Anda di halaman 1dari 13

Pengembangan Media Promosi Kesehatan ...

(Heri S, Zahroh S, Bagoes W)

Pengembangan Media Promosi Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan


HIV/AIDS pada Pekerja Sektor Swasta Formal

Heri Sugiarto*), Zahroh Shaluhiyah**), Bagoes Widjanarko**)


*)
STIKES Indramayu, Jawa Barat
Korespondensi : heraru@gmail.com
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Saat ini kasus tinggi HIV/AIDS adalah dari faktor resiko pertukaran jarum suntik
penyalahguna narkoba, sedangkan mayoritas penyalahguna narkoba adalah pekerja.
Informasi tentang pencegahan Narkoba pada pekerja muda masih kurang. Tujuan penelitian
ini adalah mengembangkan media promosi kesehatan untuk mencegah HIV/AIDS pada pekerja
sektor swasta formal. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
literatur review untuk identifikasi kebutuhan media informasi pada pekerja dan dilanjutkan
pengembangan media promosi kesehatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media
yang sesuai dengan karakter pekerja adalah poster dan film. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa media poster dan film ini diharapkan efektif dalam merubah perilaku
responden untuk peduli dalam pencegahan Narkoba di tempat kerja terkait penularan HIV/
AIDS, karena telah dirancang sesuai dengan karakteristik dan keinginan pekerja. Untuk
perusahaan diharapkan dapat menempatkan media ini pada tempat yang strategis dan untuk
penelitian selanjutnya diharapkan lebih lengkap dengan adanya intervensi dan evaluasi.
Kata kunci : Pekerja, HIV/AIDS, Narkoba, Media.

ABSTRACT
Health promotion media developing to prevent HIV/AIDS for formal private sector workers;
Now, the highest case number of HIV/AIDS was caused by sharing needle of injecting drug
users. In the other hand, many drug users have a worker/employee back ground. The
information about drug prevention is less to young workers. The goal of this research is
health promotion media developing for formal private sector workers to prevent HIV/AIDS.
This research is a qualitative research and using literature review to identify media information
needs for workers and to be continued with health promotion media developing. The result of
this research is showing that poster and film are appropriate media for workers. Based on this
result could be conclude that poster and film could change respondent behaviour effectively
for caring each other in drug misuse prevention related HIV/AIDS prevention, because this
media has been developed suitable with workers characteristic and need. For factory sectors
are suggested to put this media at their strategic place and for the next research is suggested
doing with intervention and evaluation phase.
Keywords : Worker, HIV/AIDS, Drug, Media.

84
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

PENDAHULUAN Pekerja adalah salah satu kelompok yang


Secara global, jumlah total orang hidup beresiko untuk tertular HIV melalui
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) penyalahgunaan narkoba. Hal ini dikarenakan
pada tahun 2007 adalah sebanyak 33,2 juta. tingginya persentase penyalahguna narkoba yang
Orang yang baru terinfeksi adalah sebanyak 2,5 berlatarbelakang pekerja/karyawan. Di
juta, dan 2,1 juta mati karena Acquired Immune Indonesia, menurut laporan hasil penelitian
Deficiency Syndroma (AIDS). Setiap hari, lebih masalah narkoba di Lembaga Pemasyarakatan
dari 6800 orang menjadi terinfeksi HIV dan lebih yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) dan
dari 5700 orang meninggal karena Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2003
AIDS(UNAIDS, 2007). Di Asia, diperkirakan menunjukkan bahwa proporsi terbesar
5 juta orang hidup dengan HIV pada tahun 2007, narapidana narkoba sebelum masuk penjara
termasuk 380.000 orang yang baru terinfeksi dan mempunyai kegiatan bekerja, yaitu sekitar
diperkirakan 380.000 orang mati karena 72,5%. Hal tersebut cukup beralasan karena
penyakit terkait AIDS (UNAIDS, 2008). narkoba bukanlah barang yang murah. Sehingga
Di Indonesia, sampai dengan bulan Maret orang yang bekerja memiliki peluang mampu
2008, menurut Direktorat Jenderal Pengendalian membeli narkoba. Proporsi terbesar jenis
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) pekerjaan narapidana narkoba adalah buruh/
Departemen Kesehatan RI pengidap HIV/AIDS karyawan, yaitu sekitar 57,6%. Kemudian disusul
secara kumulatif sudah mencapai 11.868 orang. jenis pekerjaan usaha/pedagang, proporsinya
Kasus HIV/AIDS sudah tersebar di 33 provinsi mencapai 36,1% (BNN, 2006).
dan 207 kabupaten/kota. Berdasarkan cara Berdasarkan data kasus tindak pidana
penularannya, (kecuali di Papua yang lebih banyak narkoba yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika
disebabkan oleh hubungan seks yang tidak aman) Nasional (BNN) dari tahun 2001-November
49,5% penularan HIV/AIDS di Indonesia dipicu 2006, diketahui bahwa yang melakukan tindak
oleh penggunaan narkotik, psikotropika, dan zat pidana narkoba 69,59% adalah pekerja.
adiktif lainnya (napza) suntik (IDU). Karena Sedangkan dari semua latar belakang pekerjaan
pemakaian jarum suntik secara bergantian. Cara (PNS, Polri/TNI, Swasta, Wiraswasta, Tani,
penularan lainnya adalah seks tidak aman sebesar Buruh) pelaku tindak pidana narkoba, paling
46%. Penggunaan jarum suntik di kalangan banyak 52,97% adalah pekerja swasta. Pada
pengguna napza adalah cara penularan paling Tahun 2006 sampai dengan bulan November,
banyak virus HIV/AIDS. Menurut estimasi pelaku tindak pidana narkoba yang berlatar
Depkes 2002, dari para pecandu napza suntik belakang pekerja mencapai 76,03%. Kelompok
yang merupakan Orang Hidup Dengan HIV/AIDS usia pelaku tindak pidana narkoba paling banyak
(ODHA) mencapai 90 ribu-130 ribu (Media adalah 20-29 tahun, mencapai 52,52%.
Indonesia Online, 2008). Pada tahun 2001 pekerja swasta yang

