DISUSUN OLEH :
BELLA AYU NURLITA SARI (1915401001)
PRODI D3 KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2019/2020
PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrument
Pengertian instrumen dari beberapa ahli yaitu
1. Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang
melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi Arikunto,
2009: 25).
2. Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk merekam informasi yang
dikumpulkan (Farida Yusuf Tayibnapis; 2000:102).
Jadi instrumen dalam praktik kebidanan adalah seperangkat alat yang digunakan dalam
melaksanakan praktik/tindakan kebidanan.
B. Klasifikasi Instrument
Klasifikasi Instrument dalam praktek kebidanan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Instrumen Steril
Instrumen steril adalah Instrumen yang bebas dari mikroorganisme pathogen dan
sporanya.
Macam-macam instrumen steril dalam praktek kebidanan adalah :
1. Klem Pean berfungsi untuk menjepit tali pusar,
2. Klem Kocher Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan. Ada dua jenis bengkok
dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya seperti pinset sirugis.
3. Korentang berfungsi untuk mengambil alat alat steril.(steril adalah bebas dari fatogen
dan afatogen beserta sporanya)
4. Gunting tali pusar untuk mengunting tali pusar bayi.
5. Gunting benang berfungsi untuk menggunting benang pada jahitan, tidak untuk
jaringan. Gunting ini juga digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah
kering dengan tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian
ujung gunting.
6. Gunting episiotomi berfungsi untuk menggunting bagian perineum terutama jika
perineum ibu yg melahirkan kaku,
7. Kateter karet/metal berfungsi untuk membantu mengeluarkan urin,
8. Pincet anatomi berfungsi untuk menggenggam objek atau jaringan kecil dengan cepat
dan mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam.
Pinset Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi
jaringan dan membentuk pola jahitan tanpa melibatkan jari. (wikipedia)
9. Pincet chirurgi memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni untuk
membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)
10. Spekulum vagina berfungsi untuk melebarkan pembukaan vagina.
11. Mangkok metal kecil berfungsi untuk tempat meletakkan peralatan
12. Pengikat tali pusat
13. Pengisap lendir berfungsi untuk menghisap lendir (ingus bayi)
14. Tampon tang dan tampon vagina berfungsi sebagai pengganti pembalut pada saat
menstruasi
15. Pemegang jarum berfungsi untuk menjepit jarum jahit (hechtnaald) serta menjahit luka
terbuka seperti luka kecelakaan atau pembedahan.
16. Jarum kulit dan otot berfungsi untuk untuk menjahit luka
17. Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan sekeliling
18. Benang Sutera + catgut adalah Benang bedah yang dapat diabsorbsi
berfungsi untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai
teugel (kendali)
19. Doek steril
D. Pengelolaan instrument
1. Perawatan dan penyimpanan Instrumen dalam Praktek Kebidanan
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur klinis yang baik.
Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan
memakai :
- Nampan terbuka yang ditutup dengna kantung sterilisasi yang tembus pandang.
- Nampan yang berlubang dengan penutup yang dibungkus dengan kertas
sterilisasi.
- Bungkus secara individual dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli.
Penyimpanan dari alat-alat yang steril
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik
sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik
akan
menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat
dimana instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang
tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti pada lemari atau laci yang
dapat dengan mudah didesinfeksi. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera
sebelum
digunakan, apabila dalam waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.
A. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2).Sistem pernapasan berperan
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi sistem terdiri atas saluran pernapasan bagian atas,
dan saluran pernapasan bagian bawah.
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas
B. Proses Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air.
Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap akrivitas sel. (wahit iqbal Mubarak, 2007)
Udara masuk secara berurutan, yaitu :
Rongga hidung - faring – laring –trakea – bronkus – bronkiolus- alveolus.
Proses pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli
ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan
antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,
demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau
kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
Adanya kondisi jalan napas yang baik.
Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis.
2) Difusi
Merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke
alveoli. Proses difusi gas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Luasnya permukaan paru-paru
Tebal membran respirasi/permeabilitas (epitel alveoli dan interstisial).
Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
Afinitas gas
3) Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%),
dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
Kardiak output
Kondisi pembuluh darah
Latihan (exercise )
Hematokrit
Eritrosit dan kadar Hb
4. Pertukaran gas
Merupakan proses pengambilan gas oksigen dari lingkungan dan pengeluaran karbon
dioksida dari dalam tubuh makhluk hidup. Bernafas merupakan salah satu ciri utama
makhluk hidup. Proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida berlangsung secara
difusi. Oksigen akan menuju semua sel dalam semua jaringan melalui alat-alat pernafasan.
3. Vibrating (menggetarkan)
Suatu tindakan yang diberikan kepada penderita dengan jalan latihan bernapas, menggetarkan
daerah dinding dada
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
• Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
• Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta
pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan diatas
bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan- lahan.hal tersebut
dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum
• Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di pot
sputum
• Lakukan hingga lendir bersih
• Catat respon yang terjadi pada pasien
• Cuci tangan
Cairan Ekstraseluler adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun
dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam
CES. Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume
total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Dua komponen
terbesar dari cairan ekstraseluler adalah cairan interstitial, yang merupakan tiga perempat
cairan ekstraseluler, dan plasma, yang hamper seperempat cairan ekstraseluler, atau sekitar 3
liter.2
Fungsi dasar dari cairan ekstraseluler adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan
memindahkan hasil metabolismenya. Keseimbangan antara volume ekstrasel yang normal
terutama komponen sirkulasi (volume intravaskuler) adalah hal yang sangat penting. Oleh
sebab itu, secara kuantitatif sodium merupakan kation ekstraseluler terpenting dan merupakan
faktor utama dalam menentukan tekanan osmotik dan volume. Perubahan volume cairan
ekstraseluler berhubungan dengan perubahan jumlah total sodium dalam tubuh. Hal ini
tergantung dari sodium intake, ekskresi sodium renal, hilangnya sodium ekstrarenal.
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.
Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit
dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun
konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa
jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
a. Kation:
• Sodium (Na+):
- Kation berlebih di ruang ekstraseluler
- Sodium penyeimbang cairan di ruang ekstraseluler
- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
- Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrogen pada ion
sodium di tubulus ginjal: ion hidrogen diekresikan
- Sumber: snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
• Potasium (K+):
- Kation berlebih di ruang intraseluler
- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
- Mengatur kontraksi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves
- Sumber: pisang, alpokat, jeruk, tomat, dan kismis
• Calcium (Ca++):
- Membentuk garam bersama dengan fo sfat, carbonat, flouride di dalam tulang
dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat
- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin
- Sumber: susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
b. Anion:
• Chloride (Cl-):
- Kadar berlebih di ruang ekstrasel
- Membantu proses keseimbangan natrium
- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
- Sumber: garam dapur
• Bicarbonat (HCO3-):
- Bagian dari bicarbonat buffer sistem
- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana
garam untuk menurunkan pH.
• Fosfat (H2PO4- dan HPO42-):
- Bagian dari fosfat buffer system
- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
- Masuk dalam struktur genetik yaitu: DNA dan RNA.
OSMOSIS
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel
(permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi
hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga
tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Membran semipermeabel ialah
membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya
protein. Tekanan osmotik plasma darah ialah 285 + 5 mOsm/L. Larutan dengan tekanan
osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat). Larutan
dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkan lebih tinggi
disebut hipertonik.
DIFUSI
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh
darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut. Kecepatan difusi
suatu zat melewati sebuah membran tergantung pada:
(1) Permeabilitas zat terhadap membran
(2) Perbedaan konsentrasi antar dua sisi
(3) Perbedaan tekanan antara masing-masing sisi karena tekanan akan memberikan energi
kinetik yang lebih besar
(4) Potensial listrik yang menyeberangi membran akan memberi muatan pada zat tersebut.
