Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya (menurut WHO). Kesehatan jiwa adalah kondisi jiwa
seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan
dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stres yang serius (Rosdahi,
1999). Kesehatan Jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, emosional serta optimal dari seseorang, dan perkembangan
ini berjalan selaras dengan orang lain (UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun
1966).
Kriteria sehat jiwa menurut Maria Jahoda (Depkes, 2000) individu yang
sehat jiwa ditandai dengan sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh
kembang dan aktualisasi diri, integrasi (keseimbangan/ keutuhan), otonomi,
persepsi realitas, kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikologis berubah
dalam berespon terhadap stres. Oleh karena banyak stresor yang tidak dapat
dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu,
keluarga, atau komunitas terhadap stres. Ada banyak bentuk adaptasi.
Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun
demikian, mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial
dan dimensi lainnya.
Suatu adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian
adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal.
Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan,
mekanisme koping, dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi.

1
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangkan pendek, seperti
demam atau berjangka panjang seperti paralisis dari anggota gerak tubuh.
Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap
stresor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan.
Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu. Jika seseorang
tidak mampu untuk beradaptai, maka kemungkinan untuk mengalami
gangguan jiwa adalah besar.
Menurut Antai Otong (Psychiatric Nursing Biological and Behavioral
Concept, 1995) perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam
mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko, mengkaji respons pasien
terhadap stres sepanjang rentang kehidupannya, dan dalam mengembangkan
komunikasi yang terapeutik.
Maka dari itu melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan pelajaran
serta acuan dalam perawatan kesehatan jiwa terutama bagi mahasiswa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dari Halusinasi?
2. Bagaimana Etiologi dari Halusinasi?
3. Bagaimana Klasifikasi dari Halusinasi
4. Bagaimana Tingkat dari Halusinasi?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Halusinasi?
6. Apa saja Komplikasi dari Halusinasi?
7. Bagaiman Pathways Halusinasi?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Medis Halusinasi?
9. Bagaimana Pengkajian Keperawatan Halusinasi?
10. Apa saja Diagnosa Keperawatan Halusinasi?
11. Bagaimana Intervensi Keperawatan Halusinasi?
12. Bagaimana Contoh Asuhan Keperawatan pada Halusinasi?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian dari Halusinasi
2. Mengetahui Etiologi dari Halusinasi

2
3. Mengetahui Klasifikasi dari Halusinasi
4. Mengetahui Tingkat dari Halusinasi
5. Mengetahui Manifestasi Klinis Halusinasi
6. MengetahuiApa saja Komplikasi dari Halusinasi
7. Mengetahui Pathways Halusinasi
8. MengetahuiPenatalaksanaan Medis Halusinasi
9. Mengetahui Pengkajian Keperawatan Halusinasi
10. MengetahuiApa saja Diagnosa Keperawatan Halusinasi
11. Mengetahui Intervensi Keperawatan Halusinasi
12. Mengetahui Contoh Asuhan Keperawatan pada Halusinasi

D. MANFAAT
Kami berharap makalah ini mampu melengkapi pengetahuan dalam
mendapatkan pengetahuan tentang aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
berkaitan dengan pemberian asuhan keperatawan pada pasien dengan
gangguan jiwa, baik di rumah sakit, atau pelayanan kesehatan, di rumah,
dan di masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Halusinasi
Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucination yang
bermakna secara mental mengembara atau menjadi linglung. Jardri, dkk.
(2013) menegaskan “The term hallucination comes from the Latin
“hallucination”: to wander mentally or to be absent-minded”. Halusinasi
adalah persepsi atau tanggapan dari panca indra tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005). Halusinasi adalah perubahan
persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai
dengan respon yang berkurang, berlebihan, atau terdistrosi. (SDKI,2017).
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien
merasakan suatu stimulus yang sebenernya tidak ada. Klien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pada gangguan
halusinasi penglihatan, misalnya klien melihat suatu bayangan menakutkan,
padahal tidak ada bayangan tersebut. Salah satu manifestasi yang timbul
adalah halusinasi membuat klien tidak dapat memenuhi kehidupannya
sehari-hari. Halusinasi merupakan salah satu dari sekian bentuk
psikopatologi yang paling parah dan membingungkan. Secara
fenomenologis, halusinasi adalah gangguan yang paling umum dan paling
penting. Selain itu, halusinasi dianggap sebagai karakteristik psikosis.

4
B. Etiologi Halusinasi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter
gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.

b. Faktor psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, individu korban kekerasan, kurangnya kasih
sayang, atau overprotektif.
c. Sosio budaya dan lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan
rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup
sendiri), serta tidak bekerja.

C. Klasifikasi Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar
70% halusinasi yang dialami klien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar
atau suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi
penghidu, pengecapan, dan perabaan. Pengkajian dapat dilakukan dengan
mengobservasi perilaku klien dan menanyakan secara verbal apa yang
sedang dialami klien.
Halusinasi diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu halusinasi
pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan, halusinasi
penghidu, halusinasi perabaan. Data objektif dikaji dengan cara
mengobservasi perilaku klien, sedangkan data subjektif dikaji melalui

5
wawancara dengan klien. Berikut ini merupakan deskripsi kelima jenis
halusinasi:

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi Dengar atau  Mengarahkan telinga pada  Mendengar suara atau bunyi
Suara sumber suara gaduh
 Marah marah tanpa sebab  Mendengar suara yan
(Auditory hearing voices
yang jelas menyuruh untuk melakukan
or
 Bicara atau tertawa sendiri sesuatu yang berbahaya
soundsHallucinations)
 Menutup telinga  Mendengar suara yang
mengajak bercakap cakap
 Mendengar suara orang yang
sudah meninggal.

Halusinasi Penglihatan  Ketakutan pada sesuatu atau  Melihat makhluk tertentu,


(Visual Hallucinations) objek yang dilihat bayangan, seseorang yang
 Tatapan mata menuju tempat sudah meninggal, sesuatu yang
tertentu menakutkan atau hantu,
 Menuju kearah tertentu cahaya.

Halusinasi Pengecapan  Adanya tindakan mengecap  Klien seperti sedang


(Gustatory sesuatu, gerakan mengunyah, merasakan makanan atau rasa
Hallucinations) sering meludah atau muntah tertentu, atau mengunyah
sesuatu.

Halusinasi Penghidung  Adanya gerakan cuping  Mencium bau dari bau-bauan


(Olfactory hidung karena mencium tertentu, seperti bau mayat,
Hallucibnations) sesuatu atau mengarahkan makanan, feses, bayi atau
hidung pada tempat tertentu parfum
 Klien sering mengatakan
bahwa ia mencium suatu bau
 Halusinasi penciuman sering
menyertai klien demensia,
kejang, atau penyakut
serebrovaskular.

Halusinasi Perabaan  Menggaruk – garuk  Klien mengatakan ada sesuatu

6
(Tactile Hallucinations) permukaan kulit yang menggerayangi tubuh,
 Klien terlihat menatap seperti tangan, serangga, atau
tubuhnya dan terlihat makhluk halus
merasakan sesuatu yang  Merasakan sesuatu di
seputar tubuhnya permukaan kulit, seperti rasa
yang sangat panas dan dingin,
atau rasa tersengat aliran
listrik.

D. Tingkat Halusinasi
Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai dari tingkat I hingga
tingkat IV.

Tingkat Karakteristik Halusinasi Perilaku Klien


Tingkat I  Mengalami ansietas  Tersenyum
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa bersalah,  Menggerakkan bibir tanpa
Tingkat ansietas sedang dan ketakutan suara
Halusinasi merupakan  Mencoba berfokus pada  Menggerakkan mata
suatu kesenangan pikiran yang dapat dengan cepat
menghilangkan ansietas  Respons verbal yang lambat
 Pikiran dan pengalaman  Diam dan konsentrasi
sensori masih ada
dalam kontrol
kesadaran (jika ansietas

7
dikontrol)
Tingkat II  Pengalaman sensori  Peningkatan sistem saraf
Menyalahkan menakutkan otak, tanda-tanda ansietas,
Tingkat ansietas berat  Mulai merasa seperti peningkatan denyut
Halusinasi kehilangan kontrol jantung, pernapasan, dan
menyebabkan rasa  Merasa dilecehkan oleh tekanan darah
antipati pengalaman sensori  Rentang perhatian
tersebut menyempit
 Menarik diri dari orang  Konsentrasi dengan
lain pengalaman sensori
NON PSIKOTIK  Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dari
realita
Tingkat III  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi ditaati
Mengontrol tingkat menerima pengalaman  Sulit berhubungan dengan
ansietas berat sensorinya orang lain
pengalaman sensori  Isi halusinasi menjadi  Rentang perhatian hanya
tidak dapat ditolak lagi atraktif beberapa detik atau menit
 Kesepian bila  Gejala fisik ansietas berat
pengalaman sensori berkeringat, tremor, dan
berakhir tidak mampu mengikuti
PSIKOTIK perintah
Tingkat IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik
Menguasai tingkat menjadi ancaman  Berpotensi untuk
ansietas panik yang  Halusinasi dapat membunuh atau bunuh diri
diatur dan dipengaruhi berlangsung selama  Tindakan kekerasan agitasi,
oleh waham beberapa jam atau hari menarik diri, atau katatonia
PSIKOTIK  Tidak mampu merespons
perintah yang kompleks

8
 Tidak mampu merespons
terhadap lebih dari satu
orang

E. Manifestasi Klinis Halusinasi


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien
serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah:
a. Data Mayor
 Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
 Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan.
 Distrosi sensori
 Respon tidak sesuai
 Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau
mencium sesuatu
b. Data Minor
 Menyatakan kesal
 Menyendiri
 Melamun
 Konsentrasi buruk
 Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
 Curiga
 Melihat ke satu arah
 Mondar – mandir
 Bicara

F. Komplikasi

9
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien halusinasi resiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.

G. Patways
Berikut ini merupakan pohon masalah diagnosis gangguan persepsi
sensori :

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan


lingkungan

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi


(Pendengaran, penglihatan, pengecapan,
perabaan, dan penciuman)

Gangguan konsep diri : harga diri


rendah kronis
(Sumber : Sutejo,2018)

H. Penatalaksanaan Medis Halusinasi


Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah dengan
pemberian obat – obatan dan tindakan lain, (Stuart, Lara-ia, 2005) yaitu :

a. Psikofarmakologis ,
Obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti
psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah
Fenotiazin (Tindal), Klorpromazin (Thorazine), Flufenazine
(Prolixine, Permitil), Mesoridazin (Seren-til), Perfenazin (Trilafon),

10
Proklorperazin (Compazine), Promazin (Sparine), Tioridazin
(Mellaril), Trifluoperazin (Stelazine), Trifluopromazin (Vesprin) 60-
120 mg, Tioksanten Klorprotiksen (Tarac-tan), Tiotiksen (Navane)
75-600 mg, Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100mg,
Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg,
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg, Dihidroindolon
Molindone (Moban) 15-225 mg.
b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

I. Pengkajian Keperawatan Halusinasi


Proses terjadinya halusinasi pada klien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart (2013) yang meliputi stressor
dari faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
 Faktor biologis
 Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor
herediter gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit
atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
 Faktor psikologis
 Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, individu korban kekerasan, kurangnya
kasih sayang, atau overprotektif.
 Sosio budaya dan lingkungan
 Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat
pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.

11
b. Faktor presipitasi
Stressor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
kekerasan dalam keluarga, atau adanya aturan atau tuntutan dikeluarga
atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik
antar masyarakat.
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien
serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah:
Data Mayor
 Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
 Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, perabaan,
atau pengecapan.
 Distrosi sensori
 Respon tidak sesuai
 Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau
mencium sesuatu
Data Minor
 Menyatakan kesal
 Menyendiri
 Melamun
 Konsentrasi buruk
 Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
 Curiga
 Melihat ke satu arah
 Mondar – mandir
 Bicara
Gejala Klinis
 Glaukoma

12
 Katarak
 Gangguan refraksi (miopi, hiperopia, astigmatisma, presbiopia)
 Trauma okuler
 Trauma pada saraf kranialis II, III, IV dan VI akibat stroke,
aneurisma intrakranial, trauma/tumor otak).
 Infeksi okuler
 Presbikusis
 Malfungsi alat bantu dengar
 Delirium
 Demensia
 Gangguan amnestik
 Penyakit terminal
 Gangguan psikotik

J. Diagnosa Keperawatan Halusinasi


Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan bahwa diagnosa
keperawatan halusinasi adalah
a. Gangguan persepsisensori
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah kronis
d. Resiko prilaku kekerasan