85
Pengembangan Media Promosi Kesehatan ... (Heri S, Zahroh S, Bagoes W)

menggunakan narkoba adalah 1.228 orang dan narkoba pada pekerja. Menurut laporan the
berdasarkan Badan Narkotika Nasional (BNN), Substance Abuse and Mental Health Services
jumlah pengguna narkoba pada pekerja swasta Administration (SAMHSA) di Amerika,
naik dari 8.143 tahun 2005 menjadi 13.914 tahun pekerja muda lebih mungkin untuk menjadi
2006 (Kompas, 20 Nopember 2007). penyalahguna narkoba. Laporan tersebut
Berdasarkan Survey Nasional Penyalahgunaan menunjukkan bahwa hampir 20% pekerja
narkoba dan Pengedaran Obat Terlarang pada berusia 18-25 tahun menyalahgunakan narkoba
Pekerja Formal dan Informal (SPPN, 2004), pada 1 bulan terakhir, dibanding 10% pada
diketahui bahwa 14 dari 100 responden pernah kelompok usia diatasnya (26-64 tahun). Pada
menggunakan narkoba (BNN, 2008). Umur saat yang sama pekerja muda mempunyai lebih
pekerja responden pada survey ini mayoritas sedikit mendapatkan akses pencegahan dan
(79,7%) adalah berusia 20-39 tahun. Umumnya pendidikan tentang narkoba di tempat kerja
pertama kali mereka menggunakan narkoba mereka. Ini ditunjukkan dengan 33,33% pekerja
adalah diperkenalkan oleh teman. Dari segi berusia 18-25 tahun yang melaporkan bahwa
pekerjaan, sebagian besar responden bekerja di pemilik tempat kerja menawarkan informasi
sektor formal (88%), hanya sebagian kecil saja pendidikan tentang narkoba, dibandingkan 40-
yang bekerja di sektor informal (12%). 49% pekerja yang lebih tua.(Cesar Fax, 2007)
Mayoritas pekerja di sektor formal ini adalah Karena masih kurangnya informasi tentang
laki-laki (71%). Mayoritas responden narkoba pada pekerja dalam rentang usia
penyalahguna narkoba paling banyak berusia tersebut, maka perlu dilakukan promosi
antara 19 hingga 39 tahun (89%) (BNN, 2008). kesehatan, dengan memanfaatkan media promosi
Berdasarkan penelitian BNN tentang kesehatan yang sesuai.
penyalahgunaan narkoba pada pekerja, Intervensi sebagai upaya pencegahan
diketahui bahwa umumnya pertama kali masalah kesehatan masyarakat dapat dilakukan
responden pekerja menggunakan narkoba melalui berbagai cara, salah satunya adalah
adalah karena diperkenalkan oleh teman (BNN, menggunakan media untuk mempromosikan
2008). Fakta ini menunjukkan bahwa teman kesehatan. Promosi kesehatan tidak dapat lepas
mempunyai pengaruh besar sebagai determinan dari media karena melalui media, pesan-pesan
dari penyalahgunaan narkoba pada pekerja. yang disampaikan dapat lebih menarik dan
Untuk mencegah penularan HIV pada dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari
pekerja perlu dilakukan upaya-paya pencegahan pesan tersebut sehingga/sampai memutuskan
yang terfokus pada mencegah perilaku beresiko untuk mengadopsi perilaku yang positif
HIV/AIDS yaitu penyalahgunaan narkoba. (Notoatmojo S, 2005).
Promosi kesehatan perlu dilakukan di tempat Beberapa tujuan atau alasan lain mengapa
kerja untuk menyebarkan informasi pencegahan media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan

86
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

promosi kesehatan antara lain adalah: media pencegahan HIV/AIDS dan STIs serta
dapat mempermudah penyampaian informasi, mengurangi resiko penularan diantara pekerja
menghindari kesalahan persepsi, memperjelas pabrik garmen (The Ready Made Garmen
informasi, mempermudah pengertian, mengurangi Industry di Banglades), diketahui bahwa dari
komunikasi yang verbalistik, dapat menampilkan 1000 pekerja, atau sekitar 70% dari mereka
obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata, adalah penonton televisi dan program pilihan
memperlancar komunikasi dan lain-lain mereka adalah film, drama dan berita (Anonim,
(Notoatmojo S, 2005). 2008).
Dalam promosi kesehatan untuk pekerja Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
terkait pencegahan narkoba ini, tentunya harus media poster dan film adalah media informasi
menggunakan media yang sesuai dengan keinginan yang sesuai dengan kebutuhan pekerja,
dan karakter pekerja. Media yang sesuai dengan khususnya pekerja swasta formal. Karena
pekerja dan yang akan dikembangkan dalam persentase responden pekerja swasta formal
penelitian ini adalah media poster dan film. yang menyukai media tersebut cukup tinggi.
Berdasarkan penelitian efektifitas media internal Sedangkan tema untuk poster dan film yang akan
pada pekerja di PT. Unilever Indonesia Surabaya dibuat dalam penelitian pengembangan media
Tbk yang meliputi papan pengumuman, poster, dan untuk pencegahan HIV/AIDS pada pekerja ini
spanduk sebagai rambu-rambu peringatan yang adalah kepedulian teman terhadap pekerja dalam
cukup banyak digunakan untuk memberi informasi mencegah penyalahgunaan narkoba. Tema ini
pada pekerja, ditemukan hasil 56,7% responden diambil karena penyalahgunaan narkoba bisa
sangat setuju bahwa poster merupakan media menjadi ancaman bagi pekerja swasta formal
yang paling banyak memberi informasi pada yang bisa berdampak terhadap penularan HIV,
pekerja, karena responden merasakan manfaat sedangkan pengaruh teman merupakan
yang besar dari media poster (Universitas Kristen determinan yang paling dominan terhadap
Petra). Disamping itu penelitian lain menunjukkan penyalahgunaan narkoba.
bahwa poster efektif untuk upaya promosi Tujuan umum penelitian ini adalah
kesehatan di tempat kerja, berupa promosi mengembangkan media promosi kesehatan
penggunaan tangga di tempat kerja untuk naik dan sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS dengan
turun dari lantai satu ke lantai lainnya. Hal ini tema kepedulian sesama pekerja dalam
ditunjukkan dengan adanya penurunan yang pencegahan penyalahgunaan narkoba pada
signifikan jumlah pengguna tangga, setelah poster pekerja sektor swasta formal.
dilepas (Science Direct, 2008).
Menurut Survey Need Assesment pada METODE PENELITIAN
suatu proyek (2008-2009) yang bertujuan untuk Penelitian ini bersifat tindakan (action
membatasi penyebaran dan dampak HIV melalui research) (Babbie, 1986), yaitu berupa

87
Pengembangan Media Promosi Kesehatan ... (Heri S, Zahroh S, Bagoes W)

pembuatan media poster dan film. Data-data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
penelitian didapatkan dari hasil penelitian, buku, Identifikasi Kebutuhan Media Informasi
artikel dan jurnal-jurnal kesehatan ilmiah yang Untuk mengidentikasi kebutuhan media
berkaitan dengan masalah HIV dan narkoba, informasi pada pekerja telah dilakukan review
perilaku terkait HIV, narkoba, dan determinannya literatur dari penelitian tentang media promosi
pada pekerja di seluruh dunia sampai dengan kesehatan pada pekerja. Karena keterbatasan
tahun 2009. Penelitian dilakukan melalui dua literatur mengenai tema tersebut yang bisa
tahap, yaitu tahap identifikasi kebutuhan media diperoleh selama penelitian ini, maka peneliti
dan tahap pengembangan media. Identifikasi hanya menganalisis 5 hasil penelitian tentang
kebutuhan media informasi sasaran dilakukan media pada pekerja, 2 buku dan 2 artikel.
melalui review literatur terhadap tulisan-tulisan Berdasarkan penelitian efektifitas media
ilmiah yang berkaitan dengan media pada sasaran/ internal pada pekerja di PT. Unilever Indonesia
pekerja. Data-data penelitian tentang media pada Surabaya Tbk yang meliputi papan
pekerja didapatkan melalui searching materi di pengumuman, poster, dan spanduk sebagai
internet ataupun mendapatkan buku-buku terkait rambu-rambu peringatan yang cukup banyak
secara langsung. Sedangkan pada tahap digunakan untuk memberi informasi pada pekerja
pengembangan media promosi kesehatan, ditemukan hasil sebagai berikut: Sebanyak
dimulai dengan pengembangan konsep awal, 49,8% responden lebih dari 3 kali membaca
perancangan produk media, pre-test, dan poster dalam sehari karena poster dianggap
pembuatan produk media. sangat menarik untuk dilihat. Selain gambar yang
Pengumpulan data uji coba rancangan awal menarik, terdapat pesan yang jelas yang
untuk poster adalah dengan menggunakan cara disampaikan media poster. Hanya 17% yang
pretes yang berupa interview dengan responden tidak setuju dengan media poster karena merasa
pekerja dan disertai pula dengan konsultasi, bosan dengan poster, sehingga kurang dalam
meminta pendapat ahli (expert review) membaca poster. Menurut penelitian tersebut,
(AIDSCAP, 2009), yang meliputi ahli media 56,7% responden sangat setuju bahwa poster
promosi kesehatan dan tenaga pengajar. merupakan media yang paling banyak memberi
Sedangkan untuk rancangan film yang berupa informasi pada pekerja. Sebaliknya hanya 20,9%
skrip tidak dilakukan uji coba terhadap pekerja responden yang menyatakan poster tidak efektif
sasaran, tetapi dilakukan konsultasi dengan untuk menyampaikan informasi keselamatan dan
meminta pendapat dari ahli media promosi kesehatan kerja pada pekerja. Untuk keefektifan
kesehatan, tenaga pengajar dan ahli media film poster dalam menyampaikan informasi pada
sebagai masukan untuk perbaikan desain film. pekerja, sebanyak 33,2% menyatakan cukup
efektif dan 45,8% menyatakan poster efektif.
Karena responden merasakan manfaat dan