CAIRAN KRISTALOID
Cairan kristaloid merupakan cairan untuk resusitasi awal pada pasien dengan syok
hemoragik dan septic syok seperti pasien luka bakar, pasien dengan trauma kepala untuk
menjaga tekanan perfusi otak, dan pasien dengan plasmaphersis dan reseksi hepar. Jika 3-4 L
cairan kristaloid telah diberikan, dan respon hemodinamik tidak adekuat, cairan koloid dapat
diberikan.
Ada beberapa macam cairan kristaloid yang tersedia. Pemilihan cairan tergantung dari
derajat dan macam kehilangan cairan. Untuk kehilangan cairan hanya air, penggantiannya
dengan cairan hipotonik dan disebut juga maintenance type solution. Jika hehilangan
cairannya air dan elektrolit, penggantiannya dengan cairan isotonic dan disebut
juga replacement type solution. Dalam cairan, glukosa berfungsi menjaga tonisitas dari cairan
atau menghindari ketosis dan hipoglikemia dengan cepat. Anak- anak cenderung akan
menjadi hypoglycemia(< 50 mg/dL) 4-8 jam puasa. Wanita mungkin lebih cepat
hypoglycemia jika puasa (> 24 h) disbanding pria.
Kebanyakan jenis kehilangan cairan intraoperative adalah isotonik, maka yang biasa
digunakan adalah replacement type solution, tersering adalah Ringer Laktat. Walaupun
sedikit hypotonic, kira-kira 100 mL air per 1 liter mengandung Na serum 130 mEq/L, Ringer
Laktat mempunyai komposisi yang mirip dengan cairan extraselular dan paling sering
dipakai sebagai larutan fisiologis. Laktat yang ada didalam larutan ini dikonversi oleh hati
sebagai bikarbonat. Jika larutan salin diberikan dalam jumlah besar, dapat menyebabkan
dilutional acidosis hyperchloremic oleh karena Na dan Cl yang tinggi (154 mEq/L):
konsentrasi bikarbonat plasma menurun dan konsentrasi Clorida meningkat.
Larutan saline baik untuk alkalosis metabolic hipokloremik dan mengencerkan Packed Red
Cell untuk transfusi. Larutan D5W digunakan untuk megganti deficit air dan sebagai cairan
pemeliharaan pada pasien dengan restriksi Natrium. Cairan hipertonis 3% digunakan pada
terapi hiponatremia simptomatik yang berat. Cairan 3 – 7,5% disarankan dipakai untuk
resusitasi pada pasien dengan syok hipovolemik. Cairan ini diberikan lambat karena dapat
menyebabkan hemolisis.
CAIRAN KOLOID
Aktifitas osmotic dari molekul dengan berat jenis besar dari cairan koloid untuk menjaga
cairan ini ada di intravascular. Walaupun waktu paruh dari cairan kristaloid dalam
intravascular 20-30 menit, kebanyakan cairan koloid mempunyai waktu paruh dalam
intravascular 3-6 jam. Biasanya indikasi pemakaian cairan koloid adalah :
1. Resusitasi cairan pada pasien dengan deficit cairan intravascular yang
berat ( misal : syok hemoragik ) sampai ada transfusi darah.
2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat atau keadaan dimana
Kehilangan protein dalam jumlah besar seperti luka bakar. Pada pasien luka bakar, koloid
diberikan jika luka bakar >30% dari luas permukaan tubuh atau jika > 3-4 L larutan
kristaloid telah diberikan lebih dari 18-24 jam setelah trauma.
Beberapa klinisi menggunakan cairan koloid yang dikombinasi dengan kristaloid bila
dibutuhkan cairan pengganti lebih dari 3-4 L untuk transfuse. Harus dicatat bahwa cairan ini
adalah normal saline ( Cl 145 – 154 mEq/L ) dan dapat juga menyebabkan asidosis metabolic
hiperkloremik.
Banyak cairan koloid kini telah tersedia. Semuanya berasal dari protein plasma atau polimer
glukosa sintetik.
Koloid yang berasal dari darah termasuk albumin (5% dan 25 % ) dan fraksi plasma
protein (5%). Keduanya dipanaskan 60 derajat selama 10 jam untuk meminimalkan resiko
dari hepatitis dan penyakit virus lain. Fraksi plasma protein berisi alpha dan beta globulin
yang ditambahkan pada albumin dan menghasilkan reaksi hipotensi. Ini adalah reaksi alergi
yang alami da melibatkan aktivasi dari kalikrein.
Koloid sintetik termasuk Dextrose starches dan gelatin. Gelatin berhubungan dengan
histamine mediated-allergic reaction dan tidak tersedia di United States. Dextran terdiri dari
Dextran 70 (Macrodex) dan Dextran 40 (artinya berat molekul dextran 40 adalah sekitar
40000 dalton dan berat molekul dextran 70 sekitar 70000 dalton)3, yang dapat meningkatkan
aliran darah mikrosirkulasi dengan menurunkan viskositas darah. Pada Dextran juga ada efek
antiplatelet. Pemberian melebihi 20 ml/kg/hari dapat menyebabkan masa perdarahan
memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat juga bersifat antigenic dan
anafilaktoid ringan dan berat dan ada reaksi anafilaksis.3 Dextan 1 (Promit) sama dengan
Dextran 40 atau dextran 70 untuk mencegah reaksi anafilaxis berat.;bekerja seperti hapten
dan mengikat setiap antibody dextran di sirkulasi.
Hetastarch (hydroxyetil starch) tersedia dalam cairan 6 % dengan berat molekul berkisar
450.000. Molekul-molekul yang kecil akan dieliminasi oleh ginjal dan molekul besar
dihancurkan pertama kali oleh amylase. Hetastarch sangat efektif sebagai plasma expander
dan lebih murah disbanding albumin.. Lebihjauh, Hetastarch bersifat nonantigenik dan reaksi
anafilaxisnya jarang. Studi masa koagulasi dan masa perdarahan umumnya tidak signifikan
dengan infus 0.5 – 1 L. Pasien transplantasi ginjal yang mendapat hetastarch masih
controversial. Kontroversi ini dihubungkan juga dengan penggunaan hetastarch pada pasien
yang menjalani bypass kardiopulmoner. Pentastarch, cairan starch dengan berat molekul
rendah, sedikit efek tambahannya dan dapat menggantikan hetastarch.
Kebutuhan Cairan
· Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
· Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C
· Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
· Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)
Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak
Berat badan Kebutuhan air (perhari)
s/d 10 kg 100 ml/kgBB
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 10 kg)
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 20 kg)
Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan
tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya
tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode
waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-
otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi.Aktifitas yang lebih berat
akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar
metabolisme tubuh.
Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau
adanya lebih sering berkemih.
Kondisi Patologis
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter) Obat diuretiik dapat
meningkatkan output urine Analgetik dapat terjadi retensi urine.
Urine
Warna :
v Normal urine berwarna kekuning-kuningan
v Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap
v Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
b. Bau :
v Normal urine berbau aromatik yang memusingkan
v Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan
tertentu.
c. Berat jenis :
v Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang
sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar.
v Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml
v Normal berat jenis : 1010 – 1025
d. Kejernihan :
v Normal urine terang dan transparan
v Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
e. pH
v Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
v Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali
karena aktifitas bakteri
v Vegetarian urinennya sedikit alkali.
f. Protein :
vNormal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak
tersaring melalui ginjal urine
v Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring urine
v Adanya protein didalam urine proteinuria, adanya albumin dalam urine albuminuria.
g. Darah :
v Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.
v Adanya darah dalam urine hematuria.
h. Glukosa :
v Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara,
misalnya pada seseorang yang makan gula banyakmenetap pada pasien DM
v Adanya gula dalam urine glukosa
i. Keton :
v Hasil oksidasi lemak yang berlebihan.
