Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KETERAMPILAN DASAR KLINIK

“INSTRUMEN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN, PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGEN, PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI, PEMENUHAN CAIRAN DAN
KEBUTUHAN ELEKTROLIT, PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI (BAB
DAN BAK), PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR”

DISUSUN OLEH :
BELLA AYU NURLITA SARI (1915401001)

PRODI D3 KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2019/2020
PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrument
Pengertian instrumen dari beberapa ahli yaitu
1. Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang
melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi Arikunto,
2009: 25).
2. Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk merekam informasi yang
dikumpulkan (Farida Yusuf Tayibnapis; 2000:102).
Jadi instrumen dalam praktik kebidanan adalah seperangkat alat yang digunakan dalam
melaksanakan praktik/tindakan kebidanan.
B. Klasifikasi Instrument
Klasifikasi Instrument dalam praktek kebidanan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Instrumen Steril
Instrumen steril adalah Instrumen yang bebas dari mikroorganisme pathogen dan
sporanya.
Macam-macam instrumen steril dalam praktek kebidanan adalah :
1. Klem Pean berfungsi untuk menjepit tali pusar,
2. Klem Kocher Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan. Ada dua jenis bengkok
dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya seperti pinset sirugis.
3. Korentang berfungsi untuk mengambil alat alat steril.(steril adalah bebas dari fatogen
dan afatogen beserta sporanya)
4. Gunting tali pusar untuk mengunting tali pusar bayi.
5. Gunting benang berfungsi untuk menggunting benang pada jahitan, tidak untuk
jaringan. Gunting ini juga digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah
kering dengan tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian
ujung gunting.
6. Gunting episiotomi berfungsi untuk menggunting bagian perineum terutama jika
perineum ibu yg melahirkan kaku,
7. Kateter karet/metal berfungsi untuk membantu mengeluarkan urin,
8. Pincet anatomi berfungsi untuk menggenggam objek atau jaringan kecil dengan cepat
dan mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam.
Pinset Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi
jaringan dan membentuk pola jahitan tanpa melibatkan jari. (wikipedia)
9. Pincet chirurgi memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni untuk
membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)
10. Spekulum vagina berfungsi untuk melebarkan pembukaan vagina.
11. Mangkok metal kecil berfungsi untuk tempat meletakkan peralatan
12. Pengikat tali pusat
13. Pengisap lendir berfungsi untuk menghisap lendir (ingus bayi)
14. Tampon tang dan tampon vagina berfungsi sebagai pengganti pembalut pada saat
menstruasi
15. Pemegang jarum berfungsi untuk menjepit jarum jahit (hechtnaald) serta menjahit luka
terbuka seperti luka kecelakaan atau pembedahan.
16. Jarum kulit dan otot berfungsi untuk untuk menjahit luka
17. Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan sekeliling
18. Benang Sutera + catgut adalah Benang bedah yang dapat diabsorbsi
berfungsi untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai
teugel (kendali)
19. Doek steril

C. Instrumen Tidak Steril


1. Tensimeter berfungsi untuk mengukur tekanan darah
2. Stetoskop bioculer
3. Stetoskop monoculer
4. Timbangan dewasa
5. Timbangan bayi
6. Pengukur panjang bayi
7. Termometer
8. Oksigen dan regulator
9. Ambu bag dengan masker resusitasi (ibu+bayi)
10. Penghisap lendir
11. Lampu/sorot
12. Penghitung nadi
13. Strilisator
14. Bak instrumen dengan tutup
15. Reflek hamer
16. Alat pemeriksa HB (Sahli)
17. Set pemeriksaan urine (protein + reduksi)
18. Pita pengukur
19. Plastik penutup instrumen steril
20. Sarung tangan karet untuk mencuci alat
21. Apron/celemek
22. Masker
23. Pengaman mata
24. Sarung kaki plastik
25. Infus set
26. Standar infus
27. Semprit disposible
28. Tempat kotoran/sampah
29. Tempat kain kotor
30. Tempat placenta
31. Pot
32. Piala Ginjal/bengkok
33. Sikat, sabun ditempatnya
34. Kertas lakmus
35. Vacum ekstraktor set
36. Semprit glyserin
37. Gunting ferband
38. Kan pengukur darah
39. Spatel lidah
40. IUD Kit.
41. Implant Kit.
42. Gergaji obat
3. Bahan Siap Pakai
1. Kapas
2. Kain kasa
3. Plester
4. Handuk
5. Pembalut wanita

18. Pita pengukur


19. Plastik penutup instrumen steril
20. Sarung tangan karet untuk mencuci alat
21. Apron/celemek
22. Masker
23. Pengaman mata
24. Sarung kaki plastik
25. Infus set
26. Standar infus
27. Semprit disposible
28. Tempat kotoran/sampah
29. Tempat kain kotor
30. Tempat placenta
31. Pot
32. Piala Ginjal/bengkok
33. Sikat, sabun ditempatnya
34. Kertas lakmus
35. Vacum ekstraktor set
36. Semprit glyserin
37. Gunting ferband
38. Kan pengukur darah
39. Spatel lidah
40. IUD Kit.
41. Implant Kit.
42. Gergaji obat
3. Bahan Siap Pakai
1. Kapas
2. Kain kasa
3. Plester
4. Handuk
5. Pembalut wanita
18. Pita pengukur
19. Plastik penutup instrumen steril
20. Sarung tangan karet untuk mencuci alat
21. Apron/celemek
22. Masker
23. Pengaman mata
24. Sarung kaki plastik
25. Infus set
26. Standar infus
27. Semprit disposible
28. Tempat kotoran/sampah
29. Tempat kain kotor
30. Tempat placenta
31. Pot
32. Piala Ginjal/bengkok
33. Sikat, sabun ditempatnya
34. Kertas lakmus
35. Vacum ekstraktor set
36. Semprit glyserin
37. Gunting ferband
38. Kan pengukur darah
39. Spatel lidah
40. IUD Kit.
41. Implant Kit.
42. Gergaji obat
3. Bahan Siap Pakai
1. Kapas
2. Kain kasa
3. Plester
4. Handuk
5. Pembalut wanita
C. Fungsi Instrumen
Dalam memberikan pelayanan kebidanan instrumen dapat berfungsi :
• Sebagai alat untuk memudahkan pekerjaan
• Sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu tindakan/pekerjaan
• Sebagai alat proteksi (pelindung)

D. Pengelolaan instrument
1. Perawatan dan penyimpanan Instrumen dalam Praktek Kebidanan

• Sebagai alat proteksi (pelindung)


D. Pengelolaan instrument
1. Perawatan dan penyimpanan Instrumen dalam Praktek Kebidanan
- Metode asepsis
Selama praktek bidan banyak benda, instrumen, dan peralatan di kamar praktek yang
terkontaminasi baik secara langsung melalui tangan atau melalui splatter dan
aerosol.
Usahakan agar barang-barang yang dibutuhkan di ruang praktek seminimal mungkin dan
tentukan mana yang dapat ditutupi, disterilkan atau didisinfeksi. Tentukan mana yang harus
dibersihkan tiap hari dan mana yang cukup dibersihkan seminggu sekali, lantai dan juga
permukaan lain yang datar harus didisinfeksi.
- Penutupan
Dengan menutupi benda dapat mengurangi kebutuhan untuk desinfeksi. Penutupan yang
paling berguna dan sederhana adalah kertas, plastik atau aluminium foil dan diganti tiap
pasien.
Alat-alat yang dapat ditutupi :
 Baki instrumen, tutupi dengan bib yaitu kertas yang dilapisi plastik.
 Ujung alat rontgen ditutupi dengan plastik atau kertas yang diberi selotip.
 Sandaran kepala dibungkus dengan penutup dari plastik atau kantung khusus.
 Three way syringe dilapisi dengan plastik, dapat pula menggunakan ujung sekali pakai
(disposable) atau yang dapat disterilkan.
 Ujung dari blood suction dilapisi dengan kantung plastik yang ujungnya digunting
untuk memasukkan ujungnya.
 Ujung dari alat untuk menyinari tumpatan komposit, pegangan dan tombol trigger
ditutupi dengan pembungkus plastik dan diberi selotip.
Beberapa alat-alat yang tidak dapat ditutupi, harus disterilkan atau didesinfeksi. Daerah
operasional dapat dibersihkan dan didesinfeksi selama kurang lebih 10 menit.
- Sterilisasi dan desinfeksi
Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme sedang
desinfeksi adalah proses yang membunuh atau menghilangkan mikroorganisme kecuali spora.
Idealnya semua bentuk vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya
pengurangan
jumlah mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak membahayakan masih dapat
diterima.
Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :
- Pembersihan sebelum sterilisasi.
- Pembungkusan.
- Proses sterilisasi.
- Penyimpanan yang aseptik.
Pembersihan dapat dilakukan dengan :
- Pembersihan manual
- Pembersihan dengan ultrasonik
Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen lebih aman,
efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang tertutup
selama paling tidak 10 menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran
air
dan dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil
sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat.
Pembersihan dengan ultrasonik lebih baik sebab :
- Meningkatkan efisiensi pembersihan
- Mengurangi bahaya aerolization dari partikel yang infeksius
- Mengurangi insiden terluka akibat benda tajam
- Mengurangi waktu kerja
Pembungkusan

Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur klinis yang baik.
Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan
memakai :
- Nampan terbuka yang ditutup dengna kantung sterilisasi yang tembus pandang.
- Nampan yang berlubang dengan penutup yang dibungkus dengan kertas
sterilisasi.
- Bungkus secara individual dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli.
Penyimpanan dari alat-alat yang steril
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik
sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik
akan
menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat
dimana instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang
tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti pada lemari atau laci yang
dapat dengan mudah didesinfeksi. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera
sebelum
digunakan, apabila dalam waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.
A. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2).Sistem pernapasan berperan
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi sistem terdiri atas saluran pernapasan bagian atas,
dan saluran pernapasan bagian bawah.
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas

Gambar, saluran pernapasan bagian  atas


a. Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. Pada hidung terdapat
nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang mengandung kelenjar sebaseus dan
ditutupi rambut yang kasar. bagian ini bermuara ke rongga hidung, sebagai bagian hidung
lainnya, yang dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung pembuluh darah. Udara yang
masuk melalui hidung akan disaring oleh rarmbut yang ada di dalam vestibulum (bagian
rongga hidung) kemudian dihangatkan dan dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan
esofagus. yang terletak di belakang hidung (nasofaring) di belakang mulut (orofaring) dan
dibelakang laring (laringofaring).
c. Laring  (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang
rawan yang diikat bersama ligament dan membran yang terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garis tengah.
d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat proses
menelan.

2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trachea, bronchus, dan bronkhiolus, dan paru-
paru. Saluran ini berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
a. Trakea
Trakea (batang tenggorok) merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebra torakalis kelima. Trakea memiliki panjang ± 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran
tak lengkap yang berupa cincin. Trakea dilapisi oleh selaput lendir dan epithelium bersilia
yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus
Bronkus merupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga
lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan Bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang
berjalan dari lobus atas dan bawah.
c. Bronkhiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus, yaitu anak cabang dari batang
tenggorok yang terdapat dalam rongga tenggorokan kita dan akan memanjang sampai ke
paru-paru. Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama.
Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang
menuju paru-paru sebelah kiri hanya bercabang 2.
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis, pada ujung
bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil yang dinamakan
alveolus.fungsi dari bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen yang
kita hirup agar mencapai paru-paru.
d. Paru-paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak di dalam rongga torak
setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang
diselaputi oleh pleura yaitu pleura parfetalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan
pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri dari dua bagian (paru kanan dan paru kiri) dan
pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ  jantung beserta pembuluh darah yang
berbentuk kerucut, dengan bagian puncak di sebut apeks. Paru memiliki jaringan yang
bersifat elastik, berpori dan memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan
karbon dioksida.
Anatomi paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara
atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu  :
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin,
1997).

B. Proses Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air.
Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap akrivitas sel. (wahit iqbal Mubarak, 2007)
Udara masuk secara berurutan, yaitu :
Rongga hidung - faring – laring –trakea – bronkus – bronkiolus- alveolus.
Proses pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli
ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan
antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,
demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil.  Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau
kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
 Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
 Adanya kondisi jalan napas yang baik.
 Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis.
2) Difusi
Merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke
alveoli. Proses difusi gas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
 Luasnya permukaan paru-paru
 Tebal membran respirasi/permeabilitas (epitel alveoli dan interstisial).
 Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
 Afinitas gas

3) Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%),
dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
 Kardiak output
 Kondisi pembuluh darah
 Latihan (exercise )
 Hematokrit
 Eritrosit dan kadar Hb

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


1. Saraf Otonom
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi
kemampuan untuk dilartasi dan kontriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik
oleh simpatis maupun parasimpatisketika terdjadi rangsangan. Ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmitter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkodilatasi, Parasimpatis mengeluarkan esetilkolin yang berpengaruh pada
bronkokonstirksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergic dan reseptor
kolinergik.
2. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk devirat katekolamin dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat
yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropine, ekstrak
Belladona dan obat yang menghambat adrenergic tipe beta (khususnya beta-2) dapat
mempersempit saluran napas (bronkokontriksi) seperti obat yang tergolong beta bloker
nonselektif.
3. Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk
benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.
4. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena usia
organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.
5. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi,
ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
6. Faktor perilaku
Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status
nutrisi), seperti orang obesitas dapat mempengaruhi dalam proses pengembangan paru,
kemudian perilaku aktivitas, seperti perilaku merokok dapat menyebabkan proses
penyempitan pada pembuluh darah dan lain-lain.

D. Gangguan / Masalah Kebutuhan Oksigenasi


1. Hipoksia
Tidak kuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang didinspirasi atau
meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh
menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti
pada syok, berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia
adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.
2. Perubahan pola pernapasan
a. Takipnea
Takipnea adalah frekuensi pernapasan teratur namun cepat secara tidak merata (> 24/
menit)
b. Branipnea
Adalah frekuensi pernapasan teratur namun lambat secara tiak normal ( kurang dari 12
/menit)
c. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan
lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan
obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi
adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
d. Kussmaul
Adalah pernapasan cepat secara tidak normal dan frekuensi meningkat, misal dalam keadaan
asidosis metabolik
e. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau
untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps
Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
f. Dispnea
Merupakan perasaan sesak dan berat saat bernafas.
g. Ortopnea
Merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering  di
temukan pada seseorang yang mengalami kongestik paru.
h. Cheyne stokes
Merupakan frekuensi dan kedalaman pernapasan tidak teratur, di tandai dengan periode apnea
dan hiperventilasi yang berubah-ubah.
i. Pernapasan paradoksial
Merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan
normal.
j. Biot
Merupakan pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua atau tiga napas di ikuti periode
apnea yang tidak teratur.
k. Stridor
Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pertanyaan.
3. Obstruksi jalan napas
Merupakan gangguan yang  menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan.

4. Pertukaran gas
Merupakan proses pengambilan gas oksigen dari lingkungan dan pengeluaran karbon
dioksida dari dalam tubuh makhluk hidup. Bernafas merupakan salah satu ciri utama
makhluk hidup. Proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida berlangsung secara
difusi. Oksigen akan menuju semua sel dalam semua jaringan melalui alat-alat pernafasan.

E. Tindakan untuk mengatasi masalah kebutuhan oksigenasi


a. Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi
stress.
Prosedur Kerja :
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
• Atur posisi pasien untuk duduk atau telentang
• Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu melalui
hidung dengan mulut tertutup
• Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul dengan
menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup
• Catat respon pada pasien yang terjadi
• Cuci tangan anda
b. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari secret
atau benda asing.
Prosedur Kerja :
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
• Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
• Anjurkan pasien untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan
pernapasan diafragma
• Setelah itu minta pasien menaahan napas selama ± 2 detik
• Batukkan pasien 2 kali dengan mulut terbuka
• Minta pasien melakukan Tarik napas dengan ringan
• Istirahat
• Catat respons yang terjadi pada pasien
• Cuci tangan anda
c. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui
tiga cara yaitu, : melalui kanula, nasal, dan masker.
Tujuan pemberian oksigen adalah :
• Memenuhi kebutuhan oksigen
• Mencegah terjadinya hipoksia
• Membantu kelancaran metabolisme
• Sebagai tindakan pengobatan
• Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
Persiapan Alat dan Bahan :
• Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
• Nasal kateter, kanula, atau masker
• Vaselin,/lubrikan atau pelumas (jelly)
Prosedur Kerja :
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
• Cek flowmeter dan humidifier
• Hidupkan tabung oksigen
• Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien
• Berikan oksigen melalui kanula atau masker
• Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan
lubrikan dan masukkan
• Catat pemberian dan lakukan observasi pada pasien
• Cuci tangan anda
Gambar, pemberian oksigen
d. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating
pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Tujuan  fisioterapi dada adalah :
• Meningkatkan efisiensi pola pernafasan
• Membersihkan jalan nafas
Persiapan Mat dan Bahan :
• Pot sputum berisi desinfektan
• Kertas tisu
• Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
• Satu bantal (untuk postural drainage)
Prosedur Kerja fisioterapi dada antara lain sebagai  berikut :
1. Postural drainage
merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan
sekret di saluran pernafasan. Tindakan postural drainase diikuti dengan tindakan clapping
(penepukan) dan vibrating (vibrasi/getaran).
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
• Miringkan pasien kekiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
• Miringkan pasien kekanan (untuk membersihkan badian paru-paru kiri)
• Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal (untuk
membersihkan bagian lobus tengah)
• Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
• Observasi tanda vital selama prosedur
• Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction
• Lakukan hingga lender bersih
• Catat respon yang terjadi pada pasien
• Cuci tangan

