Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN

STUNTING PADA BALITA DI RUMAH PUSKESMAS GUNTUR I

Studi terhadap Balita Berisiko Stunting di Puskesmas Guntur I


Kabupaten Demak

Skripsi

Untuk memenuhi Sebagian persyaratan


mencapai gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :
Elfrida Noer Hidayah
30102000060

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang bisa terjadi pada
bayi, balita dan anak saat masa pertumbuhannya yang bisa disebabkan oleh
banyak factor mulai dari keadaan ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi ,
kondisi lingkungan ataupun pemenuhan asupan gizi yang kurang dalam waktu
cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi. (Sr & Sampe, 2020). Stunting di Indonesia merupakan masalah kesehatan
serius yang membutuhkan penanganan tepat. Menurut hasil Survei Status Gizi
Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2021, prevalensi balita yang mengalami
stunting di Indonesia mencapai 24,4%. Angka ini memang mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, namun prevalensi tersebut masih sangat
tinggi apabila dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan oleh WHO
yaitu 20%.
Stunting pada balita dapat mengganggu perkembangan fisik dan mental
anak. Retardasi pertumbuhan dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas
dan mortalitas serta pertumbuhan yang lamban pada kemampuan motorik dan
mental. Balita yang mengalami stunting juga lebih berisiko mengalami penyakit
degeneratif di masa depan (Ningrum et al., n.d.). Untuk itu, Kementerian
Kesehatan telah menjabarkan misi Presiden tahun 2020-2024 menjadi beberapa
poin, salah satunya adalah menurunkan angka stunting balita di Indonesia.
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang merupakan pengaruh dari
asupan makanan dan jumlah zat gizi yang dikonsumsi seseorang dan merupakan
indikator dari keadaan kesehatan seseorang sehingga status gizi berpengaruh
dalam pencegahan stunting pada balita (Qolbi et al., n.d.). ASI eksklusif
menjadi salah satu indikator terpenuhinya gizi bagi balita. Oleh karena itu,
sebagai upaya untuk mengetahui dan mamahami bagaimana hubungan
pemberian ASI eksklusif yang diberikan oleh ibu kepada balita yang menderita
stunting mendorong untuk melakukan penelitian tentang status gizi terhadap
stunting pada balita usia di Puskesmas Guntur I Kabupaten Demak.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di latar belakang maka peneliti
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita di Puskesmas Guntur I Kabupaten Demak?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian
ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita usia 24 – 36 bulan di
Puskesmas Guntur I Kabupaten Demak.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui status gizi balita di Puskesmas Guntur I Kabupaten
Demak.
b. Mengetahui kasus stunting pada balita di Puskesmas Guntur I
Kabupaten Demak.
c. Menganalisis faktor risiko asupan makanan dan ASI terhadap
kejadian stunting pada balita di Puskesmas Guntur I Kabupaten
Demak.

1.4. Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan menghasilkan manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh status gizi terhadap
kejadian stunting pada balita khususnya mengenai asupan makanan dan ASI.
2. Sebagai referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
menentukan program penanggulangan stunting pada balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stunting
2.2.1. Definisi Stunting
Stunting adalah suatu masalah Kesehatan yang masih
kerap muncul di Indonesia karena kekurangan gizi kronis yang
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama
akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Menurut kemenkes, balita dikatakan dalam stunting apabila pada kurva
Z-score nilainya kurang dari -2.00SD (stunted) dan kurang dari -3.00SD
(severely stunted). Stunting dapat diamati dari tinggi badan yang terlihat
tidak sesuai jika dibandingkan dengan tinggi badan pada seusianya.