2.4 Membantu Pasien BAK
a) Alat dan bahan
1. Urinal
2. Pengalas
3. Tisu
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Pasang alas urinal di bawah glutea
4. Lepas pakaian bawah pasien
5. Letakkan urinal di bawah bokong (untuk wanita) atau diantara kedua paha dengan
ujung penis masuk ke lubang urinal (untuk pria)
6. Anjurkan pasien untuk berkemih
7. Setelah selesai, bersihkan dengan tisu kamar mandi
8. Rapikan alat
9. Cuci tangan, catat prosedur, warna dan jumlah urine
b) Alat dan bahan
1. Handscoon steril
2. Kateter steril sesuai dengan ukuran dan jenis
3. Duk steril
4. Minyak pelumas/gel
5. Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
6. Spuit yang berisi cairan atau udara
7. Perlak
8. Pinset anatomi
9. Bengkok
10. Urine bag
11. Sampiran
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Pasang sampiran
4. Pasang perlak
5. Gunakan sarung tangan steril
6. Pasang duk steril
7. Tangan kiri memegang penis lalu prepusium di tarik sedikit ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kapas sublimat
8. Kateter di beri minyak pelumas atau gel pada ujungnya (kurang lebih 12.5-17.5 cm)
lalu masukkan perlahan (kurang lebih 17.5-20 cm) dan sambil anjurkan pasien menarik napas
dalam
9. Jika tertahan jangan di paksa
10. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk kateter
menetap, dan bila intermiten tarik kembali sambil pasien di minta menarik nafas dalam
11. Sambung kateter dengan kantung penampung dan fiksasi ke arah atas paha atau abdomen
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan
14. Catat prosedur dan respon pasien
1. PENGERTIAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata
istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri,
atau suatu keadaan melepaskan diri dari segalah hal yang membosankan, menyulitkan,
bahkan menjengkelkan. ( Hidayat & Uliyah, 2015)
Tidur merupakan kondisi tidak sadar yakni individu dapat dibangunkan oleh stimulus
atau sensori yang sesuai, atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang, dengan cirri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran
yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan luar. ( hidayat & uliya, 2015)
Rejeki, Sri Yuniarsih, Aeda Ernawati (2007) Dalam Jurnal Persepsi perawat dan
pasien tentang kebutuhan Istirahat dan Tidur.
Tidur merupakan kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan, minum, aktivitas dan
lainnya, apabila tidur terganggu dapat menimbulkan pengaruh terhadap kualitas hidup
seseorang. Pasien yang sedang dirawat inap membutuhkan istirahat tidur yang cukup
sehingga dapat membantu proses penyembuhan penyakitnya.
A. Karakteristik istirahat
Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat,. Misalnya, Narrow (1967) yang dikutip
oleh Perry dan Potter (1993) mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan
istirahat, di antaranya sebagai berikut.
1. Merasakan bahwa segalah sesuatu dapat terjadi.
2. Merasa diterima.
3. Mengetahui apa yang sedang terjadi.
4. Bebas dari ganguan ketidaknyamanan.
5. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan.
6. Mengetauhi adanya bantuan sewaktu memerlukan.
Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas dapat
terpenuhi. Hal ini dapat di jumpai apabila pasien merasakan segalah kebutuhannya dapat
diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan
sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria
tersebut diatas, maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan
tindakan keperawatan yang dapat meningkatan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur,
misalnya mendengarkan secara hati-hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba
meringankan jika memungkinkan. ( Hidayat & Uliya, 2015)
B. Fisiologi tidur
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivitasi
retikularis yang merupakan sistem yng mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf
pusat termaksuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. (Hidayat & Uliyah, 2015).
C. Fungsi Tidur
Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ – organ tubuh. Kegiatan
memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM) dan Nonrapid Eye
Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan mempengaruhi proses anabolik dan
sintesis makromolekul ribonukleic acid (RNA). Rapid Eye Movement akan mempengaruhi
pembentukan hubungan baru pada korteks dan sistem neuroendokrin yang menuju otak.
