Latar Belakang
Lemak adalah molekul – molekul yang terdiri atas unsur karbon, hidrogen dam
oksigen. Lemak memiliki peranan yang penting bagi tubuh di antaranya yaitu sebagai
sumber energi, pelarut vitamin larut lemak, komponen membran sel sebagai hormon,
sistem imun, dan termoregulator (Wiardani et al 2015). Berdasarkan bentuk dan struktur
kimianya, lemak digolongkan menjadi 3 yakni lemak jenuh, lemak tak jenuh dan lemak
trans. Lemak jenuh banyak ditemukan pada produk yang berasal dari hewan seperti
daging, susu dan mentega. Lemak jenuh memiliki sifat dapat mengentalkan darah dan
mudah menempel pada pembuluh darah sehingga mengakibatkan pengerasan dinding
pada pembuluh darah.
Lemak tak jenuh dikenal sebagai lemak baik karena kandungan kolesterol LDL
yang dimilikinya lebih sedikit dibandingkan yang terdapat dalam lemak jenuh. Lemak
tak jenuh dapat meningkatkan antibodi pada tubuh, menurunkan kolesterol LDL, dan
menurunkan resiko serangan jantung. Lemak trans berasal dari lemak tidak jenuh yang
mengalami proses pemadatan dengan teknik hidrogenisasi parsial sehingga
menyebabkan perubahan konfigurasi ikatan kimia pada lemak. Akibatnya, lemak tidak
jenuh yang umumnya berbentuk cair, menjadi berbentuk padat dan lebih awet. Tujuan
sebenarnya adalah untuk membantu minyak nabati yang bersifat tidak jenuh menjadi
lebih stabil sehingga lebih tahan terhadap reaksi ketengikan dan tetap padat pada suhu
ruangan.
Pakan yang bernutrisi baik apabila dapat menghasilkan performans produksi dan
reproduksi ternak yang baik pula. Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang
berdensitas tinggi. Asam lemak menghasilkan energi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan nutrien lain seperti karbohidrat atau protein pada saat proses metabolisme dalam
tubuh. Nilai energi lemak sedikitnya dua kali lebih besar daripada karbohidrat (Wina
dan Susana 2013). Energi yang terkandung di dalam konsentrat energi berasal dari
karbohidrat yang mudah larut ataupun minyak dan lemak. Semua macam bahan pakan
yang merupakan sumber energi dan memenuhi syarat tertentu dengan serat kasar kurang
dari 18%, dinding sel kurang dari 35% dan protein kurang dari 20%.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari derajat kelarutan lemak nabati dan hewani
di dalam berbagai jenis pelarut organik.
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak
Lemak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol dan juga cadangan energi
tubuh paling besar. Lemak tidak dapat larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol.
Lemak dapat larut secara sempurna dalam ester, hidrokarbon, benzene, karbon disulfide,
dan pelarut – pelarut halogen. Kelarutan lemak dalam pelarut dipengaruhi oleh sifat
polaritas asam lemaknya. Lemak dapat bersumber dari bahan nabati dan juga hewani
(Nasution 2010).
Minyak Kanola
Bunga matahari adalah bunga majemuk yang tersusun dari ribuan bunga kecil
pada satu bongkolnya. Tanaman bunga matahari memiliki tinggi 1 sampai 3 meter
batang tebal dan kuat, tumbuh mengarah keatas. Biji pada bunga matahari memiliki
kulit yang agak keras, berbentuk pipih memanjang dan warnanya putih keabuan atau
hitam (Rianasari 2014). Minyak yang dihasilkan dari biji bunga matahari diperoleh
dengan cara dikompres. Minyak ini memiliki campuran lemak tak jenuh tunggal dan tak
jenuh ganda dengan konstituen utama berupa asam oleat dan asam linoleat. Minyak biji
bunga matahari digunakan dalam bahan masakan dan juga bahan baku kosmetik.
Minyak Zaitun
Minyak zaitun adalah minyak yang berasal dari tumbuhan dan bersifat
emoolient. Minyak zaitun berasal dari pohon zaitun yang tumbuhnya lambat, memiliki
batang keriput dan ramping dengan cabang pecah-pecah. Manfaat minyak zaitun sangat
banyak bagi kesehatan karena mengandung lemak tak jenuh yang tinggi. Minyak zaitun
juga merupakan antioksidant yang baik dan kaya akan vitamin E. Minyak zaitun
digunakan sebagai pelembab karena dapat melembabkan kulit wajah dan tubuh. Selain
itu, minyak zaitun bermanfaat untuk melepaskan lapisan sel – sel kulit mati (Mursyid
2017).
Lemak Ayam
Lemak ayam merupakan lemak yang diperoleh dari rendering dan pengolahan
ayam. Lemak ayam mengandung asam linoleat yang tinggi dan asam lemak omega 6.
Lemak ayam biasanyan terdapat di bagian ampela ayam, terutama ayam dengan berat
hidup lebih dari 2 kilogram. Kandungan lemak yang menempel pada bagian ampela
ayam tersebut berbanding lurus mengikuti bobot ayam hidupnya. Semakin berat tubuh
ayam maka semakin banyak pula lemaknya (Aminullah et al 2018).
Minyak Kedelai
Kedelai merupakan salah satu tanaman polong – polangan yang menjadi bahan
dasar makan seperti kecap, tahu dan tempe, tauco, taoji, susu kedelai, dan tauge.
Kedelai menjadi sumber bahan pangan nabati dimana untuk setiap 100 gram bahan
kering terdiri dari 35 gram protein, 35 gram karbohidrat, 18 sampai 20 gram lemak,
serta kandungan gizi lainnya. Minyak kedelai mengandung beberapa posfolipida
penting yaitu lesitin, sepalin dan lipositol. Karena memilikin kandungan minyak yang
tinggi, maka kedelai merupakan sumber minyak makan yang penting. Berbagai
penggunaan minyak kedelai dalam industri pangan diantaranya adalah sebagai minyak
goreng, minyak salad, bahan untuk margarin, dan bahan bahan baku shortening (Isa
2011).
Minyak Jagung
Minyak jagung terdiri dari asam lemak tak jenuh dan terdapat sejumlah kalori
yang berasal dari lemak tersebut, tidak seperti jenis minyak lainnya, di dalam minyak
jagung ini tidak ditemukannya kandungan mineral yang berupa zat besi ataupun
kalsium. Manfaat minyak jagung dari sisi kesehatan yaitu, minyak jagung mengandung
lemak tak jenuh dalam jumlah yang sangat tinggi. Lemak tersebut berupa
Monounsaturated fats dan Polyunsaturated fats berguna membantu mencegah masalah
jantung, mengontrol kadar kolesterol dalam darah, sekaligus dapat mencegah
mengurangi resiko kardiovaskular, serangan jantung dan juga stroke. Manfaat lain yaitu,
minyak jagung mengandung lemak trans dalam jumlah sedikit. Lemak trans sendiri
merupakan lemak jahat penyebab utama beragam penyakit kardiovaskular dan
meningkatkan potensi serangan jantung (Dwiputra et al 2015).
Asam Asetat
Asam asetat atau asam cuka merupakan senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki
rumus empiris C2H4O2. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling
sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah karena hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO- (Sitrait 2012).
Meskipun digolongkan sebagai asam lemah, asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat
menyerang kulit.
Alkohol
Alkohol merupakan senyawa - senyawa dimana satu atau lebih atom hidrogen
dalam sebuah alkana digantikan oleh sebuah gugus -OH. Alkohol memiliki ikatan
seperti air. Alkohol terdiri dari molekul polar. Dalam senyawa alkohol, oksigen
mengemban muatan negatif parsial. Alkohol atau etanol merupakan cairan yang tidak
berwarna dan larut dalam air tetapi memiliki bau yang khas (Juwita 2012). Alkohol
dimanfaatkan sebagai pembunuh kuman dan penawar untuk racun metanol. Dan alkohol
juga bisa digunakan sebagai bahan bakar, alkohol premir etanol dapat dibakar untuk
menghasilkan karbondioksida dan air, baik sendiri maupun di campun dengan petrol
“bensin”.
NaOH
N-heksana
Aquades
Aquades merupakan air hasil destilasi atau penyulingan yang sama dengan air
murni atau H2O, karena H2O hampir tidak mengandung mineral (Bernad 2019).
Destilasi merupakan proses pemisahan campuran kimia menjadi komponen-
komponennya dengan cara dipanaskan hingga mencapai titik didihnya, kemudian
uapnya didinginkan hingga menjadi cair kembali. Penyulingan bertujuan untuk
menghilangkan kandungan mineral dalam air sehingga diperoleh air murni. Aquades
dimanfaatkan untuk keperluan di laboratorium.
Detergen
SDS
Pelarut Organik
Pelarut merupakan benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah
bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut
organik memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi
terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan,
pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar.
Pelarut Basa
Basa adalah zat dalam air yang dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Ion
hidroksida terbentuk karena senyawa hidroksida dapat mengikat elektron ketika
dimasukkan ke dalam air. Basa dapat menetralkan asam (H +) untuk menghasilkan air
(H2O). Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Sifat pada basa yaitu rasanya pahit dan
licin. Kekuatan basa dapat dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion pada OH- yang
dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksi,
dan suntikan. Bahan yang digunakan yaitu minyak jagung, lemak ayam, minyak biji
bunga matahari, minyak kanola, minyak kedelai, minyak zaitun, alkohol, sunlight,
sabun colek, campuran alkohol, deterjen, aquades, SDS, NaOH, dan n-heksan.
Metode
Hasil
Keterangan :
- : tidak larut
+ : sedikit larut
++ : larut
+++ : sangat larut
Pembahasan
Lemak terdiri atas trigliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan
asam lemak rantai panjang. Sifat – sifat lemak yaitu dapat mengapung pada permukaan
air, tidak larut dalam air, mencair pada suhu tertentu, dan dapat melarutkan vitamin A,
D, E, dan K. Lemak dimanfaatkan sebagai sumber energi, penghemat penggunaan
protein sehingga protein tidak digunakan sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh,
dan pelumas yang membantu pengeluaran sisa pencernaan. Macam – macam bahan
pakan yang bersumber dari lemak yaitu minyak nabati , minyak bekatul, minyak sawit,
dan minyak kelapa.
Pemakaian lemak dalam ransum tambahan atau pakan penguat rata-rata 2,5%.
Kelebihan lemak dapat menimbulkan mencret pada ternak dan pH dalam rumen
menurun. Apabila cadangan lemak tidak mencukupi karena habis, maka protein pun
akan dirombak menjadi energi. Jika kondisi semacam ini terjadi secara berkepanjangan,
maka ternak akan menderita sakit dan bahkan bisa menghadapi maut. Pencernaan lemak
pada ternak ruminansia dimulai dari proses hidrolisis (lipolisis) dimana lemak akan
diputuskan ikatan ester trigliserida, fosfolipid, dan glikolipid yang dilakukan oleh
bakteri rumen dan menghasilkan asam lemak, gliserol, dan galaktosa. Setelah itu, proses
hidrogenasi atau biohidrogenasi yang terjadi pada asam lemak tak jenuh hasil proses
hidrolisis dalam rumen.
Percobaan kelarutan lemak dilakukan dengan menggunakan pelarut organik,
pelarut basa dan aquades. Pada pelarut organik, n-heksana memiliki tingkat kelarutan
tinggi terhadap semua sampel lemak dibandingkan alkohol dan campuran alkohol. Pada
pelarut basa, yang memiliki tingkat kelarutan tinggi terhadap sampel lemak yaitu sabun
colek dan detergen, yang memiliki tingkat kelarutan sedang yaitu sunlight dan SDS,
serta yang memiliki tingkat kelarutan rendah yaitu NaOH. Pada aquades, semua sampel
minyak tidak dapat larut. Minyak tidak dapat larut dalam air karena air merupakan
senyawa polar sedangkan minyak merupakan senyawa non polar. Hal ini sudah sesuai
dengan literatur menurut Nasution (2010) bahwa lemak dapat larut dalam pelarut basa.
Pelarut organik yang dicampurkan dengan lemak akan sulit untuk larut. Hal ini
disebabkan karena sebagian pelarut organik bersifat polar. Biasanya reaksi yang terjadi
untuk melarutkan pelarut organik berjalan lambat sehingga memerlukan energi yang
dapat diperoleh dengan cara pemanasan. Pemanasan ini dilakukan untuk
mengoptimumkan kondisi kelarutan.
SIMPULAN
Lemak terbagi menjadi dua berdasarkan sumbernya, yaitu lemak nabati dan
lemak hewani. Lemak nabati berupa lemak yang berasal dari tumbuhan seperti minyak
biji bunga matahari, minyak zaitun, minyak kelapa sawit, minyak kanola, minyak
jagung, dan minyak kedelai. Lemak hewani berupa lemak yang berasak dari hewan
seperti lemak ayam,
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, Mardia, Riandi MR, Argani AP, Syahbirin G, Kemala T. 2018. Kandungan
total lipid lemak ayam dan babi berdasarkan perbedaan jenis mode ekstraksi
lemak. Jurnal Agroindustri Halal. 4(1): 95.
Bernad LF. 2019. Analisis mesin penghasil aquades menggunakan mesin siklus
kompresi uap dengan pengaruh putaran kipas sebelum evaporator [skripsi].
Yogyakarta (ID): Universitas Sanata Dharma.
Dwiputra D, Jagat AN, Wulandari FK, Prakarsa AS, Puspaningrum DA, Islamiyah F.
2015. Minyak jagung alternatif pengganti minyak yang sehat. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 4(2): 5.
Hidayat N, Sumantri C, Afnan R, Arifiantini RI. 2016. Penentuan konsentrasi sodium
dodecyl sulfate dalam pengencer ringer laktat-kuning telur untuk preservasi semen
ayam pelung. Jurnal Kedokteran Hewan. 10(2): 171.
Isa I. 2011. Penetapan asam lemak linoleat dan linolenat pada minyak kedelai secara
kromatografis gas. Jurnal Pendidikan Kimia. 6(1): 1-2.
Juwita R. 2012. Studi produksi alkohol dari tetes tebu (Saccaharum officinarum L.)
selama proses fermentasi [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Mursyid AM. 2017. Evaluasi stabilitas fisik dan profil difusi sediaan gel (minyak
zaitun). Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 4(1): 205.
Nasution YM. 2010. Penetapan kadar asam lemak bebas dalam minyak goreng yang
digunakan dalam pembuatan mie instan di pt. Indofood [skripsi]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Paristya W, Amelli, Cahyono B. 2013. Formulasi larutan detergen dari natrium dodesil
sulfat dan sintesis natrium dodesilbenzena sulfonat. 1(1): 43.
Rahmah N. 2015. Formulasi krim dengan minyak canola (Brasicca napus L.) sebagai
pelembab menggunakan dasar krim m/a dan a/m [skripsi]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Rianasari N. 2014. Uji efektifitas antihiperlipidemia ekstrak etanol biji bunga matahari
(Helianthus annus L.) terhadap mencit swiss webster jantan [skripsi]. Bandung
(ID): Universitas Islam Bandung.
Sitrait JPN. 2012. Pra rancangan pabrik isopropil asetat (IPAc) dengan bahan baku
asam asetat dan propilen kapasitas 15.000 ton/tahun [skripsi]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Trisnawati L. 2013. Pengaruh pH dan jumlah penggunaan larutan NaOH pada proses
pemutihan pulp pada tahap ekstraksi oksidasi (Eop) di unit pemutihan fiber line
pt. toba pulp lestari, Tbk porsea [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera
Utara.
Wiardani NK, Sugiani PTS, Gumala NMY. 2015. Konsumsi lemak total, lemak jenuh
dan kolesterol sebagai faktor risiko sindroma metabolik pada masyarakat
perkotaan di Denpasar. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 7(3): 126.
Wina E, Susana IWR. 2013. Manfaat lemak terptoteksi untuk meningkatkan produksi
dan reproduksi ternak ruminansia. WARTAZOA. 23(4): 176.
LAMPIRAN
Sebelum Sesudah