Anda di halaman 1dari 7

KUALITAS SPERMATOZOA SWIM UP KAMBING PERANAKAN ETAWAH

HASIL PEMBEKUAN MENGGUNAKAN METODE VITRIFIKASI DENGAN


PERSENTASE GLISEROL YANG BERBEDA

Saka Wahyu Hikmawan1), Gatot Ciptadi2) dan Sri Wahyuningsih2)


1) Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
sakawahyu32@yahoo.com

ABSTRACT

The objective of this research was to examine the effect of glycerol addition in
different percentage to quality of swim up spermatozoa from Etawah Grade buck that frozen
with vitrification method. This research was carried out at Frozen Semen Laboratory,
Sumbersekar, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University from February 2016 to
March 2016. This research design was experimental laboratory using completely randomized
design and the data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) one way pattern,
followed by the multiple test Duncan. There were four treatments in this research (P0= Tris-
Yolk + 0% Glycerol, P1= Tris-Yolk + 7% Glycerol, P2= Tris-Yolk + 14% Glycerol, P3= Tris
– Yolk + 21% Glycerol). Each treatment consisted of ten replications. The results showed
that addition of glycerol was significantly different (P<0,01) on the percentage of post
thawing motility, viability, and total spermatozoa motility. It was concluded that addition of
glycerol 7% gave the best result on spermatozoa quality.

Keywords : swim up, glycerol, frozen semen, vitrification, post thawing motility

PENDAHULUAN
Inseminasi buatan (IB) merupakan yang isotonis. Tujuan dari swim up
salah satu teknologi alternatif yang saat ini spermatozoa adalah untuk mendapatkan
banyak digunakan untuk meningkatkan spermatozoa dengan motilitas yang terbaik,
produktivitas dan populasi ternak. Selain itu sehingga diperoleh semen kualitas baik
IB dapat mengoptimalkan penggunaan semen sebelum diproses ke tahapan selanjutnya.
pejantan yang memiliki potensi genetik Faktor lain seperti penyimpanan semen juga
unggul, sehingga seekor pejantan unggul dapat ikut mempengaruhi keberlangsungan daya
digunakan untuk mengawini banyak betina. hidup spermatozoa.
Salah satu hal yang sangat mempengaruhi Berbagai cara telah dikembangkan
keberhasilan IB adalah kualitas semen. Semen untuk mengatasi masalah penyimpanan semen
yang tidak segera digunakan pasca yang digunakan untuk inseminasi buatan,
penampungan akan mengalami penurunan sehingga semen dapat digunakan tanpa
kualitas. Kualitas semen dapat dipertahankan dibatasi kendala jarak dan waktu. Salah
pada saat penyimpanan dan pembekuan satunya dengan produksi semen beku dengan
dengan cara penambahan bahan pengencer teknik kriopreservasi semen, yaitu suatu cara
yang dapat mendukung kelangsungan hidup untuk menyimpan semen dalam bentuk beku
spermatozoa. Pengencer yang baik mampu yang bertujuan untuk menyimpan,
mempertahankan kualitas semen. pemeliharaan, menjamin dan mempertahankan
Upaya mempertahankan kualitas kelangsungan hidup spermatozoa. Metode
semen dapat dilakukan melalui penggunaan kriopreservasi yang semakin banyak
bahan pengencer yang baik dan mampu digunakan yaitu metode vitrifikasi atau rapid
mempertahankan kualitas semen. Salah satu freezing (Endo, Fujii, Shintani, Seo,
upaya yang dapat dilakukan untuk Motoyama dan Funahashi, 2012).
mempertahankan kualitas semen dengan Vitrifikasi merupakan metode
menggunakan cara swim up dalam medium kriopreservasi yang semakin populer dalam

J. Ternak Tropika Vol. 17, No.1: 42-48, 2016 42


bidang reproduksi untuk memecahkan dari seekor pejantan kambing lokal PE
berbagai masalah biologis baik dasar maupun berumur 2,5 tahun. Kambing ditampung dua
terapan melalui proses kriopreservasi yang kali dalam seminggu dengan menggunakan
lebih sederhana daripada metode pembekuan metode vagina buatan. Semen segar yang
konvensional. (Pamungkas, 2010). Prinsip dari digunakan dalam penelitian ini memiliki
metode vitrifikasi adalah pembekuan sel motilitas massa minimal 2+ dan motilitas
menggunakan konsentrasi krioprotektan yang individu ≥ 70%. Pengencer yang digunakan
tinggi pada laju penurunan suhu (cooling rate) adalah pengencer Trisaminomethane kuning
dan laju peningkatan suhu (warming rate) telur (TKT) yang didapatkan dari BBIB
yang cepat tetapi masih dalam batas tertentu Singosari Malang.
untuk meminimalkan potensi toksiksitas Penelitian menggunakan metode
terhadap sel (Elder and Dale, 2011). eksperimental laboratorium. Rancangan
Salah satu hal yang terpenting dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap
pembekuan semen adalah bahan yang (RAL) dengan 4 perlakuan dan 10 kali
digunakan sebagai krioprotektan. Terdapat dua ulangan, yaitu P0 = TKT + 0% Gliserol, P1 =
kelompok krioprotektan yang apabila dilihat TKT + 7% Gliserol, P2 = TKT + 14%
dari sifat fisika kimia dan membran selnya Gliserol, P3 = TKT + 21% Gliserol. Prosedur
yaitu krioprotektan intraseluler dan yang pertama kali dilakukan adalah uji kualitas
ekstraseluler. Krioprotektan Intraseluler ialah semen segar, setelah itu spermatozoa diseleksi
bahan pelindung yang bersifat permeable dengan menggunakan metode swim up, lalu
sehingga dapat menembus membran sel karena dilakukanpengenceran dengan 4 perlakuan,
ukuran molekulnya yang kecil, contohnya kemudian dilakukan pembekuan menggunakan
adalah ethylene glycol (EG), 1,2- metode vitrifikasi dan hasilnya diuji kualitas
propanediol(PROH),dimethylsulfoxide spermatozoa pasca thawing.
(DMSO) dan gliserol (Elder and Dale, Data hasil penelitian dianalisis
2011).Krioprotektan ekstraseluler bersifat non- menggunakanan alisis ragam (ANOVA).
permeable sehingga tidak berdifusi ke dalam Selanjutnya, apabila terdapat perbedaan yang
sel, contohnya adalah glyvcine, zwitterions, nyata atau sangat nyata, maka dilakukan
citrate, dan kuning telur (Gardner, Weissman, pengujian selanjutnya menggunakan uji Jarak
Howles, and Shoham, 2009). Berganda Duncan (JBD). Data Total
Penambahan krioprotektan di dalam Spermatozoa Motil dianalisa menggunakan Uji
media pengencer seperti gliserol merupakan Chi square untuk membandingkan antara nilai
salah satu alternatif untuk mengatasi yang diobservasi dengan nilai harapan yang
rendahnya kualitas semen beku kambing telah ditetapkan.
akibat cold shock. Hal ini diperkuat dengan
pendapat Ariantie, Yusuf, Sajuthi, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Arifiantini (2013) yang menyatakan bahwa Kualitas Semen Segar Kambing
penambahan krioprotektan dalam pengencer Peranakan Etawah
dapat melindungi spermatozoa dari efek Rataankualitas semen segar kambing
mematikan dan mencegah terbentuknya kristal PE yang digunakan pada penelitian ini dapat
es intraseluler. Maka dari itu, diperlukan dilihat padaTabel 1.
penelitian mengenai uji kualitas semen
kambing Peranakan Etawah yang dibekukan
dengan metode vitrifikasi dengan persentase
gliserol yang berbeda.

MATERI DAN METODE


Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Semen Beku Sumber Sekar
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
pada bulan Februari sampai dengan Maret
2016.
Materi yang digunakan berupa semen
segar yang berasal dari 10 kali penampungan

J. Ternak Tropika Vol. 17, No.1: 42-48, 2016 43


Tabel 1. Rata-rata kualitas semen adalah normal, sesuai dengan pendapat Hafez
segarkambing PE dari sepuluh (2008) yang menyatakan bahwa pH semen
kali penampungan kambing berkisar antara 6,2 – 7,0.
Parameter Rata-rata ± SD Rataan motilitas massa dari hasil
Kualitas penelitian ini yaitu ++, sedangkan motilitas
Makroskopis individu memiliki rataan 73,00 ± 4,21 %.
Bau/Aroma Khas semen Ducha, Susilawati, Aulanni’am, dan
Volume/ejakulat (ml) 0,86 ± 0,33 Wahyuningsih (2013) menyatakan bahwa
Warna Putih kekuningan persyaratan motilitas massa dan motilitas
pH 7 ,00 ± 0,00 individu yang sesuai dengan SNI (Standar
Konsistensi Sedang Nasional Indonesia) adalah minimal ++ untuk
Kualitas motilitas massa dan 70% untuk motilitas
Mikroskopis individu.
Motilitas Massa ++ Rata-rata persentase viabilitas
Persentase Motilitas spermatozoa kambing PE yang digunakan
73,00 ± 4,21 yaitu 93,01 ± 6,07 %. Sedangkan rata-rata
Individu (%)
Persentase Viabilitas persentase abnormalitas sebesar 3,67 ± 1,41 %.
(%) 93,01 ± 6,07 Hal tersebut menunjukkan bahwa semen
Persentase kambing yang digunakan dapat dikategorikan
Abnormalitas (%) 3,67 ± 1,41 layak, sesuai dengan pendapat Ducha dkk.,
Konsentrasi (2013) yang menyatakan bahwa syarat semen
(juta/ml) 2642,5 ± 993,59 segar yang akan dibekukan yaitu memiliki
persentase spermatozoa yang hidup minimal
70%.
Rata-rata hasil evaluasi volume semen
segar kambing yang digunakan dalam
penelitian ini tergolong normal sesuai standar PersentaseMotilitas Spermatozoa Post
yaitu sebesar 0,86 ± 0,33 ml. Volume tersebut Thawing
masih lebih rendah dibandingkan dengan hasil Rata-rata dan simpangan baku
penelitian Ariantie, Yusuf, Sajuthi dan persentase motilitas spermatozoa post thawing
Arifiantini (2014) yang memiliki volume pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada
semen segar kambing PE rata-rata sebesar 1,14 Tabel 2 berikut.
± 0,14 ml. Perbedaan volume ejakulat Tabel 2. Rata-rata motilitas spermatozoa post
disebabkan berbagai macam faktor. Ax, Dally, thawing pada masing-masing
Didion, Lenz, Love, Varner, Hafez and Bellin perlakuan.
(2008) menyatakan bahwa volume ejakulat Rata-rata Motilitas semen ± SD
Perlakuan
pada ternak berbeda-beda karena dipengaruhi (%)
berbagai faktor diantaranya faktor usia ternak, P0 10,25 ± 3,81a
frekuensi penampungan, dan perbedaan P1 30,75 ± 9,06d
bangsa ternak. P2 29,25 ± 8,34c
Semen yang digunakan dalam P3 22,50 ± 7,07b
penelitian ini memiliki warna yang Keterangan : Superskrip yang berbeda pada
dikategorikan normal yaitu putih kekuningan. kolom yang sama menunjukan adanya
Warna semen bervariasi tergantung dari perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
individu ternak serta faktor lain yang
mempengaruhi. Susilawati (2013) menyatakan Berdasarkan hasil analisa ragam
bahwa semen kambing berwarna abu-abu persentase motilitas post thawing pada
hingga kekuningan dan diantara pejantan berbagai perlakuan dapat diketahui bahwa
warna bervariasi juga pada pejantan yang terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
sama. Semen normal berwarna putih antar perlakuan P0, P1, P2, dan P3. Motilitas
kekuningan atau putih susu. post thawing pada perlakuan P0 menunjukkan
Semen segar dari kambing PE yang nilai terendah dari perlakuan yang lainnya. Hal
digunakan dalam penelitian ini memiliki pH ini menunjukkan bahwa P0 tidak dapat
sebesar 7,0. Nilai tersebut menunjukkan mempertahankan motilitas spermatozoa
bahwa pH semen kambing yang digunakan dengan baik pada saat pembekuan. Tanpa

J. Ternak Tropika Vol. 17, No.1: 42-48, 2016 44


penambahan gliserol spermatozoa tidak akan PersentaseViabilitas Spermatozoa Post
bertahan dalam jangka waktu yang lama saat Thawing
pembekuan, bahkan akan merusak sel Rata-rata dan simpangan baku
spermatozoa secara cepat. Qureshi persentase viabilitas spermatozoa pasca
et.al.,(2013) menyatakan bahwa semen pembekuan pada berbagai perlakuan dapat
kambing yang dibekukan rentan terhadap dilihat Tabel 3.
kerusakan seluler secara ultrastruktur,
biokimia, fungsional akibat terbentuknya Tabel 3. Rata-rata Persentase Viabilitas
kristal es. Hal ini menyebabkan meingkatnya spermatozoa post thawing pada
jumlah kematian spermatozoa. Ciptadi (2012) berbagai perlakuan.
menambahkan bahwa penambahan bahan Persentase viabilitas
krioprotektan ke dalam medium atau Perlakuan
Post thawing (%)
pengencer sangat diperlukan untuk P0 25,09 ± 6,91a
mempertahankan daya hidup spermatozoa. P1 43,81 ± 5,86d
Gliserol sebagai agen krioprotektan P2 40,40 ± 7,09c
intraseluler sangat berperan dalam mencegah P3 35,08 ± 6,71b
terjadinya cold shock saat proses pembekuan.
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada
Susilawati (2013) menyatakan bahwa peranan
kolom yang sama menunjukan adanya
gliserol sebagai bahan krioprotektan dalam
alur mekanisme reaksi preservasi sel adalah perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
sebagai penurunan titik beku medium
krioprotektan, perlindungan terhadap membran Hasil analisa ragam persentase
sel, menekan laju pengaruh peningkatan viabilitas spermatozoa pasca pembekuan
konsentrasi, serta merubah bentuk dan ukuran (Lampiran 2) menunjukkan bahwa terdapat
kristal es. adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
Motilitas post thawing terbaik terdapat antar perlakuan P0, P1, P2, dan P3.
pada perlakuan P1 yang mengandung gliserol Berdasarkan uji lanjutan beda rataan Duncan
sebanyak 7%, yaitu sebesar 30,75 ± 9,06 % . (Lampiran 2) diketahui bahwa terdapat
Rataan motilitas pada P1 tidak berbeda jauh perbedaan rataan yang siginifikan antara P0
dengan rataan motilitas pada P2 yang dengan P1, P2, dan P3. Nilai viabilitas
mengandung gliserol sebanyak 14%, yaitu terendah dimiliki oleh P0 sebesar 25,09 ± 6,91
sebesar 29,25 ± 8,34 %. Hal tersebut %. Angka tersebut masih lebih tinggi apabila
menunjukkan bahwa konsentrasi gliserol yang dibandingkan dengan hasil penelitian Kulaksiz
digunakan dalam keadaan optimal, artinya et al., (2013) yang menyebutkan bahwa
tidak berlebih maupun kurang, sebagaimana persentase viabilitas kambing Saanen pasca
hasil penelitian Kulaksiz et.al., (2013), yang pembekuan sebesar 10,6 ± 0,88 %.
menyatakan bahwa penggunaan gliserol 5% - Rendahnya nilai viabilitas P0 berarti
7% memberikan hasil terbaik pada pembekuan tidak adanya perlindungan yang optimal
semen kambing. kepada spermatozoa, sehingga menyebabkan
Pada penambahan gliserol dengan banyak spermatozoa yang mati karena
konsentrasi 21% (P3) memiliki hasil yang membran kepala yang telah rusak akibat cold
lebih rendah dari P1 dan P2 yaitu sebesar shock selama proses pembekuan. Menurut
22,50 ± 7,07 %.Hal ini menunjukkan bahwa Elder and Dale (2011), selama proses
konsentrasi gliserol yang tinggi ternyata tidak pembekuan, sel spermatozoa memiliki
dapat mempertahankan motilitas spermatozoa kecenderungan mengalami stres seluler yang
dan justru menurunkan kualitas spermatozoa. disebabkan karena pengaruh langsung akibat
Menurut Azizah dan Arifiantini (2009), penurunan suhu secara drastis dan perubahan
konsentrasi gliserol yang tinggi dapat secara fisik akibat terbentuknya kristal es,
menimbulkan efek toksik bagi spermatozoa sehingga tanpa adanya pelindung sel
dan kemungkinan lain adalah tekanan osmotik spermatozoa mudah mengalami
yang tinggi sehingga air dari dalam sel akan kematian.Selain itu, Ariantie dkk., (2014)
tertarik keluar sehingga menyebabkan menyatakan bahwa rendahnya kualitas
dehidrasi. spermatozoa kambing diduga akibat
keberadaan enzim phospholipase A yang
disebut yang ada di dalam bulbourethral gland

J. Ternak Tropika Vol. 17, No.1: 42-48, 2016 45


secretion (BUS) yang dapat menghidrolisis Keterangan :S1 = P0 - P1 (Selisih antara P0
fosfolipid kuning telur dalam medium dan P1); S2 = P0 - P2 (Selisih antara P0 dan
pengencer, sehingga kuning telur kehilangan P2); S3 = P0 - P3 (Selisih antara P0 dan P3).
daya kripreservasinya yang menyenbabkan Penambahan gliserol dengan persentase
kematian spermatozoa. yang berbeda berpengaruh terhadap penurunan
Persentase viabilitas terbaik persentase abnormalitas spermatozoa, apabila
ditunjukkan pada perlakuan P1 yaitu sebesar dilihat dari selisih rataan persentase
43,81 ± 5,86 %. Hal tersebut menandakan abnormalitas antar perlakuan. Perlakuan tanpa
tingkat gliserol 7% memberikan perlindungan penambahan gliserol memiliki persentase
yang optimal dalam mempertahankan daya abnormalitas yang paling tinggi. Diagram di
hidup spermatozoa. Nilai tersebut masih lebih atas menunjukkan bahwa semakin besar
rendah dibandingkan dengan hasil penelitian konsentrsai gliserol yang digunakan maka
Setiono dkk., (2015) yang menunjukkan tingkat penurunan abnormalitas semakin
persentase viabilitas semen sapi Brahman rendah, yang berarti persentase abnormalitas
pasca pembekuan pada level gliserol 7% meningkat.
sebesar 50,32 ± 8,06 %. Penambahan gliserol sebesar 7% (P1)
Penambahan konsentrasi gliserol menghasilkan tingkat penurunan persentase
sebesar 21% (P3), tidak memberikan hasil abnormalitas yang paling tinggi dibandingkan
yang lebih baik dari penambahan gliserol 7%. dengan penggunaan gliserol 14% dan 21%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi Hal tersebut berarti bahwa penambahan
gliserol yang terlalu tinggi juga tidak dapat gliserol 7% sudah dapat melindungi
mempertahankan daya hidup spermatozoa. spermatozoa secara optimal. Hasil yang
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Setiono berbeda dijumpai pada penelitian Kulaksiz et
dkk., (2015), dosis gliserol yang tinggi al.,(2013) yang menyatakan bahwa
menimbulkan efek negatif bagi spermatozoa penambahan gliserol sebesar 5% menghasilkan
diantaranya menghambat metabolisme energi persentase abnormalitas paling rendah pada
dan meningkatnya tekanan osmotik pada pembekuan semen Angora, Kilis, dan Saanen.
pengencer seiring bertambahnya dosis gliserol. Perbedaan ini diduga disebabkan karena
Selain itu, Mumu (2009) menyatakan bahwa pengaruh perlakuan penambahan gliserol
tinggi rendahnya konsentrasi gliserol terhadap dengan konsentrasi yang berbeda. Mumu
konsentrasi optimal akan mengakibatkan (2009) menjelaskan bahwa gliserol akan
tekanan osmotik pengencer berubah ke arah memberikan perlindungan yang efektif apabila
hipertonik. konsentrasinya di dalam pengencer optimal.
Apabila tidak optimal maka dapat
Tingkat Penurunan Abnormalitas menyebabkan penurunan kualitas
Spermatozoa Post Thawing spermatozoa.
Tingkat penurunan persentase
abnormalitas pascapembekuan pada berbagai Total Spermatozoa Motil
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. Keberhasilan inseminasi buatan juga
ditentukan oleh jumlah spermatozoa yang
10
9.24 motil secara progresif dalam suatu ejakulat
Abnormalitas (%)

7.73 semen. Rata-rata total spermatozoa motil pasca


Persentase

thawing dapat dilihat pada Tabel 4.


4.85 S1
5
S2
S3
0

Selisih Antar Perlakuan


Gambar 1. Diagram yang menunjukkan
pengaruh penambahan gliserol
terhadap tingkat penurunan
persentase abnormalitas.

J. Ternak Tropika Vol. 17, No.1: 42-48, 2016 46


Tabel 4. Rata-rata dari Jumlah Total spermatozoa motil yang masih di atas nilai
Spermatozoa Motil Pasca harapan.
Thawing
Rata-rata Total KESIMPULAN DAN SARAN
Perlakuan Spermatozoa Motil Kesimpulan
(Juta/ml) Penambahan persentase gliserol pada
P0 30,75 ± 11,43 level 7% dapat meningkatkan kualitas
P1 motilitas pasca thawing, viabilitas pasca
92,25 ± 27,16
thawing, tingkat penurunan abnormalitas, serta
P2 87,75 ± 25,01 total spermatozoa motil pada spermatozoa
P3 67,5 ± 21,21 swim up kambing PE yang dibekukan dengan
Nilai menggunakan metode vitrifikasi.
80
Harapan
Saran
Berdasarkan perhitungan total Penelitian ini menggunakan metode
spermatozoa motil pasca thawing diperoleh pembekuan secara vitrifikasi yang masih
rataan total spermatozoa motil dari nilai belum diketahui pengaruhnya secara pasti
terkecil hingga terbesar yaitu, P0 sebesar 30,75 terhadap kualitas semen hasil pembekuan.
± 11,43 juta/ml, P3 sebesar 67,5 ± 21,21 Sehingga perlu adanya perbaikan metode
juta/ml, P2 sebesar 87,75 ± 25,01 juta/ml dan pembekuan serta penelitian lanjutan yang
P1 sebesar 92,25 juta/ml. Nikhbakht and meneliti seberapa besar pengaruh pembekuan
Saharkhiz (2011) menjelaskan bahwa jumlah vitrifikasi terhadap kualitas spermatozoa.
spermatozoa motil dapat dihitung dengan Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih
mengalikan konsentrasi spermatozoa dengan lanjut terkait lama simpan semen beku
spermatozoa yang motil progresif.Hasil analisa kambing PE yang diberi penambahan gliserol
total spermatozoa motil menggunakan analisa pada persentase yang berbeda.
chi squaremenunjukkan perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. P1 dan
DAFTAR PUSTAKA
P2 memiliki nilai rata-rata total spermatozoa
Ariantie, O.S., T.L. Yusuf, D. Sajuthi, dan R.I.
motil lebih tinggi dibandingkan nilai harapan
Arifiantini. 2013. Pengaruh
yang telah ditentukan.
Krioprotektan Gliserol dan
Nilai harapan 80 juta spermatozoa/ml
Dimethilformamida dalam Pembekuan
ditentukan berdasarkan SNI Semen Beku
Semen Kambing Peranakan Etawah
Kambing. Konsentrasi spermatozoa dalam
Menggunakan Pengencer Tris
dosis straw adalah 50 juta/dosis straw mini
Modifikasi. JITV 18 (4) : 239-250.
(200 juta/ml) dengan persentase motilitas
_________. 2014. Kualitas Semen Cair
individu sebesar 40% (BSN, 2014). Semen
Kambing Peranakan Etawah dalam
beku kambing P1 (TKT + 7% Gliserol) dan P2
Modifikasi Pengencer Tris dengan
(TKT + 14% Gliserol) masih layak digunakan
Trehalosa dan Rafinosa. Jurnal
untuk IB. Tetapi, semen beku P0 dan P3 tidak
Veteriner. 15 (1) : 11-22.
dapat digunakan karena memiliki total
Ax, R., M. Dally, B. Didion, R.W. Lenz, C.C.
spermatozoa motil di bawah nilai harapan
Love, D.D. Varner, B. Hafez, and
yang telah ditentukan.
M.E. Bellin. 2008. Semen Evaluation
Semen beku yang ditambahkan
in Reproduction in Farm Animal.
gliserol sebanyak 7% (P1) dan 14% (P2) dapat
E.S.E. Hafez (editor) 7th Edition. Lea
digunakan untuk inseminasi walaupun
and Febiger: 82-370.
memiliki rataan post thawing motility yang
Azizah dan R.I. Arifiantini. 2009. Kualitas
rendah, yaitu dibawah 40%. Hal ini
Semen Beku Kuda pada Pengencer
dikarenakan konsentrasi yang dibuat dalam
Susu Skim dengan Konsentrasi
satu mini straw adalah sebesar 75 juta
Gliserol yang Berbeda. Jurnal
spermatozoa, sehingga apabila konsentrasi
Veteriner. 10 (2) : 63-70.
tersebut dikalikan dengan persentase motilitas
Ciptadi, G. 2012. Bioteknologi Sel Gamet dan
pasca thawing diperoleh nilai total
Kloning Hewan. Universitas

J. Ternak Tropika Vol. 17, No.1: 42-48, 2016 47


Brawijaya (UB) Press. Malang. ISBN Brahman dengan Dosis Krioprotektan
978-602-203-241-0. Gliserol yang Berbeda dalam Bahan
Ducha, N., T. Susilawati, Aulanni’am dan S. Pengencer Tris Sitrat Kuning Telur.
Wahyuningsih. 2013. Motilitas dan Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3
Viabilitas Spermatozoa Sapi Limousin (2) : 61-69.
Selama Penyimpanan pada Susilawati, T.2013. Pedoman Inseminasi
Refrigerator dalam Pengencer CEP-2 Buatan pada Ternak. Universitas
dengan Suplementasi Kuning Telur. Brawijaya (UB) Press. Malang. ISBN
Jurnal Kedokteran Hewan, 7 (1) : 5-8. 978-602-203-458-2.
Endo, Y., Y. Fujii, K. Shintani, M. Seo, H.
Motoyama and H. Funahashi. 2012.
Simple Vitrification for Smal
Numbers of Human Spermatozoa.
Reproductive Biomedicine Online. 24
: 301-307
Elder, K., and B. Dale. 2011. In Vitro
Fertilization 3rd Edition. Cambridge
University Press. New York, USA.
Gardner, D.K., A. Weissman, C.M. Howles, Z.
Shoham. 2009. Textbook of Assisted
Reproductive Technologies
Laboratory and Clinical Perspective.
Informa Healthcare Publishing.
London, UK
Hafez, E.S.E. 2008. Reproduction in Farm
Animal 7th Edition. Blackwell
Publishing. Kiawah Island, South
Carolina, USA.
Kulaksiz, R., U.C. Ari, A. Daskin, and A.G.
Uner. 2013. The Effect of Different
Glycerol Concentrations on
Freezability of Semen From Angora,
Kilis and Saanen Goats.Slovak J.
Anim. Sci. 46 (2) : 39-44.
Mumu, M.I. 2009. Viabilitas Semen Sapi
Simental yang Dibekukan
Menggunakan Krioprotektan Gliserol.
J. Agroland. 16 (2) : 172-179.
Nikbakht, R. and N. Saharkhiz. 2011. The
Influence of Sperm Morphology, Total
Motile Sperm Count of Semen and
The Number of Motile Sperm
Inseminated in Sperm Samples on The
Success of Intrauterine Insemination.
IJFS 5 (3) : 168-173.
Pamungkas, F.A. 2010. Pemanfaatan Metode
Vitrifikasi untuk Kriopreservasi Oosit
Mamalia. Wartazoa. 20 (3) : 112-118.
Qureshi, M.S., D. Khan, A. Mushtaq, and S.S.
Afridi. 2013. Effect of Extenders,
Postdilution Intervals and Seasons on
Semen Quality in Dairy Goats. Turk J.
Vet. Anim. Sci. (37) : 147-152
Setiono, N., S. Suharyati dan P.E. Santosa.
2015. Kualitas Semen Beku Sapi

J. Ternak Tropika Vol. 17, No.1: 42-48, 2016 48

Anda mungkin juga menyukai