Selain fungsi di atas tidur, dapat juga digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan pada
tubuh yaitu terdapatnya gangguan tidur yang menjadi peringatan dini keadaan patologis yang
terjadi di tubuh. (Tarwoto & Wartonah, 2006 )
D. Pola Tidur
Pola tidur mencakup kualitas dan kuantitas tidur seseorang dimana kualitas tidur
adalah jumlah tahapan NREM dan REM yang dialami seseorang dalam siklus tidurnya, dan
kuantitas tidur adalah jumlah lamanya waktu tidur yang dihabiskan seseorang dalam
sehari (Tarwoto & Wartonah, 2006).
E. Jenis-jenis tidur
Setiap malam seseorang mngalami dua jenis tidur yang berbeda dan
saling bergantian yaitu: tidur (Rapid-Eye Movement) dan non REM (Non Rapid-Eye
Movement). (Rafknowledge, 2004: 2-3).
a. Tidur REM
Tidur REM (rapid eye movement) terjadi disaat kita bermimpi hal
tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan fisik. Ciri-cirinya antara lain; detak
jantung, tekanan darah, dan cara bernapas sama dengan yang dialami saat kita terbangun.
Masa tidur REM kira-kira dua puluh menit dan terjadi selama empat sampai lima kali dalam
sehari.
b. Tidur Non-Rem
Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan terdalam
berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan. Beranjak lebih malam,
status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa menyegarkan/ meguatkan.
Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya dengan menggunakan hormon yang
dinamakan somastostatin. Ilmuwan mendefinisikan bahwa tidur yang terbaik adalah tidur
yang mengalami perpaduan tepat antara mengalami REM dan non-REM.
F. Tahapan tidur
2. Tahap II
Tahap II dicirikan oleh “ kumparan “ tidur (sleep spindles), yang berupa lonjakan-
lonjakan ritmik aktivitas EEG yang bekisar pada 12-15 Hz.
3. Tahap III
Tahap III terdapat sejumlah gelombang delta berfungsi sangat rendah (1-4Hz) , dan
pola “ kumparan “ juga berlangsung Tahap IV rekaman-rekaman EEG menunjukan hasil
serupa dengan tahap III, namun memiliki lebih banyak gelombang delta .tahap ke IV adalah
tahap tidur yang paling dalam, saat orangpaling sulit di bangunkan.
1. Tidur NREM.
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang otak
yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang
ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi
tubuh. Di samping itu,semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital,
metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap
(I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut
sebagai tidur dalam(deep sleep atau delta sleep).
2. Tidur REM.
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit. Tidur
REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama
tidur REM,otak cenderung aktif dan metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada
tahap individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba,
tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan
pernapasansering kali tidak teratur. ( Mubarak & chayatin, 2007)
G. Pengaturan Tidur
Tidur merupakan suatu urutan keadaan fisiologis yang di pertahankan oleh integrasi
tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf
pariental, endokrin, kardiovaskular, pernapasan dan muscular (Robinson, 1993), tiap
rangkaian diidentifikasi dengan respons fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan
seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral,
elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang
mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur .
Kontrol dan pengaturann tiur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme
serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk
mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain
menyebabkan tertidur. Potter & Perry (2012).
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30%
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari
b. Tahap REM 25%
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
7. Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
8. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari
b. Tahap REM 20%
9. Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
I. Siklus tidur
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui emapt
hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang
berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian
diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III
dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama
10 menit.
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum
tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara
teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang
memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry,
2005).
J. Kebutuhan istirahat tidur
0 bulan –1 bulan Masa neonatus 14-18 jam/hari
1 bulan – 18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3 tahun – 6 tahun Masa pra sekolah 11 jam/hari
6 tahun – 12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12 tahun – 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 tahun – 40 tahun Masa dewasa muda 7 jam/hari
40 tahun – 60 tahun Masa paruh baya 7 jam/ hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/ hari
· Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang
dapatmenyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu
tidur yang lebih banyak daripada biasanya. Di samping itu, siklus bangun-tidur selama
sakit juga dapat mengalami gangguan. (Mubarak & chayatin, 2015)
· Lingkungan.
faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak
adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya
tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat
mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak
lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
· Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang . Semakin lelah
seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya
siklus REM akan kembali memanjang.
· G a y a h i d u p .
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengaturaktivitasnya agar bisa tidur
pada waktu yang tepat.
· Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas dapat
meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini
menyebabkan berkurangnya siklustidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya
terjaga saat tidur.
· Diet.
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur
dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan
peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
· Merokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudahterbangun di malam hari.
· Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat
mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker
Dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin
hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya
terjaga di malam hari.
· Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untukterjaga sering kali
dapat mendatangkan kantuk.
2. Parasomnia
Menurut Ruslan Mukctar (2009) dalam jurnal kebutuh istirahat dan tidur.
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.
Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror ),
gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur
REM(mis; mimpi buruk), dan lainnya (mis; bruksisme).
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama
pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan
system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (mis;
hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai
mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secaratiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau
sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system
saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatife
pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase,
hidroklorida, atau dengan anti depresan seperti imip ramin hidroklorida.
Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur, pemeriksaan
fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
a. Riwayat tidur
Penkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien
memasukifaislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien
dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi:
• Pola tidur yang biasa.
• Ritual sebelum tidur.
• P e n g g u n a a n obat tidur atau obat-obatan lainnya.
• Lingkungan tidur.
• Perubahan terkini pada pola tidur. ( Mubarak & chayatin, 2007)
b. Gejalah klinis
Gejalah klinis di tandai dengan perasaan lelah, gelisa, emosi, apatis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih,
perhatian tidak fokus, serta sakit kepala. (Hidayat & Uliyah, 2015)
c. Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya
kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung, dan disorientasi
tempat dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak
teratur.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketika mengembangkan suatu pernyataan diagnosa keperawatan, perawat harus
memastikan bahwa batasan karakteristik tertentu yang tepat dalam data dasar pengkajian.
Diagnosa keperawatan adalah informasi yang diperoleh selama pengkajian proses
keperawatan. Keakuratan diagnosis tergantung pada penilaian yang mendalam (Fortinash,
Holaday, Worret, 2000).
Fortinash dan Holoday-Worret (2000), mengatakan bahwa diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien skizofrenia adalah:
Berdasarkan Potter & Perry (2005), diagnosa keperawatan yang muncul pada pengkajian
kebutuhan dasar istirahat tidur adalah:
1. Gangguan pola tidur
2. Deprivasi tidur
3. Insomnia
A. Kesimpulan
A.Instrumen dalam praktik kebidanan adalah seperangkat alat yang digunakan dalam
melaksanakan praktik/tindakan kebidanan.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan instrumen dapat berfungsi :
• Sebagai alat untuk memudahkan pekerjaan
• Sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu tindakan/pekerjaan
• Sebagai alat proteksi (pelindung)
Perawatan dan penyimpanan Instrumen dalam Praktek Kebidanan
- Metode asepsis
Selama praktek bidan banyak benda, instrumen, dan peralatan di kamar praktek yang
terkontaminasi baik secara langsung melalui tangan atau melalui splatter dan
aerosol.
Usahakan agar barang-barang yang dibutuhkan di ruang praktek seminimal mungkin dan
tentukan mana yang dapat ditutupi, disterilkan atau didisinfeksi.
Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :
- Pembersihan sebelum sterilisasi.
- Pembungkusan.
- Proses sterilisasi.
- Penyimpanan yang aseptik.
Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen lebih aman,
efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan.
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur klinis yang baik.
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik
sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik
akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi
B. Saran
B.Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem pernapasan berperan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas yaitu, hidung,
faring, laring, epiglottis. Dan saluran pernapasan bagian bawah yaitu, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru yang merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Proses
pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu, ventilasi, difusi dan
transpor. Dimana tahapan-tahapan itu mempunyai prosedur-prosedur tersendiri dalam
mempraktekkanya. Selain itu, ada juga cara untuk dapat mengatasi masalah kebutuhan
oksigenasi yaitu dengan latihan napas, latihan batuk efektif, pemberian oksigen, dan
fisioterapi dada.
