RESPIRASI
LBM KE-3
KELOMPOK SGD 15
NAMA TUTOR: dr. Dian Novitasari, Sp.FM
B. Sesak Napas
Oksigen dalam darah menurun kemoreseptor perifer di badan
karotis dan aorta mendeteksi kurangnya oksigen, mekanoteseptor di saluran
udara mendeteksi volume paru adanya induksi sinyal saraf melalui N.
Vagus (mekanoreseptor) dan N. Glossopharyngeus (kemoreseptor) sinyal
menuju pusat pernapasan (kelompok medula dorsal dan ventral, pons)
irama pernapasan meningkat sesak napas terjadi
Selain itu sesak napas pada saat berbaring juga bisa terjadi akibat
adanya edema paru, ketika posisi berbaring, cairan edema ini akan menempati
lebih banyak lapang paru bagian belakang sehingga terasa tekanan dan lebih
sesak.
2. (alma) mengapa pasien sebelumnya merasa berkurang saat istirahat namun di scenario
tidak berkurang?
Jawab:
3. Bagaimana bisa terjadi lemas dan kardiomegali pada scenario diatas? Bagaimana
batas ambang volume darah di jantung?
Jawab:
A. Lemas
Kondisi gagal jantung menyebabkan penurunan cardiac output dan
paningkatan tekanan intravena. Hal ini menyebabkan pengurangan kadar
oksigen sehingga terjadi lemas. Selain itu, kondisi gagal jantung apabila
dibarengi takikardi menyebabkan metabolik tubuh meningkat sehingga energi
lebih cepat terkuras.
B. Kardiomegali
Kardiomegali ini disebabkan hipertrofi dan remodelling jantung. Pada
pasien gagal jantung, terjadi stressor yang berlebih pada jantung. Hal ini
menyebabkan peningkatan sarkomer, miosit, dan pembesaran jantung.
Remodelling inilah yang menyebabkan terjadi kardiomegali
Leonard S. Lily, et. al. 2011. Heart Pathophysiology. Boston: Harvard Medical School.
Sherwood, Lauralee. 2018. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem, Edisi 9. Jakarta : EGC
4. (syifa) bagaimana alur diagnosis dari scenario diatas dan apa diagnosis banding?
Jawab:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal
Jantung. PERKI.
EKG
A. Irama
1) Irama Normal
Jarak antara P-P sama
Gelombang selalu terdiri atas Gelombang P-Q-R-S-T
Irama normal disebut Sinus
2) Irama Atrial
Irama jantung dengan dominan gelombang atrium atau P
3) Irama Junctional
Irama jantung dengan dominan nodus AV
Gelombang p hilang atau mundur
4) Irama Ventrikuler
Irama jantung dengan dominan kegiatan ventrikel
Gelombang p menghilang
B. Regularitas
− Reguler: jarak R-R sama
− Irreguler-reguler: ada perbedaan jarak R-R dengan pengulangan
berpola
− Irreguler-irreguler: ada perbedaan jarak R-R tanpa pola
C. Frekuensi
Frekuensi Normal: 60-100x/menit
3) Irreguler
Frekuensi : Jumlah Kompleks QRS dalam 6 detik × 10
D. Gelombang P
− Lebar normal: < 0,12s
− Tinggi normal: < 0,25mv
− P inversi di aVL
E. PR Interval
− Lebar normal: 0,12-0,20s
− Konstan: interval sama
− Variabel: interval berbeda
F. Kompleks QRS
1) Interval QRS
Normal: 0,06-0,10s
2) Axis
Axis dilihat pada Lead I dan Lead aVF
Perhitungan: R + S
3) Zona Transisi
Zona transisi normalnya pada Lead V3/V4
Zona transisi apabila berada di V1/V2: counter clockwise
