A. Definisi
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan
intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
ekstraseluler adalah cairan yang berada diluar sel dan terdiri dari tiga kelompok
yaitu: cairan intravaskuler (plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004).
1. Cairan intraseluer
CIS yaitu cairan yang berada di dalam sel diseluruh tubuh. Cairan ini menyusun
sekitar 70% dari total cairan tubuh
2. Cairan Ekstraseluler
CES yaitu cairan yang berada di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total
cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20%. CES terdiri dari 3
kelompok yaitu:
a. Cairan Intravaskular (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskular
b. Cairan Intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel
c. Cairan Transeluler yaitu cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intravasular, dan sekresi saluran cerna.
a. Cairan
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh membrane
semipermeable.Kedua kompertemen tersebut adalah intraseluler dan
ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel, atau intraseluler.Sisanya
35% cairan tubuh berada diluar sel, atau ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler
selanjutnya dibagi menjadi tiga subdivisi:
b. Elektrolit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam dan diluar sel
tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan dan dikeluarkan
utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan melalui hati, kulit, dan paru-
paru dalam jumlah lebih sedikit.
c. Keseimbangan asam basa
Penyangga kimia, system pernapasan, dan system renal merupakan mekanisme
kunci untuk mengatur keseimbanagan asam basa dalam tubuh manusia.
Penyangga adalah senyawa yang mengatur pH tubuh dengan menerima atau
melepaskan ion H+.Salah satu penyangga terpenting dalam tubuh manusia adalah
bikarbonat.
1) Karbondioksida (CO2) dilepaskan dari jaringan tubuh dan diterima oleh sel
darah merah (SDM).
2) CO2 dalam sel darah merah, dikombinasikan dengan air dan dibawah pengaruh
karbon anhidrasi (suatu enzim) dengan segera dikonversi menjadi asam karbon
3) Asam karbon berionisasi atau memisah menjadi bikarbonat (HCO3-) dan H+.
5) Ion H+ bebas yang tertinggal dalam sel darah merah dengan cepat berinteraksi
dengan oksihemoglobin dalam sel dan menyebabkan pelepasan oksigen (O2)
dari sel darah merah kedalam jaringan untuk respirasi sel (Bennita, 2013).
3) Setelah berada dalam sel darah merah, bikarbonat bergabung dengan H+ bebas
(dari hasil formasi oksihemoglobin) untuk membentuk asam karbon.
4) Dibawah pengaruh karbon anhidrasi, asam karbon memisah menjadi air dan
CO2.
5) CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah kedalam paru-paru, dimana ia akan
dikeluarkan dari tubuh selama ekshalasi (Bennita, 2013).
B. Patofisiologi
Etiologi
Kelelahan
Kram otot dan kejang
Mual
Pusing
Pingsan
Lekas marah
Muntah
Mulut kering
Suhu naik
Denyut jantung
Palpitasi
Tekanan darah naik turun
Kurangnya koordinasi
Sembelit
Kekakuan sendi
Rasa haus
Anoreksia.
1) Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ (missal jantung, ginjal, paru-
paru) untuk mengelola keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa secara efisien juga
terpengaruh. Dikarenakan usia merupakan faktor pengaruh yang tidak terkontrol, sehingga
menjadikannya semakin penting untuk mengatur faktor terkontrol yang telah disebutkan
sebelumnya untuk individu yang sangat muda dan sangat tua.
2) Temperature lingkungan
3) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke intraseluler.
4) Stress.
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat menimbulkan
retensi sodium dan air.
5) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung, gangguan hormone akan
mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
a. Rasa Dahaga
1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada akhirnya meimbulkan
produksi angiostensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat
neural yang bertanggung jawab terhadap sensai haus.
c. Aldosteron
Hormone ini disekresi oleh kelenjr adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorbs natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi
kalium, natrium serium dan system rennin-angiostensin serta sangat efektif dalam
mengendalikan hiperkalemia.
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfunsi
dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, konstraksi uterus, dan mobilitas
gastrointestinal.Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons
natrium, dan efek ginjal pada ADH.
e. Glukokortiroid
Meningkatkan respon natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi retensi
natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan
volume darah (Tarwoto dan Wartonah,2011)
Gangguan Dalam Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa
1) Ketidakseimbangan cairan
a. Hipovolemia
Hipovolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan
elektrolit diruang ekstraseluler, tetapi proporsi antara keduanya (cairandan elektrolit)
mendekati normal. Hipovolume dikenal juga dengan sebutan dehidrasi atau deficit volume
cairan (fluid volume deficit atau FVD). Pada saat tubuh kekurangan cairan dan elektrolit,
tekanan osmotic mengalami perubahan sehingga cairan interstisial dapat masuk ke ruang
intravaskuler.Hal ini menyebabka ruang interstisial kosong dan cairan intrasel masuk
kedalamnya.
Hipovolume dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya kekurangan asupan cairan dan
kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium).kelebihan asupan
zat terlarut dapat menyebabkan eksresi atau pengeluaran urine secara berlebih serta
pengeluaran keringat yang banyak dalam waktu yang lama. Dehidrasi dapat terjadi pada
pasien yang mengalami gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok, dan ginjal.Selain itu
dehidrasi juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami diare dan muntah secara terus
menerus. Secara umum, dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah isotonic
yang hilang.
2) Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih besar daripada jumlah
elektrolit yang hilang
3) Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah
elektrolit yang hilang. Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menyebabkan
penurunan volume ekstrasel (hipovolume) dan perubahan hematokrit.
1) Dehidrasi ringan Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari berat
badan sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat berlangsung melalui kulit,
saluran pencernaan, saluran kemih, paru, atau pembuluh darah.
2) Dehidrasi sedang Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan sebesar 5-10% dari berat
badan atau sekitar 2-4 liter.Natrium serum dalam tubuh mencapai 152-158 mEq/L. salah satu
cirri fisik dari penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
3) Dehidrasi berat Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan sebesar 4-6 liter atau lebih
dari 10% dari berat badan. Natrium serum mencapai 159-166 mEq/L. Penderita dehidrasi
berat dapat mengalami hipotensi, oliguria, turgor kulit buruk, serta peningkatan laju
pernapasan. (Lyndon Saputra, 2013).
b. Hipervolemia
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang: Binarupa
Aksara
Smeltzer, Suzanne C & Brenda, G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medical
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Surhayono, Toto & Madjid Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan
Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta:
SalembaMedika