C.KEBUTUHAN NUTRISI Semua sel tubuh membutuhkan makanan yang cukup, makanan
merupakan kebutuhan pokok untuk hidup, dan beberapa zat makanan penting sekali untuk
kesehatan. Bila makanan tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan sel tubuh kelancaran
kerja fisiologis akan terganggu.
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang
terdiri atas saluran pencernaan dan organasesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut
sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu,
dan pancreas.
Lebih dari 40 jenis zat gizi di dalam makanan, dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan
fungsi yang unik dan spesifik yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitaman, mineral, air.
D. CAIRAN DAN ELEKTROLIT Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Dengan kemampuannya yang sangat
besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel
yang relatif konstan tapi dinamis. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
E.ELIMINASI BAK adalah ; Suatu keadaan dimana terganggunya proses mekanisme tubuh
untuk memenuhi kebutuhan eliminasi BAK atau pengosongan kandung kencing secara
normal.
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang
kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan Secara
normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat) didorong ke faring oleh lidah
dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus kedalam lambung.
F. ISTIRAHAT DAN TIDUR merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara
optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.
Sedangkan tidut adalah Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak,
ratarata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur.
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur
dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivitasi retikularis yang
merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termaksuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur.
Ada dua jenis tidur yaitu tidur REM dan tidur NREM. Tidur REM (rapideye movement)
terjadi disaat kita bermimpi hal tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan fisik.
Sedangkan, Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan terdalam
berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan. Beranjak lebih malam,
status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa menyegarkan/ meguatkan.
Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya dengan menggunakan hormon yang
dinamakan somastostatin.
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
https://dokumen.tips/documents/instrumen-kebidanan.html
http://nurfaradilaa.blogspot.com/2013/04/pemenuhan-kebutuhan-nutrisi.html
- Ambarwati, eny retna dan tri sunarsih. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta.
Nuha medika tahun 2009
- Eko, Nurul. Dan andriani sulistiani. KDPK (keterampilan dasar praktik klinik) Kebidanan.
Yogyakarta.pustaka rihama tahun 2010
- Syaifuddin. Anatomi Fisiologi.buku kedokteran EGC. Jakarta tahun 2006
- Uliyah, musrifatul dan aziz alimul hidayat. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
kebidanan. Jakarta. Salemba medika tahun 2008
- Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Salemba Mardika tahun 2006
http://nendapurnama.blogspot.co.id/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html
http://nurseviliansyah.blogspot.co.id/2015/01/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html
http://www.kompasiana.com/amaliahtuti/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-cairan-dan-
elektrolit_54f94f0ca3331135028b4e81
Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A.
Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakarta : EGC :
2004
Perry, Potter 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1, Jakarta : EGC
http://www.proses_pencernaan_makanan.htmhttp://www>siklus_alami_tubuh_dalam_proses
+pencernaan_makanaan.html
Asmadi. (2008). Jurnal Konsep Dasar Istirahat Dan Tidur. Jakarta, Hal.1-9
Elis Deti Dariah1 Okatiranti. (2015) Hubungan kecemasan dengan kualitas
tidur lansia di posbindu anyelir kecamatan cisarua kabupaten bandung barat. Jurnal
universitas BSI.bandung,hal.92-93
Hidayat, A.Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. (2015) pengantar kebutuhan
dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika
Riyadi, S., & Widuri, H. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat
Diagnosa NANDA. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ruslan muctar (2009 )jurnal kebutuhan istirahat dan tidur.jakarta, hal. 1-9
Sri Rejeki, Sri Yuniarsih, Aeda Ernawati (2007) Jurnal Persepsi perawat dan
pasien tentang kebutuhan Istirahat dan Tidur.