88
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

mereka merasa poster adalah media yang bahwa dari 1000 pekerja, atau sekitar 70% dari
menarik untuk dibaca dan dilihat (Universitas mereka adalah penonton televisi dan program
Kristen Petra,2008). pilihan mereka adalah film, drama dan berita.
Efektivitas poster juga ditunjukkan pada saat Film merupakan media audio visual yang bisa
poster digunakan untuk upaya promosi kesehatan sangat mempengaruhi target audience, karena
di tempat kerja, berupa promosi penggunaan menstimulasi indra penglihatan dan pendengaran
tangga di tempat kerja untuk naik dan turun dari secara bersamaan. Sehingga kemungkinan pesan
lantai satu ke lantai lainnya. Hal ini ditunjukkan untuk diingat oleh target sasaran menjadi sangat
dengan adanya penurunan yang signifikan jumlah besar jika dibanding media visual atau audio saja.
pengguna tangga, setelah poster dilepas. (Science Apabila media ini dibuat semenarik mungkin
Direct, 2008; Eves, Web, Mutriel, 2006). Satu disesuaikan dengan karakter target sasaran
penelitian menyatakan bahwa poster mempunyai (pekerja), tentunya akan menjadi media informasi
efek signifikan hanya untuk penggunaan tangga yang akan sangat efektif bagi pekerja.
ketika turun ke lantai bawah (Kerr, Eves, Carrol, Berdasarkan hasil review diatas dapat
2001). Hanya ada satu penelitian yang diketahui bahwa media poster dan film adalah
menyatakan bahwa tidak ada efek signifikan dari media informasi yang sesuai dengan kebutuhan
intervensi poster terhadap penggunaan tangga di pekerja. Karena persentase responden pekerja
tempat kerja (Badland,Schofield,2005). yang menyukai media tersebut cukup tinggi dan
Pemasangan poster, merupakan salah satu cara efektif digunakan sebagai media informai untuk
untuk mendidik dan membangun keterampilan pekerja.
diantara pekerja, juga merupakan cara yang Pengembangan Media Poster
biasanya dipakai untuk menyampaikan informasi Target dari poster ini adalah pekerja swasta
kesehatan di tempat kerja (Ridley, 2006). Untuk formal yang bukan penyalahguna narkoba,
tema informasi kesehatan di tempat kerja, tema dengan kategori umur 18-29 tahun, lulusan
HIV/AIDS dan narkoba termasuk yang dipilih Sekolah Menengah Atas (SMA), tingkat
oleh pekerja untuk disampaikan kepada mereka penghasilan menengah, bertempat tinggal di
(Ayubi, 2005). daerah perkotaan. Tema poster yang
Untuk kebutuhan media informasi berupa film dikembangkan dalam penelitian ini adalah
untuk pekerja. Berdasarkan Survey Need kepedulian sesama pekerja dapat menjadi faktor
Assesment pada suatu proyek (2008-2009) yang kuat untuk mempengaruhi perilaku positif,
yang bertujuan untuk membatasi penyebaran dan yaitu mencegah penyalahgunaan pekerja. Poster
dampak HIV melalui pencegahan HIV/AIDS/ didesain untuk menyadarkan pekerja tentang
STIs serta mengurangi resiko penularan diantara kepedulian untuk mencegah penyalahgunaan
pekerja pabrik garmen (The Ready Made narkoba di tempat kerja. Poster ini
Garmen Industry di Banglades), diketahui menggambarkan pekerja tengah menolong

