Anda di halaman 1dari 3

A : Assalammualaikum, selamat pagi mbak shabil, silahkan duduk

B : Wa’alaikumussalam sus, selamat pagi

A : bagaimana kabarnya pagi ini mbak?

B : alhamdulillah, sampai saat ini sehat mbak, juga masih aman aman saja

A : Alhamdulillah, sehat ya mbak ya. Nah sebelumnya yang disebelah mbak shabil ini siapa
ya? Boleh saya tau namanya dan hubungan dengan mbak shabil?

C : saya wirdha sus, saya kakak dari shabil

A : hoo mbak wirdha kakaknya mbak shabil ya. Nah seperti janji kita minggu lalu, hari ini
kita akan melakukan sesi konseling sebelum persalinan. Sekaligus kita akan membahas
bagaimana nanti proses bersalin yang akan mbak shabil lakukan karena berkaitan dengan
hasil test HIV/AIDS mbak shabil yang kemaren positif. Nah dimana akan memerlukan waktu
sekitar 30 menit ke depan. Apakah mbak shabil bersedia?

B : iya, saya bersedia sus

A : nah, baiklah mbak, bagaimana kalau kita disini saja? Apakah mbak shabil nyaman?

B : iya disini saja sus, disini juga sudah nyaman sus

A : oke baiklah mbak

................................................................................................

A : nah di sesi konseling kita sebelumnya, kita sudah cek bagaimana perkembangan bayi di
kandungan mbak shabil, sampai saat ini apakah ada keluhan dari semenjak konseling kita
kemaren mbak?

B : punggung saya mulai sakit sus, terus juga semakin sering keinginan untuk berkemih

A : hooo begitu ya mbak, normal kok mbak untuk usia kehamilan yang tinggal menghitung
hari ini

B : iya mbak

A : nah bicara tentang persalinan ya mbak, saya ingin bertanya terkait keinginan mbak shabil
apakah ingin melahirkan secara normal ataukah lewat operasi?

B : saya sih masih ingin untuk melahirkan normal ya sus, cuman karena kemaren saya baca-
baca artikel bahwa akan sangat berisiko tertular HIV/AIDS kepada anak saya nantinya, jadi
saya bimbang sus

A : jadi mbak shabil masih berkeinginan untuk melahirkan normal, namun karena membaca
artikel terkait penularan HIV jadi ragu, bukan begitu mbak?

B : iya, betul sus


A : nah betul mbak, kehamilan dengan positif HIV akan sangat berisiko menularkan kepada
anak jika lewat persalinan pervaginaan/ persalinan normal. Karena ketika nanti terdapat
luka/lesi akan berisiko terkena darah dan masuk ke bagian yang luka. Seperti yang sudah kita
bahas sebelumnya, bahwa penularan HIV ini bisa dari berhubungan seksual baik dari cairan
sperma dan vagina, darah, lewat ibu ke janin melalui persalinan normal, dan juga penggunaan
suntik yang tidak steril. Nah mungkin kami dari tim kesehatan menyarankan untuk dapat
melahirkan secara SC saja mbak, karena dapat meminimalisir penularan HIV nantinya mbak

B : hoo begitu ya sus, iya sus, saya tidak ingin jika anak saya tertular juga nantinya sus. Jadi
apakah saya bagusnya melahirkan secara SC aja ya sus?

A : iya mbak, dengan begitu kita bisa meminimalisir nantinya mbak

C : nah kakak setuju dengan yang dibilang suster, lebih baik kamu melahirkan SC saja supaya
meminimalisir penularan juga kan dek

B : iya kak

........................................................

C : lalu sus, saya ingin bertanya, jika nanti setelah melahirkan, bagaimana dengan pemberian
ASI sus? Apakah tidak apa apa? Apakah berpengaruh nantinya kepada kesehatan adik saya
dan keponakan saya sus?

A : Untuk pemberian ASI, diperbolehkan kok mbak, tapi jika ingin ASI, cukup hanya dengan
ASI ekslusif saja dulu dan jangan di tambah dengan susu formula. Dan juga pemberian ASI
ini bisa diberikan sampai dengan 6 bulan. Selanjutnya, ibu positif HIV sebaiknya menyusui
selama setidaknya 12 bulan dan dapat dilanjutkan hingga 24 bulan atau lebih sembari
mengonsumsi ARV. Menyusui dapat dihentikan apabila pola makan yang aman dan bergizi
selain ASI dapat diberikan kepada bayi.

B : hoo begitu ya sus, berarti saya juga harus tetap rutin mengonsumsi ARV untuk
mengontrol sistem imun dan perkembangan virus juga sus?

A : iya betul mbak

B : baik sus

A : nah sampai disini apakah mbak shabil paham? Ada yang ingin ditanyakan terlebih
dahulu?

B : saya sudah paham sus, dan tidak ada pertanyaan

A : nah juga saya ingin menyarankan kepada mbak wirdha nih mbak, sebagai keluarga dari
mbak shabil, mungkin bisa lebih memberikan support kepada mbak shabil. Karena mbak
shabil pasti sangat memerlukan dukungan dari keluarganya. ...
Yang perlu kita tekankan disini, HIV itu tidak akan menular jika hanya mengobrol biasa,
bersentuhan kulit, ataupun makan bersama. Nanti kalau ada yang bertanya, mba wirdha
bisa menjawab seperti ini ya.

Jadi mba shabil boleh dah harus tetap ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial yang ada di
tempat mba shabil.

C : baik sus, saya akan dampingi adik saya dengan baik sus.

A. Nah bagus mba. Nanti kalau anaknya sudah lahir dan sudah berumur 4 minggu, kita bisa
melakukan test HIV untuk menentukan anak mba shabil positif HIV atau tidak. Kalau negatif
Alhamdulillah, kita tentu akan sangat bersyukur.

Tapi, jikapun positif kita bisa segera melakukan tindak lanjut dan mengambil tindakan agar
HIV nya bisa dikontrol dengan baik.

Begitu ya mba.

sampai disini apakah ada yang ingin ditanyakan dulu mbak?

B : tidak sus, saya sudah paham sus

A : bisa mbak shabil ulangi kembali bagaimana nantinya persalinan dan proses menyusui
ketika mbak hani sudah melahirkan?

B : iya sus, dari yang saya pahami tadi, bahwa akan lebih baik memilih persalinan seacar SC
agar meminimalisir penularan HIV kepada anak saya dan juga dengan ASI ekslusif 6 bulan
dan selanjutnya di dampingi dengan konsumsi ARV

A : nah baiklah, sudah betul ya mbak ya, dari mbak wirdha apakah ada yang ingin
ditanyakan?

C : tidak sus

A : nah oke mbak. Saya rasa cukup sampai disini sesi konseling kita pada hari ini,
terimakasih atas kerjasama nya, dan insyaallah nanti kita akan bertemu kembali setelah mbak
hani melahirkan. Sehat sehat ya mbak, dijaga asupan nutrisi, di kontrol stressnya, dan
dekatkan diri dengan yang maha kuasa agar lebih tenang dan nyaman. Terimakasih atas
waktunya, saya pamit undur diri dulu, wassalam

B & C : Wa’alaikumussalam wr wb. Terimakasih sus

Anda mungkin juga menyukai