Anda di halaman 1dari 15

“TEORI PENDIDIKAN KH.

WAHID HASYIM”

MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN

“KH. WAHID HASYIM”

DOSEN PENGAMPU: ALI ARMADI M.pd

MAKALAH

Disusun Oleh :

NUR KHOLIFAH

(21862061A002421)

PROGRAM SISTEM PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

STKIP PGRI SUMENEP

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang mahakuasakarena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.

Makalah Teori “ KH. WAHID HASYIM “ yaitu mengenal KH. Wahid


Hasyim yang hidup dilingkungan agamis sejak kecil. Ayahnya adalah seorang
ulama besar islam; pendiri Nahdlotul Ulama(NU). waktunya dihabiskan untuk
belajar dipesantren. Dengan kecerdasan yang dimilikinya dan kegemarannya
dalam membaca buku, Wahid berkembang menjadi sosok yang berwibawa dan
bijaksana sehingga beliau menjadi tokoh pendidikan dan yang banyak di kenal
oleh masyarakat Indonesia dengan peranan dan kepribadiannya yang baik . Pada
mata kulia pengantar pendidikan di STKIP PGRI SUMENEP. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi yang menulis dan
yang membaca. Berdasarkan yang berkaitan dengan tokoh KH.WAHID HASYIM
penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Dan di harapkan
berbagai kritik dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini

Sumenep 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB. I PENDAHULUAN ..........................................................................1


1.1 Latar Belakang ......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................4
1.3 Tujuan ......................................................................................4
BAB. II PEMBAHASAN ..............................................................................5
2.1 Biografi KH. Wahid Hasyim....................................................5
2.2 Pemikiran KH. Wahid Hasyim.................................................6
2.3 Peranan KH. Wahid Hasyim.....................................................7
2.4 KH. Wahid Hasyim dengan kepribadiannya............................8
2.5 Metode Pendidikan KH. Wahid Hasyim..................................8

BAB. III PENUTUP .......................................................................................10


3.1 Penutup ....................................................................................11
3.2 Saran ........................................................................................11

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………...............11

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan telah


membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia. Agar
mampu berperan dimasa yang akan datang maka diperlukannya
peningkatan kualitas sember daya manusia. Dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting
bagi manusia. Pendidikan adalah sumber daya manusia yang berkualitas
sesuai dengan perubahan zaman agar tidak terjadi kesenjangan antara
realitas dan identitas. Umat islam telah mengenal berbagai macam ilmu
pengetahuan baik itu ilmu agama maupun ilmu-ilmu lainnya. Dalam islam
hakikatnya tidak mengenal sikap membeda-bedakan dalam segi ilmu
pengetahuan atau segala hal yang ada.

Sebagaimana kita lihat sekarang ini telah banyak lembaga


pendidikan Islam yang bermunculan dan fungsi utamanya
memasyarakatkan ajaran Islam tersebut. Di Sumatra Barat kita jumpai
surau, langgar di Jakarta, tajuk di Jawa Barat, Pesantren di Jawa, dan
seterusnya. Munculnya lembagalembaga pendidikan tradisional ini tidak
selamanya di terima baik oleh masyarakat, mengingat jauh sebelum itu
telah berkembang pula agama-agama lain seperti Hindu, Budha, dan juga
paham agama setempat dan adat istiadat yang tidak selamanya sejalan
dengan ajaran islam. Selanjutnya pendidikan Islam mengalami
modernisasi lanjutan dimana sebelumnya sudah banyak madrasah dan
pondok pesantren di Indonesia yang didirikan para tokoh pembaru
pendidikan Islam sebelum kemerdekaan untuk selanjutnya di hadirkannya
setelah lima bulan Indonesia merdeka tepatnya pada tanggal 3 Januari
1946 dengan berdirinya Departemen Agama. Walau pada masa itu
dipandang motivasi pendiriannya bernuansa politis, tapi lembaga ini
menjadi salah satu pelaku pembaruan pendidikan islam yang paling

1
2

penting. Karena salah satu bidang garapan Departemen Agama


adalah pendidikan agama islam.

Setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia mengalami


banyak perubahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan.
pemerintah Indonesia segera membentuk dan menunjuk menteri
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Karena kondisi sosial-politik
yang belum stabil, perjuangan 10 kemerdekaan belum selesai dan disana-
sini masih terjadi instabilitas, maka tidak mengherankan bila selama orde
lama sering terjadi pergantian menteri. Perubahan sistem pemerintah ini
berimplikasi terhadap dinamika pendidikan di indonesia karena perubahan
penentu kebijakan, pemerintahan, pemimpin, sistem dan secara tidak
langsung juga perubahan dalam pengambilan kebijakan sehingga ini
menjadi penting untuk dikaji lebih dalam. Kemudian dalam kurun waktu
yang sangat panjang, kita ketahui bahwa pada masa orde lama mulai di
berikan arah yang jelas mengenai pendidikan Islam, ini terbukti bahwa
pemerintah membentuk Departemen Agama sebagai wadah untuk
mereformulasi kebijakan dan penentu arah juang misi ajaran Islam.
Kemudian hadir KH. A. Wahid Hasyim menjadi Menteri Agama RI, yang
menjabat pada tahun 1949-1952 untuk melakukan pembaruan di bidang
pendidikan agama Islam sebagai salah satu bidang garapan Departemen
Agama. Semenjak KH. A. Wahid Hasyim menjabat saebagai Menteri
Agama, pendirian madrasah di pesantren-pesantren (sebagai simbol dari
pendidikan Islam) semakin menemukan momentumnya.

Sosok Wahid Hasyim yang merupakan tokoh kelahiran pesantren


tetapi beliau memiliki pemikiran yang moderat. Beliau melakukan
pembaharuan dalam berbagai bidang, yang di antaranya adalah
pembaharuan dalam pendidikan Islam. Pembaharuan dalam bidang
pendidikan Islam yang dapat di buktikan adalah dengan perombakan
sistem pendidikan pesantren 11 Tebuireng yang didirikan oleh ayahnya,
yaitu K.H. Hasyim Asy’ari. Ia melihat perlunya pembaruan dalam sistem
pendidikan yang tradisional dan hanya mengkaji kitab-kitab kuning, yang
3

menggunakan metode halaqoh, untuk kemudian di transformasikan kearah


yang lebih progresif, tutorial. Namun yang lebih pokok dari pembaruan
nya adalah perlunya di masukan mata pelajaran umum kedalam kurikulum
pesantren, karna ia memandang tidak semua santri-santri itu bercita-cita
ingin menjadi ulama atau kyai. Dengan semangat memajukan pesatren
kiayi Wahid Hasyim memadukan pola pengajaran Pesantren yang menitik
beratkan pada ajaran agama dengan pelajaran ilmu umum. Selain pelajaran
bahasa Arab, murid juga di ajari bahasa Inggris dan Belanda.

Beliau juga menekankan bahwa sistem pendidikan Nasional harus


memasukkan pelajaran agama dan harus di berikan secara seimbang
dengan pelajarn umum. Perdebatan mengenai apakah pelajaran agama
harus di berikan di sekolah Pemerintah (Negeri) atau tidak, akhirnya di
akhiri dengan SK bersama antara Kementrian Agama dengan Kementrian
Pendidikan yang menyatakan bahwa pelajaran agama harus di berikan
sejak kelas 4 dan sekolah menengah selama dua jam dalam seminggunya.
Berkat usaha Wahid Hasyim-lah dalam kabinet, akhirnya pemerintah
mengeluarkan peraturan tertanggal 21 Januari 1951, yang mewajibkan
pelajaran agama harus di ajarkan di sekolah umum. Perjuangan dari KH.
Abdul Wahid Hasyim bukan hanya dalam pemikiran saja. Namun, 12
beliau merealiasikan buah pemikiran tersebut dalam suatu tindakan yang
dapat memberikan kemaslahatan bagi seluruh umat.

Perubahan dan perkembangan institusi pendidikan Islam di kalangan


kaum tradisional hampir tidak pernah di sentuh, meskipun di temukan
adanya persamaan di antara institusi pendidikan tradisional dengan
institusi yang di kembangkan oleh kaum modernis. Adapun nama yang
selalu harum berkaitan dengan pembaharuan di kalangan tradisional
adalah Wahid Hasyim, seorang pemimpin teras Nahdlatul Ulama, dan
seorang yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan
kaum muslimin di Indonesia Khususnya dari kalangan kelompok
tradisional. Abdul Wahid Hasyim telah dikenal sebagai seorang figur mata
rantai yang menjembatani peradaban pesantren dengan peradaban islam
4