89
Pengembangan Media Promosi Kesehatan ... (Heri S, Zahroh S, Bagoes W)

temannya yang sedang menyalahgunakan pesan dan memberikan warna yang lebih terang.
narkoba di toilet. Hal ini dimaksudkan untuk Berdasarkan masukan-masukan dari ahli
memberikan gambaran kepedulian kepada rekan media promosi kesehatan, dapat diketahui bahwa
kerja agar mampu membebaskan dirinya dari hal-hal yang perlu diperbaiki dalam rancangan
masalah narkoba. Juga jangan sampai poster ini dari sudut pandang ahli media promosi
penyalahgunaan narkoba ini terjadi pada kesehatan adalah: Pesan kurang menggambarkan
pekerja-pekerja yang lain. Tidak selayaknya kepedulian teman pada pekerja/teman kerja
seorang pekerja bersikap tidak peduli kepada terkait masalah narkoba. Gambar kurang
rekannya yang sedang terbelit masalah narkoba. menarik, kurang hidup, lebih menyerupai
Poster ini dapat dipasang di ruangan tempat kerja, karikatur, kurang menyatu dengan background.
kantin perusahaan, papan pengumuman Gambar terlalu gelap, sehingga kurang jelas.
perusahaan, angkutan karyawan dan mess Pesan pertama dan kedua kurang menstimulasi
karyawan (Notoatmojo S, 2005). Tulisan pesan emosi. Pesan ketiga sebaiknya ditambah fakta-
poster ini adalah; Cegah narkoba, Bersama Kita fakta tentang pengguna narkoba. Disarankan
Bisa, Banyak pecandu narkoba adalah dari untuk tidak menggunakan sebutan “kita” untuk
kalangan pekerja. Ayo! Kita bersama, cegah menyebut sasaran. Sedangkan masukan dari
narkoba di tempat kerja kita. Hasil yang seorang tenaga pengajar adalah agar gambar
diharapkan adalah setelah terpapar media poster, disesuaikan dengan pesan. Kata-kata yang
pekerja yang menjadi target audience dapat penting untuk ditonjolkan, menggunakan font
menyadari bahwa dengan adanya kepedulian, dengan ukuran atau warna yang berbeda,
mereka dapat mencegah rekan kerja dari misalnya kata “narkoba”.
menyalahgunakan narkoba. Menurut Swann (1987) media poster adalah
Pada penelitian ini, dilakukan pre-test suatu media yang dapat mengkomunikasikan
terhadap desain awal poster yang dilakukan pesan langsung kepada target sasaran, beberapa
terhadap 3 orang pekerja sektor swasta formal, langkah-langkahnya dalam pembuatan poster,
1 ahli media promosi kesehatan dan 1 tenaga yaitu:
pengajar. Berdasarkan hasil pre-test pada • Menetapkan pesan yang akan disampaikan,
responden pekerja, diketahui bahwa responden dalam poster ini pesan yang akan
kurang memahami apa yang sebenarnya ingin disampaikan adalah pekerja perlu memahami
disampaikan oleh poster ini. Responden dan mengerti mengenai bahaya narkoba dan
menyatakan tidak ada kesesuaian antara kata memberikan kepeduliannya kepada teman
dengan gambar yang ditampilkan. Responden kerja agar tidak terjebak masalah narkoba.
juga tidak menyukai gambar poster ini. • Menetapkan bentuk, ukuran dan proporsi.
Sedangkan saran-saran untuk perbaikan poster Media poster ini berbentuk portrait dengan
ini adalah memperbaiki gambar, penyesuaian ukuran kertas A3 dan proporsinya lebih

90
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

menekankan pada keseimbangan antara menyatakan penyampaian pesan dalam bentuk


pesan dengan gambar yang ditampilkan. gambar dan/atau tulisan harus dibuat sedemikian
Upaya untuk membuat tertarik target sasaran rupa sehingga mudah dimengerti dan menarik
adalah dengan menampilkan gambar pekerja bagi siapapun yang melihatnya (Hess, Tosney,
yang penuh peduli tampak menolong rekan Liegel, 2009)
kerjanya yang sedang tak sadarkan diri Dengan menggunakan ukuran poster A3,
karena menggunakan narkoba. warna yang telah diperbaiki dengan membuat
• Pesan disampaikan secara sederhana dan lebih jelas, gambar yang telah diperbaiki sehingga
langsung kepada tujuan. Media poster yang tampak lebih nautral. Karakter huruf yang sesuai
dirancang ini menggunakan kata-kata yang dengan teori yang menyatakan bahwa sebaiknya
langsung kepada tujuan, yaitu : “Cegah penyusunan kalimat dengan ukuran jenis dan
narkoba”. ukuran huruf yang sesuai dan sederhana, misalnya
Media poster ini banyak mendapat kritikan huruf-huruf sans serif seperti Helvetica, Arial,
pada aspek pesan dan gambar yang kurang dan Univers. Jenis huruf ini tidak memiliki garis-
menunjukkan aspek kepedulian terhadap teman garis kecil yang disebut counterstroke. Huruf ini
kerja dalam kaitannya dengan masalah narkoba. berkarakter streamline, fungsional, modern dan
Sehingga untuk revisi media poster pencegahan kontemporer. Pemilihan teks sebaiknya
HIV/AIDS pada pekerja dengan fokus pesan memperhatikan legibility dan readibility.
pada pencegahan pemakaian narkoba ini Legibility mengacu pada kejelasan/kejernihan
dikembangkan dengan lebih fokus pada aspek huruf atau bagaimana audience dapat dengan
kepedulian teman kerja, yaitu dengan mengganti mudah membedakan satu huruf dengan huruf
isi pesannya yang lebih menonjolkan kepedulian yang lainnya. Sedangkan readibility lebih
yaitu pesan utamanya “Kepedulianmu Begitu mengacu pada seberapa baik huruf tersebut
Berarti”. Dari aspek emosi pada pesan kedua mempengaruhi dalam komposisi sebuah kata,
telah dibuat pesan yang menyentuh emosi yaitu kalimat dan paragraf. Ukuran huruf yang
“Telah Banyak Teman yang Hilang Karena Kau digunakan sudah sesuai teori yang menyatakan
tak Peduli”. Pada pesan ketiganya sesuai dengan bahwa ukuran huruf sebaiknya tidak kurang dari
masukan pretes telah ditambah dengan fakta- 12 point. (Hess,et all, 2009; IDEP, 2009;
fakta penyalahgunaan narkoba pada pekerja. anonym, 2009; Sitepu, 2009)
Pesan yang dibuat ini juga tidak meninggalkan Ukuran huruf yang digunakan juga cukup
teori pembuatan media poster itu sendiri, antara besar dan kontras dengan background, serta
lain adalah: pesan bisa terbaca dari jarak 6 meter, gambar yang ditampilkan adalah gambar yang
tidak menampilkan banyak kata-kata, dapat merepresentasikan tentang kepedulian teman
membuat target tertarik, dan pesan mudah kerja terhadap masalah narkoba, maka
dimengerti. Hal ini sesuai dengan teori yang diharapkan sudah sesuai dengan teori media

