, jentik yang

mampu bertahan dapat bekembang menjadi spesies nyamuk

anopheles atau aedes yang kebal terhadap senyawa

insektisida, suhu, udara, kelembapan, dan curah hujan

merupakan faktor penting untuk transmisi penyakit malaria.

2.1.6 Diagnosis Penyakit Malaria

Diagnosa malaria ditegakkan sama dengan penyakit lainnya,

berdasarkan anamnesis (wawancara), pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan laboratorium. Maka diagnosa tanpa pemeriksaan

laboratorium dapat dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik, maka diagnosa malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis.

Sampai saat ini, diagnosa pasti malaria hanya dapat ditegakkan jika

hasil pemeriksaan sediaan darah menunjukkan hasil yang positif


36

secara mikroskopis atau Uji Diagnosis Cepat (Rapid Diagnostic

Test/RDT) (Soedarto, 2011).

1. Wawancara (Anamnesis)

Anamnesis atau wawancara dilakukan untuk memperoleh

informasi tentang penderita malaria yaitu berupa keluhan utama:

demam, menggigil, berkeringat disertai sakit kepala, mual,

muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal, riwayat pernah tinggal

di daerah endemis malaria, riwayat pernah sakit malaria atau

minum obat anti malaria dalam satu bulan terakhir, maupun

riwayat pernah mendapat transfusi darah

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada penderita meliputi demam dengan suhu

tubuh dari 37,50C sampai 400C, serta anemia yang dibuktikan

dengan konjungtiva atau telapak tangan pucat, pembesaran limpa

(splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali).

3. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan dengan sediaan darah tebal dan tipis di

puskesmas/lapangan/rumah sakit untuk menentukan :

1) Ada tidaknya parasit malaria (positip atau negatif)

2) Spesies dan stadium plasmodium

3) Kepadatan parasit :

a) Semi Kuantitatif parasit:


37

(-) =Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/

lapangan pandang besar

(+) =Positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB/

lapangan pandang

(++) = Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100

LPB/ lapangan pandang

(+++) = Positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB/

lapangan pandang

(++++) = Positif 4 (ditemukan > 10 parasit dalam 1 LPB/

lapangan pandang

b) Kuantitatif

Jumlah parasit di hitung per mikro liter darah pada sedian

darah tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).

b. Tes diagnostik cepat atau Rapid Test Diagnostic Test (RDT)

Tes diagnostik cepat atau RDT adalah pemeriksaan yang

dilakukan berdasarkan antigen parasit malaria dengan

imunokromatografi dalam bentuk dipstic. Test ini digunakan

pada waktu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau untuk

memeriksa malaria pada daerah terpencil yang tidak ada tersedia

sarana laboratorium. Dibandingkan uji mikroskopis, tes ini

mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian cepat diperoleh,

akan tetapi RDT sebaiknya menggunakan tingkat sensitivity dan

specificity lebih dari 95% (Kemenkes R.I, 2011).


38

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum

penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematocrit,

jumlah leukosit dan trombosit, pemeriksaan kimia darah seperti

Glukosa, serum bilirubin, albumin atau globulin.

2.1.7 Upaya Pencegahan Penyakit Malaria

Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun

masyarakat, dengan cara sebagai berikut:

1. Pencegahan Primer

Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan orang sehat agar

tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

a. Pencegahan Terhadap Parasit (Pengobatan)

Pemberian obat pencegahan (profilaksis) malaria

bertujuan untuk mencegah infeksi dan timbulnya gejala-gejala

malaria. Hal ini sebaiknya dilakukan pada orang-orang yang

melaksanakan perjalanan ke daerah endemis malaria.

Pengobatan perorangan memerlukan pencegahan terhadap

malaria selama berada di daerah endemis malaria dan beberapa

waktu sesudah meninggalkan daerah tersebut (Sorontou, 2013).

Jenis obat yang digunakan menurut Departemen

Kesehatan RI, ada dua jenis: yaitu klorokuin dan sulfadoksin

atau pirimetamin. Pencegahan plasmodium vivax dilakukan


39

dengan minum klorokuin 5 mg/kg/minggu diminum setiap

minggu sebelum berangkat ke daerah endemis sampai empat

minggu setelah kembali dan dianjurkan tidak menggunakan

klorokuin lebih dari 3-6 bulan.

Pencegahan plasmodium falciparum dapat digunakan

doksisklin. Dosis doksisklin 1,5 mg/kg/hari selama tidak lebih

dari 4-6 minggu, dan tidak dapat diberikan kepada anak-anak

umur kurang dari 8 tahun dan ibu hamil. Sedangkan sulfadoksin

atau pirimetamin diberikan apabila memasuki daerah resisten

klorokuin (Depkes R.I, 2008 ).

b. Pencegahan terhadap vektor/gigitan nyamuk

Pencegahan terhadap vektor nyamuk, antara lain:

1) Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk penyebab

malaria dengan cara tidur dengan menggunakan kelambu,

tidak keluar rumah pada malam hari kecuali untuk

keperluan tertentu. memakai lotion anti nyamuk, memasang

kawat kasa pada jendela

2) Membersihkan tempat sarang nyamuk, dengan cara

membersihkan semak belukar disekitar rumah, tidak

menggantungkan pakaian kotor di dalam kamar,

mengalirkan genangan-genangan air yang dapat menjadi

tempat perindukan nyamuk anopheles


40

3) Membunuh jentik-jentik nyamuk dengan menebar ikan

pemakan jentik dan membunuh jentik dengan menyemprot

larvasida.

2. Pencegahan Sekunder

Upaya untuk mencegah orang yang sakit agar sembuh,

Menghambat progresifitas penyakit dan menghindari komplikasi.

Kegiatan meliputi: pencarian penderita secara aktif melalui

skrining dan secara pasif dengan melakukan pencatatan dan

pelaporan kunjungan penderita malaria, diagnosa dini dan

pengobatan yang memenuhi syarat dan memperbaiki status gizi

guna membantu proses penyembuhan (Sulistya, 2012).

a. Pencarian Penderita Malaria

Salah satu cara untuk memutuskan penyebaran malaria adalah

dengan cara menemukan penderita sedini mungkin yang

dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh petugas

khusus yang mengunjungi rumah secara teratur maupun

dilakukan secara pasif (passive Case Detection) yaitu

memeriksa semua pasien yang berkunjung ke Unit Pelayanan

Kesehatan (UPK), yaitu Polindes, Pustu, Puskesmas dan

Rumah Sakit baik swasta maupun pemerintahan yang

menunjukkan gejala klinis malaria, kemudian diambil sampel

darah untuk pemeriksaan parasitologi dilaboratorium untuk

memastikan penderita malaria.


41

b. Pengobatan Penderita Malaria

Ada beberapa cara pengobatan malaria dan jenis pengobatan

terhadap tersangka maupun penderita malaria:

1) Pengobatan malaria klinis adalah pengobatan yang diberikan

berdasarkan gejala klinis dengan tujuan menyembuhkan

gejala klinis malaria

2) Pengobatan Radikal adalah pengobatan yang diberikan

kepada penderita malaria dengan pemeriksaan laboratorium

positif malaria. Pengobatan ini bertujuan untuk mencegah

terjadinya relaps malaria

3) Pengobatan massal/ MDA (Mass Drug Administration)

adalah pemberian pengobatan malaria klinis kepada semua

penduduk (>80% penduduk) di daerah KLB sebagai bagian

dari upaya penanggulangan KLB malaria

4) Pengobatan kepada penderita demam /MFT (Mass Fever

Treatment) adalah dilakukan untuk mencegah KLB dan

melanjutkan penanggulangan KLB, yaitu diulang setiap

dua minggu setelah pengobatan MDA sampai

penyemprotan selesai.

Secara global WHO telah menetapkan pengobatan malaria

dengan memakai obat ACT (Artemisinin base Combination

Therapy). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat

utama karena efektif dalam mengatasi Plasmodium yang resisten


42

dengan pengobatan. Selain itu artemisinin juga bekerja membunuh

Plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit. Juga efektif

terhadap semua spesies, plasmodium falciparum, plasmodium

vivax maupun lainnya. Laporan kegagalan terhadap ART belum

dilaporkan saat ini (Depkes R.I, 2008).

Golongan obat yang termasuk ACT adalah Artesunat,

Artemeter, Artemisin, Dihidroartemisinin, Artheether dan asam

artelinik Artesunat, Artemeter, Artemisin, Dihidroartemisinin,

Artheether dan Asam artelinik. Untuk pemakaian obat golongan

artemisinin harus disertai/dibuktikan dengan pemeriksaan parasit

yang positif. Apabila malaria klinis/tidak ada hasil pemeriksaan

parasitologik yang tetap maka menggunakan obat non-ACT

(Depkes R.I, 2008).

Golongan obat yang termasuk non-ACT yaitu Klorokuin

Difosfat/sulfat, Sulfadoksin-pirimetamisin, Kina sulfat, Primakuin.

Penggunaan obat-obat nonACT terhadap malaria dilaporkan telah

resisten di seluruh provinsi di Indonesia, namun beberapa daerah

masih cukup efektif dengan obat-obat non-ACT seperti klorokuin

dan Sulfadoksin pirimetamin (kegagalannya masih kurang 25%).

Apabila pola resistensi masih rendah dan belum terjadi

multiresistensi, dan belum tersedianya obat golongan artemisinin

dapat menggunakan obat standar yang dikombinasikan. Contoh

kombinasi ini adalah sebagai berikut: Kombinasi


43

klorokuin+sulfadoksin-pirimetamin (SP), kombinasi SP+kina,

kombinasi klorokuin+doksisiklin/tetrasiklin, kombinasi

SP+doksisiklin/tetrasiklin, kombinasi kina+doksisiklin/tetrasiklin.

Pemakaian obat-obat kombinasi ini juga harus dilakukan

monitoring respon pengobatan sebab perkembangan resistensi

terhadap obat malaria berlangsung cepat dan meluas (Harijanto,

2009).

3 Pencegahan Tersier

Upaya untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan

rehabilitasi. Kegiatannya meliputi penanganan akibat lanjutan dari

komplikasi malaria,dan rehabilitasi mental/psikologi. Penanganan

akibat lanjut dari komplikasi malaria dapat dilakukan melalui

beberapa kegiatan, yaitu dengan pemberian obat malaria yang

efektif sedini mungkin, penanganan kegagalan organ seperti

tindakan dialysis terhadap gangguan fungsi ginjal, pemasangan

ventilator pada gagal napas, dan tindakan suportif berupa

pemberian cairan serta pemantauan tanda vital.

Rehabilitasi mental/psikologis dapat dilakukan dengan cara

memberikan dukungan moril kepada penderita dan keluarga

penderita, serta melaksanakan rujukan pada penderita yang

memerlukan pelayanan tingkat lanjut.


44

2.2 Konsep Teori Keluarga

2.2.1 Definisi

Menurut Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009, keluarga

adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau

suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

Anak yang dimaksud dalam pengertian ini adalah anak yang belum

menikah.

Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Setiadi, 2008).

Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain,

dan di dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta

mempertahankan kebudayaan (Bailon dan (Maglaya, 1989 dalam

Setiadi, 2008).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval

dan logan, 1986 dalam Setiadi, 2008).


45

Selain itu terdapat juga definisi khusus untuk keluarga, yaitu

satuan individual/seseorang yang tidak diikat dalam hubungan

keluarga, hidup dan amakan serta menetap dalam satu rumah

(BKKBN, 2011).

Dari definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas dua orang

atau lebih, adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam

satu rumah tangga, di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga,

berinteraksi diantara sesama anggota keluarga, setiap anggota

keluarga mempunyai peran masing-masing dan menciptakan,

mempertahankan suatu kebudayaan.

2.2.2 Struktur Keluarga

Dalam struktur keluarga menurut Setiadi (2008), mengatakan

bahwa struktur keluarga adalah :

1. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ayah

2. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu

3. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama

keluarga sedarah istri


46

4. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama

keluarga sedarah suami

5. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar

bagi pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi

bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

Menurut Agapito (2012), dominasi jalur hubungan darat :

1. Patrilineal

Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis

keturunan ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan

struktur keluarga patrilineal.

2. Matrilineal

Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis

keturunan ibu. Suku Padang merupakan salah satu contoh suku

yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.

2.2.3 Tugas dan Fungsi Keluarga

Tugas Kesehatan Keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1998):

dalam Andarmoyo (2012)

1. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti


47

dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan

dana kesehatan habis.

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil

apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari

adanya perubahan keluarga perlu terjadinya, perubahan apa yang

terjadi dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga

mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala faktor penyebab dan yang

mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus dikaji oleh perawat :

a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat

dan luasnya masalah

b. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan

c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang

dialami

d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit


48

e. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah

kesehatan

f. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang

ada

g. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

h. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit ketika

memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal berikut:

a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis

dan perawatannya)

b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c. Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga

yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial,

fasilitas fisik, psikososial)

e. Sikap keluarga terhadap yang sakit

4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana

rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai

berikut:

a. Sumber-sumber yang dimiliki


49

b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

c. Pentingnya higiene sanitasi

d. Upaya pencegahan penyakit

e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi

f. Kekompakan antar anggota keluarga

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Ketika merujuk

anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal berikut ini:

a. Keberadaan fasilitas keluarga

b. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas

kesehatan

c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas

kesehatan

d. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan

fasilitas kesehatan

e. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga

Kelima tugas kesehatan keluarga tersebut saling terkait

dilakukan oleh keluarga, perawat perlu mengkaji sejauh mana

keluarga mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik agar

dapat memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga

untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut.

Menurut Setiadi (2008), ada beberapa fungsi dalam keluarga yang

dapat dijalankan keluarga antara lain :


50

1. Fungsi Biologis :

a) Untuk meneruskan keturunan

b) Memelihara dan membesarkan anak

c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologi :

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d) Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :

a) Membina sosial pada anak

b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

c) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga

d) Fungsi Ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan

penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,

jaminan hari tua dan sebagainya

e) Fungsi pendidikan : menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai


51

dengan bakat dan minat yang dimiliki, mempersiapkan anak

untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi

peranannya sebagai orang dewasa, mendidik anak sesuai

dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi, 2008), dari berbagai

fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota

keluarganya, antara lain :

1. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya

2. Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan

anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan

menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosila

dan spiritual

3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap

menjadi manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan

masa depannya.

2.2.4 Tipe Keluarga

Menurut Muhlisin (2012), mengatakan bahwa tipe keluarga dibagi

menjadi dua macam yaitu :

2 Tipe Keluarga Tradisional

a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak-anak


52

b. Keluarga Besar (Exstended Family), adalah keluarga inti di

tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan,

saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya

c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami dan istri tanpa anak

d. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu

orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini

dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian

e. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri

seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian

tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

2 Tipe Keluarga Non Tradisional

a. The Unmarriedteenege mather : Keluarga yang terdiri dari

orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa

nikah

b. The Stepparent Family : Keluarga dengan orang tua tiri :

Commune Family Beberapa pasangan keluarga (dengan

anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama

dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman

yang sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok

atau membesarkan anak bersama


53

c. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family : Keluarga

yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa

melelui pernikahan

d. Gay And Lesbian Family : Seseorang yang mempunyai

persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-stri (marital

partners)

e. Cohibiting Couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar

ikatan perkawinan karena beberapa alas an tertentu

f. Group-Marriage Family : Beberapa orang dewasa

menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling

merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan

membesarkan anaknya

g. Group Network Family : Keluarga inti yang dibatasi aturan atau

nilai – nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya

dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,

pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya

h. Foster Family : Keluarga menerima anak yang tidak ada

hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara,

pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya

i. Homeless Family : Keluarga yang terbentuk dan tidak

mempunyai perlindungan yang permanent karena krisis


54

personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau

problem kesehatan mental

j. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-

orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan

kriminal dalam kehidupannya.

2.2.5 Peran Keluarga

Peranan keluarga menurut Setiadi (2008), menggambarkan

seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan

dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai

berikut :

1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak,

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi

rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkunmgan

2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah

satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga


55

3. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial

sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial

dan spriritual.

Menurut Setiadi (2008), ada beberapa peranan yang dapat

dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

kesehatan keluarga, antara lain :

1. Pemberian asuhan keperwatan kepada anggota keluarga

2. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga

3. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan

keluarga

4. Fasilitator menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau

5. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidikan

untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat

6. Penyulun dan konsultan, perawat dapat berperan memberikan

petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga

disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah

perawatan keluarga.

2.2.6 Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi, 2008), membagi keluarga

dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:

1. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :


56

a. Membina hubungan intim yang memuaskan

b. Menetapkan tujuan bersama

c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok

social

d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB

e. Persiapan menjadi orang tua

f. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan

dan menjadi orang tua).

5. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan

menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari

46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya

bermasalah dalam hal :

a. Suami merasa diabaikan

b. Peningkatan perselisihan dan argument

c. Interupsi dalam jadwal kontinu

d. Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual

dan kegiatan)

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang

tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan)


57

d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak

e. Konseling KB post partum 6 minggu

f. Menata ruang untuk anak

g. Biaya / dana Child Bearing

h. Memfasilitasi role learning angggota keluarga

i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

6. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah

Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan

pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses

belajar dan kotak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga

b. Membantu anak bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga

terpenuhi

d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga

e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

f. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan

kembang anak.

7. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :


58

a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

sekolah dan lingkungan lebih luas

b. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

intelektual

c. Menyediakan aktivitas untuk anak

d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut

sertakan anak

e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya

kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

8. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang

seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah

seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi)

b. Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)

c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga

d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan

anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh

kembang anggota keluarga.

9. Keluarga dengan Anak Dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup

mandiri dan menerim,a kepergian anaknya, menata kembali

fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai


59

suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada

saat ini adalah :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b. Mempertahankan keintiman

c. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di

masyarakat

d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya

e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga

f. Berperan suami-istri kakek dan nenek

g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh

bagi anak-anaknya.

10. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam

mengolah minat social dan waktu santai

b. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua

c. Keakrapan dengan pasangan

d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.

e. Persiapan masa tua/ pension.

11. Keluarga Lanjut Usia

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :


60

a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara

hidup

b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan

kematian

c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.

d. Melakukan life review masa lalu.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas

2.3.1 Definisi Keperawatan Komunitas

Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada

wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relatif

sama, serta berinteraki satu sama lain untuk mencapai tujuan (Ayu K,

2013).

Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik

keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk

meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari

keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi

buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.

Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap

masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas

baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan

atau perawatan (Ratnawati, 2017).


61

Berdasarkan pernyataan dari American Nurses Association (2004)

yang mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas sebagai

tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari

populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang

sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktik yang

dilakukan komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada kelompok

tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat

episodik (Effendi & Makhfudli, 2010).

Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan

profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan

pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat

kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan.

Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat

termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi

seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan

daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia

dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni & Supriyono, 2017).

Menurut WHO (1974), keperawatan komunitas mencakup

perawatan kesehatan keluarga (nurse health family) juga kesehatan

dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat


62

mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan

masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada

mereka sebelum mereka meminta bantuan pada orang lain. Perawat

kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi

kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial

dan ilmu kesehatan masyarakat (Ratnawati, 2017).

Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan

utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan

untuk semua orang melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa

menjadi sehat. Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk

meningkatkan kesehatan individu, keluarga, komunitas dan populasi

melalui fungsi inti dari pengkajian, jaminan dan kebijakan

pengembangan (Jhonson & Leny, 2010).

2.3.2 Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai

berikut:

1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap

individu, keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.

2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health

general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau

isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,

individu dan kelompok.


63

Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami

2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah

tersebut

3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan

4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka

hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam

mempelihara kesehatan secara mandiri (Kemenkes, RI, 2017).

2.3.3 Sasaran Keperawatan Komunitas

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan

komunitas adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

keperawatan, membimbing dan mendidik individu, keluarga,

kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan

perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan

derajad kesehatannya.

Menurut Kemenkes RI (2017), sasaran keperawatan kesehatan

komunitas antara lain :

1. Sasaran individu

Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko

tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta,


64

Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita

penyakit degeneratif.

2. Sasaran keluarga

Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap

masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk

group), dengan prioritas :

a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan

kesehatan (puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai

kartu sehat

b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan

pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,

penyakit menular

c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah

kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana

pelayanan kesehatan

3. Sasaran kelompok

Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang

rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat

maupun tidak terikat dalam suatu institusi


65

a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu

institusi antara lain posyandu, kelompok balita, kelompok ibu

hamil, kelompok usia lanjut, kelompok penderita penyakit

tertentu, kelompok pekerja informal

b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi,

antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut,

rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).

4. Sasaran masyarakat

Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau

mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,

diprioritaskan pada masyarakat di suatu wilayah (RT, RW,

Kelurahan/Desa) yang mempunyai jumlah bayi meninggal lebih

tinggi di bandingkan daerah lain, jumlah penderita penyakit

tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain, cakupan pelayanan

kesehatan lebih rendah dari daerah lain, masyarakat di daerah

endemis penyakit menular (malaria, diare, demam berdarah, dll),

Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau

akibat lainnya.

2.3.4 Pelayanan Keperawatan Kesehatan Komunitas

Menurut Kemenkes RI (2017), pelayanan keperawatan kesehatan

komunitas dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan

pelayanan kesehatan , yaitu :


66

1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)

yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap

2. Di rumah perawat “home care” memberikan pelayanan secara

langsung pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut

maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan fungsi

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko

tinggi masalah kesehatan

3. Di sekolah, perawat dapat melakukan perawatan sesaat (day care)

diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan

perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat melaksanakan

program screening kesehatan, mempertahankan kesehatan dan

pendidikan kesehatan

4. Di tempat kerja/industry, perawat dapat melakukan kegiatan

perawatan langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di

tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan

pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja,

nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan

perokok serta pengawasan makanan

5. Di barak-barak penampungan, perawat memberikan tindakan

perawatan langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan

kecacatan fisik ganda, dan mental

6. Dalam kegiatan puskesmas keliling, pelayanan keperawatan dalam

puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok


67

masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan

yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan,

perawatan kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan

kasus penyakit

7. Di panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak,

panti werdha, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan)

atau lembaga pemasyarakatan (lapas)

8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi

a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia

mendapat perlakukan kekerasan

b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa

c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat

d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok

lansia, gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita

HIV (ODHA/Orang Dengan HIV-AIDS), dan WTS

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas

adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,

membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat

untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat

sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad

kesehatannya.

2.3.5 Prinsip Keperawatan Komunitas


68

Memberikan dukungan serta merawat, bukan hanya kepada

invididual, namun juga keluarga. Dengan demikian, dilihat dari

pengertian serta tujuan di atas bisa disimpulkan bahwa penekanan

keperawatan komunitas terletak pada ‘health promotion, health

maintenance, disease, prevention and treatment of minor illments and

restoration of health and rehabilitation (Kemenkes RI, 2017).

1. Pelaksanaannya berdasarkan kebutuhan dan fungsi dalam program

kesehatan yang menyeluruh

2. Maksud dan tujuannya hendaknya jelas dalam pelayanan

3. Kelompok yang terorganisasi atau perwakilannya adalah bagian

integral dari program kesehatan komunitas

4. Keperawatan komunitas tersedia bagi seluruh lapisan masyarakat

tanpa membedakan asal, sosial budaya, ekonomi, umur, jenis

kelamin, politik serta bangsa

5. Keperawatan komunitas mengakui keluarga dan komunitas adalah

bagian dari unit pelayanan

6. Pendidikan kesehatan dan pelayanan konsultasi adalah bagian

integral dari keperawatan komunitas

7. Penerima jasa pelayanan kesehatan perlu diikut-sertakan dalam

perencanaan terkait dengan tujuan bagi pemeliharaan kesehatan

8. Perawat komunitas harus kualified

9. Keperawatan komunitas harus dilandaskan pada kebutuhan pasien

dan kelangsungan pelayanan kepada pasien yang tepat


69

10.Evaluasi pelayanan kesehatan ini harus dikerjakan secara periodik

dan kontinyu

11.Perawat komunitas berfungsi sebagai bagian terpenting dari tim

kesehatan

12.Perawat komunitas membantu mengarahkan pasien yang

membutuhkan dukungan finansial

13.Community health agency perlu menyediakan program

kelangsungan pendidikan bagi perawat (Kemenkes RI, 2017).

2.3.6 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

1. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya

setelah belajar dari pengelaman sebelumnya, selain dari faktor

pendidikan/pengetahuan individu, media massa, televisi,

penyuluhan yang dilakukan oleh pettugas kesehatan, dan

sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan lingkungan

sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering

mereka temukan sebelumnya sangat memengaruhi upaya

penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan.

Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual

tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit

tertentu, maka mereka telah melakukan pendekatan pemecahan

masalah kesehatan menggunakan proses kelompok.

2. Pendidikan kesehatan (health promotion)


70

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer

materi/ teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi

adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau

masyarakat sendiri.

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar seorang mampu:

a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri

Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap

maslaahnya, dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di

tambah dengan dukungan dari luar

b. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk

meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

3. Kerja Sama (Partner Ship)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat jika tidak di tangani dengan baik akan menjadi

ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja

sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan

keperawatan komunitas, melalui upaya ini berbagai persoalan di

dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih

cepat.

2.3.7 Tahapan Pendokumentasian Keperawatan Komunitas


71

Mengunakan pendekatan dalam asuhan keperawatan komunitas,

terdiri dari tahap :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh

perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai

patokan normanorma kesehatan pribadi maupun sosial serta

integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah.

a. Pengumpulan data

Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah :

1) Data umum : identitas kepala keluarga, komposisi kelaurga,

genogram, tipe keluarga, latar belakang keluarga (etnis),

agama, status sosial ekonomi, aktivitas rekreasi keluarga

2) Tahap dan riwayat perkembangan keluarga : tahap

perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan

keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga sebelumnya

3) Data lingkungan : karakteristik rumah, karakteristik

lingkungan komunitas, mobilitas geografis keluarga,

perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga, sistem

pendukung atau jaringan sosial keluarga

4) Struktur keluarga : pola komunikasi, struktur kekuasaan,

struktur peran, nilai dan normal keluarga

5) Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan yang menggunakan

pendekatan ”Head to toe” : koping keluarga, stressor jangka


72

pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga untuk

berespon terhadap situasi atau stressor, penggunaan strategi

koping, strategi adaptasi disfungsional

b. Analisa data

Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan

dalam melihat perkembangan keluarga antara lain :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

3) Karakter keluarga

c. Rumusan Masalah

Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan

masalah keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan

dan keperawatan yang diambil didasarkan kepada penganalisaan

praktek lapangan yang didasarkan pada analisa konsep, prinsip,

teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa

sebelum mengambil keputusan tentang masalah keperawatan

keluarga (Keliat, dkk, 2020).

d. Skoring

Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria

yaitu :
73

1) Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko

dan potensial

2) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan

kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah

masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan

3) Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya

masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah

melalui tindakan keperawatan atau kesehatan

4) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan

menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk

diatasi melalui intervensi keperawatan atau kesehatan.

Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu

disusun skala prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Skoring Masalah Keperawatan

No Kriteria Nilai Bobot


1 Sifat masalah
Skala :
3
a. Aktual
2 1
b. Resiko
1
c. Potensial
2 Kemungkinan masalah dapat
dirubah :
2
a. Dengan mudah
1 2
b. Hanya sebagain
0
c. Tidak dapat
74

3 Potensial masalah untuk


dicegah :
Skala :
3
a. Tinggi
2 1
b. Cukup
1
c. Rendah

4 Menonjolnya masalah
Skala :
2
a. Masalah berat harus segera
ditangani
1 1
b. Masalah yang tidak perlu
segera ditangani
0
c. Masalah tidak dirasakan
Sumber : (Suprajitno, 2004).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat diprioritaskan suatu

masalah. Masing-masing masalah keperawatan diskoring

terlebih dahulu, kemudian dari hasil skoring tersebut

dijumlahkan nilainya. Adapun rumus untuk mendapatkan

nilai skoring tersebut adalah :

Skor x Bobot

Nilai Tertinggi

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul menurut NANDA

(Carpenito L.J, 2001) adalah :

a. Manajemen kesehatan yang dapat diubah

b. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah


75

c. Kurang pengetahuan

d. Konflik keputusan

e. Berduka disfungsional

f. Konflik peran orang tua

g. Isolasi sosial

h. Perubahan dalam proses keluarga

i. Potensial perubahan dalam menjadi orang tua

j. Perubahan penampilan peran

k. Potensial terhadap kekerasan

l. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga

m. Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif

n. Perilaku mencari hidup sehat

o. Berduka diantisipasi

3. Perencanaan

Setelah pengkajian langkah selanjutnya adalah menyusun

perencanaan keperawatan atau kesehatan dan keperawatan keluarga

yaitu sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaksanakan, dalam menentukan masalah kesehatan dan

keperawatan yang telah diidentifikasi.

Tahap-tahap dalam menyusun perencanaan :

a Prioritas diagnosa keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan atas nilai

skor tertinggi
76

a Rencana perawatan

Dalam penyusunan rencana perawatan terdiri dari tujuan jangka

panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang

mengacu pada masalah dan tujuan jangka pendek yang mengacu

pada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan, kriteria dan

standar yang menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan

untuk membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya (Gloria M

Bulechek (2013).

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawataan terhadap keluarga didasarkan

pada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

terhadap keluarga adalah sumber daya keluarga, tingkat pendidikan

keluarga dan sarana prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan.

Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh

proses sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak

mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali

dengan melakukan berbagai perbaikan. Sebagai suatu proses

evaluasi ada empat dimensi yaitu :

a. Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai

tujuan tindakan keperawatan


77

b. Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber

daya

c. Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan

kecocokan kemampuan dalam pelaksanan tindakan keperawatan

d. Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan

kecukupan perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan

(Ratnawati, 2017).
78

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 28 September 2021

Tempat Pengkajian : Rumah Keluarga Tn. R

3.1 Pengkajian Keluarga

3.1.1 Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga: Tn. R

2. Umur : 35 tahun

3. Agama : Kristen Protestan

4. Pendidikan : Sarjana

5. Pekerjaan : Tidak Bekerja

6. Alamat : RT 01/RW 02. Kampung Holtekam

7. Susunan Anggota Keluarga

Tabel 3.1 Susunan Anggota Keluarga

No Nama Umur JK Hubungan Pendidikan Pekerjaan


dengan KK
1 Tn. R 35 tahun L KK S1 PNS
2 Ny. L 32 tahun P Istri SMA Tidak Bekerja
3 An. A 2 tahun P Anak - -
4 An. R 7 bulan P Anak - -

77
79

8. Genogram (3 Generasi)

Ny.FS
Tn.AS Ny.RS Tn.MH

Tn.R. Ny.L
H
An.A An.R
Keterangan : H H

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal Serumah

Gambar 1. Genogram Keluarga Tn.R

9. Tipe Keluarga

Keluarga Tn. R termasuk tipe keluarga inti (Nuclear Family) yaitu

didalam suatu rumah terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak.

10. Suku dan Bangsa

Keluarga Tn.R berasal dari suku yang sama , dimana Tn. R berasal

dari suku Skouw dan Ny.L sehingga keduanya sama-sama

berkebangsaan Indonesia, sehingga mereka semuanya menggunakan

bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari. Kebudayaan

yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan.

11. Agama
80

Keluarga Tn.R beragama Kristen Protestan dan setiap minggunya

rutin beribadah ke gereja serta jika ada kebaktian keluarga rutin

mengikuti kegiatan keluarga.

12. Status sosial ekonomi keluarga

Kebutuhan sehari-hari keluarga semua dipenuhi oleh Tn. R dengan

pendapatan 3 juta/bulan yang mana Tn.R bekerja sehari-harinya

sebagai PNS di kantor Distrik Muara Tami.

Ny.L seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengurus

rumah dan semua kebutuhan suami dan anak-anaknya.

Barang-barang yang dimiliki keluarga Tn. R antara lain TV, Almari,

set meja kursi di ruang tamu dan ruang makan.

13. Aktifitas rekrasi keluarga

Keluarga jarang rekreasi diluar rumah, hanya nonton TV karena

Tn. R sibuk mencari nafkah dan silaturahmi di tempat keluarga.

3.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan saat ini

Keluarga Tn.R berada pada tahap perkembangan keluarga dengan

dimana anak pertamanya berumur 12 tahun dan anak keduanya

berumur 9 tahun, keluarga telah berusaha memberikan perhatian dan

kasih sayang, selalu mempertahankan komunikasi yang terbuka

dengan anggota keluarganya.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


81

Berdasar hasil wawancara maka didapat bahwa kedua anak Tn. R

masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan dan butuh

stimulasi yang harus diberikan ibu untuk mencapai perkembangan

yang optimal.

3. Riwayat keluarga inti

a. Tn.R sebagai kepala keluarga sering menderita penyakit malaria,

tidak memiliki penyakit keturunan, tidak mempunyai masalah

dengan istirahat, makan dan kebutuhan lainnya

b. Ny. H sebagai istri saat ini menderita penyakit malaria dan sedang

dalam pengobatan, tidak memiliki penyakit keturunan, tidak

mempunyai masalah dengan istirahat, makan dan kebutuhan

lainnya

c. An. A sebagai anak pertama dalam keluarga, sering menderita

penyakit ISPA dan diare, tidak mempunyai masalah dengan

istirahat, makan dan kebutuhan lainnya

d. An. R sebagai anak kedua dalam keluarga, pernah menderita

penyakit diare pada usia 6 bulan, masih menyusu, tidak

mempunyai masalah dengan istirahat dan kebutuhan lainnya.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn. R sering menderita penyakit malaria, terakhir dua bulan yang

lalu, Ny. M saat ini menderita penyakit malaria dan dalam masa

pengobatan, An. A pernah menderita penyakit ISPA dan diare pada


82

dua bulan yang lalu dan An. R juga sebulan yang lalu menderita

penyakit diare.

3.1.3 Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Keluarga Tn. R tinggal dirumah milik sendiri dengan jenis bangunan

rumah permanen ukuran 8x10 m2, dan ada pekarangan seluas 160m3

terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, dua kamar tidur, dapur dan

kamar mandi. Atap rumah terbuat dari seng, lantai semen dan terdapat

fentilasi tapi jarang dibuka dan kondisi ruangan sangat pengap.

Cara pengaturan perabot kurang rapi, kebiasaan merawat rumah

disapu sehari sekali. Pencahayaan disiang hari cukup dan pada malam

hari penerangan memakai listrik dimana masing-masing ruangan

terdapat lampu untuk penerangan.

Sumber air bersih berasal dari PDAM untuk kebutuhan sehari-hari,

namun jamban yang dimiliki belum memenuhi syarat kesehatan (jarak

jamban dengan sumber air bersih kurang dari 10 meter, jamban

terbuka dan kotor, sering terjangkau vector yaitu kecoa), kondisi

pembuangan air limbah juga tidak memenuhi syarat kesehatan (SPAL

terbuka, kurang mengalir lancar dan menimbulkan bau).

Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah yang diletakkan di

dapur rumah dan untuk pengelolaan sampah, biasanya keluarga

memisahkan sampah kering untuk dibakar dan sampah basah biasanya

di kubur di dalam tanah.


83

Kamar Tidur Ruang Tamu 10 m


Teras Depan
Kamar Tidur
8m
Dapur Ruang Keluarga
Kamar Mandi

Gambar 2. Denah Rumah Keluarga Tn.R

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Lingkungan tetangga umumnya penduduk asli, hubungan antar

tetangga cukup baik, sikap tetangga terhadap kelurga Tn.R baik, bila

ada tetangga yang melakukan hajatan atau musibah maka tetangga

akan terlibat dalam membantu komunitas yang tersebut.

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. R sejak menikah hingga saat ini belum pernah berpindah

rumah. Jika bepergian kemana-mana makan Tn.R akan menggunakan

kendaraan berupa motor.

4. Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat

Tn. R mengatakan bekerja mulai pukul 07.30 WIT sampai 16.00 WIT

sehingga Tn. R berinteraksi dengan masyarakat hanya pada hari-hari

tertentu saja. Ny.M memiliki waktu yang banyak untuk berinteraksi

dengan tetangga di sore hari dan selalu mengikuti semua kegiatan

kemasyarakatan yang ada di lingkungan RT maupun RW.

5. Sistim pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga terdiri dari 4 orang. Jika ada masalah

kesehatan biasanya langsung ke fasilitas kesehatan (puskesmas Koya

Barat).
84

3.1.4 Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Anggota keluarga menggunakan bahasa Indonesia dalam

berkomunikasi sehari-harinya dan mendapatkan informasi kesehatan

dari petugas kesehatan dan televisi

2. Struktur kekuatan keluarga

Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah sedang

Ny. L hanya mengikuti saja apa hasil musyawarah, semua anggota

keluarga berperan sesuai perannya masing-masing, dan apabila

masalah tidak teratasi maka keputusan ada di tangan Tn. R.

3. Struktur peran (formal dan informan)

a) Formal

1) Tn. R sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya disamping itu Tn. R sebagai

pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman pada keluarga

2) Ny. L berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, Ny. L

sebagai ibu rumah tangga memiliki peran untuk mengurusi

rumah dan pendidik anak- anaknya

3) An. A dan R, berperan sebagai anak balita yang masih

membutuhkan perhatian dari kedua orangtuanya.

b). Informan

Tn. R berperan sebagai kepala keluarga yang juga aktif dalam

masyarakat, yang maan jika ada kegiatan di balai kampong Tn.R


85

selalu mengikuti dan bila ada anggota masyarakat yang sakit, Tn.R

ikut menjengguk, demikian juga dengan Ny.L, selaku ibu rumah

tangga, berperan aktif dalam masyarakat, mengikuti kegiatan yang

dilaksanakan kaum perempuan seperti kebaktian PW.

4. Nilai dan norma keluarga

Nilai kebudayaan yang dianut oleh keluarga yaitu budaya Skouw ,

keluarga sangat mendukung nilai dan norma budaya mereka seperti

saling menghormati dengan sesama. Keluarga menganut nilai tersebut

secara sadar dan tidak ada konflik yang menonjol dalam keluarga ini.

Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian

pula dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit

ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas atau

petugas kesehatan yang terdekat.

3.1.5 Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Keluarga Tn. R telah menjalankan fungsi kasih sayang dengan baik,

saling memperhatikan dan membantu satu sama lainnya, berusaha

saling menghargai pendapat atau sikap masing-masing. Hubungan

antara keluarga baik dan saling mendukung.

2. Fungsi sosialisasi

Keluarga Tn. R mampu menjalankan fungsi sosialisasi dengan

mengikuti kegiatan perkumpulan rutin.


86

Tn. R dan dibantu Ny. L dapat membina sosialisasi pada anak-

anaknya sehingga dapat membentuk norma dan aturan-aturan sesuai

dengan perkembangan anak-anaknya serta dapat meneruskan budaya

3. Fungsi perawatan keluarga

a. Kemampuan keluarga mengenal masalah

Tn. R mengatakan bahwa mereka sering mengalami penyakit

malaria terutama Ny. L dengan tanda-tanda pusing, demam dan

menggigil. Keluarga tidak mengetahui penyebab dari penyakit

malaria . Perawatan di rumah baru sebatas yang diketahui saja yaitu

jika demam maka harus minum obat penurun panas atau ke

Puskesmas Koya Barat. Saat ditanya keluarga kurang mengerti

tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit

malaria, pencegahan penyakit malaria, komplikasi dan dampak

yang akan terjadi bila tidak dilakukan pengobatan dengan benar

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Tn. R selalu mengambil keputusan secara tepat seperti halnya kalau

Ny. L sakit ia segera membawa ke puskesmas Koya Barat untuk

dilakukan pengobatan. Keluarga mendapatkan pengobatan dari

dokter tetapi Ny.L tidak rutin mengkonsumsi obat yang diberikan

dokter dan terkadang obat tersebut masih tersisa

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Tn. R dan keluarga akan merawat anggota keluarga yang sakit

sesuai kemampuannya. Keluarga belum dapat melakukan tindakan


87

pencegahan terhadap penyakit malaria akan tetapi baru sebatas

mencari pertolongan pengobatan jika ada anggota keluarga yang

sakit

d. Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat

Keluarga Tn. R tidak mengetahui cara memelihara rumah sehat

dimana rumah terlihat sangat berantakan dan pengap selain itu

keluarga juga belum mampu memodifikasi dan memanfaatkan

lingkungan pekarangan rumah agar terlihat indah dan sehat

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terdekat dari rumahnya adalah puskesmas

Koya Barat dan Posyandu. Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan sudah optimal. Keluarga akan datang ke Puskesmas jika

ada anggota keluarga yang sakit. Keluarga Tn. R juga sudah

memanfaatkan Posyandu setiap bulannya dalam menimbang dan

mengetahui perkembangan kesehatan kedua anaknya

4. Fungsi reproduksi

Tn. R dan Ny.L dalam seminggu 2 kali berhubungan seksual dan tidak

ada gangguan atau masalah dalam berhubungan seksual. Ny L

mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sejak

melahirkan anak pertama dan setelah melahirkan anak keduanya ini

5. Fungsi ekonomi

Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian

untuk anak dan biaya untuk berobat


88

3.1.6 Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

Stressor jangka pendek: masalah yang sering dihadapi Tn.R adalah

seringnya anggota keluarga sakit, terutama Ny.L yang saat ini sedang

menderita penyakit malaria dan dalam masa pengobatan

Stresor jangka panjang : Tn.R dan Ny.L khawatir karena sering

menderita penyakit malaria

2. Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor

Keluarga memberikan respon pada stressor dengan berusaha mencari

pertolongan ke tenaga kesehatan jika ada anggota keluarganya yang

sakit dan menyerahkan segala penyakitnya kepada TUHAN.

3. Strategi koping yang digunakan

Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan

masalah yang ada, selalu berdoa dan meminta bantuan dari keluarga

yang lain, selalu memberikan semangat kepada Ny.L sehingga dapat

mengontrol rasa cemas yang muncul dan percaya bahwa TUHAN

tidak akan memberikan beban masalah melebih kemampuan manusia

4. Strategi adaptasi disfungsional

Keluarga mempunyai adaptasi disfungsional dimana masalah-masalah

dan konflik terkadang dapat teratasi dengan segera. Saat ada masalah

langsung diceritakan dan langsung dicari penyelesaiannya, seperti jika

Tn. R dan Ny.L bila merasa pusing dan badannya demam maka dibuat

tidur atau istirahat.


89

3.1.7 Pemeriksaan Fisik

Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Tn. R Ny.L An. A An. R


Fisik
KU Baik Baik Baik Baik
Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis
TD 120/78 mmHg 112/70 mmHg Tidak diukur Tidak diukur
Nadi 88x/menit 80x/menit 90x/menit 80x/menit
Suhu Badan 37,2 C0
38 C
0
37,5 C
0
36,50C
Respirasi 24x/menit 26x/menit 18x/menit 18x/menit
BB 70 Kg 62 Kg 12 Kg 7,6 Kg
TB 168 CM 158 CM 90 CM 65 CM
Kepala Mesocephal, Mesocephal, Mesocephal, Mesocephal,
rambut hitam rambut hitam rambut hitam rambut hitam
bersih, muka tidak bersih, muka bersih, muka tidak bersih, muka tidak
pucat tampak pucat pucat pucat
Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
merah muda, pucat, sklera merah muda, merah muda,
sklera putih, putih, penglihatan sklera putih, sklera putih,
penglihatan jelas jelas penglihatan jelas penglihatan jelas
Hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung
normal simetris, normal simetris, normal simetris, normal simetris,
pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan
vesikuler, tidak vesikuler, tidak vesikuler, tidak vesikuler, tidak
ada secret yang ada secret yang ada secret yang ada secret yang

keluar keluar keluar keluar


Mulut Bibir tidak kering, Bibir tidak Bibir tidak kering, Bibir tidak kering,
tidak ada kering, tidak ada tidak ada tidak ada
stomatitis stomatitis stomatitis stomatitis
Telinga
Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran
masih normal masih normal masih normal masih normal
tidak ada keluar tidak ada keluar tidak ada keluar tidak ada keluar
cairan dari telinga cairan dari telinga cairan dari telinga cairan dari telinga
Leher
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
90

kelenjar tyroid, kelenjar tyroid, kelenjar tyroid, kelenjar tyroid,


limfe dan vena limfe dan vena limfe dan vena limfe dan vena

jugularis jugularis jugularis jugularis


Dada/Thorax Simetris, tidak ada Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
wheezing, bunyi ada wheezing, ada wheezing, ada wheezing,
nafas normal bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas
normal normal normal
Abdomen Datar, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
nampak benjolan, nampak benjolan, nampak benjolan, nampak benjolan,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan dan nyeri tekan dan nyeri tekan dan nyeri tekan dan nyeri
ulu hati ulu hati ulu hati ulu hati
Eksteremitas
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
oedema, masih oedema, masih oedema, masih oedema, masih
dapat gerak aktif dapat gerak aktif dapat gerak aktif dapat gerak aktif
Refleks
Baik Baik Baik Tidak dilakukan
patella
Eliminasi
BAB 2 x sehari BAB 2 x sehari BAB 2 x sehari BAB 3 x sehari
BAK 4 x sehari BAK 3 x sehari BAK 5 x sehari BAK 6 x sehari
Sumber : Hasil pemeriksaan Fisik Yang dilakukan penulis

3.1.8 Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan Ny.L pada tanggal 28 September 2021 di Puskesmas

Koya Barat : DDR : Pf ++ dan HB 9 gram%

3.1.9 Harapan Keluarga

Harapan yang diinginkan keluarga Tn. R yaitu menginginkan agar

seluruh anggota keluarganya tidak ada yang sakit-sakitan terutama Ny.L

bisa sembuh dan kembali mengurus anak-anaknya dengan baik dan

keluarga berharap kedatangan mahasiswa dapat memberikan informasi

kesehatan sehingga anggota keluarga dapat memelihara kesehatan.


91

3.2 Analisa Data

Tabel 3.3 Analisa Data

No Data Subyektif Etiologi Masalah

1 DS :
a. Keluarga Tn.R Kurangnya pengetahuan Ketidakefektifan
mengatakan sering keluarga dalam pemulihan

menderita penyakit merawat anggota kesehatan

malaria (terakhir 2 keluarga yang tentang penyakit

bulan yang lalu) menderita penyakit malaria

b. Ny. L mengatakan malaria


masih sering pusing,
demam dan kadang
menggigil pada
malam hari
c. Ny. L mengatakan
saat ini sedang
menderita penyakit
malaria dan dalam
masa pengobatan
namun tidak rutin
mengkonsumsi obat
yang diberikan

DO :
a. KU Ny. L baik,
kesadaran CM
b. Tanda-Tanda Vital :
TD 112/70 mmHg,
92

SB : 380C
c. Pemeriksaan fisik :
Muka tampak pucat,
konjungtiva pucat
d. Hasil pemeriksaan
Ny.L di Puskesmas
Koya Barat tanggal :
14-11-2020 (DDR:
PF++, HB 9 Gram%)
e. Terdapat obat
malaria diatas meja
yang belum habis
dikonsumsi Ny.L
f. Keluarga belum
memenuhi tahap
perkembangan
keluarga untuk saling
merawat pada salah
satu anggota
keluarga yang sakit
2 DS :
a. Keluarga Tn.R Keterbatasan Kurang

mengatakan tidak pengetahuan keluarga pengetahuan

mengetahui mengenal masalah tentang penyakit

penyebab dari penyakit malaria malaria

penyakit malaria
b. Keluarga Tn. R
mengatakan kurang
mengerti tentang
faktor-faktor yang
menyebabkan
93

terjadinya penyakit
malaria, pencegahan,
komplikasi dan
dampak yang akan
terjadi bila tidak
dilakukan
pengobatan
c. Keluarga
mengatakan jika ada
anggota keluarga
yang sakit, hal
pertama yang
dilakukan adalah
istirahat dan tidur
d. Keluarga
mengatakan jika
demam dan
menggigil baru ke
Puskesmas Koya
Barat
e. Keluarga Tn.R
mengatakan
walaupun sudah tau
Ny. L sedang dalam
masa pengobatan,
namun keluarga
tidak tau cara yang
baik untuk
penanganannya
f. Keluarga Tn. R
mengatakan sebulan
94

yang lalu anaknya


yang kedua usia 9
tahun terserang diare

DO :
a. Tn. R dan Ny.L
tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang
penyebab penyakit
malaria, faktor-
faktor yang
menyebabkan
terjadinya penyakit
malaria,
pencegahan,
komplikasi dan
dampak yang akan
terjadi bila tidak
dilakukan
pengobatan
b. Keluarga Tn. R
bertanya bagaimana
penanganan yang
baik untuk penyakit
malaria
c. Kondisi rumah
keluarga sangat
pengap dan
berantakan
d. Jamban belum
memenuhi syarat
95

kesehatan (jarak
jamban dengan
sumber air bersih <
10 meter, jamban
terbuka, kotor dan
sering terjangkit
vektor seperti kecoa)
e. SPAL belum
memenuhi syarat
kesehatan (terbuka,
kurang lancar
mengalir,
menimbulkan bau)
f. Halaman rumah
belum dimanfaatkan
dengan baik

3.3 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diangnosa 1 : Ketidakefektifan pemulihan kesehatan tentang penyakit

malaria berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita

penyakit malaria

Tabel 3.4. Skala Prioritas Masalah

Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat masalah 1 3/3 x 1.1.1.1
1=1 Masalah ini merupakan
Aktual : 3 masalah aktual/telah terjadi
berdasarkan data subyektif dan
data obyektif yang mendukung
seperti :
96

1.1.1.2 DS : keluarga mengatakan


sering menderita penyakit
malaria (terakhir 2 bulan yang
lalu), Ny. L mengatakan masih
sering pusing, demam dan
kadang menggigil pada malam
hari, Ny. L mengatakan saat ini
sedang menderita penyakit
malaria dan dalam masa
pengobatan namun tidak rutin
mengkonsumsi obat yang
diberikan
DO :
KU Ny. L baik, kesadaran CM,
Tanda-Tanda Vital : TD
112/70 mmHg, SB : 380C,
Pemeriksaan fisik : Muka
tampak pucat, konjungtiva
pucat, Hasil pemeriksaan Ny.H
di Puskesmas Koya Barat
tanggal : 14-11-2020 (DDR:
PF++, HB 9 Gram%), Terdapat
obat malaria diatas meja yang
belum habis dikonsumsi Ny.L,
sehingga memerlukan tindakan
segera sebelum terjadi
komplikasi
2. Kemungkinan 2 2/2 x 1.1.1.3
2=2 Masalah mudah diubah karena
masalah dapat meski keluarga belum
diubah mengenal bagaimana cara
Mudah : 2 penanganan penyakit malaria,
97

yang mana tingkat pendidikan


Ny.H hanya tamat SMA,
namun keluarga bersikap
terbuka/kooperatif serta
fasilitas kesehatan mudah di
jangkau sehingga keluarga
dapat memanfaatkannya
3. Kemungkinan 1 2/3 x11.1.1.4
= 2/3 Masalah telah aktual namun,
masalah dapat selama ini keluarga Tn. R tidak
dicegah mengetahui apa yang harus
Cukup : 2 dilakukan dalam membantu
anggota keluarga yang
menderita penyakit malaria,
namun keluarga mempunyai
motivasi
1.1.1.5 yang cukup untuk mencegah
bila keluarga mengetahui
komplikasi yang akan terjadi
pada penyakit malaria
4. Menonjolnya 1 1/2 x 1.1.1.6
1=½ Ada masalah, namun keluarga
masalah ada menganggap tidak perlu segera
tapi tidak ditangani dikarenakan
harus segera pemahaman keluarga yang
diatasi : 1 sangat kurang
Total Skor : 4,17
1.1.1.7

Diagnosa 2. Kurang pengetahuan tentang penyakit malaria berhubungan

dengan keterbatasan pengetahuan keluarga mengenal masalah

penyakit malaria

Tabel 3.5. Skala Prioritas Masalah


98

Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran

1. Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan


Aktual : 3
1.1.1.8 masalah aktual berdasarkan data
subyektif dan data obyektif yang
mendukung seperti :
1.1.1.9 DS : Keluarga Tn.R mengatakan
tidak mengetahui penyebab dari
penyakit malaria, keluarga Tn. R
mengatakan kurang mengerti
tentang faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyakit
malaria, pencegahan, komplikasi
dan dampak yang akan terjadi bila
tidak dilakukan pengobatan,
keluarga Tn.R mengatakan
walaupun sudah tau Ny. L sedang
dalam masa pengobatan, namun
keluarga tidak tau cara yang baik
untuk penanganannya
DO :
Tn. R dan Ny.L tidak bisa
menjawab pertanyaan tentang
penyebab penyakit malaria,
faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya penyakit malaria,
pencegahan, komplikasi dan
dampak yang akan terjadi bila
tidak dilakukan pengobatan,
keluarga Tn. R bertanya
bagaimana penanganan yang baik
untuk penyakit malaria, ondisi
rumah keluarga sangat pengap
dan berantakan, jamban belum
memenuhi syarat kesehatan (jarak
99

jamban dengan sumber air bersih


< 10 meter, jamban terbuka, kotor
dan sering terjangkit vektor
seperti kecoa), SPAL belum
memenuhi syarat kesehatan
(terbuka, kurang lancar mengalir,
menimbulkan bau), halaman
rumah belum dimanfaatkan
dengan baik
2. Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Masalah mudah diubah dengan
masalah dapat
mudah dengan cara memberikan
diubah
Mudah : 2 promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan tentang penyakit
malaria pada keluarga Tn. R
1.1.1.10 dan keluarga juga bersikap
terbuka/kooperatif
3. Kemungkinan 1 1/3 x 1 = 1/3 Pendidikan keluarga sangat
masalah dapat rendah sehingga perlu penanganan
dicegah yang lebih baik dalam
Rendah : 1
memberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit
malaria
4. Menonjolnya ½ 1/2 x 1 = ½ Ada masalah namun keluarga
masalah ada,
menganggap tidak perlu segera
tetapi tidak
harus segera ditangani dikarenakan
ditangani : ½
pemahaman keluarga yang sangat
kurang
Total Skor : 3, 83

3.4 Perumusan Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1. Ketidakefektifan pemulihan kesehatan (00099) tentang penyakit malaria

pada keluarga Tn. R terutama Ny. L berhubungan dengan kurangnya


100

pengetahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita

penyakit malaria. Domain 1:Promosi kesehatan. Kelas 2

2. Kurang pengetahuan (100211994) tentang penyakit malaria pada keluarga

Tn.R berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan keluarga mengenal

masalah penyakit malaria. Domain 5:Persepsi/kognisi. Kelas


100

3.5 Rencana Asuhan Keperawatan

Data Diagnosis Keperawatan Tujuan NOC NIC

Data Subyektif Domain 1: Promosi Jangka Panjang : 1. Setelah dilakukan 2. Setelah dilakukan
a. Keluarga Tn.R Kesehatan. Kelas 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
mengatakan sering kunjungan sebanyak 2 x selama 2 x 50 menit keluarga selama 2 x 50
menderita Ketidakefektifan 50 menit, pemulihan pada keluarga Tn. R, menit pada keluarga Tn.
penyakit malaria pemulihan kesehatan kesehatan dikeluarga Tn. maka keluarga mampu R, maka keluarga mampu
(terakhir 2 bulan (00099) tentang penyakit R khususnya Ny. L mengenal masalah mengenal masalah
yang lalu) malaria pada keluarga menjadi efektif dengan kesehatan dengan kesehatan dengan kriteria
b. Ny. L mengatakan Tn. R terutama Ny. L kriteria : kriteria hasil : hasil :
masih sering berhubungan dengan a. DDR negatif Level 1. Domain 4: Level 1. Domain 3 :
pusing, demam kurangnya pengetahuan b. Tidak terjadi Pengetahuan tentang Perilaku
dan kadang keluarga dalam merawat komplikasi malaria kesehatan dan Memberikan dukungan
menggigil pada anggota keluarga yang perilaku fungsi psikososial dan
malam hari menderita penyakit Jangka Pendek : Hasil yang memfasilitasi perubahan
Setelah dilakukan
c. Ny. L mengatakan malaria. menggambarkan gaya hidup.
kunjungan sebanyak 2 x
saat ini sedang pemahaman dan Level 2. Kelas 2 :
Definisi : 50 menit, keluarga Tn. R
menderita tindakan terhadap Pendidikan kesehatan
mampu :
102

penyakit malaria Ketidaktahuan a. Mengenal masalah pemulihan kesehatan Intervensi yang


dan dalam masa mengidentifikasi, ketidakefektifan tentang penyakit memfasilitasi keluarga
pengobatan namun mengelola dan/atau pemulihan kesehatan malaria untuk belajar.
tidak rutin mencari bantuan untuk tentang malaria Level 2. Kelas S : Level 3. 5510:
mengkonsumsi mempertahankan b. Mengambil keputusan Pengetahuan tentang Pendidikan kesehatan
obat yang kesehatan. dengan mendiskusikan kesehatan Pengajaran tentang proses
diberikan tindakan yang harus Hasil yang penyakit yang dialami
dilakukan jika ada menggambarkan 3. Setelah dilakukan
Data Obyektif : anggota keluarga yang pemahaman keluarga tindakan keperawatan
a. KU Ny. L baik, kurang sehat dalam memanfaatkan keluarga selama 2 x 50
kesadaran CM c. Merawat anggota informasi untuk menit pada keluarga Tn.
b. Tanda-Tanda Vital keluarga yang sakit meningkatkan, R, maka keluarga mampu
: TD 112/70 dengan cara mempertahankan dan memutuskan perawatan
mmHg, SB : 38 C 0
memberikan memperbaiki kesehatan dengan kriteria
c. Pemeriksaan penjelasan mengenai kesehatan. hasil :
fisik : Muka pentingnya memimum Level 3. Kelas S :
tampak pucat, obat yang benar dan Pengetahuan
konjungtiva pucat teratur kesehatan
d. Hasil pemeriksaan Kelas P : Terapi kognitif
d. Anggota keluarga yang a. 1803 : Pengetahuan
103

Ny.L di sakit mengkonsumsi tentang proses Intervensi yang dilakukan


Puskesmas Koya obat secara rutin penyakit untuk memperkuat atau
Barat tanggal : 14- e. Membawa anggota b. 1844 : Pengetahuan meningkatkan kognitif
11-2020 (DDR: keluarga yang sakit manajemen sakit yang diinginkan atau
PF++, HB 9 Gram untuk kontrol ke akut mengubah kognitif yang
%) puskesmas/fasilitas c. 1805 : Pengetahuan tidak tidak diinginkan.
e. Terdapat obat kesehatan perilaku sehat Intervensi :
malaria diatas d. 1823 : Pengetahuan 4700 restrukturisasi
meja yang belum promosi kesehatan kognitif
habis dikonsumsi e. 1855: Pengetahuan Level 3 :
Ny.L gaya hidup sehat 5250 : Dukungan
f. Keluarga belum 2. Setelah dilakukan membuat keputusan
memenuhi tahap tindakan keperawatan 3. Keluarga mampu merawat
perkembangan keluarga selama 2 x anggota keluarga yang
keluarga untuk 50 menit pada sakit malaria
saling merawat keluarga Tn. R, maka Kelas 0:Terapi perilaku
pada salah satu keluarga mampu Intervensi yang dilakukan
anggota keluarga memutuskan untuk memperkuat atau
yang sakit perawatan kesehatan meningkatkan perilaku
104

dengan kriteria hasil : yang diinginkan atau


Domain 4: mengubah perilaku yang
Pengetahuan tentang tidak diinginkan
kesehatan dan Level 3 Intervensi :
perilaku. Kelas Q : a. 4352 Manajemen
Perilaku kesehatan perilaku (berlebih/
Hasil yang kurang perhatian)
menggambarkan b. 44l0 Bantuan untuk
tindakan keluarga memodifikasi diri
untuk meningkatkan untuk mencapai
atau memperbaiki tujuan/harapan
kesehatan. c. 4480 Fasilitas
Hasil : peningkatan tanggung
1606 berpartisipasi jawab terhadap perilaku
dalam memutuskan diri
perawatan kesehatan Level 1. Domain
Kelas R : keyakinan Keluarga Keluarga
kesehatan Perawatan yang
Hasil yang memberikan dukungan
105

menggambarkan ide pada keluarga


dan persepsi keluarga Kelas X : Lifespan Care
yang mempengaruhi Intervensi untuk
perilaku sehat. memfasilitasi fungsi
Hasil : keluarga dan
1700 keyakinan meningkatkan kesehatan
kesehatan. dan kesejahteraan anggota
3. Keluarga mampu
keluarga sepanjang
merawat anggota
kehidupannya
keluarga yang sakit
Intervensi :
malaria
a. 7040 : Dukungan
Level 1. Domain 4:
pemberi perawatan
Pengetahuan tentang
b. 7100 : Peningkatan
kesehatan dan
integritas keluarga
Perilaku:
c. 7140 : Dukungan
Hasil yang
keluarga
menggambarkan
d. 7150 : Terapi keluarga
sikap, komprehensif
e. 5370 : Peningkatan
dan tindakan yang
peran
106

mendukung kesehatan 4. Keluarga mampu


Level 2. Kelas Q : memanfaatkan fasilitas
Perilaku sehat pelayanan kesehatan
Hasil menggambarkan Domain 6: Sistem
tindakan individu kesehatan
untuk meningkatkan Intervensi untuk
dan memulihkan mendukung pemanfaatan
kesehatan pelayanan kesehatan
Domain 5:Situasi Kelas b: Manajemen
kesehatan yang informasi
dirasakan Intervensi untuk
Hasil menggambarkan memfasilitasi komunikasi
perasaan seseorang tentang pelayanan
terhadap kesehatan kesehatan
dan perawatan Intervensi :
kesehatan a. 7910 : Konsultasi
4. Keluarga mampu b. 8100 : Rujukan.
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
107

kesehatan
Domain 5:
Kesehatan yang
dirasakan. Kelas EE:
Kepuasan dalam
merawat
Hasil:
a. 3000: Kepuasan
klien akses menuju
sumber pelayanan
b. 3005 : Kepuasan
klien bantuan
fungsional
c. 3009 : Kepuasan
klien terhadap
pelayanan.
Data Subyektif : Domain 5 : Jangka Panjang : g. Setelah dilakukan 1. Setelah dilakukan tindakan
a. Keluarga Tn.R Persepsi/kognisi. Kelas 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
mengatakan tidak kunjungan sebanyak 2 x keperawatan 50 menit pada keluarga
108

mengetahui Kurang pengetahuan 50 menit, pengetahuan selama 2 x 50 Tn. R, maka pengetahuan


penyebab dari (100211994) tentang dikeluarga Tn. R terjadi menit pada di keluarga Tn. R terjadi
penyakit malaria penyakit malaria pada peningkatan dengan keluarga Tn. R, peningkatan dengan
b. Keluarga Tn. R keluarga Tn.R kriteria : Keluarga mampu maka pengetahuan kriteria hasil :
mengatakan berhubungan dengan menjelaskan pengertian, di keluarga Tn. R Level 1. Domain 3 :
kurang mengerti keterbatasan pengetahuan faktor-faktor yang terjadi peningkatan Perilaku (Lanjutan)
tentang faktor- keluarga mengenal menyebabkan terjadinya dengan kriteria Perawatan yang
faktor yang masalah penyakit malaria penyakit malaria, hasil : mendukung fungsi
menyebabkan pencegahan, komplikasi Level 1. Domain 4: psikososial dan
Definisi:
terjadinya dan dampak yang akan Pengetahuan tentang memfasilitasi perubahan
Ketiadaan atau defisiensi
penyakit malaria, terjadinya bila tidak kesehatan dan gaya hidup.
informasi kognitif yang
pencegahan, dilakukan pengobatan perilaku Level 2. Kelas S :
berkaitan dengan topik
komplikasi dan pada penyakit malaria Hasil yang Pendidikan pasien
tertentu
dampak yang akan menggambarkan sikap, Intervensi untuk
terjadi bila tidak Jangka Pendek : pemahaman dan memfasilitasi
dilakukan Setelah dilakukan tindakan dengan pembelajaran
pengobatan kunjungan sebanyak 2 x menghormati Level 3. Intervensi :
c. Keluarga 50 menit, pengetahuan kesehatan dan a. 5602 Pengajaran :
mengatakan jika dikeluarga Tn. R terjadi penyakit. proses penyakit
109

ada anggota peningkatan dengan Level 2. Kelas S: b. Kaji tingkat


keluarga yang kriteria keluarga mampu: Pengetahuan tentang pengetahuan pasien
sakit, hal pertama a. Mengenal masalah kesehatan terkait dengan proses
yang dilakukan kesehatan tentang Hasil yang penyakit yang
adalah istirahat penyakit malaria menggambarkan spesifik.
dan tidur b. Mengambil keputusan pemahaman individu c. Jelaskan mengenal
d. Keluarga dengan mendiskusikan dalam mengaplikasikan proses penyakit sesuai
mengatakan jika tindakan yang harus informasi untuk kebutuhan
demam dan dilakukan jika ada meningkatkan, d. Review pengetahuan
menggigil baru ke salah satu anggota memelihara dan pasien mengenai
Puskesmas Koya keluarga yang menjaga kesehatan kondisinya
Barat menderita penyakit Level 3. Kelas S : e. Jelaskan tanda dan
e. Keluarga Tn.R malaria Pengetahuan gejala yang umum dan
mengatakan c. Menjaga kebersihan kesehatan penyakit sesuai
walaupun sudah rumah, SPAL dan Hasil : kebutuhan
tau Ny. L sedang jamban keluarga untuk a. 1837 Pengetahuan 2. Setelah dilakukan tindakan
dalam masa pencegahan penyakit manajemen malaria keperawatan selama 2 x
pengobatan, malaria b. 1843 : Pengetahuan 50 menit pada keluarga
namun keluarga d. Memodifikasi manajemen Tn. R, maka pengetahuan
110

tidak tau cara yang lingkungan yang c. Knowledge : di keluarga Tn. R terjadi
baik untuk nyaman dalam disease process peningkatan dengan
penanganannya pencegahan penyakit 2. Setelah dilakukan kriteria hasil : keluarga
f. Keluarga Tn. R malaria tindakan keperawatan mampu memodifikasi
mengatakan e. Mendengarkan selama 2 x 50 menit lingkungan rumah
sebulan yang lalu pendidikan kesehatan pada keluarga Tn. R, Level 1. Domain 4 :
anaknya yang yang diberikan dan maka pengetahuan di Keamanan
kedua usia 7 bulan bertanya tentang keluarga Tn. R terjadi Dukungan yang diberikan
terserang diare materi yang peningkatan dengan untuk melindungi bahaya
disampaikan kriteria hasil : keluarga Kelas 5 : Menejemen
Data Obyektif : f. Mampu mampu memodifikasi resiko
a. Tn. R dan Ny.L mendemonstrasikan lingkungan rumah Intervensi untuk
tidak bisa cara pencegahan Level 1. Domain 4 : mengurangi resiko dan
menjawab penyakit malaria Pengetahuan pemantauan secara
pertanyaan tentang kesehatan dan kontinyu terhadap resiko
penyebab penyakit perilaku Intervensi :
malaria, faktor- Kelas T : Kontrol 6487 : Manajemen
faktor yang resiko dan keamanan lingkungan
menyebabkan Hasil yang
111

terjadinya mengambarkan status


penyakit malaria, keamanan
pencegahan, individu/keluarga dan
komplikasi dan tindakan untuk
dampak yang akan mencegah,
terjadi bila tidak mengurangi dan
dilakukan mengontrol ancaman
pengobatan kesehatan
b. Keluarga Tn. R Hasil :
bertanya a. 1902 :
bagaimana Pengendalian
penanganan yang factor resiko
baik untuk b. 1910 : Lingkungan
penyakit malaria rumah yang aman
c. Kondisi rumah Domain 5 :
keluarga sangat Kesehatan Yang
pengap dan dirasakan
berantakan Hasil yang
d. Jamban belum mengambarkan
112

memenuhi syarat kesehatan personal


kesehatan (jarak dan pelayanan
jamban dengan kesehatan
sumber air bersih Kelas U : Kesehatan
< 10 meter, dan kualitas hidup
jamban terbuka, Hasil yang
kotor dan sering mengambarkan
terjangkit vektor kesehatan dan
seperti kecoa) hubungan dengan
e. SPAL belum kehidupan
memenuhi syarat Hasil :
kesehatan 2009 Status
(terbuka, kurang kenyamanan
lancar mengalir, lingkungan
menimbulkan bau)
f. Halaman rumah
belum
dimanfaatkan
dengan baik
113

3.6 Catatan Perkembangan

Tgl/ Waktu Diagnosis Keperawatan Implementasi Evaluasi


28-9-2021 Domain 1 : Promosi 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga S:
Jam : Kesehatan. Kelas 2 dalam merawat anggota keluarga yang 1. Keluarga mengatakan belum memahami
10.00 s/d menderita penyakit malaria sepenuhnya mengenai cara merawat
10. 50 WIT Ketidakefektifan pemulihan 2. Berdiskusi dengan Ny.L tentang kondisi anggota keluarga jika menderita
kesehatan (00099) tentang umumnya saat ini dan keluhan yang penyakit malaria
penyakit malaria pada keluarga dirasakan 2. Ny.L mengatakan masih sering
Tn. R terutama Ny. L 3. Berdiskusi dengan keluarga tentang merasakan pusing dipagi hari saat
berhubungan dengan tindakan apa saja yang telah dilakukan bangun tidur dan demam serta
kurangnya pengetahuan terhadap penyakit malaria yang sedang menggigil jika malam hari
keluarga dalam merawat dialami Ny.L 3. Ny.L mengatakan sudah melakukan
anggota keluarga yang 4. Menjelaskan kepada keluarga tentang pemeriksaan kesehatan di Puskesmas
menderita penyakit malaria pentingnya meminum obat secara benar Koya barat saat pertama kali merasakan
114

dan rutin demam dan telah diberikan pengobatan


5. Menjelaskan kepada keuarga untuk oleh dokter puskesmas namun Ny. H
melakukan kontrol ulang kefasilitas tidak rutin mengkonsumsi obat tersebut
kesehatan jika obat yang dikonsumsi Ny. 4. Keluarga mengatakan sudah mengerti
L telah habis bahwa obat yang diberikan dari
Puskesmas harus rutin dikonsumsi
setiap harinya hingga habis
5. Keluarga mengatakan akan membawa
Ny. H untuk kontrol ulang jika obat
yang dikonsumsi telah dihabiskan

O:
1. KU Ny H terlihat baik, kesadaran CM
2. Tanda-Tanda Vital : TD 110/70
mmHg, SB : 380C
3. Pemeriksaan fisik : Muka tampak pucat,
konjungtiva pucat
4. Hasil pemeriksaan Ny.H di Puskesmas
Koya Barat tanggal : 14-11-2020
115

(DDR: PF++, HB 9 Gram%)


5. Ny L belum menghabiskan obat yang
diberikan dari puskesmas
6. Keluarga belum memenuhi tahap
perkembangan keluarga untuk saling
merawat pada salah satu anggota
keluarga yang sakit

A : Masalah belum teratasi

P : Pendidikan kesehatan tentang perawatan


anggota keluarga dengan penyakit
malaria tgl 26 November 2020
28-9-2021 Domain 5 : Persepsi/kognisi. 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga S :
Jam : Kelas 4 mengenai penyakit malaria 1. Keluarga mengatakan belum memahami
10.00 s/d 2. Berdiskusi dengan keluarga tentang tentang penyakit malaria
10. 50 WIT tindakan apa saja yang telah klien 2. Keluarga Tn.R mengatakan kalau ada
Kurang pengetahuan
lakukan terhadap masalah yang sedang masalah kesehatan dalam keluarganya
(100211994) tentang penyakit
dialami keluarga dan bagaimana cara seperti Ny. H yang terkena penyakit
malaria pada keluarga Tn.R
116

berhubungan dengan mengatasi masalah tersebut malaria, maka keluarga langsung


keterbatasan pengetahuan 3. Menjelaskan kepada keluarga mengenai membawa ke puskesmas Koya Barat
keluarga mengenal masalah pengertian, penyebab, faktor yang 3. Keluarga mau mendengarkan
penyakit malaria mempengaruhi penyakit malaria, penjelasan yang diberikan dan mampu
pencegahan, komplikasi dan dampak menyebutkan pengertian, penyebab,
yang akan terjadi jika penyakit malaria faktor yang mempengaruhi penyakit
tidak ditangani dengan baik malaria, pencegahan, komplikasi dan
4. Menjelaskan kepada keluarga tentang dampak yang akan terjadi jika penyakit
pola hidup bersih dan sehat dengan malaria
menjaga kebersihan rumah serta 4. Keluarga mau mendengarkan dan
lingkungan sekitar rumah mampu menyebutkan pola hidup bersih
5. Menjelaskan kepada keluarga tentang dan sehat dan berjanji akan menjaga
manfaat lingkungan yang bersih kebersihan rumah serta lingkungan
6. Berdiskusi dengan keluarga tentang cara sekitar rumah dengan cara disapu setiap
memodifikasi lingkungan rumah yang harinya
nyaman dalam pencegahan penyakit 5. Keluarga mau mendengarkan dan
malaria mampu menyampaikan manfaat dari
7. Melibatkan keluarga dalam memelihara lingkungan yang bersih
dan menjaga kesehatan lingkungan 6. Keluarga setuju jika halaman depan
117

rumahnya di modifikasi dengan


menanam tanaman TOGA keluarga
(tanaman obat keluarga) seperti kunyit,
kencur, seledri, serai wangi, rosemary,
bunga kamboja, bawang putih
7. Keluarga mengatakan akan terlibat
dalam memelihara dan menjaga
kesehatan lingkungan terutama SPAL
dan jamban keluarga

0:
1. Keluarga dapat menyebutkan kembali
pengertian, penyebab, faktor yang
mempengaruhi penyakit malaria,
pencegahan, komplikasi dan dampak
yang akan terjadi jika penyakit malaria
2. Rumah keluarga Tn.R masih Nampak
kotor dan berdebu
3. Jamban belum memenuhi syarat
118

kesehatan
4. SPAL belum memenuhi syarat
kesehatan
5. Halaman rumah masih terlihat banyak
pohon-pohon besar dan belum
dimodifikasi
A: Masalah belum teratasi

P: Pendidikan kesehatan tentang malaria


tanggal 26 November 2020
29-9-2021 Ketidakefektifan pemulihan 1. Berdiskusi dengan Ny.L tentang kondisi S :
Jam : kesehatan (00099) tentang umumnya saat ini dan keluhan yang 1. Ny.L mengatakan sudah tidak pusing
14.00 s/d penyakit malaria pada keluarga dirasakan dipagi hari dan tidak demam serta
14. 50 WIT Tn. R terutama Ny. L 2. Berdiskusi dengan keluarga tentang menggigil di malam hari
berhubungan dengan tindakan apa saja yang telah dilakukan 2. Keluarga mengatakan bahwa telah
kurangnya pengetahuan terhadap penyakit malaria yang sedang terlibat dalam pengobatan Ny. H
keluarga dalam merawat dialami Ny.L dengan selalu mengingatkan Ny.H
anggota keluarga yang 3. Berdiskusi dengan keluarga sejauh mana untuk minum obat secara teratur dan
menderita penyakit malaria keterlibatan keluarga dalam merawat harus dihabiskan
119

Ny.L yang dalam pengobatan malaria 3. Keluarga mengatakan sudah membawa


Ny.L untuk melakukan kontrol ulang di
Puskesmas Koya Barat pada tanggal
25-11-2020 dan hasil pemeriksaan
DDR Ny. H (-)
O:
1. KU Ny H terlihat baik, kesadaran CM
2. Tanda-Tanda Vital : TD 110/70
mmHg, SB : 370C
3. Pemeriksaan fisik : Muka tidak pucat,
konjungtiva merah muda
4. Hasil pemeriksaan Ny.H di Puskesmas
Koya Barat tanggal : 25-11-2020
(DDR: -, HB 10,8 Gram%)
5. Ny L telah menghabiskan obat yang
diberikan dari puskesmas

A: Masalah teratasi
120

P : Pertahankan kognitif keluarga tentang


pengetahuan dalam merawat anggota
keluarga yang terserang penyakit malaria

29-9-2021 Kurang pengetahuan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga S :


Jam : (100211994) tentang penyakit mengenai penyakit malaria 1. Keluarga mengatakan sudah sangat
14.00 s/d malaria pada keluarga Tn.R 2. Berdiskusi dengan keluarga tentang paham tentang penyakit malaria
14. 50 WIT berhubungan dengan penyebab, faktor yang mempengaruhi 2. Keluarga mengatakan telah memahami
keterbatasan pengetahuan penyakit malaria, pencegahan, tentang penyebab, faktor yang
keluarga mengenal masalah komplikasi dan dampak yang akan mempengaruhi penyakit malaria,
penyakit malaria terjadi jika penyakit malaria tidak pencegahan, komplikasi dan dampak
ditangani dengan baik yang akan terjadi jika penyakit malaria
3. Berdiskusi dengan keluarga tentang tidak ditangani dengan baik
menjaga kebersihan rumah serta 3. Keluarga mengatakan sudah
lingkungan sekitar rumah menjalankan perilaku hidup bersih dan
4. Berdiskusi dengan keluarga tentang cara sehat dengan selalu menjaga kebersihan
memodifikasi lingkungan rumah yang serta lingkungan sekitar rumah
nyaman dalam pencegahan penyakit 4. Keluarga mengatakan bahwa telah
malaria memodifikasi halaman rumahnya dengan
121

5. Berdiskusi dengan keluarga tentang menanam tanaman TOGA keluarga


jamban dan SPAL keluarga seperti kunyit, kencur, serai wangi,
rosemary
5. Keluarga mengatakan jamban keluarga
akan dipindahkan ke halaman belakang
sehingga jaraknya akan lebih jauh, akan
membersihkan jamban setiap harinya dan
SPAL akan ditutup, akan dibuat aliran
sehingga lancar dan tidak tergenang

0:
1. Keluarga dapat menyebutkan
pengertian, tanda dan gejala serta
perawatan pasien malaria
2. Rumah keluarga Tn. R sudah terlihat
bersih dan tidak pengap lagi, cahaya
telah masuk kedalam rumah
3. Tampak halaman rumah dengan
tanaman kunyit, kencur, serai wangi,
122

rosemary didalam pot kecil


4. Jamban masih tetap, terlihat bersih dan
tidak berbau
5. SPAL tertutup rapat, tidak ada
genangan air karena sudah dibuat rapi
oleh keluarga sehingga air mengalir
lancar

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan.
123
124

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga Tn. R

khususnya Ny L dengan ketidakefektifan pemulihan kesehatan tentang malaria di

Kampung Holtekam Distrik Muaratami Kota Jayapura, maka dapat disimpulkan bahwa :

5.1.1 Penulis mendapatkan gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada

keluarga Tn.R khususnya Ny.L dengan permasalahan penyakit malaria mulai dari

pengkajian, analisa data, penegakan diagnose keperawatan, rencana asuhan

keperawatan, implementasi sampai evaluasi

5.1.2 Berdasarkan analisa kasus yang dilakukan pada keluarga Tn.R, didapatkan 2

diagnosa keperawatan yang ditemukan meliputi ketidakefektifan pemulihan

kesehatan tentang penyakit malaria dan kurang pengetahuan tentang penyakit

malaria dengan implementasi sebagai wujud perencanaan yang disusun, diagnosa

tersebut dapat diatasi

5.1.3 Intervensi yang muncul menurut Nanda (2009-2011), tidak sepenuhnya dijadikan

intervensi oleh penulis pada pengelolaan klien dan keluarga karena situasi dan

kondisi klien dan keluarga serta situasi dan kondisi serta kebijakan dari pihak yang

terkait dimana saat itu sedang dilakukan pembatasan wilayah karena pandemic

Covid-19
125

5.1.4 Faktor pendukung dalam studi kasus ini adalah peran aktif dan tanggung jawab

Tn.R selaku kepala keluarga serta semangat Ny.L untuk dapat sembuh dari

penyakit malarianya.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Keluarga dan Masyarakat

Senantiasa meningkatkan kualitas kesehatan dengan memanfaatkan tempat-tempat

pelayanan kesehatan yang ada disekitar serta melaksanakan dan membantu asuhan

keperawatan yang diberikan semaksimal mungkin

5.2.2 Bagi Perawat di Puskesmas Koya Barat

Diharapkan dapat melakukan kunjungan rumah ulang pada pecan kedua setelah

dilakukan intervensi pertama pada keluarga Tn.R khususnya Ny.L dalam rangka

menindaklanjuti perkembangan penyakit Ny.L

5.2.3 Bagi Penulis Selanjutnya

Untuk kedepannya diharapkan penulis lebih intensif dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga. Beberapa intervensi penulis tidak sepenuhnya dilakukan

karena ada faktor kendala yaitu meliputi masalah waktu, lingkungan dan keluarga.

Maka dari itu untuk penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan asuhan

keperawatan keluarga dengan penyakit malaria lebih maksimal.

134
126

DAFTAR PUSTAKA
Ayu K (2013). Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Akay, dkk, (2015). Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Malaria di
Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal e-Biomedik (eBM)
Vol 3 Nomor 1 Januari April 2015
Arsin (2012). Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Buku Masagena Press,
Makassar
Achmadi, 2008. Faktor Resiko Kejadian Malaria di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung
Agung Kabupaten Muara Enim, Tesis: Universitas Dipenogoro Semarang
Andarmoyo (2012). Keperawatan Keluarga, Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan.
Yogjakarta:Graha Ilmu
BKKBN (2011). Konsep Keluarga, Jakarta:BKKBN
Carpenito L.J, (2001). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Volume 2, Alih Bahasa Monika
Ester, Setiawan. Jakarta:EGC
Dinkes Propinsi Papua (2019). Profil Dinkes Propinsi Papua
Depkes RI (2008). Pedoman Pelaksanaan Kasus Malaria di Indonesia
Effendi & Makhfudli (2010). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Gloria M Bulechek (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Langford Lane
United Kingdom:Elsevier Global Right
Harijanto (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi V, JakartaPusat:Internal
Publishing. Pp.2813-2825
Jhonson & Leny (2010). Keperawatan Keluarga. Yogjakarta:Nuha Medika
Keliat, dkk, (2020). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020.
Jakarta:EGC
Kemenkes R.I (2011). Epidemiologi Malaria di Indonesia, Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan, 2011
Kemenkes R.I, (2014). Pedoman Manajemen Malaria, Jakarta
Kemenkes RI (2016). Infodatin Malaria, Jakarta:Pusat Data Dan Informasi Kemenkes RI
Kemenkes, RI (2017). Keperawatan Keluarga Dan Komunitas. Jakarta:Kemekes RI
Kemenkes RI (2017). Fakta Keberhasilan Pengendalian Malaria, Jakarta:Dirjen Pencegahan
Dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI
Kemeneks RI (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018
Lumolo (2015). Analisis Hubungan Antara Faktor Perilaku Dengan Kejadian Malaria di
Wilayah Kerja Puskesmas Mayumba Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal e-
Biomedik (eBM) Vol 3 Nomor 3 September Desember 2015
Lewar (2016). Asuhan Keperawatan Malaria Dengan Pendekatan Proses Keperawatan
Puskesmas Melolo Kabupaten Sumbar Timur
Muhlisin (2012). Keperawatan Keluarga. Yogjakarta:Gosyen Publishing
127

Mubarak & Chayatin (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar Dan Teori.
Jakarta:Salemba Medika
Notoatmodjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Notoatmodjo (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Ngambut & Sila (2013). Faktor Lingkungan dan Perilaku Masarakat Tentang Malaria di
Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Jurnal Kesehatan Nasional, 2013
Potter dan Perry (2009). Fundamental Of Nursing. Seven Edition (Terjemahan Adriana
Ferderika) Jakarta:Salemba Medika
Ratnawati (2017). Keperawatan Kumunitas. Yogjakarta:Pustaka Baru Press
Setiadi (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga, Yogjakarta:Graha Ilmu
Sulistiya (2013). Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Yang di Rawat Inap
di RSUD DR.M.Yunus Kota Bengkulu. https://Jurnsl.usu.ac.id/index.php/gk
Sorontou (2013). Ilmu Malaria Klinik. Jakarta:EGC
Suparman (2005). Tinjauan Kepustakaan: Malaria Pada Kehamilan, Cermin Dunia
Kedokteran, 146,22
Soedarto, 2011. Malaria. Epidemiologi Global, Plasmodium, Anaopheles, Penatalaksanaan
Penderita Malaria. Jakarta:Sagung Seto
Suharjo (2015). Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Tentang Malaria di Daerah
Endemis Kalimantan Selatan. Jurnal Media Litbangkes Vol 25 Nomor 1 Maret
2015
Susana, 2010. Dinamika Penularan Malaria di Ekosistim Persawahan, Perbukitan dan Pantai
(Studi di Kabupaten Jepara, Purwokerto dan Kota Batam), Disertasi, Program
Doktor. IKM-PS-FKM UI Depok
Zaidin Ali (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC
Zein (2013). Comperative Study Of Antimalarial Effect Of Sambiloto (Andrographis
Paniculata) Extract, Cloroquine and Artemisin and their Combination Against
Plasmodium, Jurnal Acta Medica Indonesiana 45 (1), 2013
Zulkoni, 2010. Parasitologi, Yogjakarta:Nuha Medika
Veronica, Nuraeni & Supriyono (2017). Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Komunitas.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Vol 9 Nomor 1, 2017
Wahyudi, 2015. Hubungan Faktor Praktek Pencegahan dan Kondisi Lingkungan Rumah
Dengan Kejadian Malaria di Desa Jatinegoro Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purwerejo. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolaragaan Universitas Negeri Semarang
128

Anda mungkin juga menyukai