Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG MALARIA PADA KELUARGA TN. H DI


KAMPUNG HOLTEKAMP RW 02 RT 02

OLEH:

ANDI TIYO WIJAYA, S.Kep


NIM: 2020086026013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

TAHUN 2021
BAB I

SATUAN ACARA PENYULUHAN

 Topik : Penyuluhan penyakit malaria

 Sub Topik : Malaria

 Sasaran : Keluarga Tn. H

 Tempat : Kampung Holtekamp rw 2 rt 2

 Hari/tanggal : selasa, 12 Oktober 2021

 Waktu : 30 menit

I.1 Tujuan

I.1.1 Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan tentang malaria diharapkan keluarga mampu

mengerti, memahami tanda dan gejala malaria, pencegahan malaria serta minum

obat secara teratur.

I.1.2 Tujuan Instruksional Khusus

 Keluarga memahami pengertian malaria

 Keluarga memahami penyebab malaria

 Keluarga memahami pencegahan penyakit malaria

 Keluarga memahami penatalaksanaan malaria

I.2 Materi

 Pengertian dari malaria

 Penyebab dari malaria

 Pencegahan malaria

 Penatalaksanaan malaria
I.3 Metode

 Ceramah dan diskusi

I.4 Media

 Leaflet

I.5 Organisasi kegiatan

Penyaji : Wihelmina S Warikar, S.Kep

I.6 Denah

Keterangan:

: Penyuluh

: Anggota keluarga

: Penguji

Menyebutkan Job Description

a. Penyuluh / Pengajar

Uraian tugas :

 Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh peserta.

 Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses

penyuluhan.
 Menjawab pertanyaan peserta.

b. Penguji

 Melakukan evaluasi dan memberi penilaian penyuluh

I.7 Kegiatan:

NO WAKTU KEGIATAN PPENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 5 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan  Memperhatikan
 Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan
 Kontrak waktu dan
menjelaskan mekanisme
 Memberikan leaflet pada
keluarga
2 15 menit Pelaksanaan :
 Menggali pengetahuan dan  Mendengarkan dan
pengalaman memperhatikan
 Menjelaskan melalui leaflet
tentang :
o Pengertian dari malaria
o Penyebab dari malaria
o Gejala malaria
o Penularan malaria
o Pencegahan malaria
o Penatalaksanaan malaria
3 8 menit Diskusi :
 Memberikan kesempatan Mengajukan pertanyaan
pada peserta untuk mengajukan
pertanyaan kemudian
didiskusikan bersama dan
menjawab pertanyaan
4 5 menit Evaluasi :
 Menanyakan kepada Menjawah dan
keluarga tentang materi yang menjelaskan pertanyaan
diberikan dan reinforcement
kepada keluarga pasien bila dapat
menjawab
 Kesimpulan
5 2 menit Terminasi
 Mengucapkan terimakasih Mendengarkan dan
pada keluarga pasien membalas salam
 Mengucapkan salam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang

menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya bentuk aseksual didalam

darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan

splenomegaly ( Asis 2019).

II.2 Etiologi Malaria

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada manusia

menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di

jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu

anopheles betina ( Asis 2019).

Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang mempunyai

keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai hospes intermediate

dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif. Genus plasmodium mempunyai 4

spesies penting dalam parasitologi medik, yaitu : Plasmodium falcifarum (malaria

tertiana maligna) menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan

penyakit malaria berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium vivax

penyebab malaria tertiana benigna ( Asis 2019).

Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana. Plasmodium ovale (malaria

tertiana ovale), jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan

Pasifik Barat. Terdapat empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu
Plasmodium falcifarum, yang paling banyak menimbulkan kematian, Plasmodium

vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Ciri khas morfologi

plasmodium pada hapusan darah adalah sebagai berikut : Plasmodium falcifarum :

gametosit berbentuk pisang; Plasmodium vivax : trofozoit berbentuk amuboid

dengan sel darah merah yang terinfeksi membesar ukurannya; Plasmodium ovale :

sel darah merah yang terinfeksi bentuknya tidak teratur dan bergerigi;

Plasmodium malariae : trofozoit dewasa berbentuk pita (band-form) ( Asis 2019).

Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain

melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena kelainan pada

sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal. Metode penularan

lainya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba

suntik yang sering bertukar jarum secara tidak steril. Model penularan infeksi

yang terakhir adalah melalui tranfusi darah. Disebutkan dalam literatur bahwa

melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi

karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati ( Asis 2019).

II.3 Manifestasi Klinik

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan

splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium.

Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa : kelesuhan,

malaise, sakit kepala, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam

ringan, anoreksia (hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-

kadang merasa dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax

dan ovale, sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae keluhan prodromal

tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak. Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias
malaria serangan paroksimal secara berurutan : periode dingin (15-60 menit) :

mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung

dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling

terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas :

penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam,

diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat : penderita

berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat. Trias

malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax, pada plasmodium

falcifarum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak

panas berlangsung 12 jam pada plasmodium falcifarum, 36 jam pada plasmodium

vivax dan ovale, 60 jam pada plasmodium malariae ( Asis 2019).

II.4 Patofisiologi
Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi sporozoit ke dalam

tubuh manusia . Sporozoit menginfeksi sel hati , berkembang biak menjadi

skizon . Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit (p. Vivax, dan p.ovale memiliki

stadium dorman . (hipnozoit) berdiam dalam hati dan dapat kambuh kembali

untuk menginvasi kembali dalam darah beberapa minggu atau satu tahun

kemudian) sesudah memperbanyak diri dalam hati ini (exo-erythrocytic

schizogony) . Selanjutnya parasit memasuki perkembang biakan secara aseksual

dalam eritrosit (erythrocytic schizogony) . Merozoit mengifeksi sel darah

merah4 . Stadium ring, trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan

menghasilkan merozoit . Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual

erythrocytic (gametosit) . Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala klinis

penyakit ini. Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit),

masuk nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles melalui darah yang terhisap .

Dalam tubuh nyamuk, parasit memperbanyak diri dengan cara sporogonic cycle .

Di dalam tubuh nyamuk, mikrogamet melakukan penetrasi ke makrogamet untuk

menghailkan zigot . Zigot bergerak dan memanjang (ookinet) . Keluar dari

dinding lambung nyamuk untuk berkembang menjadi ookista. Ookista tumbuh,

matang dan mengeluarkan sporozoit. Selanjutnya hidup berdiam dalam pada

kelenjar liur nyamuk. Sporozoit siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan

kembali melangsungkan siklus hidupnya ( Asis 2019).

II.5 Komplikasi

Dalam ( Asis 2019), komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria sebagai

berikut :

 Malaria serebral (malaria otak)


Adalah malaria dengan penurunan kesadaran. Penilaian derajat kesadaran

dilakukan bardasarkan Skala Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada

orang dewasa GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma

Scale≤3, atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan

oleh penyakit lain.

 Anemia berat (Hb 10.000/uL.

Bila anemia hipokromik mikrositik, harus dikesampingkan adanya anemia

defisiensi besi, talasemia, atau hemoglobinopati lainnya.

 Gagal ginjal akut (urin 3 mg%).

 Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).

 Hipoglikemia : gula darah 2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada

hipertermia.

 Asidema (pH)

II.6 Pemeriksaan penunjang

Dalam ( Asis 2019), Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan ini meliputi

pemeriksaan darah yang menurut teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat

darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada

tidaknya parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat jenis

plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale,

tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan parasitnya. Kepadatan parasit

dapat dilihat melalui dua cara yaitu semikuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-

kuantitatif adalah menghitung parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan

rincian sebagai berikut:


 (-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

 (+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

 (++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

 (+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)

 (++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr tebal adalah

menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis, penghitungan jumlah

parasit per 1000 eritrosit.

II.6.1 Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)

Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan cara

imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tesini mempunyai kelebihan

yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal

spesifisitas dan sensitivitasnyac. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Dengan menggunakan

II.6.2 pemeriksaan PCR spesifisitas dan sensitivitasnya dapat ditingkatkan.

Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit yang dapat dideteksi sangat sedikit

dapat mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat dipercaya.

Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental dan belum untuk

pemeriksaan rutin.

II.6.3 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi

pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit, dan

trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT,
SGPT) serta pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah terjadi

pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi.

II.7 Penatalaksanaan

Dalam ( Asis 2019). Penatalaksanaan malaria meliputi:

II.7.1 Penatalaksanaan Keperawatan

1. Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).

2. Cairan dan elektrolit Pemberian cairan

merupakan bagian yang penting dalam penanganan malaria, biasanya

diberikan cairan 1500-2000 cc/hari apalagi bila sudah terjadi malaria berat.

Pemberian cairan yangt idak adekuat akan menyebabkan timbulnya

nekrosis tubuler akut. Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat

menyebabkan udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose

5% untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina. Bila

dapat diukur kadar elektrolit (natrium), dipertimbangkan pemberian NaCl

bila diperlukan.

3. Nutrisi

Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diit lunak yang

diberikan mengandung protein, energy dan zat gizi lainnya. Makanan yang

diberikan dalam bentuk mudah dicerna , rendah serat dan tidak

mengandung bumbu yang tajam.


4. Eliminasi

Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi tapi

pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK yaitu hemoglobinuria

dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.

5. Aktifitas dan istirahat

Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang dibatasi,

mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.

6. Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.

7. Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol dan air

es) dan bila pasien menggigil berikan selimut.

II.7.2 Penatalaksanaan non medis

1. Menggunakan kelambu pada waktu tidur

Penggunaan kelambu juga tergolong populer dan lumrah bagi

masyarakat Indonesia. Penggunaan kelambu bisa digunakan pada

tempat tidur maupun kelambu kecil khusus untuk bayi dan balita.

Nyamuk sering menyerang atau menggigit manusia pada malam hari

saat sedang terlelap tidur, dengan penggunaan kelambu diharapkan

naymuk tidak bisa masuk ke area tempat tidur dan menggigit manusia.

2. Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.

3. Menggunakan pembasmi serangga.

4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat tinggal

diusahakan jauh dari kandang ternak.


5. Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak

menyebar lebih jauh.

6. Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan

memberantas sarang nyamuk.

7. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang

bergantungan serta genangan air.

8. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau

menebarkan ikan pemakan jentik.

9. Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang

pantai

II.7.3 Cara menggunakan kelambu

1. Kelambu dikeluarkan dari bungkus plastik. Sebelum dipasang,

sebaiknya dianginanginkan terlebih dahulu di tempat teduh (terhindar

dari sinar matahari langsung) selama satu hari semalam.

2. Kelambu LLins dipasang dengan mengikatkan keempat tali kelambu

pada tiang tempat tidur, atau pada paku di dinding

3. Waktu tidur, seluruh bagian bawah dimasukkan (dilipat) di bawah

kasur atau tikar,

4. sehingga tidak ada peluang nyamuk masuk ke dalam kelambu.

5. Kelambu digunakan pada waktu tidur setiap malam sepanjang tahun,

tidak hanya pada saat ada gangguan nyamuk saja.

6. Kelambu harus dirawat dan diperiksa, apabila ada lubang atau robek,

segera dijahit dan dipasang lagi.


7. Kelambu kotor karena debu, dapat dicuci oleh masyarakat setiap 2-3

bulan sekali.

II.7.4 Cara Perawatan kelambu

1. Mencuci dengan menggunakan detergen, tidak boleh dikucek, disikat,

atau digosok-gosok (sabun batangan tidak boleh digunakan, karena

mengandung soda kadar tinggi).

2. Pencucian kelambu ukuran keluarga (luas ± 19 m2), diperlukan air ± 1

liter, dengan detergen 2 gram/liter.

3. Kelambu dimasukkan ke dalam ember berisi larutan detergen (tidak

boleh direndam),

4. kemudian dicelupkan berulang kali, sampai kotoran dirasa hilang.

5. Kelambu LLins, tidak boleh dicuci menggunakan mesin cuci.

6. Kelambu dibilas menggunakan air bersih sebanyak tiga kali.

7. Air bekas cucian kelambu tidak boleh dibuang ke kolam ikan atau parit

dan sungai yang airnya untuk pemeliharaan ikan.

Air bekas cucian kelambu LLins, sebaiknya dibuang di lubang galian

tanah, kedalaman 0,5 meter dan jauh dari sumber air.

8. Kelambu setelah dicuci, tidak boleh diperas, cukup ditiriskan saja

9. Kelambu dikeringkan ditempat teduh (terlindung dari sinar matahari

langsung)

10. Kelambu LLins dirawat dengan baik, supaya tidak cepat robek diikat

atau digulung apabila tidak digunakan.

11. Merokok atau menyalakan api dekat kelambu, sangat dilarang karena

beresiko mudah terbakar.


12. Kelambu dapat dicelup ulang setelah pemakaian selama tiga tahun,

oleh petugas puskesmas atau kader yang sudah terlatih.

II.7.5 Penatalaksanaan medis

Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit malaria terhadap obat

malaria, maka obat malaria dibagi lima golongan, yaitu :

1. Skizontisida Jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat membasmi

parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam

eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.

2. Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmi parasit daur

eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax dan ovale dan

digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini bagi anti relaps.

3. Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan penyakit

akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai penyembuhan

klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium. Skizontisida darah juga

membunuh bentuk eritrosit stadium seksual plasmodium vivax, ovale dan

malariae. Skizontisida darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan

amodiakuin, sedangkan yang efeknya terbatas adalah proguanil dan

pirimetamin.

4. Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk

stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi

perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina. Beberapa

obat gametositosida bersifat sporontosida. Primakuin adalah

gametositosida untuk keempat spesies, sedang kina, klorokuin, dan


amodiakuin adalah gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale dan

malariae.

5. Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk

membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini

mencegah transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat anti

sporogonik. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini ialah

primakuin dan poquanil.

Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan memenuhi standar untuk

program pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes. Adalah klorokuin, S-P, kina,

primakuin dan beberapa antibiotika yang beredar diindonesia. Obat baru

halofantrin, artemisin (qinghaosu) dan derivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater,

pironaridin, atovakuan, yinghausu (arteflen).


DAFTAR PUSTAKA

Irma Rusmiyanti Asis. 2019. “Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Diagnosa

Medis Malaria Di Rsud Pasarwajo Kabupaten Buton.” (2): 1–13.

Anda mungkin juga menyukai