Untukposisi ini, pasien berbaringtengkurapdi tempat tidurdataratau meja. Duabantalharus


ditempatkan di bawahpinggul.PengasuhPerkusidanbergetaratas bagianbawahtulang belikat, di
keduasisikanan dan kiritulang belakang, menghindariperkusilangsungatau
getaranselamatulang belakangitu sendiri.
2. Clapping (penepukan)
Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan
pada daerah tersebut yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
• Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
• Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien secara
bergantian hingga ada rangsangan batuk
• Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot
sputum
• Lakukan hingga lendir bersih
• Catat respon yang terjadi  pada pasien
• Cuci tangan

3. Vibrating (menggetarkan)
Suatu tindakan yang diberikan kepada penderita dengan jalan latihan bernapas, menggetarkan
daerah dinding dada
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
• Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
• Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta
pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan diatas
bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan- lahan.hal tersebut
dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum
• Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di pot
sputum
• Lakukan hingga lendir bersih
• Catat respon yang terjadi pada pasien
• Cuci tangan

Gambar clapping dan vibrating


e. Pengisapan lendir
Pengisapan lender (suction)  merupakan tindakan perawatan yang dilakukan pada yang tidak
mampu mengeluarkan secret dan lendir secara mandiri dengan mnggunakan alat penghisap.
Tujuan pengisapan lendir :
• Membersihkan jalan nafas
• Memenuhi kebutuhan oksigen
Persiapan Mat dan Bahan :
• Mat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
• Kateter pengisap lendir
• Pinset steril
• Dua kom berisi laturan akuades/NaC1 0,9% dan larutan desinfektan
• Kasa steril
• Kertas tisu
Prosedur Kerja :
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan diaksanakan
• Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring kearah perawat
• Gunakan sarung tangan
• Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
• Hidupkan mesin penghisap
• Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkna kateter pengisap ke dalam kom berisi
akuades atau NaC1 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
• Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
• Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
• Bilas kateter dengan akuades atau NaC1 0,9%
• Lakukan hingga lendir bersih
• Catat respon yang terjadi
• Cuci tangan

A.PENGERTIAN KEBUTUHAN NUTRISI


Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting.
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan vital bagi semua
makhluk hidup. Nutrisi itu sendiri sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada
nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit atau
terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi untuk tubuh kita.
Pemberian nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri dapat dilakukan dengan
cara membantu memenuhinya melalui oral (mulut), enteral (pipa lambung), atau parenteral,
ketiga cara tersebutbertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
B.SISTEM TUBUH YANG TERKAIT DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI
·PEMBERIAN NUTRISI MELALUI ORAL (MULUT)
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi per oral secara mandiri. Bisa dibantu oleh keluarga pasien atau perawat itu sendiri.
·PEMBERIAN NUTRISI MELALUI PIPA LAMBUNG
Tindakan ini dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi per oral
atau adanya gangguan fungsi menelan. Tindakan pemberian nutrisi melalui pipa lambung
dapat dilakukan dengan pemasangan pipa lambung terlebih dahulu, pada saat pipa tersebut
dimasukkanmelalui hidung anjurkan pasien untuk menelannya secara perlahan-lahan.
kemudian dapat dilakukan pemberian nutrisi pada pasien tersebut. Memberi makan
enteral lebih dipilih daripada nutrisi parenteral karena ini memperbaiki penggunaan nutrisi,
lebih aman untuk pasien dan sedikit lebih murah.
·PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
Pemberian nutrisi pareteral yaitu pemberian nutrisi berupa cairan infuse yang dimasukkan
kedalam tubuh melalui darah vena baik sentral (untuk nutrisi parenteral total) atau vena
perifer (untuk nutrisi parenteral parsial). Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada
pasien yang tidak dapat dipenuhi kebutuhan nutrisinya melalui oral atau enteral.

2. Instrumen Tidak Steril


1. Tensimeter berfungsi untuk mengukur tekanan darah
2. Stetoskop bioculer
3. Stetoskop monoculer
4. Timbangan dewasa
5. Timbangan bayi
6. Pengukur panjang bayi
7. Termometer
8. Oksigen dan regulator
9. Ambu bag dengan masker resusitasi (ibu+bayi)
10. Penghisap lendir
11. Lampu/sorot
12. Penghitung nadi
13. Strilisator
14. Bak instrumen dengan tutup
15. Reflek hamer
16. Alat pemeriksa HB (Sahli)
17. Set pemeriksaan urine (protein + reduksi)
2. Instrumen Tidak Steril
1. Tensimeter berfungsi untuk mengukur tekanan darah
2. Stetoskop bioculer
3. Stetoskop monoculer
4. Timbangan dewasa
5. Timbangan bayi
6. Pengukur panjang bayi
7. Termometer
8. Oksigen dan regulator
9. Ambu bag dengan masker resusitasi (ibu+bayi)
10. Penghisap lendir
11. Lampu/sorot
12. Penghitung nadi
13. Strilisator
14. Bak instrumen dengan tutup
15. Reflek hamer
16. Alat pemeriksa HB (Sahli)
17. Set pemeriksaan urine (protein + reduksi)
19. Doek steril

2. Instrumen Tidak Steril


1. Tensimeter berfungsi untuk mengukur tekanan darah
2. Stetoskop bioculer
3. Stetoskop monoculer
4. Timbangan dewasa
5. Timbangan bayi
6. Pengukur panjang bayi
7. Termometer
8. Oksigen dan regulator
9. Ambu bag dengan masker resusitasi (ibu+bayi)
10. Penghisap lendir
11. Lampu/sorot
12. Penghitung nadi
13. Strilisator
14. Bak instrumen dengan tutup
15. Reflek hamer
16. Alat pemeriksa HB (Sahli)
17. Set pemeriksaan urine (protein + reduksi
• Sebagai alat proteksi (pelindung)
D. Pengelolaan instrument
1. Perawatan dan penyimpanan Instrumen dalam Praktek Kebidanan

C.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI


Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, yaitu :
a.         Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi pola konsumsi
makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi, sehingga dapat terjadi
kesalaahan dalam pemenuhan kebutuhan gizi.
b.        Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai gizi tinggi, dapat
mempengaruhi status gizi seseorang.
c.         Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertantu dapat juga
memepengaruhi status gizi.
d.        Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya
variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat gizi yang dibutuhkan secara
cukup.
e.         Ekonomi
Status ekonomi dapat memepengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan makanan yang
bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga perubahan status gizi dipengaruhi
oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi kurang biasanya
kesulitan dalam penyediaan makanan bergizi. Sebaliknya, orang dengan status
ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan yang bergizi.
D. TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH NUTRISI
a.       Menstimulasi nafsu makan
Dapat membantu menstimulasi nafsu makan dengan adaptasi lingkungan, konsultasi dengan
ahli gizi, ketentuan diet  khusus dan  pilihan makanan, pemberian obat yang menstimulasi
nafsu makan, konseling kepada keluarga.
b.     Terapi diet dalam manajemen penyakit
Nutrisi yang baik penting bagi kesehatan dan penyakit, tetapi pola asupan diet yang spesifik
yang menghasilkan nutrisi yang baik sering kali harus dimodifikasi dengan penyakit khusus.
Modifikasi diet penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan tubuh untuk metabolisme
nutrien tertentu, memeriksa defisiensi nutrisi yang berhubungan dengan penyakit, dengan
mengeliminasi makanan yang memperburuk gejala penyakit.
c.       Pemberian Nutrisi melalui Oral
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan yang dilakukan untuk yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara membantu memberikan makanan
atau nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
membangkitkan selera makan.
d.      Pemberian Nutrisi melalui Enteral
Pemberian nutrisi melalui enteral adalah pemberian nutrien melalui saluran gastrointestinal
dengan menggunakan selang atau kateter khusus (feeding tube). Pemberian nutrisi enteral
diperlukan pada penderita yang memerlukan asupan nutrien
e.       Pemberian Nutrisi melalui Parenteral
Pemberian nutrisi melalui parenteral adalah pemberian nutrien melalui pembuluh darah balik
yang biasa berupa vena perifer atau vena sentral. Nutrisi parenteral diperlukan bagi yang
menghadapi resiko malnutrisi namun tidak  mampu atau tidak  boleh mendapatkan
kecukupan nutrien lewat saluran cerna. Nutrisi parenteral perlu dibedakan dengan pemberian
infus yang hanya terdiri atas cairan, elektrolit, dan karbohidrat untuk mepertahankan hidrasi,
keseimbangan elektrolit serta memberikansedikit kalori.

A. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH


Komponen terbesar dalam tubuh adalah air. Air tubuh total (total body water, TBW) 
jumlahnya bervariasi  tergantung pada umur, jenis kelamin dan kandungan lemak
tubuh. Lemak pada dasarnya bebas air, sehingga lemak yang makin sedikit akan
mengakibatkan makin tingginya persentase air. Sebaliknya jaringan otot memiliki kandungan
air yang tinggi. Oleh karena itu dibandingkan dengan orang yang kurus, orang yang gemuk
mempunyai TBW yang relative lebih kecil dibandingkan dengan berat badannya. Wanita
pada umumnya secara proporsional mempunyai lebih banyak lemak dan lebih sedikit otot
jika dibandingkan dengan pria, sehingga jumlah TBW juga lebih sedikit dibandingkan
dengan berat badannya.1
Orang berusia tua juga mempunyai persentase lemak tubuh yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang muda. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-
85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %.  Air
membentuk sekitar 60% berat badan seorang pria dan sekitar 50 % berat badan wanita.  Hal
ini terlihat pada tabel berikut :
Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama yang dipisahkan oleh
membran sel menjadi: cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Pada orang
dewasa, sekitar 40% berat badan atau duapertiga dari TBW berada dalam sel atau disebut
cairan intraselular (intracellular fluid, ICF). Cairan ekstraseluler (extracellular fluid, ECF)
terbagi ke dalam kompartemen cairan intravaskuler (IVF) atau plasma (5%) dan cairan
interstisial-limfe (ISF) yang terletak antara sel (15%). Selain ISF dan IVF, sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraocular, dan sekresi saluran cerna, membentuk
sebagian kecil (1% sampai 2% dari berat badan) dari cairan ekstraselular yang disebut
transeluler. 
                        1. Cairan Intraseluler 
          Cairan Intraseluler adalah cairan yang terkandung di dalam sel.  Pada orang dewasa
kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria
dewasa (70 kg).  Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
          Cairan intraseluler dipisahkan dari cairan ekstraseluler oleh membrane sel selektif yang
sangat permeable terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar elektrolit
dalam tubuh.2          Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam mengatur
volume dan komposisi intraseluler.  Pompa membrane-bound ATP-dependent akan
mempertukarkan Na dengan K dengan perbandingan 3 : 2.  Oleh karena membran sel relatif
tidak permeabel tehadap ion sodium dan ion potasium, ion potasium akan dikonsentrasikan di
dalam sel sedangkan ion sodium akan dikonsentrasikan di ekstra sel.  Akibatnya, potasium
menjadi faktor dominan yang menentukan tekanan osmotik intraseluler, sedangkan sodium
merupakan faktor terpenting yang menentukan tekanan osmotik ekstraseluler.
         Impermeabilitas membran sel terhadap protein menyebabkan konsentrasi protein
intraseluler yang tinggi.  Oleh karena protein merupakan zat terlarut yang nondifusif (anion),
rasio pertukaran yang tidak sama dari 3 Na dengan 2 K oleh pompa membran sel adalah hal
yang penting untuk pencegahan hiperosmolaritas relatif intraseluler.  Gangguan pada
aktivitas pompa Na-K-ATPase seperti yang terjadi pada keadaan iskemi akan menyebabkan
pembengkakan sel.

                        2. Cairan Ekstraseluler

           Cairan Ekstraseluler adalah cairan di luar sel.  Ukuran relatif dari CES menurun
dengan peningkatan usia.  Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam
CES.  Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume
total.  Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Dua komponen
terbesar dari cairan ekstraseluler adalah cairan interstitial, yang merupakan tiga perempat
cairan ekstraseluler, dan plasma, yang hamper seperempat cairan ekstraseluler, atau sekitar 3
liter.2
           Fungsi dasar dari cairan ekstraseluler adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan
memindahkan hasil metabolismenya.  Keseimbangan antara volume ekstrasel yang normal
terutama komponen sirkulasi (volume intravaskuler) adalah hal yang sangat penting.  Oleh
sebab itu, secara kuantitatif sodium merupakan kation ekstraseluler terpenting dan merupakan
faktor utama dalam menentukan tekanan osmotik dan volume.  Perubahan volume cairan
ekstraseluler berhubungan dengan perubahan jumlah total sodium dalam tubuh. Hal ini
tergantung dari sodium intake, ekskresi sodium renal, hilangnya sodium ekstrarenal.

Komposisi Elektrolit Cairan Intra dan Ekstraseluler

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. 
Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.  Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).  Konsenterasi elektrolit
dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun
konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa
jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

a.  Kation:
• Sodium (Na+):
-   Kation berlebih di ruang ekstraseluler
-   Sodium penyeimbang cairan di ruang ekstraseluler
-   Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
-   Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrogen pada ion
sodium di tubulus ginjal: ion hidrogen diekresikan
-                       Sumber: snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
• Potasium (K+):
-   Kation berlebih di ruang intraseluler
-   Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
-   Mengatur kontraksi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves
-   Sumber: pisang, alpokat, jeruk, tomat, dan kismis
• Calcium (Ca++):
-   Membentuk garam bersama dengan fo  sfat, carbonat, flouride di dalam tulang
dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat
-   Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
-   Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin
-   Sumber: susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.   Anion:
•   Chloride (Cl-):
-   Kadar berlebih di ruang ekstrasel
-   Membantu proses keseimbangan natrium
-   Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
-   Sumber: garam dapur
•   Bicarbonat (HCO3-):
-   Bagian dari bicarbonat buffer sistem
-   Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana
garam untuk menurunkan pH.
•   Fosfat (H2PO4- dan HPO42-):
-   Bagian dari fosfat buffer system
-   Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
-   Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
-   Masuk dalam struktur genetik yaitu: DNA dan RNA.

B. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Dewasa
            Air       : 30-35 ml/kgBB, kenaikan suhu 1°C bertambah 10-15%
            Na⁺      : 1,5 mEq/kg (100mEq/hari atau sekitar 5,9 g)
            K⁺       : 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau sekitar 4,5 g)
Bayi dan Anak
            Air       : BB 0-10kg    : 4ml/kg/jam (100ml/kg/hari)
                          BB 10-20 kg : 40ml + 2ml/kg/jam setiap kg diatas 10kg
                                                (1000ml + 50ml/kg diatas 10kg per hari)
                          BB > 20 kg   : 60ml + 1ml/kg/jam setiap kg diatas 20kg
                                                (1500ml + 20ml/kg diatas 20kg per hari)
            Na⁺      : 2 mEq/kg
            K⁺       : 2 mEq/kg
Tubuh mendapatkan cairan dari air minum sekitar 800-1700 ml, dari makanan sekitar 500-
1000 ml dan dari hasil sisa metabolisme (oksidasi) sekitar 200-300 ml. Cairan tersebut
dikeluarkan dari tubuh sebagai urine secara normal lebih dari 0,5-1 ml/kg/jam, sebagai feces
sekitar 1-3 ml/kg/hari dan sebagai Insensible Water Loss (IWS) 15 ml/kg/hari pada orang
dewasa. Pada anak IWS sebesar : (30 dikurang usia dalam th) ml/kg/hari.

C. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Untuk mencapai keseimbangan cairan, maka cairan di dalam tubuh akan berpindah dari satu
kompartemen ke kompartemen lain. Perpindahan cairan tersebut dipengaruhi oleh tekanan
hidrostatik, tekanan onkotik dan tekanan osmotik. Gangguan keseimbangan cairan tubuh
terutama menyangkut cairan ekstrasel.
Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama untuk
mempertahankan keseimbangan nilai cairan.  Pergerakan cairan yang normal melalui dinding
kapiler ke dalam jaringan tergantung pada kenaikan tekanan hidrostatik (tekanan yang
dihasilkan oleh cairan pada dinding pembuluh darah) pada kedua ujung pembuluh arteri dan
vena.  Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:
a.  Fase I: plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.  Fase II: cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c.  Fase III: cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. 
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme
transpor pasif dan aktif.  Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan
mekanisme transpor aktif membutuhkan energi.  Difusi dan osmosis adalah mekanisme
transpor pasif.  Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang
memerlukan ATP.  Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung
secara:

            OSMOSIS
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel
(permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi
hingga kadarnya sama.  Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga
tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama.  Membran semipermeabel ialah
membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya
protein.  Tekanan osmotik plasma darah ialah 285 + 5 mOsm/L.  Larutan dengan tekanan
osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat).  Larutan
dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkan lebih tinggi
disebut hipertonik.

DIFUSI
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori.  Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah.  Tekanan hidrostatik pembuluh
darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut.  Kecepatan difusi
suatu zat melewati sebuah membran tergantung pada:
(1)   Permeabilitas zat terhadap membran
(2)   Perbedaan konsentrasi antar dua sisi
(3)   Perbedaan tekanan antara masing-masing sisi karena tekanan akan memberikan energi 
kinetik yang lebih besar
(4)   Potensial listrik yang menyeberangi membran akan memberi muatan pada zat tersebut.

Difusi Melalui Membran Sel


Difusi antara cairan interstisial dan cairan intraselular dapat terjadi melalui beberapa
mekanisme:
(1)   Secara langsung melewati lapisan lemak bilayer pada membran sel
(2)   Melewati protein channel dalam membran
(3)   Melalui ikatan dengan protein karier yang reversibel yang dapat melewati membran
(difusi yang difasilitasi). 
                 Molekul-molekul yang larut dalm oksigen, CO2, air, dan lemak akan menembus
membran sel secara langsung.  Kation-kation seperti Na+, K+,dan Ca2+ sangat sedikit sekali
yang dapat menembus membran oleh karena tegangan potensial transmembran sel (dengan
bagian luar yang positif) yang diciptakan oleh pompa Na+-K+.  Dengan demikian, kation-
kation ini dapat berdifusi hanya melalui channel protein yang spesifik.  Keluarnya ion melalui
channel ini tergantung pada tegangan membran dan ikatannnya dengan pengikat (seperti
asetil kolin) terhadap reseptor membran.  Glukosa dan asam amino berdifusi dengan bantuan
ikatan membran protein karier.
                 Pertukaran cairan antara ruangan interstisial dan intraselular dibangun oleh daya
osmotic yang diciptakan oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut nondifusif.  Perubahan relatif
pada osmolalitas antara kompartemen intraselular dan interstisial menghasilkan perpindahan
air dari kompartemen yang hipoosmolar menuju kompartemen yang hiperosmolar.

Difusi  Melalui Endotel Kapiler


                 Dinding kapiler mempunyai ketebalan 0,5 μm, terdiri dari satu lapis sel endotel
dengan dasar membran.  Celah interseluler mempunyai jarak 6-7 nm, memisahkan masing-
masing sel dari sel di dekatnya.  Zat-zat yang larut dalam oksigen, CO2, air dan lemak dapat
menembus secara langsung endotel sel membran.  Hanya substansi dengan berat molekul
rendah yang larut dalam air seperti sodium, chlorida, potasium, dan glukosa yang dapat
melewati celah intersel.  Substansi dengan molekul yang besar seperti plasma protein sangat
sulit untuk menembus celah endotel (kecuali pada hati dan paru-paru dimana terdapat celah
yang lebih besar).
Pertukaran cairan melewati kapiler berbeda dengan melewati membran sel dimana hal ini
dihasilkan oleh perbedaan yang signifikan pada tekanan hidrostatik sebagai tambahan dari
daya osmotik.  Daya ini bekerja pada arteri dan vena di ujung kapiler.  Akibatnya, terdapat
tendensi bagi cairan untuk bergerak keluar kapiler pada end arteri dan masuk ke dalam
kapiler pada end vena.  Besarnya daya ini berbeda untuk jenis jaringan yang beragam. 
Tekanan arteri kapiler ditentukan oleh tonus sfingter prekapiler.  Dengan demikian, kapiler
membutuhkan tekanan yang tinggi seperti pada glomeruli yang mempunyai tonus sfingter
prekapiler yang lemah sedangkan tekanan kapiler otot yang rendah mempunyai tonus sfingter
prekapiler yang tinggi.  Normalnya, 10% dari cairan yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali
ke dalam kapiler.  Cairan yang tidak direabsorbsi (kira-kira 2ml/menit) akan memasuki cairan
interstisial dan dikembalikan melalui aliran limfatik menuju kompartemen intravaskuler
kembali.
                   Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar
melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam. 
Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam
sel.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, di
antaranya adalah :
1.  Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat
badan.  Selain itu, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.  Infant dan anak-anak
lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.  Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh.
3.  Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
4.  Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.  Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5.  Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya:
-   Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui insensible water
lost (IWL)
-   Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh
-   Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6.  Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit.  Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
7.  Temperatur lingkungan
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.  Panas yang
berlebihan menyebabkan berkeringat.  Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30 g/hari.  Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L perhari.
8.  Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
9.  Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti: suction, nasogastric tube dan lain-lain.
10.Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

CAIRAN KRISTALOID
Cairan kristaloid  merupakan cairan untuk resusitasi awal pada pasien dengan syok
hemoragik dan septic syok seperti pasien luka bakar, pasien dengan trauma kepala untuk
menjaga tekanan perfusi otak, dan pasien dengan plasmaphersis dan reseksi hepar.  Jika 3-4 L
cairan kristaloid telah diberikan, dan respon hemodinamik tidak adekuat, cairan  koloid dapat
diberikan.
  Ada beberapa macam cairan kristaloid yang tersedia. Pemilihan cairan tergantung dari
derajat dan macam kehilangan cairan. Untuk kehilangan cairan hanya air, penggantiannya
dengan cairan hipotonik dan disebut juga   maintenance type solution. Jika hehilangan
cairannya air dan elektrolit, penggantiannya dengan cairan isotonic dan disebut
juga replacement type solution. Dalam cairan, glukosa berfungsi menjaga tonisitas dari cairan
atau  menghindari ketosis dan hipoglikemia dengan cepat. Anak- anak cenderung akan
menjadi hypoglycemia(< 50 mg/dL) 4-8 jam puasa. Wanita mungkin lebih cepat
hypoglycemia jika puasa (> 24 h) disbanding pria.
 Kebanyakan jenis kehilangan cairan intraoperative adalah isotonik, maka yang biasa
digunakan adalah replacement type solution, tersering adalah Ringer Laktat. Walaupun
sedikit hypotonic, kira-kira 100 mL air per 1 liter mengandung Na serum 130 mEq/L, Ringer
Laktat mempunyai komposisi yang mirip dengan cairan extraselular  dan paling sering
dipakai sebagai larutan fisiologis. Laktat yang ada didalam larutan ini dikonversi oleh hati
sebagai bikarbonat. Jika larutan salin diberikan dalam jumlah besar, dapat menyebabkan
dilutional acidosis hyperchloremic oleh karena Na dan Cl yang tinggi (154 mEq/L):
konsentrasi bikarbonat plasma menurun dan konsentrasi Clorida meningkat. 
Larutan saline  baik untuk alkalosis metabolic hipokloremik dan  mengencerkan Packed Red
Cell untuk transfusi. Larutan D5W digunakan untuk megganti deficit air dan sebagai cairan
pemeliharaan pada pasien dengan restriksi Natrium. Cairan hipertonis 3% digunakan pada
terapi hiponatremia simptomatik yang berat. Cairan 3 – 7,5% disarankan dipakai untuk
resusitasi pada pasien dengan syok hipovolemik. Cairan ini diberikan lambat karena dapat
menyebabkan hemolisis.
  