Zona transisi apabila berada di V5/V6: clockwise
4) Q Patologis
Gelombang Q normal: lebar < 1 kk, dalam < 1 kk
5) LVH
S di V1/V2 + R di V5/V6 ≥35
6) RVH
R/S di V1 > 1 atau R/S di V6 <1
G. Segmen ST
− ST normal: segaris dengan garis isoelektris
− ST elevasi: diatas garis isoelektris
− ST depresi: dibawah garis isoelektris
H. Gelombang T
− Positif di semua lead kecuali di aVR
− Tinggi gelombang T normal:
Lead I : 0,2 mV
Lead II: 0,4 mV
Lead III: 0,3 mV
aVR: 0,3 mV
aVL: <1 mV
aVF: 3 mV
V1: 1 mV
V2: 7 mV
V3: 9 mV
V4: 7 mV
V5: 5 mV
V6: 4 mV
− T tall
− T flat
− T inversi
A. Irama
− Sinus
B. Regularitas
− Reguler
C. Frekuensi
Frekuensi Normal: 60-100x/menit
D. Gelombang P
− Lebar: 0,12s
− Tinggi: 2-2,5 mV
E. PR Interval
− Lebar: 0,20s
− Konstan
F. Kompleks QRS
1) Interval QRS
Lebar: 0,08s
2) Axis
3) Zona Transisi
Zona transisi di lead V5
Clockwise
4) Q Patologis
Tidak ada Q patologis
5) LVH
22 + 15 = 37, LVH
6) RVH
2/22 = <1, non RVH
G. Segmen ST
− ST Depresi pada lead II, lead III, aVF, V5, V6
H. Gelombang T
− T inversi pada aVL
2) Kelas II
Gejala non spesifik ringan
Pemeriksaan fisik cenderung normal
Mudah lelah ketika beraktivitas berat
3) Kelas III
Gejala spesifik
Mulai ada perubahan pada pemeriksaan fisik
Mudah lelah ketika beraktivitas ringan
4) Kelas IV
Gejala spesifik berat
Perubahan dan gejala jelas
Tetap merasakan keluhan walau beristirahat
Leonard S. Lily, et. al. 2011. Heart Pathophysiology. Boston: Harvard Medical School.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal
Jantung. PERKI.
Starry H. Rampengan. 2014. Buku Praktis Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
A. Peningkatan Metabolik
− Demam
− Takikardi
− Anemia
− Infeksi
− Hipertiroid
− Hamil
B. Peningkatan Preload
− Peningkatan natrium
− Peningkatan cairan
− Gagal ginjal
C. Peningkatan Afterload
− Hipertensi tak terkontrol
− Emboli pulmoner
Leonard S. Lily, et. al. 2011. Heart Pathophysiology. Boston: Harvard Medical School.
Leonard S. Lily, et. al. 2011. Heart Pathophysiology. Boston: Harvard Medical School.
10. (acel) apa hubungan pembengkakan tungkai bawah dengan gagal jantung?
Jawab:
Leonard S. Lily, et. al. 2011. Heart Pathophysiology. Boston: Harvard Medical School.
11. (acel) apa komplikasi yang akan terjadi?
Jawab:
Aritmia ventrikel
Gagal jantung refrakter
Emboli paru
Leonard S. Lily, et. al. 2011. Heart Pathophysiology. Boston: Harvard Medical School.
13. (reza) bagaimana tatalaksana farmako dan non-farmako serta edukasi gagal jantung?
Jawab:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal
Jantung. PERKI.
14. (dinda) apa hubungan pasien memiliki riwayat serangan jantung dengan keluhan yang
diderita sekarang?
Jawab:
Leonard S. Lily, et. al. 2011. Heart Pathophysiology. Boston: Harvard Medical School.
B. Berdasarkan Onset
1) Gagal Jantung Akut
Simptomatik
Ukuran jantung dapat normal
Tanda paling terlihat adalah gangguan pernapasan
2) Gagal Jantung Kronis
Asimptomatik
Ukuran jantung cenderung membesar