2.1.2. Penyebab kejadian Stunting


Banyak penyebab yang bisa terjadi dalam masalah
stunting kekurangan gizi kronis, berikut ini merupakan beberapa factor
yang dapat menyebabkan stunting (National & Pillars, n.d.):
1. ASI eksklusif dan MP-ASI
Data sebanyak 60% mengatakan bahwa pada bayi dengan usia 0-
6 bulan banyak yang tidak mendaptkan ASI eksklusif dan
sebanyak 2 dari 3 anak usia 0-24 buulan tidak mendapatkan
waktu pemberian atau memperkenalkan MP-ASI tersebut di
waktu yang tepat yaitu pada usia 6 bulan keatas. Maka dari
kejadian tersebut menjadi suatu hal yang cukup berpengaruh
dalam tingginya kasus stunting yang ada di Indonesia, sehingga
dalam hal ASI eksklusif dan MP-ASI ini perlu diperhatikan lebih
dalam oleh para ibu sebagai Tindakan untuk mencegah terjadinya
stunting pada anak.
2. Terbatasnya layanan Ante Natal Care dan Post Natal Care
yang berkualitas
Banyak ibu hamil yang masih kurang memahami pentingnya
melakukan ANC-Ante Natal Care yang seharusnya merupakan
hal yang harus dipahami oleh ibu-ibu dalam masa kehamilannya
untuk mempersiapkan segala hal dari sisi ibu tersendiri dan
janinnya contoh dalam pelayanan ANC ini, ibu bisa mendapatkan
pelayanan dalam edukasi kekurangan energi kronis sehingga ibu
dapat mencegah hal tersebut agar tidak menurunkan atau menjadi
factor kelahiran BBLR sehingga bayi tersebut juga tidak
mengalami stunting. Sehingga setelah kelahiran pun ibu jadi
memahami pentingnya Post Natal Care untuk Kesehatan baik ibu
dan anak.
3. Kondisi lingkungan atau sanitasi yang tidak bersih
Lingkungan atau sanitasi yang buruk dapat meningkatkan
masalah kesehatan seperti infeksi, diare, penyakit kulit dan masih
banyak masalah Kesehatan dari dampak sanitasi buruk sehingga
hal tersebut dapat mengalihkan zat gizi yang seharusnya diserap
oleh tubuh tetapi digunakan untuk melawan tubuh menghadapi
masalah kesehatan yang dialami.

2.1.3. Dampak Kejadian Stunting


Bayi atau balita yang mengalami stunting bukan hanya
pada tumbuh kembang fisiknya, tetapi juga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan yang tidak maksimal sehingga dapat berpengaruh pada masa
depan nya karna hal tersebut seorang anak mudah rentan terkena penyakit
dan masa produktivitasnya dapat terganggu sehingga secara garis besar
masalah stunting ini dapat menghambat harapan masa depan dalam hal
pertumbuhan ekonomi dan bisa terjadi meningkatkan kemiskinan dan
memperluas adanya kesetimpangan masyarakat.

2.2. ASI eksklusif


2.2.1. Definisi ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi dari
kelahiran hingga usia 6 bulan. ASI merupakan makanan utama bagi
bayi dan memiliki banyak manfaat karena dalam ASI terdapat banyak
komponen nutrisi penting seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin
dan mineral. Pada ASI juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh
bayi sehingga dapat menghindarkan dari berbagai penyakit. Dengan
pemberian ASI eksklusif pada bayi dapat menciptakan factor
lingkungan yang optimal untuk meningkatkan kecerdasan bayi dan
pemenuhan gizi pada bayi
2.2.2. Komposisi ASI eksklusif
ASI ialah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa serta mineral.
Pada 6 bulan awal pasca melahirkan rata- rata ASI yang diproduksi
oleh payudara ibu sebanyak 780 ml/ hari yang nantinya akan
menyusut menjadi 600ml/ hari pada 6 bulan kedua. Komposisi ASI
tidak sama dari waktu ke waktu. Komposisi ASI dipengarui oleh
sebagian aspek di antaranya merupakan stadium pengeluaran susu,
status gizi serta konsumsi bunda. Bagi stadium pengeluaran susu, ASI
dipecah jadi kolostrum, ASI transisi/ peralihan serta ASI matur.
Komposisi ASI pula dipengaruhi oleh status gizi serta asupan gizi ibu
sebab tenaga serta zat gizi dalam ASI berasal dari 2 sumber, yaitu
cadangan lemak tubuh ibu serta asupan gizi ibu (Prabasiwi, 2014)
a) Kolostrum
Kolostrum merupakan asi yang dikeluarkan oleh ibu
berwarna kuning yang dihasilkan pada hari pertama hingga
kurang lebih hari ke-7 pasca melahirkan. Kolostrum ini memiliki
kandungan immunoglobulin A yang dapat memberikan
perlindungan bagi bayi dengan melapisi saluran pencernaan dan
membantu mencegah hadirnya infeksi. Kolostrum juga dapat
membantu tubuh bayi menyingkirkan bilirubin dan mencegah
penyakit kuning. (Fikawati, Syafiq, & Karima, 2015).
b) ASI transisi/peralihan
Pada fase ini merupakan ASI peralihan dari kolostrum
hingga menjadi ASI matur. ASI peralihan ini dihasilkan saat
kurang lebih hari ke 7 hingga 2 minggu pasca melahirkan.
Kandungannya sedikit berbeda dari kolostrum dari segi vitamin
kolostrum lebih tinggi disbanding ASI peralihan. Terdapat juga
kadar karbohidrat dan lemak yang lebih tinggi disbanding
kolostrum serta kadar protein yang menurun jika pada ASI
peralihan. (Fikawati, Syafiq, & Karima, 2015).
c) ASI matur
ASI lebih banyak mengandung air dibandingkan
dengan ASI transisi dan ASI matur merupakan asi yang
dihasilkan mulai dari 2 minggu pasca melahirkan hingga
seterusnya. Di dalamnya terdapat faktor antimicrobial yaitu
antibodi, bakteri dan virus, enzim (lisozim, laktoperoksidase,
lipase, katalase, fosfatase, amylase, fosfodiesterase,
alkalinfosfatase), protein, resisteance factor terhadap
stafilokokusm komplemen, interferon producing cell (Fikawati,
Syafiq, & Karima, 2015).
2.2.3. Manfaat ASI bagi bayi
Air susu Ibu (ASI) merupakan asupan terbaik untuk
bayi baru lahir, baik bayi yang dilahirkan secara matur ataupun
bayi dengan kelahiran prematur. Pada dasar nya ASI merupakan
imunisasi awal sebab ASI memiliki bermacam zat imunitas
antara lain immunoglobulin serta antibody yang dibutuhkan bayi
untuk melawan penyakit- penyakit yang menyerang bayi.
Pemenuhan kebutuhan gizi bayi secara langsung pula
bisa mempengaruhi perkembangan, contohnya pada
perkembangan otak. Ikatan antara pertumbuhan bayi serta
pemberian ASI sudah banyak diteliti. Riset Anderson
membuktikan pada balita yang diberikan ASI mempunyai
tingkatan pertumbuhan kognitif yang lebih besar dibanding bayi
yang diberikan susu formula (Umboh et al., 2013)
2.3. Hubungan ASI eksklusif dengan kejadian Stunting
ASI merupakan asupan gizi yang sesuai dengan
dengan kebutuhan akan membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak. Bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan cukup berarti memiliki
asupan gizi yang kurang baik dan dapat menyebabkan kekurangan gizi
salah salah satunya dapat menyebabkan stunting. Berdasarkan penelitian
(Sr & Sampe, 2020) yang dilakukan didapatkan balita yang tidak
diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali lipat mengalami stunting
dibandingkan balita yang diberi ASI eksklusif. Kemudian, balita yang
diberikan ASI eksklusif memiliki peluang 98% untuk tidak mengalami
stunting.
Salah satu manfaat ASI eksklusif adalah mendukung pertumbuhan bayi
terutama tinggi badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding
susu pengganti ASI atau susu formula. Sehingga bayi yang diberikan ASI
Eksklusif cenderung memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dan sesuai
dengan kurva pertumbuhan dibanding dengan bayi yang diberikan susu
formula.
ASI mengandung kalsium yang lebih banyak dan
dapat diserap tubuh dengan baik sehingga dapat memaksimalkan
pertumbuhan terutama tinggi badan dan dapat terhindar dari resiko
stunting. ASI juga memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium
yang lebih rendah daripada susu formula, sedangkan tembaga, kobalt, dan
selenium terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Kandungan ASI ini
sesuai dengan kebutuhan bayi sehingga dapat memaksimalkan
pertumbuhan bayi termasuk tinggi badan. Berdasarkan hal tersebut dapat
dipastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi, dan status gizi bayi menjadi
normal baik tinggi badan maupun berat badan jika bayi mendapatkan ASI
Eksklusif.

2.4. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori


2.5. Kerangka Konsep

Pemberian ASI Kejadian stunting

Gambar 2. Kerangka Konsep


Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat

2.6. Hipotesis
Pemberian ASI eksklusif berpengaruh terhadap kejadian stunting pada
balita di Puskesmas Guntur I Kabupaten Demak

2.7. Daftar Pustaka

National, G., & Pillars, H. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan Bahan Ajar Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Metodologi Penelitian Kesehatan, 1, 297.

Prabasiwi, A. (2014). ASI Eksklusif dan Persepsi Ketidakcukupan ASI Exclusive


Breastfeeding and Perception of Insufficient Milk Supply. Kesmas Nasional, 9.

Sr, A., & Sampe, S. A. (2020). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Relationship between Exclusive Breastfeeding and Stunting in
Toddlers. Juni, 11(1), 448–455. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.314

Umboh, E., Wilar, R., & Mantik, M. F. J. (2013). Pengetahuan Ibu Mengenai Manfaat Asi
Pada Bayi. Jurnal E-Biomedik, 1(1), 210–214.
https://doi.org/10.35790/ebm.1.1.2013.1620

Anda mungkin juga menyukai