modern. Wahid Hasyim merupakan sosok yang sangat berpengaruh dan


keberadaannya membawa dampak yang sangat besar dalam mengarahkan
bangsa Indonesia menuju peradaban yang lebih mapan.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa Biografi KH. Wahid Hasyim?
2 Apa saja pemikiran K.H Wahid Hasyim?
3 Apa saja peranan K.H Wahid Hasyim?
4 Bagaimana kepribadian K.H Wahid Hasyim?
5 Bagaimana metode pendidikan K.H Wahid Hasyim?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui biografi KH. Wahid Hasyim
2 Untuk mengetahui pemikiran KH. Wahid Hasyim
3 Untuk mengetahui peranan KH. Wahid Hasyim
4 Untuk mengetahui kepribadian K.H Wahid Hasyim
5 Untuk mengetahui metode pendidikan K.H Wahid Hasyim
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi KH. Wahid Hasyim

Wahid Hasyim yang akrab di panggil dengan sebutan Gus Wahid


lahir pada hari jumat legi, tanggal 5 Rabiul Awal 1333 H bertepatan
dengan 1 juni 1914 di Desa Tebuireng, Jombang Jawa Timur .Oleh
ayahnya Hadratus Syeh K.H. Hasyim Asy’ari beliau diberi nama
Muhammad Asy’ari, terambil dari nama neneknya. Karena di anggap
nama tersebut tidak cocok dan berat maka namanya di ganti Abdul Wahid,
pengambilan dari nama seorang datuknya. Namun, ibu dari KH. Wahid
Hasyim sering kali memanggil dengan nama Mudin. Sedangkan para
santri dan masyarakat sekitar sering memanggil dengan sebutan Gus
Wahid, sebuah panggilan yang skerap kali ditujukan untuk memanggil
nama putra seorang Kyai di Jawa. Ibunya adalah Nafiqah putri K.H. Ilyas
yang memimpin pesantren Sewulan di madiun.

Garis keturunan atau nasab ayah dan ibunya bertemu pada Lembu
Peteng ( Brawijaya VI ), yaitu dari pihak ayah melalui Joko Tingkir
( Sultan Pajang 1569-1587 ) dan dari pihak ibu melalui Kiai Ageng Tarub
I.Sejak usia 5 tahun ia belajar membaca Al Quran pada ayahnya setiap
selesai sholat magrib dan dhuhur, sedangkan pada pagi hari ia belajar di
Madrasah Slafiyah di dekat rumahnya. Dalam usia 7 tahun ia mulai
mempelajari kitab Fath Al-Qarib ( kemenangan bagi yang dekat ) dan al-
Minhaj al-Qawim ( jalan yang lurus ).Sejak kecil beliau memiliki minat
membaca sangat tinggi, berbagai macam kitab di telaahnya. Beliau juga
menyukai buku-buku kesusastraan Arab, khususnya buku Diwan asy-
Syu’ara’ ( Kumpulan penyair dengan syair-syairnya ).

Ketika berusia 12 tahun Wahid Hasyim telah menamatkan studinya


di Madrasah Salafiyah Tebuireng, lalu beliau belajar ke pondok Siwalan
Panji, Sidoarjo, di pondok Kyai Hasyim bekas mertua ayahnya. Di sana ia
belajar kitab-kitab Bidayah, Sullamut Taufik, Taqrib dan Tafsir

5
6

Jalalain.Beliau berguru pada Kyai Hasyim dan Kyai Chozin Panji,


namun beliau hanya belajar dalam waktu yang tidak lama yaitu selama 25
hari, tidak sebagaimana umumnya santri. Pengembaraan intelektual
pesantrennya dilanjutkan di Pesantren Lirboyo, kediri, namun juga untuk
beberapa .Setelah itu beliau tidak meneruskan pengembaraannya ke
pesantren lain, dan lebih memilih tinggal di rumahnya dan belajar secara
otodidak dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dalam belajar beliau
tidak pernah mengalami kesulitan karena tingkat kecerdasannya yang
tinggi dalam mengenyam ilmu pendidikan dan juga hafalannya yang
sangat

2.2 Pemikiran K.H. A. Wahid Hasyim

Menyelesaikan konflik sila ketuhanan

Seperti diketahui bahwa Tim 9 (sembilan) perumus dasar negara


yang terdiri dari Soekarno, Muh. Hatta, A.A. Maramis, KH A Wachid
Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim,
Ahmad Subardjo dan Muh. Yamin, merumuskan salah satu bunyi Piagam
Jakarta yaitu: “Ketuhanan, dengan Kewajiban Menjalankan Syari’at Islam
Bagi Pemeluk-pemeluknya”.

Sebelum Pembukaan/Muqaddimah (Preambule) disahkan, pada


tanggal 17 Agustus 1945 Mohammad Hatta mengutarakan aspirasi dari
rakyat Indonesia bagian Timur yang mengancam memisahkan diri dari
Indonesia jika poin “Ketuhanan” tidak diubah esensinya. Akhirnya setelah
berdiskusi dengan para tokoh agama di antaranya Ki Bagus Hadikusumo,
KH Wahid Hasyim, dan Teuku Muh Hasan, ditetapkanlah bunyi poin
pertama Piagam Jakarta yang selanjutnya disebut Pancasila itu dengan
bunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Tokoh ulama yang berperan menegaskan konsep Ketuhanan yang


akomodatif itu adalah KH Wahid Hasyim, ulama muda NU putra KH
Hasyim Asy’ari yang juga tak lain ayah Gus Dur. Menurut Gus Wahid saat
itu, “Ketuhanan Yang Esa” merupakan konsep tauhid dalam Islam.
7

Sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk menolak konsep tersebut
dalam Pancasila. Artinya, dengan konsep tersebut, umat Islam mempunyai
hak menjalankan keyakinan agamanya tanpa mendiskriminasi keyakinan
agama lain. Di titik inilah, menjalankan Pancasila sama artinya
mempraktikan Syariat Islam dalam konsep hidup berbangsa dan bernegara.
Sehingga tidak ada sikap intoleransi kehidupan berbangsa atas nama suku,
agama, dan lain-lain. Pancasila yang akomodatif dalam konteks sila
Ketuhanan tersebut mewujudkan tatanan negara yang unik dalam aspek
hubungan agama dan negara. Dalam arti, negara Indonesia bukanlah
negara sekuler dan bukan pula negara Islam, melainkan negara yang
berupaya mengembangkan kehidupan beragama dan keagamaan (Einar
Martahan Sitompul, 2010: 91).

2.3 Peranan KH. Wahid Hasyim

1.Pendiri Nahdlotul Ulama

2.Pada 1938 dipilih menjadi ketua Majelis Islam Ala Indonesia


(MIAI)

3.Pada 1943 menggantikan ayahnya untuk memimpin Shumubu


(badan urusan agama islam)

4.Salah satu anggota BPUPKI

5.Salah satu anggota panitia sembilan

6.Salah satu tokoh yang ikut menandatangani Jakarta Charter pada 22


Juni 1945 di Jakarta

7. Menjabat sebagai menteri agama pada masa kabinet Hatta dan


kabinet Natsir

8.Mendirikan beberapa sekolah dan perguruan tinggi di 14 provinsi di


Indonesia
8

2.4 KH. Wahid Hasyim dengan Kepribadiannya


Sejak kecil beliau dikenal sebagai seorang anak yang pendiam, ramah dan
pintar dalam mengambil hati orang. Dikenal banyak orang sebagai orang
yang gemar menolong kawan, suka bergaul dengan tidak memandang
perbedaan kasta, atau memilih agama, pangkat dan uang. Mudah percaya
pada teman, rela berkorban, akan tetapi mudah tersinggung perasaannya
dan mudah marah, tetapi dapat mengontrol kemarahannya

Wahid Hasyim hidup di lingkungan pesantren yang relegius


sehingga dapat membentuk kepribadiannya dalam cara bergaul,
beorganisasi, mendidik menjadi seorang pemimpin dan bahkan menjadi
seorang negarawan. Kepribadian yang dimiliki KH. Wahid Hasyim adalah
kepribadian lintas batas, artinya tidak sekedar di bentuk dari pergesekan
dan dialektikanya dengan komunitas pesantren dan NU, tetapi dengan
berbagai komunitas seperti dengan organisasi pergerakan Islam, partai
politik dan juga birokrasi pemerintahan ketika beliau menjabat sebagai
Mentri Agama.