13
K. Intervensi Keperawatan Halusinasi
Dx.
N
Keperawata Rencana Tindakan Keperawatan
o
n
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan TUM: Setelah dilakukan asuhan SIKI :
Persepsi Klien dapat keperawatan 15 menit 1. Bina hubungan saling
Sensori mengontrol halusinasi dalam 1 x pertemuan dengan :
yang dialaminya diharapkan TUK dapat - Beri salam setiap beri
TUK 1: tercapai dengan kriteria
- Perkenalkan diri,
Klien dapat membina hasil sebagai berikut:
hubungan saling - Wajah cerah, panggilan perawat, d
percaya tersenyum perawat berkenalan
- Mau berkenalan - Tanyakan dan pang
- Ada kontak mata kesukaan pasien
- Bersedia - Tunjukan sikap j
menceritakan menepati jani se
perasaan berinteraksi
- Bersedia - Tanyakan perasaan da
mengungkapkan yang dihadapi pasien
masalahnya - Buat kontrak inter
jelas
- Dengarkan dengan
perhatian ekspresi
pasien
TUK 2: Setelah dilakukan asuhan 2.1 Adakah kontak matas
Pasien dapat mengenal keperawatan 15 menit singkat secara bertahap
halusinasinya dalam 1 x pertemuan 2.2 Observasi tingkah laku k
diharapkan TUK dapat halusinasinya : bicara d
tercapai dengan kriteria tanpa stimulus, memand
hasil sebagai berikut: atau ke kanan atau seola
- Pasien dapat teman bicara
menyebutkan waktu, 2.3 Bantu klien
isi, frekuensi halusinasinya
a. Apakah ada suara
timbulnya halusinasi
didengar
b. Jika klien menjaw
lanjutkan : apa yang d
c. Katakana bahwa
percaya klien mende
itu, namun perawat se
mendengarnya (den
bersahabat tanpa men

14
menghakimi)

2.4 Diskusikan dengan klien


a. Situasi yang menimb
tidak me
halusinasinya
b. Waktu dan frekuensi
halusinasi (pagi, sia
dan malam atau jik
jengkel,atau sedih)

2.5 Diskusikan dengan klien


dirasakan jika terjadi
(marah, takut, sedih se
kesempatan meng
perasaannya
TUK 3: Setelah dilakukan asuhan 1.1 Identifikasi bersama
Pasiendapatmengontro keperawatan selama 15 tindakan yang dilak
l halusinasinya menit dalam 2 x pertemuan terjadi halusinasi (tidu
diharapkan TUK dapat
menyibukkan diri, dll)
tercapai dengan kriteria
hasil : 1.2 Diskusikan manfaat
- Klien dapat dilakukan klien, jika
menyebutkan cara beri pujian
baru untuk mengontrol 1.3 Diskusikan cara ba
halusinasinya memutus atau m
- Klien dapat memilih halusinasi :
cara mengatasi a. Katakana “saya t
halusinasi seperti yang dengar kamu” (
telah didiskusikan halusinasi terjadi)
dengan klien b. Menemui oran
(perawat/teman/ang
rga) untuk
cakapatau m
halusinaso yang did
3.4 Bantu klien memilih d
cara memutus halusin
bertahap
TUK 4: Setelah dilakukan asuhan a. Diskusikan dengan klien t
Klien dapat keperawatan selama 15
manfaat dan kerugian tida
memanfaatkan obat menit dalam 1 kali
dengan baik pertemuan diharapkan obat, nama, warna, dosis,

14
TUK 4 tercapai dengan terapi, dan efek samping
kriteria hasil :
penggunaan obat
- Klien dapat
mendemonstras b. Pantau klien saat penggun
ikan c. Beri pujian jika klien men
penggunaan
obat dengan benar
obat secara
benar d. Diskusikan berhenti minu
- Klien dapat tanpa konsultasi dengan d
memahami
akibat berhenti
minum obat
- Klien dapat
mengetahui
Nama, warna,
dosis, efek
terapi, efek
samping obat
TUK 5: Setelah 1 kali pertemuan, 5.1 Anjurkan klien untuk mem
Klien dapat dukungan keluarga dapat membina
keluarga jika mengalami h
dari keluarga dalam hubungan dengan perawat
mengontrol halusinasi. - Keluarga dapat 5.2 Diskusikan dengan keluar
menyebutkan saat berkunjung/pada saat
pengertian, tanda dan
rumah).
kegiatan untuk
mengendalikan a. Gejala halusinasi yang
halusinasi. pasien
b. Cara yang dapat dilak
dan keluarga untuk me
halusinasi
c. Cara merawat anggota
untuk memutus halusi
rumah, beri kegiatan,
biarkan sendiri, makan

14
bepergian bersama.

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NY. S PADA PASIEN GANGGUAN


HALUSINASI DI RUANG DRUPADI UPT RSJ PROVINSI BALI
1. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
1) NAMA : Ny.S
2) UMUR : 52 th
3) ALAMAT : Nusa Dua
4) Pendidikan : SD
5) Agama : Hindu
6) Status : Menikah
7) Pekerjaan : Pedagang
8) Jenis Kelamin : Perempuan
9) No RM : 190728
10) Tanggal dirawat : 10/02/2020
11) Tanggal pengkajian : 13/02/2020
12) Ruang rawat : Drupadi

II. ALASAN MASUK


Pasien mengatakan sering pingsan dan bolak-balik masuk RSJ.
Pasien tidak mengingat siapa yang mengantarnya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1) Pasien pernah mengalami gangguan jiwa dan pasien mengatakan
pernah bolak balik RSJ 3X
2) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena setiap pasien
ingin minum obat dirumah sering pingsan.
3) Tidak ada riwayat trauma.
4) Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
5) Tidak ada masalah keperawatan.

17
6) Pasien mengatakan tidak ada masa lau yang tidak menyenangkan.
IV. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-Tanda Vital:
TD : 100/60 mmHg
N : 85 x/mnt
S : 36,7 0C
R : 22 x/mnt
2) Ukuran: BB : 80 kg, TB: 158 cm *pasien tidak mengalami
kenaikan berat badan
3) Tidak ada keluhan fisik

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1) Genogram: pasien berumur 52 th merupakan anak keempat dari 5
bersaudara, pasien tinggal bersama orang tuanya.
2) Konsep diri:
a. Citra tubuh: pasien mengatakan tidak masalah dengan bentuk
tubuh yang ada
b. Identitas: pasien mengatakan puas dengan penampilannya
yang sekarang
c. Peran: pasien mengatakan adalah seorang ibu dari 2 orang
anak
d. Ideal diri: pasien mengatakan memiliki harapan untuk cepat
sembuh
e. Harga diri: pasien tampak percaya diri
3) Hubungan Sosial:
a. Pasien dekat dengan anak-anaknya
b. Saat di rumah pasien biasa melakukan kegiatan dengan
kelompok
c. Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
d. Tidak ada masalah keperawatan

17
4) Spiritual:
a. Pasien beragama hindu
b. Pasien sering berdoa sebelum tidur
c. Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL


1) Penampilan pasien cukup rapi
2) Tidak ada masalah dalam pembicaraan
3) Tidak ada keterlambatan aktivitas fisik
4) Alam perasaan: pasien mengatakan khawatir dengan anak-
anaknya
5) Afek: tumpul: saat pengkajian pasien mampu berkomunikasi saat
diberikan stimulasi saja. Pasien jarang mengungkapkan
perasaannya kepada orang lain karena lebih suka memendamnya.
6) Presepsi: halusinasi penglihatan: pasien mengatakan melihat Ratu
Gede Sakti saat malam hari. Pasien pertama kali melihat
bayangan sejak umur 6 th.
Masalah Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
7) Tidak ada masalah dalam proses berfikir
8) Tidak ada waham yang salah
9) Tingkat kesadaran: saat pengkajian pasien tampak tenang
10) Memori: saat pengkajian pasien tampak mengingat hal yang
dipelajari
11) Tidak ada masalah dalam konsentrasi
12) Klien dapat mengambil keputusan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1) Pasien dapat melakukan kebutuhan aktivitas fisiknya secara
mandiri
2) Pasien jarang tidur siang. Lama tidur malam 18.30-06.00

17
VIII. MEKANISME KOPING
1) Pasien terlihat mehindar saat marah, saat ditanyakan alasan marah
pasien menghindar, menjauh dari keramaian.
2) Koping tidak efektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1) Pasien tidak memiliki masalah dengan kelompok
2) Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungan
3) Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaan
4) Pasien mengatakan tidak memiliki masalah di rumah
5) Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan ekonomi

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


1) Penyakit Jiwa
2) Koping: pasien mengatakan saat sedih pasien tidak pernah
menceritakan kepada orang lain / sering menghindar

XI. ASPEK MEDIK


1) Diagnosa Medik: Skizofrenia
2) Terapi Medik: Merloparm 1x2mg; Haloperidol 2x5mg;
Olanzapin 2x10mg; Meloxicam 1x15mg; Mbroxol 3x30mg
POHON MASALAH

RESIKO PERILAKU
KEKERASAN EFFECT

GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI : CORE PROBLEM
PENGLIHATAN

17
KOPING TIDAK EFEKTIF
CAUSA

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi

17
3. Intervensi Keperawatan

TGL/ DX KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI
JAM KEP. HASIL
Kamis Gangguan TUM: Setelah dilakukan SIKI:
13 Feb Presepsi Klien dapat asuhan keperawatan 1. Bina Hubungan Saling
mengintrol
2020 Sensori: selama 15 menit Percaya dengan:
halusinasi yang
Halusinasi dialaminya dalam 1x  Beri salam setiap
TUK 1:
pertemuan berinteraksi
Klien dapat
diharapkan TUK  Perkenalkan diri, n
membina hubungan
saling percaya dapat tercapai panggilan perawat
dengan kriteria tujuan perawat
hasil sebagai berkenalan
berikut:  Tanyakan dengan
 Wajah cerah, panggil nama kesuk
tersenyum pasien
 Mau berkenalan  Tunjukan sikap juju
 Ada kontak menepati janji setia
mata berinteraksi
 Bersedia  Tanyakan perasaan
menceritakan masalah yag dihada
perasannya pasien
 Bersedia  Buat kontrak intera

TUK 2: mengungkapka yang jelas

Klien dapat n masalahnya  Dengarkan dengan


Kamis Gangguan mengenal penuh perhatian.
13 Feb Persepsi halusinansinya
2020 Setelah dilakukan 1. Adakah kontak mata se
Sensori:
asuhan keperawatan dan singkat secara berta
Halusinasi
1 x 15 menit 2. Observasi tingkah lau k
diharapkan TUK terkait halusinasinya:
dapat tercapai berbicara dan tertawa ta

17
dengan kriteria stimulus, memandang k
hasil sebagai atau kekanan atau seola
berikut: olah ada teman bicara
 Pasien dapat 3. Bantu klien mengenal
menyebutkan halusinasinya:
waktu, isi,  Apakah ada meliha
frekuensi bayangan.
timbulnya  Jika klien menjawa
halusinasinya lanjutkan: apa yang
dikatakan.
 Katakan bahwa per
percaya klien melih
bayangan itu, namu
perawat sendiri tida
melihatnya.
4. Diskusikan dengan klie
 Situasi yang
menimbulkan
halusinasinya
 Waktu dan frekuen
terjadinya halusina
(pagi,siang,sore dan
malam atau jika sen
jengkel atau sedih)
5. Diskusikan dengan klie
yang dirasakan jika terj
TUK 3:
halusinasi beri kesempa
Klien dapat
Kamis Gangguan mengungkapkan perasa
mengontrol
13 Feb Persepsi halusinasinya

17
2020 Sensori: 1. Identifikasi bersama kli
Halusinasi Setelah dilakukan cara tindakan yang dilak
asuhan keperawatan jika terjadi pada halusin
selama 1 x 15 menit 2. Diskusikan manfaat car
diharapkan TUK yang dilakukan klien, ji
dapat tercapai bermanfaat beri pujian
dengan kriteria 3. Diskusikan cara baru un
hasil: memutuskan atau meng
 Klien dapat halusinasiya:
menyebutkan  Katakan “saya tidak
cara baru untuk melihat kamu “ (pa
mengontrol saat halusinasi terja
halusinasinya.  Menemui orang lai
 Klien dapat untuk bercakap-cak
memilih cara mengatakan halusin
mengatasi yang dilihat.
halusinasinya  Bantu klien memili
TUK 4:
seperti yang melatih cara memu
Klien dapat
telah halusinasi secara
Kamis Gangguan memanfaatkan obat
didiskusikan bertahap.
13 Feb Persepsi dengan baik
dengan klien
2020 Sensori:
Halusinasi
1. Diskusikan dengan klie
Setelah dilakukan tentang manfaat dan ker
asuhan keperawatan tidak minum obat
selama 1 x 15 menit 2. Pantau klien saat pengg
diharapkan TUK 4 obat.
tercapai dengan 3. Beri pujian jika klien
kriteria hasil: menggunakan obat deng
 Kriteria benar.

17
mendemons- 4. Diskusikan berhenti mi
Trasikan obat tanpa konsultasi do
penggunaan
obat secara
benar
 Klien dapat
memahami
akibat berhenti
minum obat
TUK 5 :  Klien dapat
Klien dapat mengetahui
Kamis dukungan dari nama, warna,
13 Feb Gangguan keluarga dalam dosis, efek
2020 Persepsi mengontrol terapi, efek
Sensori: halusinasinya samping obat 1. Anjurkan klien untuk
Halusinasi memberi tahu keluarga
Setelah dilakukan mengalami halusinasi
pertemuan selama 1 2. Diskusikan dengan kelu
x 15 menit keluarga  Gejala halusinasi y
dapat membina dialami pasien.
hubungan dengan  Cara yang dapat
perawat. dilakukan klien dan
 Keluarga dapat keluarga untuk mem
menyebutkan halusinasi.
pengertian,  Cara merawat angg
tanda, dan keluarga untuk mem
kegiatan untuk halusinasi di rumah
mengendalikan kegiatan jangan bia
halusinasi. sendiri makan bers

17
berpengian bersam

3. Implementasi

HARI/TGL/
DIAGNOSA IMPLEMENTASI RE
JAM

Kamis, Gangguan persepsi Membina hubungan saling percaya DS : klien m


13 Februari sensori halusinasi dengan klien dengan menyapa dan “selamat sia
2020 memberi salam kepada klien Do : klien ta
09.15 menjawab sa

Memperkenalkan diri dan DS : klien m


09.15 menanyakan nama klien serta nama namanya “N
yang disenanginya berasal dari
DO : klien ta
mempekena

09.15 Menanyakan perasaan, masalah yang DS : klien m


dihadapi klien dan membuat kontrak “perasaanny
waktu dengan klien saja”
DO : klien ta
mengangguk
menyetujui k
yang disepak
Gangguan persepsi
Kamis, Mengobservasi tingkah laku klien
sensori halusinasi DO : klien m
13Februari terkait halusinasinya
2020 umur 6 bula

17
10.10 beberapa ka
Gede Sakti
DS : klien ta
kooperatif
10.20 Membantu klien mengenali
halusinasinya DO : klien m
terakhir kali
bayangan Ra
saat Kuning
DS : klien ta
kooperatif

10.40 Mendisuksikan dengann klien situasi


yang menimbulkan halusinasinya,
DS : klien m
waktu,dan frekuensi terjadinya
halusinasi m
halusinasi
tidak semba
mebanten sa
dan saat piki
atau kondisi
Bayangan m
saat malah h
Lamanya se

Gangguan persepsi lebih 1 jam


Jumat, Mendisukikan dengan klien yang
14Februari sensori halusinasi
dirasakan saat terjadi halusinasi
2020
DO : klien ta
10.40
kooperatif

DS : klien m
terkadang m

17
terkadang m
tidak/biasa s
Mengidentifikasi dan mendiskusikan DO : klien ta
10.50 dengan klien tindakan yang mengungkap
dilakukan jika terjadi halusinasi
 Mengontrol halusinasi DS : klien m
dengan cara menghardik sudah perna
 Mengontrol halusinasi menghardik
dengan cara bercakap-cakap pergi saya ti
 Mengontrol halusinasi kamu, kamu
dengan melakukan aktivitast palsu” samb
terjadwal mata
DO : klien m
Gangguan persepsi diarahkan sa
Jumat, sensori halusinasi Memberikan pujian atas diwawancar
14 Februari keberhasilan klien dalam mengontrol
2020 halusinasinya
10.00  Mendiskusikan dengan klien DS : -
10.15 tentang akibat/kerugian tidak DO : klien ta
meminum obat tersenyum
DS : klien m
 Memberikan pujian atas dan rajin me
keberhasilan klien rutin DO : klien ta
10.20 kooperatif
minum obat
 Mampu menyebutkan obat
yang diminum dengan tepat DS : -
DO : klien ta
tersenyum
DS :klien m
meminum o

17
biru dan put
DO : klien ta
kooperatif

4. Evaluasi Keperawatan

HARI/TANGGAL/JAM DIAGNOSA EVALUASI (SOAP)

Minggu, Gangguan persepsi sensori TUK 1


16Februari halusinasi S : Klien mengatakan bernama “Ny.S” yan
2020 berasal daeri Nusa Penida
O:
 : Klien tampak kooperatif
 Wajah cerah, raut wajah tersenyum
 Ada kontak mata
 Klien tampak bersedia menceritaka
perasaannya
 Klien mau berkenalan
A : TUK 1 tercapai
P : lanjutkan TUK 2

TUK 2
S : klien mengatakan terakhir kali melihat b
Ratu Gede Sakti saat Kuningan
O:

17
 Klien tampaj kooperatif
 Klien mampu mengikuti arahan per
 Klien dapat mengnal halusinasinya
A : TUK 2 tercapai
P : lanjutkan TUK 3

Minggu, Gangguan persepsi sensori


16 Februari halusinasi
TUK 3
2020
S : klien mengatakn sudah tahu cara mentro
halusinasi dengan cara menghardik
O :
• Klien dapat menyebutkan cara meng
halusinasi
• Klien tampak kooperatif
A : TUK 3 tercapai
P : lanjutkan TUK 4

TUK 4
S : klien mengatakan rajin minum ibat
O:
• Klien memahami akibat berhenti mi
obat
• Klien dapat menyebutkan 2 jenis ob
4 jenis obat yang ada
A : TUK 4 tercapai
P : lanjutkan TUK 5

17
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN
Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (menurut WHO).

Kesehatan jiwa masyarakat telah menjadi bagian dari masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia. Berbagai masalah multi-
dimensional yang masih dan akan terus dihadapi masyarakat
menyangkut masalah ekonomi, bencana alam, wabah penyakit
merupakan factor pencetus terjadinya masalah pada kesehatan jiwa
masyarakat Indonesia. Masalah kesehatan jiwa di masyarakat
dampaknya sangat luas dan kompleks. Meskipun secara tidak
langsung menyebabkan kematian, namun akan mengakibatkan si
penderita gangguan jiwa menjadi tidak produktif dan menimbulkan
beban bagi keluarga dan lingkungan masyarakat di sekitarnya

Definisi kesehatan jiwa menurut UU No.3 1966 tersebut adalah


keadaan jiwa yang sehat . mengenai usaha- usaha kesehatan jiwa dan
penanganan penakit jiwa diusahakan oleh pemerintah atau badan
swasta dengan mengikutsertakan masyarakat dalam usaha- usaha
kesehatan jiwa (promotif , preventif, kuratif, rehabilitative).

Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat


disimpulkan bahwa Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan
jiwa dimana klien merasakan suatu stimulus yang sebenernya tidak
ada. Klien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penciuman. Pada gangguan halusinasi penglihatan, misalnya klien
melihat suatu bayangan menakutkan, padahal tidak ada bayangan

17
tersebut. Salah satu manifestasi yang timbul adalah halusinasi
membuat klien tidak dapat memenuhi kehidupannya sehari-hari.

Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan


keperawatan secara langsung dan asuhan keperawatan secara tiak
langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan aktifitas perawat kesehatan
jiwa yang membantu upaya penanggulangan masalah kesehatan
jiwa.

B. SARAN
Untuk mahasiswa diharapkan bisa menguasai materi tentang
konsep kesehatan jiwa masyarakat. Diharapkan perawat lebih
mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam penanganan
masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa
yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

Dalami, Ermawati,dkk,. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah


Psikososial. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : CV Andi


Offset

Purwaningsih, Wahyu,dkk,. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta :


Nuha Medika Pres.

Sutejo. 2018. Keperawatan Jiwa (Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial). Yogyakarta : PT.
Pustaka Baru.

SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesi. Jakarta: DPP PPNI

17

Anda mungkin juga menyukai