91
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

target sasaran adalah dalam bentuk rancangan tekanan pada dua indera sekaligus yakni
yang sudah jadi, bukan dalam bentuk naskah penglihatan dan pendengaran. Film juga mampu
skrip. Tetapi karena keterbatasan waktu dan dan, mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara,
maka untuk pretes film ini dilakukan sampai warna, drama dan humor (Kuswandi, 1996).
dengan tahap skrip film. Dalam film ini terdapat pesan-pesan moral yang
Berdasarkan masukan-masukan dari ahli disampaikan oleh tokoh protagonis yang
media promosi kesehatan didapatkan kesimpulan digambarkan sebagai teman yang baik yang
bahwa hal-hal yang harus diperbaiki dalam film mampu memberikan pertolongan kepada
ini adalah; pengurangan dialog yang ada dalam temannya yang terjerat masalah narkoba. Dalam
film ini, perlunya menampilkan tempat kerja film ini digambarkan permasalahan pekerja yang
(karena dalam film ini tidak ada penggambaran terjerat masalah narkoba yang memang hal
aktivitas di tempat kerja), menambahkan scene tersebut menjadi realita di masyarakat pekerja.
kepedulian, terhadap teman kerja yang Penggambaran yang menyerupai realitas sosial
bermasalah dengan narkoba, membuat ending akan membuat penonton merasa berempati dan
yang dramatis supaya bisa menstimulasi emosi diharapkan mampu mengubah perilaku mereka
target sasaran. menjadi perilaku yang diharapkan seperti yang
Berdasarkan masukan-masukan dari ahli digambarkan dalam film. Hal ini sesuai dengan
media film dapat diketahui bahwa hal-hal yang pernyataan Jowett (1971) yang menyatakan
harus diperbaiki dalam film ini adalah; mengurangi bahwa film selalu mengambil tema dari realitas
dialog yang ada dalam film ini, mengurangi sosial.
pengambilan gambar secara Close Up, perlunya Alur film ini sesuai dengan teori media
memasukkan nuansa agama agar sesuai dengan audiovisual yang menyatakan bahwa alur film
budaya melayu, perlunya memasukkan latar terbagi menjadi tiga bagian yaitu Act 1 yang berisi
belakang musik yang sesuai yaitu yang beruansa perkenalan, Act 2 yang berisi konflik dan Act 3
agama karena latar belakang musik menentukan yang berisi penyelesaian (Rayya, 2001). Alur
bagus atau tidaknya cerita film. cerita dimulai dari Act 1. Yaitu rutinitas pagi hari
Berdasarkan masukan dari pengajar dapat tokoh bernama Rizal, sebagai tokoh protagonis
diketahui hal-hal yang harus diperbaiki dalam film dia digambarkan sebagai seorang yang religius,
ini adalah; perlunya menampilkan latar belakang berbadan tegap untuk menggambarkan seorang
tempat kerja, membuat konflik lebih tajam yang sehat. Tampilan pertama dalam film ini
(sehingga film tidak membosankan), adegan dimulai dari aktivitas bangun malam dan sholat
kepedulian terhadap teman yang bermasalah tahajud seorang Rizal. Dilanjutkan wudhu dan
dengan narkoba dibuat lebih kuat lagi. sholat subuh berjama’ah di masjid. Pada pagi
Media audiovisual mampu menimbulkan harinya Rizal tampak merapikan buku-buku yang
dampak yang kuat terhadap audience, dengan masih tampak berserak pagi itu, karena dia belum

93
Pengembangan Media Promosi Kesehatan ... (Heri S, Zahroh S, Bagoes W)

sempat merapikan buku-buku tersebut setelah kerja, yaitu ketika Rizal merapikan berkas-
dia baca tadi malam. Dari beberapa buku berkas di tempat kerja, yang sebelumnya tidak
tersebut, tampak buku bertema agama dan ada. Kemudian beberapa dialog juga telah
narkoba. Kemudian Rizal berangkat bekerja dikurangi, karena memang yang ditonjolkan
dengan baju kerja yang rapi. Tak lupa memasang dalam film adalah efek visualnya. Untuk lebih
kartu nama. Pada saat berjalan ke tempat kerja menunjukkan kepedulian teman, maka
dia menerima pesan singkat dari Hasan yang ditambahkan scene Rizal mendoakan Hasan,
merupakan teman Rizal. Hasan digambarkan supaya dia dapat terbebaskan dari masalah
sebagai seorang yang tidak rapi, berbadan kurus, narkoba, juga dia mengajak Hasan untuk tinggal
pengguna narkoba. Isi pesan sms dari Hasan sementara di apartemennya sampai dia terbebas
adalah dia tidak berangkat kerja hari itu. dari masalahnya. Untuk menambah kesan
Dilanjutkan Act 2. Rizal pulang kerja, tampak dramatis, ditambahkan pula scene Hasan dipecat
Rizal menuju Apartemen Hasan. Rupanya dia dari tempat kerjanya, scene ini tidak ada pada
ingin menengok Hasan yang tidak masuk kerja script sebelumnya. Untuk menambah efek
hari itu. Dia mengetuk apartemen Hasan. Tapi dramatis di akhir cerita ditambah background
Hasan lama membukakan pintu untuknya. Rizal musik yang menyentuh. Kalau pada script
menelponnya. Hasan membuka pintu rumahnya sebelumnya terlalu banyak pengambilan gambar
dengan sempoyongan. Rizal terkejut, dia close up, maka pada script setelah pre-tes lebih
mengikuti Hasan menuju ke kamarnya. Rizal lebih banyak medium dan long shot, kecuali untuk
terkejut ketika menemukan serbuk putih di kamar menegaskan tampilan suatu benda, misal, serbuk
Hasan. Dia bertanya kepada Hasan darimana narkoba tetap diambil close up.
asal benda itu. Rizal diam saja. Act 3. Rizal Berdasarkan masukan-masukan dari
menolong Hasan untuk, menyembuhkannya dari konsultasi tersebut diatas, maka dilakukan
penggunaan narkoba. Dengan memberikan perbaikan terhadap skrip film sebelum dilakukan
kepedulian berupa pengawasan dan nasehat- pelaksanaan shooting. Berikut ini adalah
nasehat agama. Hasan kemudian terbebas dari synopsis film “Sahabat Sejati” dengan script yang
masalah narkoba. Rizal berterimakasih kepada telah diperbaiki:
Rizal karena telah dibantu untuk lepas dari “Rizal sebagai teman dekat Hasan,
masalah narkoba. Hasan berjanji untuk memutuskan untuk pulang lebih awal, untuk
menolong juga, jika dia menemukan teman-teman menengok Hasan yang pada hari itu tidak masuk
yang bermasalah seperti dia. kerja. Rizal datang ke apartemen Hasan, dia
Berdasarkan masukan-masukan dari pre- sangat terkejut ketika dia melihat Hasan tampak
test yang telah dilakukan, peneliti memperbaharui sakit dan dia menemukan narkoba di kamar
skrip. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan Hasan.
menambahkan pengambilan scene di tempat Rizal ingin menolong Hasan untuk

94
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

membebaskannya dari masalah narkoba, terlebih dan membaca pesan yang ada di poster tersebut.
lagi, beberapa hari berikutnya, Hasan dipecat Film yang dikembangkan adalah film pendek
dari tempat kerjanya karena narkoba. berjudul “Sahabat Sejati”. Film ini dikembangkan
Karena rasa empati pada temannya. Rizal dengan mempetimbangkan karakter dan selera
memaksa Hasan untuk tinggal bersamanya, untuk sasaran yang sama dengan sasaran media poster.
memproteksi Hasan dari menggunakan narkoba Film ini dapat ditayangkan di televisi yang ada di
lagi. Rizal berpikir bahwa Hasan belum mencapai ruang tempat kerja, kantin perusahaan, atau
tahap ketergantungan obat. Dia memutuskan ditayangkan pada saat training karyawan dengan
untuk mengawasi perilaku Hasan. Dia mencoba tema pencegahan HIV/AIDS maupun narkoba.
memberi Hasan saran-saran untuk melakukan
sesuatu yang positif (seperti, berdo’a, membaca KEPUSTAKAAN
Qur’an dan mendekat pada Allah). Dia AIDSCAP (The AIDS Control and Prevention)
menyarankan Hasan minum banyak air untuk Project. 2009. How to Conduct Effective
membersihkan racun narkoba dari tubuhnya. Pretests: Ensuring Meaningful BCC
Beberapa bulan kemudian, hasan telah bebas Messages and Materials. Dalam
dari masalah narkoba dan mendapat pekerjaan www.fhi.org/NR/rdonlyres/conductef
yang baru. Hasan berterimakasih kepada Rizal fective pretestenhv.pdf diakses pada tanggal
karena telah menyelamatkannya dari masalah 3 Maret 2009.
narkoba yang bisa menghancurkan masa Anonim. 2008. Young Power in Social Actions,
depannya. Hasan berjanji untuk tidak HIV/AIDS and Work-Place Interventions.
menggunakan narkoba dan dia ingin menolong Dalam http://www.ypsa.org/gfatm_912.htm
teman-temannya yang juga bermasalah dengan diakses pada tanggal 13 Desember 2008.
narkoba, seperti apa yang telah dilakukan Rizal Anonim. 2009. What’s the Right Typeface
padanya”. forText: How to Choose a Type Face for
Clear, Easy Reading Over Long Distances.
SIMPULAN Dalam http://www.BAmagazine.com
Media yang dikembangkan untuk pekerja diakses pada tanggal 3 Maret 2009.
swasta formal berupa poster dan film. Poster
Ayubi, Dian, Soekidjo. 2005. Promosi
yang dikembangkan bertemakan kepedulian
Kesehatan di Tempat Kerja. Promosi
kepada teman kerja dalam mencegah
Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
penyalahgunaan narkoba. Poster ini akan
Rineka Cipta.
ditempatkan di ruang tempat kerja, papan
Babbie, E. 1986 The Practice of Social Research
pengumuman perusahaan, kantin perusahaan dan
Fourth Edition, Belmont California,
mess pekerja, ruangan training. Sehingga
Wadsworth Publishing Co.
memungkinkan bagi pekerja untuk selalu melihat

95
Pengembangan Media Promosi Kesehatan ... (Heri S, Zahroh S, Bagoes W)

Badland, H. M. & Schofield, G. M. 2005. IDEP. 2009. Panduan Desain Media Cetak:
Posters in a sample of professional Mendesaian Media Visual dan Cetak yang
workplaces have no effect on objectively Efektif. Dalam http://
measured physical activity. Health www.idepfoundation.org diakses pada
Promotion Journal of Australia,2005. tanggal 3 Maret 2009.
BNN. 2006. Data Kasus Tindak Pidana narkoba Jowett, G., dan Linton JM. 1971.Movies As
di Indonesia tahun 2001-2006 Nopember, Mass Communications. London: Sage
Dit IV/narkoba, 2006. Publication.
BNN. 2004. Himpunan Hasil Penelitian BNN. Kerr, J., Eves, F. & Carroll, D. 2001. Can
Dalam http://www.bnn.go.id/file/statistik/ posters prompt stair use in a workplace
Himpunan%20hasil%20Lit%20BNN% environment? Journal of Occupational
202003%20&%202004.pdf diakses pada Health 2001.
tanggal 13 Desember 2008. Kompas. 2007. narkoba Marak Digunakan
Cesar Fax. 2007. Young Adult Workers Have Pekerja, Indonesia Dianggap Kondusif
Highest Rate of Illicit Drug Use; Least untuk Aktivitas Produksi. Kompas. 20
Access to Workplace Drug Education and Nopember 2007.
Employee Assistance Program., A Weekly Kuswandi,W.1996.Komunikasi Massa: Sebuah
Fax from The Center for Substance Abuse Analisis Media Televisi. Jakarta: PT Rineka
Research University of Maryland. Cipta. Jakarta.
Direktorat Jenderal PPM & PL Departemen Media Indonesia Online. 2008. Saatnya
Kesehatan RI. 2008. Laporan Kasus HIV/ Pemerintah Tepati Janji soal AIDS. Dalam
AIDS di Indonesia sampai dengan bulan http://mediaindonesia.com/
Maret 2008. Depkes RI. index.php?ar_id=MjM1NjU= diakses
Eves, F. F., Webb, O. J. & Mutrie, N. A. 2006. pada tanggal 11 November 2008.
Workplace intervention to promote stair Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan:
climbing: greater effects in the overweight. Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Obesity. Jakarta.
Hess, G., Tosney, K., dan Liegel, L. 2009. Rayya,M, 2001.Penulisan Skenario: Program
Creating Effective Poster Presentation: An Bimbingan Anak Sampoerna, Pop Corner.
Effective Poster. North Carolina State Ridley, John. 2006. Ikhtisar Kesehatan dan
University. Dalam http://www.ncsu.edu/ Keselamatan Kerja. Edisi Ketiga. Editor:
project/posters/NewSite/ diakses pada Lemeda Simarmata. Penerbit Erlangga.
tanggal 1 Februari 2009. Jakarta.

96
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 / Agustus 2010

SAMHSA. Departement of Health and Human Sitepu,V. 2009. Panduan Mengenal Desain
Services. 2008, Substance Abuse and Grafis. Dalam http://www.escaeva.com
Mental Health Services Administration diakses pada tanggal 3 Maret 2009.
Office of Applied Studies The 2007 Swann, A. 1987. How to Understand and Use
National Survey on Drug Use and Health: Design and Layout. Quarto Publishing PLC,
National Findings. [Online]. Dalam http:// London.
oas.samhsa.gov/nsduh/2k7nsduh/ Universitas Kristen Petra. 2008. Efektifitas
2k7Results.pdf diakses pada tanggal 13 Media Internal dalam Menyampaikan
November 2008. Informasi Mengenai Keselamatan dan
Science Direct. 2008. Can poster promote stair Kesehatan Kerja di PT Unilever Tbk-
use worksite environment joh.med.uoeh- Rungkut Industri Surabaya. Dalam http://
u.ac.jp/pdf/E43/E43_4_07.pdf. Dalam digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ikom/2007/
http://www.sciencedirect. com/ science ? jiunkpe-ns-s1-2007-51402081-5041-
ob=ArticleURL&_udi=B6WPG4NTB9393 internal-chapter4.pdf diakses pada tanggal
&user=10&rdoc=1&fmt=&orig=search& 13 Desember 2008.
sort=d& docanchor=&view=c&_searchS UNAIDS. 2007 AIDS Epidemic Update,
t r I d = 9 4 8 7 0 9 9 11 & _ r e r u n O r i g i n = WHO; 2007.
google&_acct=C000050221&_version=
UNAIDS. 2008. Report on The Global AIDS
1&_urlVersion=0&_userid=10 &md5=
Epidemic, UNAIDS; 2008
99773f5a4c40b9855c42450541d1e1b8
diakses pada tanggal 13 Desember 2008.

97

Anda mungkin juga menyukai