CAIRAN KOLOID
Aktifitas osmotic dari molekul dengan berat jenis besar dari cairan koloid  untuk menjaga
cairan ini ada di intravascular. Walaupun waktu paruh dari cairan kristaloid dalam
intravascular 20-30 menit, kebanyakan cairan koloid mempunyai waktu paruh dalam
intravascular 3-6 jam. Biasanya indikasi pemakaian cairan koloid adalah :
1.     Resusitasi cairan pada pasien dengan deficit cairan intravascular yang
berat ( misal : syok hemoragik ) sampai ada transfusi darah.
2.     Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat atau keadaan dimana    
Kehilangan protein dalam jumlah besar seperti luka bakar. Pada pasien luka bakar, koloid
diberikan jika luka bakar >30% dari luas permukaan tubuh atau jika  > 3-4 L larutan
kristaloid telah diberikan lebih dari 18-24 jam setelah trauma.
Beberapa klinisi menggunakan cairan koloid yang dikombinasi dengan kristaloid bila
dibutuhkan cairan pengganti lebih dari 3-4 L untuk transfuse. Harus dicatat bahwa cairan ini
adalah normal saline ( Cl 145 – 154 mEq/L ) dan dapat juga menyebabkan asidosis metabolic
hiperkloremik.
Banyak cairan koloid kini telah tersedia. Semuanya berasal dari protein plasma atau polimer
glukosa sintetik.
        Koloid yang berasal dari darah termasuk albumin (5% dan 25 % ) dan fraksi plasma
protein (5%). Keduanya dipanaskan 60 derajat selama 10 jam untuk meminimalkan resiko
dari hepatitis dan  penyakit virus lain. Fraksi plasma protein berisi alpha dan beta globulin
yang ditambahkan pada albumin dan menghasilkan reaksi hipotensi. Ini adalah reaksi alergi
yang alami da melibatkan aktivasi dari kalikrein.
        Koloid sintetik termasuk Dextrose starches dan gelatin. Gelatin berhubungan dengan
histamine mediated-allergic reaction dan tidak tersedia di United States. Dextran terdiri dari
Dextran 70 (Macrodex) dan Dextran 40 (artinya berat molekul dextran 40 adalah sekitar
40000 dalton dan berat molekul dextran 70 sekitar 70000 dalton)3, yang dapat meningkatkan
aliran darah mikrosirkulasi dengan menurunkan viskositas darah. Pada Dextran juga ada efek
antiplatelet. Pemberian melebihi 20 ml/kg/hari dapat menyebabkan masa perdarahan
memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat juga bersifat antigenic dan 
anafilaktoid ringan dan berat dan ada reaksi anafilaksis.3 Dextan 1 (Promit) sama dengan
Dextran 40 atau dextran 70 untuk mencegah reaksi anafilaxis berat.;bekerja seperti hapten
dan mengikat setiap antibody dextran di sirkulasi.
        Hetastarch (hydroxyetil starch) tersedia dalam cairan 6 % dengan berat molekul berkisar
450.000. Molekul-molekul yang kecil akan dieliminasi oleh ginjal dan molekul besar
dihancurkan pertama kali oleh amylase. Hetastarch sangat efektif sebagai plasma expander
dan lebih murah disbanding albumin.. Lebihjauh, Hetastarch bersifat nonantigenik dan reaksi
anafilaxisnya jarang.  Studi masa koagulasi dan masa perdarahan  umumnya tidak signifikan
dengan infus 0.5 – 1 L. Pasien transplantasi ginjal yang mendapat hetastarch masih
controversial. Kontroversi ini dihubungkan juga dengan penggunaan hetastarch pada pasien
yang menjalani bypass kardiopulmoner. Pentastarch, cairan starch dengan berat molekul
rendah,  sedikit efek tambahannya dan dapat menggantikan hetastarch.
  
Kebutuhan Cairan
·         Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
·         Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C
·         Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
·         Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)
Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak
Berat badan Kebutuhan air (perhari)
s/d 10 kg 100 ml/kgBB
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 10 kg)
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 20 kg)

Keseimbangan Cairan Tubuh


Air masuk Air keluar
Minuman: 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml.
Makanan: 500-1000 ml. Tinja :  50-200 ml.
Hasil oksidasi: 200-300 ml. Insensible loss : 850-1200 ml

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAK/BAB


2.1       Pengertian
BAK / MIKSI adalah suatu proses pengosongan kandung kencing.
Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK adalah ; Suatu keadaan dimana
terganggunya proses mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan eliminasi BAK atau
pengosongan kandung kencing secara normal.
proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Prosesini terjadi di dua
langkah , yaitu :
ü  Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas
nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua
ü  Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran
akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula
spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak.

2.2       Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK/BAB


Obstruksi.
Infeksi.
Calculi.
Pertumbuhan jaringan yang abnormal.
Masalah sistemik.

2.3       Faktor yang mempengaruhi kebiasaan BAK


Diet dan intake makanan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine, seperti
protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan
pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan
hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan di
kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih daripada
normal
Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya
fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi
keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitive untuk keinginan berkemih dan atau
meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.

Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan
tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya
tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode
waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-
otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi.Aktifitas yang lebih berat
akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar
metabolisme tubuh.
Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau
adanya lebih sering berkemih.
Kondisi Patologis
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter) Obat diuretiik dapat
meningkatkan output urine Analgetik dapat terjadi retensi urine.
Urine
Warna :
v  Normal urine berwarna kekuning-kuningan
v  Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap
v  Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
b.      Bau :
v Normal urine berbau aromatik yang memusingkan
v  Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan
tertentu.
c.       Berat jenis :
v  Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang
sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar.
v  Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml
v  Normal berat jenis : 1010 – 1025
d.  Kejernihan :
v  Normal urine terang dan transparan
v  Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
e.  pH
v  Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
v  Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali
karena aktifitas bakteri
v  Vegetarian urinennya sedikit alkali.
f.  Protein :
vNormal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak
tersaring melalui ginjal urine
v  Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring urine
v  Adanya protein didalam urine proteinuria, adanya albumin dalam urine albuminuria.
g.  Darah :
v  Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.
v  Adanya darah dalam urine hematuria.
h.  Glukosa :
v  Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara,
misalnya pada seseorang yang makan gula banyakmenetap pada pasien DM
v  Adanya gula dalam urine glukosa
i.  Keton :
v  Hasil oksidasi lemak yang berlebihan.
     
      2.4 Membantu Pasien BAK
a)      Alat dan bahan
1.      Urinal
2.      Pengalas
3.      Tisu
Prosedur kerja:
1.      Jelaskan prosedur pada pasien
2.      Cuci tangan
3.      Pasang alas urinal di bawah glutea
4.      Lepas pakaian bawah pasien
5.      Letakkan urinal di bawah bokong (untuk wanita) atau diantara kedua paha dengan
ujung penis masuk ke lubang urinal (untuk pria)
6.      Anjurkan pasien untuk berkemih
7.      Setelah selesai, bersihkan dengan tisu kamar mandi
8.      Rapikan alat
9.      Cuci tangan, catat prosedur, warna dan jumlah urine
b)      Alat dan bahan
1.      Handscoon steril
2.      Kateter steril sesuai dengan ukuran dan jenis
3.      Duk steril
4.      Minyak pelumas/gel
5.      Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
6.      Spuit yang berisi cairan atau udara
7.      Perlak
8.      Pinset anatomi
9.      Bengkok
10.  Urine bag
11.   Sampiran
Prosedur  kerja:
1.      Jelaskan prosedur pada pasien
2.      Cuci tangan
3.      Pasang sampiran
4.      Pasang perlak
5.      Gunakan sarung tangan steril
6.      Pasang duk steril
7.      Tangan kiri memegang penis lalu prepusium di tarik sedikit ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kapas sublimat
8.      Kateter di  beri minyak pelumas atau gel pada ujungnya (kurang lebih 12.5-17.5 cm)
lalu masukkan perlahan (kurang lebih 17.5-20 cm) dan sambil anjurkan pasien menarik napas
dalam
9.      Jika tertahan jangan di paksa
10.  Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk kateter
menetap, dan bila intermiten tarik kembali sambil pasien di minta menarik nafas dalam
11.  Sambung kateter dengan kantung penampung dan fiksasi ke arah atas paha atau abdomen
12.  Rapikan alat
13.  Cuci tangan
14.  Catat prosedur dan respon pasien
1.     PENGERTIAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

Menurut Ruslan Muctar (2009) dalam jurnal kebutuhan istirahat dan


tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yangmutlak harus dipenuhi olehsemua
orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsisecara optimal.
Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.

istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata
istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri,
atau suatu keadaan melepaskan diri  dari segalah hal yang membosankan, menyulitkan,
bahkan menjengkelkan. ( Hidayat &  Uliyah, 2015)
Tidur merupakan  kondisi tidak sadar yakni individu dapat dibangunkan oleh stimulus
atau sensori yang sesuai, atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relatif, bukan hanya keadaan penuh  ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan  suatu
urutan siklus yang berulang, dengan cirri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran
yang bervariasi, terdapat  perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan luar. ( hidayat & uliya, 2015)

Setiyo Purwanto (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia Dengan Terapi


Relaksasi.
Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, ratarata hampir
seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan
bukan suatu keadaan. 

 Rejeki, Sri Yuniarsih, Aeda Ernawati (2007)  Dalam Jurnal Persepsi perawat dan
pasien tentang kebutuhan Istirahat dan Tidur.
Tidur merupakan kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan, minum, aktivitas dan
lainnya, apabila tidur terganggu dapat menimbulkan pengaruh terhadap kualitas hidup
seseorang. Pasien yang sedang dirawat inap membutuhkan istirahat tidur yang cukup
sehingga dapat membantu proses penyembuhan penyakitnya.

A.   Karakteristik istirahat
Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat,. Misalnya, Narrow (1967) yang dikutip
oleh Perry dan Potter (1993) mengemukakan  enam karakteristik yang berhubungan dengan
istirahat, di antaranya sebagai berikut.
1.     Merasakan bahwa  segalah sesuatu dapat terjadi.
2.     Merasa diterima.
3.     Mengetahui apa yang sedang terjadi.
4.     Bebas dari ganguan ketidaknyamanan.
5.     Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan.
6.     Mengetauhi adanya bantuan sewaktu memerlukan.

Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas  dapat
terpenuhi. Hal ini dapat di jumpai apabila pasien merasakan segalah kebutuhannya dapat
diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan 
sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria 
tersebut diatas, maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan 
tindakan  keperawatan yang dapat meningkatan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur,
misalnya mendengarkan secara hati-hati  tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba
meringankan jika memungkinkan.  ( Hidayat & Uliya, 2015)

B.   Fisiologi tidur
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivitasi
retikularis yang merupakan sistem yng mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf
pusat termaksuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. (Hidayat & Uliyah, 2015).

Menurut Ruslan Muctar (2009) dalam jurnal kebutuhan istirahat dan tidur 


menjelaskan tentang fisiologi tidur yaitu 
Aktivitas dan tidur di atur dan di control oleh dua sistem pada batang otak . yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR) . RAS dibagian
atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan
dan kesadaran ; memberi stimulasi visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba ; serta emosi
dan proses berpikir . pada saat sadar , RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat
tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR.

                   Menurut Elis Deti Dariah1 Okatiranti (2015) dalam jurnal


Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur  lansia di posbindu anyelir kecamatan
cisarua kabupaten bandung barat 
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf
pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan
dan tidur terletak dalam mensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating
system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga 
dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangasangan emosi dan proses pikir.

C.   Fungsi Tidur
Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ – organ tubuh. Kegiatan
memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM) dan Nonrapid Eye
Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan mempengaruhi proses anabolik dan
sintesis makromolekul ribonukleic acid (RNA). Rapid Eye Movement akan mempengaruhi
pembentukan hubungan baru pada korteks dan sistem neuroendokrin yang menuju otak.
Selain fungsi di atas tidur, dapat juga digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan pada
tubuh yaitu terdapatnya gangguan tidur yang menjadi peringatan dini keadaan patologis yang
terjadi di tubuh. (Tarwoto & Wartonah, 2006 )

D.   Pola Tidur
Pola tidur mencakup kualitas dan kuantitas tidur seseorang dimana kualitas tidur
adalah jumlah tahapan NREM dan REM yang dialami seseorang dalam siklus tidurnya, dan
kuantitas tidur adalah jumlah lamanya waktu tidur yang dihabiskan seseorang dalam
sehari (Tarwoto & Wartonah, 2006).

E.   Jenis-jenis tidur
Setiap malam seseorang mngalami dua jenis tidur yang berbeda dan
saling bergantian yaitu: tidur (Rapid-Eye Movement) dan non REM (Non Rapid-Eye
Movement). (Rafknowledge, 2004: 2-3).

a. Tidur REM
Tidur REM (rapid eye movement) terjadi disaat kita bermimpi hal
tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan fisik. Ciri-cirinya antara lain; detak
jantung, tekanan darah, dan cara bernapas sama dengan yang dialami saat kita terbangun.
Masa tidur REM kira-kira dua puluh menit dan terjadi selama empat sampai lima kali dalam
sehari.

b. Tidur Non-Rem
Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan terdalam
berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan. Beranjak lebih malam,
status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa menyegarkan/ meguatkan.
Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya dengan menggunakan hormon yang
dinamakan somastostatin. Ilmuwan mendefinisikan bahwa tidur yang terbaik adalah tidur
yang mengalami perpaduan tepat antara mengalami REM dan non-REM.

F.    Tahapan tidur

Tahapan-tahapan/ fase tidur dapat dimati melalu pengamatan gelombang


otak selama periode tidur dengan menggunakan alat EEG
(electroencephalograph) (Solso, 2008: 254). Ada beberapa tahapan dalam tidur;
1.     Tahap I
Tahap  I adalah tahapan paling “ringan“Dari keempat tahapan tidur dan hal itu terjadi saat
kita mulai merasa mengantuk. selama tahapan ini, terdapat periodeperiode singkat akivitas
gelombang theta (4-7 Hz), yang mengindikasikan rasa ngantuk.

2.     Tahap II
Tahap II dicirikan oleh “ kumparan “ tidur (sleep spindles), yang berupa lonjakan-
lonjakan ritmik aktivitas EEG yang bekisar pada 12-15 Hz.

3.     Tahap III
Tahap III terdapat sejumlah gelombang delta berfungsi sangat rendah (1-4Hz) , dan
pola “ kumparan “ juga berlangsung Tahap IV rekaman-rekaman EEG menunjukan hasil
serupa dengan tahap III, namun memiliki lebih banyak gelombang delta .tahap ke IV adalah
tahap tidur yang paling dalam, saat orangpaling sulit di bangunkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat  elektroen


sefalogram(EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG),
diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu  non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye
movement (REM).

1.     Tidur NREM.
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang otak
yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang
ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi
tubuh. Di samping itu,semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital,
metabolism, dan kerja otot melambat.  Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap
(I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur  ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut
sebagai tidur dalam(deep sleep atau delta sleep).

2.     Tidur REM.
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit. Tidur
REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.  Selama
tidur  REM,otak cenderung aktif dan metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada
tahap individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat  bangun dengan tiba-tiba,
tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan
pernapasansering kali tidak teratur. ( Mubarak  & chayatin, 2007)

G.  Pengaturan Tidur
Tidur merupakan suatu urutan keadaan fisiologis yang di pertahankan oleh integrasi
tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf
pariental, endokrin, kardiovaskular, pernapasan dan muscular (Robinson, 1993), tiap
rangkaian diidentifikasi dengan respons fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan
seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral,
elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang
mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur .
Kontrol dan pengaturann tiur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme
serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk
mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain
menyebabkan tertidur.  Potter & Perry (2012).

H.  Kebutuhan dan Pola Tidur Normal

Asmadi (2008) Dalam Jurnal Konsep Dasar Istirahat Dan Tidur mengatakan bahwa,


Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia.
Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain
membutuhkan 10 jam.
Kebutuhan dan pola tidur normal menurut Potter dan Perry (2010), yaitu :

1. Neonatus sampai dengan 3 bulan


a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
b. Mudah berespons terhadap stimulus
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM

2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30%
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari
b. Tahap REM 25%

4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
7. Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
8. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari
b. Tahap REM 20%
9. Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%

I.      Siklus tidur

Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui emapt
hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang
berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian
diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III
dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama
10 menit.
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum
tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara
teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang
memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry,
2005).
J.     Kebutuhan istirahat tidur
 0 bulan –1 bulan  Masa neonatus  14-18 jam/hari
 1 bulan – 18 bulan  Masa bayi  12-14 jam/hari
 18 bulan – 3 tahun  Masa anak  11-12 jam/hari
 3 tahun – 6 tahun  Masa pra sekolah  11 jam/hari
 6 tahun – 12 tahun  Masa sekolah   10 jam/hari
 12 tahun – 18 tahun  Masa remaja  8,5 jam/hari
 18 tahun – 40 tahun  Masa dewasa muda  7 jam/hari
 40 tahun – 60 tahun  Masa paruh baya  7 jam/ hari
 60 tahun ke atas  Masa dewasa tua  6 jam/ hari

2.     Faktor –faktor yang mempengaruhi tidur


Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur  banyak factor yang
mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya  adalah penyakit,
lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alcohol, diet, merokok,
dan  motivasi.

·        Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang
dapatmenyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu
tidur yang lebih banyak daripada  biasanya. Di samping itu, siklus bangun-tidur  selama
sakit juga dapat mengalami gangguan. (Mubarak & chayatin, 2015)

·        Lingkungan.
faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak
adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat  menghambat upaya
tidur.  Sebagai contoh, temperatur yang tidak  nyaman atau ventilasi yang buruk dapat
mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak
lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.

·        Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang . Semakin lelah
seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya.   Setelah  beristirahat  biasanya
siklus REM akan kembali memanjang.

·        G a y a h i d u p .
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengaturaktivitasnya agar bisa tidur
pada waktu yang tepat.

·        Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas dapat
meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini
menyebabkan berkurangnya siklustidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya
terjaga saat tidur.

·        Stimulant dan alcohol.


Kafein yang terkandung dalam beberapa minumandapat merangsang SSP
sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan
konsumsi alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh
alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.

·        Diet.
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur
dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan
peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.

·        Merokok.
Nikotin  yang  terkandung  dalam  rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudahterbangun di malam hari.

·        Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat
mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,  metabloker 
Dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin
hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya
terjaga di malam hari.

·        Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untukterjaga sering kali
dapat mendatangkan kantuk.

Gangguan tidur yang umum terjadi


1.     Insomnia
Menurut Setiyo Purwanto (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia Dengan Terapi
Relaksasi.
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus  yang berarti tidur, jadi
insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang
dialami oleh penderita dengan gejalagejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan
secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu
terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur.

2.     Parasomnia
Menurut Ruslan Mukctar (2009) dalam jurnal kebutuh istirahat dan tidur.
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul  saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.
Beberapa turunan parasomnia  antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror ),
gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur
REM(mis; mimpi buruk), dan lainnya (mis; bruksisme).

3.     Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama
pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan
system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (mis;
hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai
mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.

4.     Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secaratiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau
sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system
saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatife
pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti; amfetamin  atau metilpenidase,
hidroklorida, atau dengan anti depresan seperti imip ramin hidroklorida.

5.     Apnea saat tidur


Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodic
pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering
terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakitkepala disiang
hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.

3.     Asuhan keperawatan klien masalah tidur


1.       Pengkajian

Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur, pemeriksaan
fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
a.     Riwayat tidur
Penkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien
memasukifaislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien
dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi:
•   Pola tidur yang biasa.
•   Ritual sebelum tidur.
•         P e n g g u n a a n   obat tidur atau obat-obatan lainnya.
•   Lingkungan tidur.
•         Perubahan terkini pada pola tidur. ( Mubarak & chayatin, 2007)
b.  Gejalah klinis
Gejalah klinis di tandai dengan perasaan lelah, gelisa, emosi, apatis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva  merah dan mata perih,
perhatian tidak fokus, serta sakit kepala. (Hidayat & Uliyah, 2015)
c.      Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya
kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung, dan disorientasi
tempat dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak
teratur.

2.     Diagnosa Keperawatan
Ketika mengembangkan suatu pernyataan diagnosa keperawatan, perawat harus
memastikan bahwa batasan karakteristik tertentu yang  tepat dalam data dasar pengkajian.
Diagnosa keperawatan adalah informasi yang diperoleh selama pengkajian proses
keperawatan. Keakuratan diagnosis tergantung pada penilaian yang mendalam (Fortinash,
Holaday, Worret, 2000).
Fortinash dan Holoday-Worret (2000), mengatakan bahwa diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien skizofrenia adalah:

1. Gangguan komunikasi verbal


2. Ketidakefektifan koping individu
3. Risiko bunuh diri
4. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri
5. Risiko perilaku kekerasan pada orang lain
6. Gangguan proses pikir
7. Isolasi sosial
8. Gangguan proses keluarga
9. Kurang perawatan diri: mandi, berpakaian, makan/minum, buang air kecil dan buang air besar.

Berdasarkan Potter & Perry (2005), diagnosa keperawatan yang muncul pada pengkajian
kebutuhan dasar istirahat tidur adalah:
1. Gangguan pola tidur
2. Deprivasi tidur
3. Insomnia

4.     Perencanaan dan inplementasi


Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur
adalah untuk  mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang
memberikan energi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan
tujuan lainnya dapat terkait dengan upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien atau
meningkatkan kualitas tidurnya
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
A.Instrumen dalam praktik kebidanan adalah seperangkat alat yang digunakan dalam
melaksanakan praktik/tindakan kebidanan.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan instrumen dapat berfungsi :
• Sebagai alat untuk memudahkan pekerjaan
• Sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu tindakan/pekerjaan
• Sebagai alat proteksi (pelindung)
Perawatan dan penyimpanan Instrumen dalam Praktek Kebidanan
- Metode asepsis
Selama praktek bidan banyak benda, instrumen, dan peralatan di kamar praktek yang
terkontaminasi baik secara langsung melalui tangan atau melalui splatter dan
aerosol.
Usahakan agar barang-barang yang dibutuhkan di ruang praktek seminimal mungkin dan
tentukan mana yang dapat ditutupi, disterilkan atau didisinfeksi.
Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :
- Pembersihan sebelum sterilisasi.
- Pembungkusan.
- Proses sterilisasi.
- Penyimpanan yang aseptik.
Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen lebih aman,
efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan.
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur klinis yang baik.
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik
sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik
akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi

B. Saran
B.Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.  Sistem pernapasan berperan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas yaitu, hidung,
faring, laring, epiglottis. Dan saluran pernapasan bagian bawah yaitu, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru yang merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Proses
pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu, ventilasi, difusi dan
transpor. Dimana tahapan-tahapan itu mempunyai prosedur-prosedur tersendiri dalam
mempraktekkanya. Selain itu, ada juga cara untuk dapat mengatasi masalah kebutuhan
oksigenasi yaitu dengan latihan napas, latihan batuk efektif, pemberian oksigen, dan
fisioterapi dada.

C.KEBUTUHAN NUTRISI Semua sel tubuh membutuhkan makanan yang cukup, makanan
merupakan kebutuhan pokok untuk hidup, dan beberapa zat makanan penting sekali untuk
kesehatan. Bila makanan tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan sel tubuh kelancaran
kerja fisiologis akan terganggu.
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang
terdiri atas saluran pencernaan dan organasesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut
sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu,
dan pancreas.
Lebih dari 40 jenis zat gizi di dalam makanan, dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan
fungsi yang unik dan spesifik yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitaman, mineral, air.
D. CAIRAN DAN ELEKTROLIT Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat.  Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.  Dengan kemampuannya yang sangat
besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel
yang relatif  konstan tapi dinamis.  Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. 
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
E.ELIMINASI BAK adalah ; Suatu keadaan dimana terganggunya proses mekanisme tubuh
untuk memenuhi kebutuhan eliminasi BAK atau pengosongan kandung kencing secara
normal.
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang
kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan Secara
normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat) didorong ke faring oleh lidah
dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus kedalam lambung.

F. ISTIRAHAT DAN TIDUR merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara
optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.
Sedangkan  tidut adalah Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak,
ratarata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur.
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur
dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivitasi retikularis yang
merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termaksuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur.
Ada dua jenis tidur yaitu tidur REM dan tidur NREM. Tidur REM (rapideye movement)
terjadi disaat kita bermimpi hal tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan fisik.
Sedangkan, Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama tingkatan terdalam
berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan. Beranjak lebih malam,
status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa menyegarkan/ meguatkan.
Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya dengan menggunakan hormon yang
dinamakan somastostatin.

DAFTAR PUSTAKA

1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
1.
http://bidandepkes.blogspot.co
m/2014/03/alat-
kebidanan.html#
2.
http://lessypratamaputri.blogsp
ot.co.id/2011/04/peralatan-
praktik-bidan.html
https://dokumen.tips/documents/instrumen-kebidanan.html
http://nurfaradilaa.blogspot.com/2013/04/pemenuhan-kebutuhan-nutrisi.html
- Ambarwati, eny retna dan tri sunarsih. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta.    
Nuha medika tahun 2009
- Eko, Nurul. Dan andriani sulistiani. KDPK (keterampilan dasar praktik klinik) Kebidanan.
Yogyakarta.pustaka rihama tahun 2010
- Syaifuddin. Anatomi Fisiologi.buku kedokteran EGC. Jakarta tahun 2006
- Uliyah, musrifatul dan aziz alimul hidayat. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
kebidanan. Jakarta. Salemba medika tahun 2008
- Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Salemba Mardika tahun 2006
http://nendapurnama.blogspot.co.id/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html
http://nurseviliansyah.blogspot.co.id/2015/01/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html
http://www.kompasiana.com/amaliahtuti/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-cairan-dan-
elektrolit_54f94f0ca3331135028b4e81
Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A.
Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakarta : EGC :
2004
Perry, Potter 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1, Jakarta : EGC
http://www.proses_pencernaan_makanan.htmhttp://www>siklus_alami_tubuh_dalam_proses
+pencernaan_makanaan.html
Asmadi. (2008). Jurnal Konsep Dasar Istirahat Dan Tidur. Jakarta, Hal.1-9
Elis Deti Dariah1 Okatiranti. (2015) Hubungan kecemasan dengan kualitas
tidur  lansia di posbindu anyelir kecamatan cisarua kabupaten bandung barat. Jurnal
universitas BSI.bandung,hal.92-93
Hidayat, A.Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. (2015) pengantar kebutuhan
dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika      
Riyadi, S., & Widuri, H. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat
Diagnosa NANDA. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Ruslan muctar (2009 )jurnal kebutuhan istirahat dan tidur.jakarta, hal. 1-9

Sri Rejeki, Sri Yuniarsih, Aeda Ernawati (2007)  Jurnal Persepsi perawat dan
pasien tentang kebutuhan Istirahat dan Tidur.

Setiyo Purwanto (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia Dengan Terapi


Relaksasi. Jurnal fakultas psikologi universitas Surakarta, vol 1 no 2. surakarta, hal. 141
Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku  Ajar Fudamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai