BAB I
LAPORAN KASUS
I. Status Paisen
I.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 36 tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Lemah Abang
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
I.2 Anamnesis
I.2.1 Keluhan Utama
Nyeri Perut
o RR : 20 x/m
o S : 36.4 0C
Berat badan : 64 kg
Tinngi badan : 152 cm
Genitalia :
Eksterna
o Inspeksi: mons pubis tersebar merata, vulva vagina tidak ada
tanda-tanda inflamasi dan kelainan, discharge (-), OUE tidak ada
kelainan, glandula bartholine tidak tampak kemerahan.
o Palpasi: vulva vagina tidak terdapat massa, tidak terasa nyeri tekan,
pada glandula batholine tidak teraba adanya massa,
Interna
Inspeksi: sekret vagina (-), vagina hiperemis (-), portio hiperemis
(-), portio tidak mudah berdarah, polip (-)
Palpasi:
o Palpasi Bimanual
- Dinding vagina tidak teraba massa, nyeri tekan (-), Teraba
portio kaku, tebal, kuncup, arah portio terdorong ke
bawah,
- Uterus: posisi uterus antefleksi, bentuk bulat teratur
dengan fundus lebih besar dibandingkan bagian bawah,
ukuran uterus normal tidak ada pembesaram, konsistensi
kenyal, permukaan rata tidak ada nodul dan massa, uterus
mudah digerakkan dan tidak nyeri
o Palpasi adneksa: tidak ada pembesaran pada adneksa
I.4 Resume
Pasien perempuan umur 39 tahun datang dengan keluhan utama nyeri
pada bagian bawah sejak 8 tahun yang lalu dan memberat 2 tahun terakhir
ini. Nyeri perut dirasakan semakin sering saat menstruasi. Pasien juga
merasakan sesak seiring bertambah besar ukuran perut, sesak bertambah berat
ketika tidur terlentang. Pasien juga mengatakan frekuensi BAK nya lebih
6
sering dan merasakan sakit ketika hubungan suami istri. Riwayat menstruasi
teratur tetapi jumlahnya sedikit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang
dan kesadaran komposmentis. Tanda-tanda vital dan status generalis dalam
batas normal. Pada pemeriksaan abdomen, terlihat cembung. Teraba massa
memenuhi bagian bawah abdomen, permukaan rata dan licin, mobile, nyeri
tekan (+)dengan ukuran 3 jari diatas umbilicus, 2 jari dari SIAS dextra dan 2
jari dari SIAS sinistra, perkusi redup pada abdomen bawah.
I.9 Prognosis
Quo Ad vitam : dubia ad bonam
Qua Ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo Ad sanationam : dubia ad bonam
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula;
2. stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor
follikuli;
3. teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel-sel yang lebih kecil daripada sel granulosa;
4. teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
II.2 Definisi
12
II.4 Klasifikasi
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak
dibagi dalam tumor kistik dan solid
Tumor Non Neoplastik
Tumor akibat radang
o Abses ovarial
o Abses tubo – ovarial
o Kista tubo – ovarial
Tumor lain
o Kista folikel
o Kista korpus lutein
o Kista teka-lutein
o Kista inklusi germinal
o Kista endometrium
Tumor Neoplastik Jinak
Kistik
o Kistoma ovarii simpleks
o Kistadenoma ovarii musinosum
o Kistadenoma ovarii serosum
o Kista endometroid
o Kista dermoid
Solid
o Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,
limfangioma
o Tumor Brenner
14
Tumor ini biasanya disebabkan oleh proses infeksi yang terjadi pada
adneksa. Tumor ini cukup jarang. Proses pembentukan tumor ini didahului
oleh masuknya bakteri kedalam uterus yang berlanjut ke bagian salfing dan
menuju ke adneksa. Kemudian terjadilah infeksi dan terjadi proses
imunologis sehingga terbentuk abses.
b. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer
yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses
atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa di dapati satu
kista atau beberapa dan besarnya biasanya berdiameter 1-1 ½cm. Dalam
menangani tumor ovarium timbul persoalan apakah tumor yang dihadapi itu
neoplasma atau kista folikel. Umumnya jika diameter tumor tidak lebih dari 5
cm, dapat di tunggu dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang
sendiri.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung
estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi FSH (folikel stimulating
hormon) dan LH (luteinizing hormone) normalnya ditemui saat menopause
berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran limit 2,5 cm); berasal dari
folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan.
Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik.
15
ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah,
dan isinya cairan jernih dan serous.
f. Kista Endometrium
Neoplasti Jinak
1. Kistik:
a. Kistoma Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan di dalam kista jernih, serous dan berwarna kuning.
Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi terdiri atas
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui
apakah ada keganasan
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin
muncul sebagai tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia
musinosum dari mesothelium. Tumor mucinous yang berasal dari
teratoid ditemukan pada penderia yang muda. Paling sering pada
wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali pada masa
20
d. Kista Endometroid
21
e. Kista Dermoid
2. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini
tidak berarti bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun
semuanya berpotensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada
berbagai jenis, umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarium dan
sangat tinggi pada teratoma embrional yang padat.
a. Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium,
kurang dari 1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma
ovarium atau sel mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5%
dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada
penderita menopause.
Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg,
dengan 90% uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya
merah jambu keabuan. Apabila konsistensi sangat padat disebut fibroma
durum, dan apabila lunak disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atas
23
jaringan ikat dengan sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas
kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma
ovarii yang besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat terjadi
torsi. Pada tumor ini sering ditemukan sindroma Meigs (tumor ovarii,
ascites, hidrotoraks).
b. Tumor Brenner
Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang
ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause.
Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium. Besar tumor ini beraneka
ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnya
tumor ini unilateral. Pada pembelahan berwarna kuning muda seperti
fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang-kadang pada tumor ini temukan
sindroma Meigs. Gambar mikroskopis tumor ini sangat khas, terdiri dari 2
elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri atas epitel epitel, yang dikelilingi
jaringan ikat yang luas dan padat.
Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan
jika masih kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
histopatologik ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus
tumor ini menunjukkan keganasan pada histopatologi dan klinisnya.
c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)
Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan besarnya
bervariasi antara 0,5-16 cm. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala
maskulinasi, terdiri atas hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi memmae,
dan perubahan suara.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis
ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3
lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Dari gambaran klinis, kista ovarium yang berukuran kecil biasanya tidak
menunjukan gejala atau rasa sakit, kecuali kalau pecah atau terpuntir yang
menyebabkan perdarahan intraperitoneum dan gejala akut abdomen ,sakit yang
hebat di daerah perut bagian bawah, dan kaku
Gangguan haid
Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
Nyeri saat bersenggama.
Asites
Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut
Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
Gangguan buang air besar dan kecil.
26
II.7 Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik.
Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista
ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah :
Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Beta-HCG
Urinalisis
II.8 Penatalaksanaan
1. Observasi dan Manajemen Gejala
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil
jika tidak curiga ganas. Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-
obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID.
2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi.
Biasanya kista yang ganastumbuh dengan cepat dan pasien mengalami
penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista
itu bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi
Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi.
Biasanya untuk laparoskopidiperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4,
sedangkan untuk laparotomidiperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-
9.
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalu screening USG
umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala
maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi
anatomi untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut.
29
II.9 Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sujdah dilakukan
operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma
memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang
berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-
7.
2. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis
and Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.
3. Helm, CW. Ovarian Cyst. 19 maret 2008. (Available at :
http://.emedecine.com/med/topic1699.htm, accessed on 30 Juni 2011)
4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor
Ovarium Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta
: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p.
388-9.
5. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2006. p.130-1
6. Richard. K, Snell. 2006. Anatomi Klinik. EGC. Jakarta
31