2.5 Metode Pendidikan.

Adapun metode pendidikan yang dianut oleh K.H.A. Wahid


Hasyim yaitu banyak mencontoh model pengajaran ayahnya Hasyim
Asy’ari berupa penanaman kepercayaan diri yang tinggi terhadap
muridnya. Ini sebagai bukti bahwa pola pemikiran Wahid Hasyim dengan
ayahnya yaitu Hasyim Asy’ari banyak sekali persamaannya, atau dengan
kata lain bahwa sistem dan tehnik yang diterapkan Wahid Hasyim
merupakan kelanjutan dari sistem dan tehnik Hasyim Asy’ari. Adapun
contohnya seperti :

a. Tanggung jawab murid

- Tidak menunda-nunda kesempatan dalam belajar atau malas

- Berhati-hati dan menghindari hal-hal yang kurang bermanfaat.


9

- Memuliakan dan memperhatikan hak guru dan mengikuti jejak guru.

- Duduk dengan rapi bila berhadapan dengan guru.

- Berbicara dengan sopan dan santun dengan guru.

- Bila terdapat sesuatu yang kurang bisa dipahami hendaknya bertanya.

- Pelajari pelajaran yang telah diberikan oleh guru secara istiqomah.

- Pancangkan cita-cita yang tinggi.

- Tanamkan rasa antusias dalam belajar.

b. Tanggung jawab guru

- Bersikap tenang dan selalu berhati-hati dalam bertindak.

- Mengamalkan sunnah Nabi.

- Tidak menggunakan ilmunya untuk meraih gemerlap dunia.

- Berahlakul karimah dan selalu menabur salam.

- Menghindarkan diri dari tempat-tempat yang kotor dan maksiat.

- Memberi nasehat dan menegur dengan baik jika ada anak yang bandel.

- Mendahulukan materimateri yang penting dan sesuai dengan profesi


yang dimiliki.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. KH. Wahid Hasyim atau biasa dipanggil Gus Wahid lahir pada hari
jumat legi, tanggal 5 Rabiul Awal 1333 H atau 1 juni 1914 di Desa
Tebuireng, Jombang Jawa Timur . Ayahnya adalah Haratus Syeh
KH. Hasyim Asy’ari dan ibunya adalah Nafiqah
2. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Tim 9 (sembilan)
perumus dasar negara yang diantaranya adalah KH. Wahid Hasyim
merumuskan salah satu bunyi Piagam Jakarta yaitu: “Ketuhanan,
dengan Kewajiban Menjalankan Syari’at Islam Bagi Pemeluk-
pemeluknya”.
3. KH. Wahid Hasyim adalah pendiri Nahdlotul Ulama. Pada 1938
beliau dipilih menjadi ketua Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI).
Pada 1943 menggantikan ayahnya untuk memimpin Shumubu
(badan urusan agama islam) dll.
4. Sejak kecil beliau dikenal sebagai seorang anak yang pendiam,
ramah dan pintar dalam mengambil hati orang.
5. K.H.A. Wahid Hasyim yaitu banyak mencontoh model pengajaran
ayahnya Hasyim Asy’ari berupa penanaman kepercayaan diri yang
tinggi terhadap muridnya.

B. Saran

Dengan ditulisnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat


terinspirasi untuk terus mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan
oleh para pahlawan dengan hal hal yang membawa manfaat. Pembaca
dapat meneladani sifat dan perilaku baik para pahlawan nasional
khususnya KH. A. Wahid Hasyim.

10
DAFTAR PUSTAKA

2017. Wikipedia Bahasa Indonesia: wahid hasjim.

Bastian, Radis. Juli 2013. Para Pahlawan Terhebat Pengubah Indonesia: Palapa

Mustofa dan Abdulloh Aly. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.


Bandung: CV Pustaka Setia.

Khuluq, Lathiful. 2008. Fajar Kebangkitan Ulama, Biografi KH. Hasyim Asy’ari
Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara.

http://biografinya.blogspot.co.id/2013/03/kh-wahid-hasyim.html?m=1
http://infomedisos.blogspot.com/2013/11/makalah-pahlawan-nasional-
khwahid-hasyim.html
file:///C:/Users/L%20E%20N%20O%20V%20O/Downloads/Documents/
SKIPSI%20SITI%20NUR%20ROHMAH.pdf

http://infomedisos.blogspot.com/2013/11/makalah-pahlawan-nasional-khwahid

SKIPSI SITI NUR ROHMAH.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai