2849 5441 1 SM
2849 5441 1 SM
Suhendar
Fakultas Hukum, Universitas Pamulang
hendar.tzu@gmail.com
Abstract
This research emphasizes Corruption is a criminal act that is of a specific nature both in the
context of actions and the party handling the investigation of the crime. This study aims to
provide information on the first, How to investigate corruption in the criminal law optics;
Second, how to investigate state financial losses in optical criminal law his research was
conducted with normative research with primary and secondary data analyzed
qualitatively. The results of the study indicate that legal investigations in eradicating
criminal acts of corruption and state financial losses remain the authority of police
investigators, as well as prosecutors and prosecutors, with technical investigation and
prosecution procedures as stipulated in the formal criminal law of the Criminal Procedure
Code and Law 31/1999 jo. Law 20/2001. While law enforcement in eradicating corruption
that is the authority of the Corruption Eradication Commission is an exception to the
authority of police investigators.
Abstrak
Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat khusus baik dalam konteks
perbuatan maupun pihak yang menangani penyidikan tindak pidana tersebut. Penelitian ini
hendak memberikan informasi mengenai pertama, Bagaimana penyidikan tindak pidana
korupsi dalam optik hukum pidana; Kedua, Bagaimana penyidikan kerugian keuangan
negara dalam optik hukum pidana. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian normatif
dengan data yang bersifat primer dan sekunder dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian
menunjukan penyidikan hukum dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan kerugian
keuangan negara tetap menjadi wewenang penyidik kepolisian, serta penyidik dan penuntut
umum kejaksaan, dengan teknis prosedur penyidikan dan penuntutuan sebagaimana diatur
dalam hukum pidana formil KUHAP dan UU 31/1999 jo. UU 20/2001. Sementara
penegakan hukum dalam pemberantasan tindak pidana korupsi yang menjadi wewenang
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah pengecualian dari wewenang penyidik kepolisian.
85
Suhendar
86
Suhendar
acara pidana umum dengan cara hukum acara pidana dalam tingkat
menggabungkan keduanya. Disamping pemeriksaan penyidikan dan pembuktian.
penggabungan hukum acara pidana yang (M. Yahya Harahap, 2000: 91)
disebut diatas, tindak pidana khusus juga Pasal 5 PP Nomor 71 Tahun 2000
mengatur sendiri hukum acara pidana tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
dalam tingkat pemeriksaan penyidikan dan Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
pembuktian. Penyidikan merupakan salah dalam Pencegahan dan Pemberantasan
satu komponen dari sub sistem peradilan Tindak Pidana Korupsi pada intinya
pidana, bahkan ia memiliki peran yang mengatur bahwa setiap orang, Organisasi
sangat strategis dalam menentukan sub Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat
sistem peradilan pidana lainnya seperti berhak atas perlindungan hukum baik
penuntutan, pengadilan dan pemasyarakat. mengenai status hukum maupun rasa aman,
Sebagaimana telah dikemukakan, berhasil kecuali terhadap pelapor dikenakan
atau tidak fungsi proses pemeriksaan sidang tuntutan dalam perkara lain dan terdapat
pengadilan yang dilakukan Jaksa Penuntut bukti yang cukup yang memperkuat
Umum dan Hakim menyatakan terdakwa keterlibatan pelapor dalam tindak pidana
salah serta mempidananya sangat korupsi yang dilaporkan. Status hukum
tergantung atas hasil penyidikan. (M. Yahya dimkasud adalah status seseorang pada
Harahap, 2000: 91) waktu menyampaikan suatu informasi,
Dengan demikian pada hakikatnya saran, atau pendapat kepada penegak
penyidikan memiliki keterkaitan secara hukum atau komisi dijamin tetap, misalnya
mendasar dengan sub sistem penuntutan status sebagai pelapor tidak diubahnya
serta pada akhirnya akan membawa menjadi tersangka. Artinya perlindungan
implikasinya terhadap sub sistem pelapor terbagi menjadi dua, yaitu: 1)
pengadilan. Tindak pidana korupsi perlindungan status hukum dan 2)
termasuk dalam klasifikasi tindak pidana perlindungan rasa aman. Menurut Adami
khusus (lex specialis), oleh karena Chazawi perlindungan hukum dari Negara
kekhususan tersebut, maka ia dapat ini melalui lembaga kepolisian dan
menyimpang dari ketentuan pidana umum kejaksaan, terhadap perlindungan
(lex generalis), meski kemudian keduanya mengenai rasa aman ia mengatakan
juga dapat diberlakukan secara bersamaan. dibebankan pada kepolisian setempat untuk
Adakalanya hukum acara pidana yang memberikan perlindungan pelapor dan
berlaku bagi tindak pidana khusus seluruh anggota keluarganya dari ancaman-
merupakan gabungan antara hukum acara ancaman dari pihak manapun. (Adami
pidana umum (KUHAP) dengan hukum Chazawi, 2005: 415)
acara pidana khusus yang diatur sendiri “Dengan demikian, diskursus dalam
dalam tindak pidana khusus tersebut. Jika tulisan ini adalah mengenai bagaimana
terjadi penggabungan yang seperti ini, penyidikan tindak pidana korupsi dalam
biasanya hal itu ditegaskan dalam tindak optik hukum pidana dan bagaimana
pidana khusus, dengan jalan menyebutkan penyidikan dalam hal kerugian keuangan
bahwa disamping ketentuan hukum acara negara dalam optik hukum pidana, apakah
pidana khusus yang terdapat di dalamnya, ada perbedaaan diantara keduanya.
diperlakukan juga hukum acara pidana Bagaimana secara legalitas mengatur
umum dengan cara menggabungkan ketentuan tersebut dan bagaimana para ahli
keduanya. Disamping penggabungan hukum pidana mendepinisikan hal ihwal
hukum acara pidana yang disebut di atas, mengenai penyidikan dalam konteks kedua
tindak pidana khusus juga mengatur sendiri hal tersebut.”
87
Suhendar
88
Suhendar
89
Suhendar
membuat dan menandatangani berita (1) Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh
acara penyerahan sehingga segala tugas Jaksa Agung.
dan kewenangan kepolisian atau (2) Dalam melaksanakan tugas dan
kejaksaan pada saat penyerahan wewenangnya, jaksa bertindak untuk
tersebut beralih kepada Komisi dan atas nama negara serta
Pemberantasan Korupsi”. bertanggung jawab menurut saluran
Pengertian kejaksaan tidak hierarki.
dijelaskan oleh KUHAP, melainkan oleh (3) Demi keadilan dan kebenaran
Undang-undang tersendiri secara khusus berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
sebagaimana ditegaskan pada “Pasal 2 Esa, jaksa melakukan penuntutan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 dengan keyakinan berdasarkan alat
ayat: bukti yang sah.
(1) Kejaksaan Republik Indonesia yang (4) Dalam melaksanakan tugas dan
selanjutnya dalam Undang-undang ini wewenangnya, jaksa senantiasa
disebut kejaksaan adalah lembaga bertindak berdasarkan hukum dengan
pemerintahan yang melaksanakan mengindahkan norma-norma
kekuasaan negara di bidang keagamaan, kesopanan, kesusilaan,
penuntutan serta kewenangan lain serta wajib menggali dan menjunjung
berdasarkan undang-undang. tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang
(2) Kekuasaan negara sebagaimana hidup dalam masyarakat, serta
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan senantiasa menjaga kehormatan dan
secara merdeka. martabat profesinya.”
(3) Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada Sementara menurut KUHAP,
ayat (1) adalah satu dan tidak sebagaimana tersebut pada “Pasal 1 angka 6
terpisahkan”. huruf:
“Selanjutnya diperjelas dalam Pasal a. Jaksa adalah pejabat yang diberi
3 Undang-undang tersebut bahwa wewenang oleh undang-undang ini
pelaksanaan kekuasaan negara di analisa untuk bertindak sebagai penuntut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, umum serta melaksanakan putusan
diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, pengadilan yang telah memperoleh
kejaksaan tinggi, dan kejaksaan negeri. kekuatan hukum tetap;
Pada Pasal 1 angka 1 Undang-undang b. Penuntut umum adalah jaksa yang
tersebut menegaskan bahwa: “jaksa adalah diberi wewenang oleh undang-undang
pejabat fungsional yang diberi wewenang ini untuk melakukan penuntutan dan
oleh undang-undang untuk bertindak melaksanakan penetapan hakim.”
sebagai penuntut umum dan pelaksana Berdasarakan hal-hal tersebut, maka
putusan pengadilan yang telah memperoleh dapat disimpulkan bahwa kejaksaan adalah
kekuatan hukum tetap serta wewenang lain lembaga pemerintahan yang melaksanakan
berdasarkan undang-undang”. kekuasaan negara di bidang penuntutan
“Kemudian Pasal 1 angka 4 Undang- serta kewenangan lain berdasarkan undang-
undang tersebut menegaskan bahwa: undang, atau dengan kata lain sebagai
jabatan Fungsional Jaksa adalah jabatan sebuah institusi, sementara jaksa adalah
yang bersifat keahlian teknis dalam nama jabatan yang diberi wewenang oleh
organisasi kejaksaan yang karena fungsinya undang-undang sebagai penuntut umum
memungkinkan kelancaran pelaksanaan untuk melakukan penuntutan dan
tugas kejaksaan.” Selanjutnya pada “Pasal 8 melaksanakan putusan pengadilan yang
undang-undang tersebut menjelaskan: telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
90
Suhendar
92
Suhendar
dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun korupsi, yang pelaksanaannya dilakukan
sejak Undang-undang ini mulai berlaku, secara optimal, intensif, efektif, profesional
dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak sertaberkesinambungan.”
Pidana Korupsi. Maka pada tanggal 27 Selain itu, keberadaan KPK juga
Desember 2002 berdirilah KPK melalui merupakan untuk merespon atas penegakan
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 hukum pemberantasan tindak pidana
tentang Komisi Pemberantasan Tindak korupsi yang dilakukan secara konvensional
Pidana Korupsi.” selama ini, oleh institusi kepolisian dan
“Keberadaan KPK, tersirat secara kejaksaan danserta badan-badan lain yang
eksplisit pada penjelasan Undang-undang berkaitan dengan pemberantasan tindak
Nomor 30 Tahun 2002 tersebut, yaitu: pidana korupsi terbukti mengalami
Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah berbagai hambatan. Untuk itu diperlukan
meluas merusak tatanan dalam kehidupan metode penegakan hukum secara luar biasa
masyarakat. Perkembangannya terus melalui pembentukan suatu badan khusus
meningkat dari tahun ke tahun, baik dari yang mempunyai kewenangan luas,
jumlah kasus yang terjadi dan jumlah independen serta bebas dari kekuasaan
kerugian keuangan negara maupun dari segi manapun. Namun demikian harus
kualitas tindak pidana yang dilakukan dilakukan secara berhati-hati agar tidak
semakin sistematis serta lingkupnya yang terjadi tumpang tindih kewenangan dengan
memasuki seluruh aspek kehidupan berbagai instansi tersebut. “Sebagaimana
masyarakat. Meningkatnya tindak pidana ditegaskan masing-masing pada Pasal 3 dan
korupsi yang tidak terkendali akan 4 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002,
membawa bencana tidak saja terhadap KPK adalah lembaga negara yang dalam
kehidupan perekonomian nasional tetapi melaksanakan tugas dan wewenangnya
juga pada kehidupan berbangsa dan bersifat independen dan bebas dari
bernegara pada umumnya.” pengaruh kekuasaan manapun, dibentuk
“Tindak pidana korupsi dalam dengan tujuan meningkatkan daya guna dan
konteks kerugian keuangan negara yang hasil guna terhadap upaya pemberantasan
meluas dan sistematis juga merupakan tindak pidana korupsi. Selanjutnya, pada
pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan Pasal 1 angka 3 Undang-undang tersebut
hak-hak ekonomi masyarakat, dan karena juga menegaskan bahwa:”
itu semua maka tindak pidana korupsi tidak “Pemberantasan tindak pidana
lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan korupsi adalah serangkaian tindakan
biasa melainkan telah menjadi suatu untuk mencegah dan memberantas
kejahatan luar biasa. Begitu pun dalam tindak pidana korupsi melalui upaya
upaya pemberantasannya tidak lagi dapat koordinasi, supervisi, monitor,
dilakukan secara biasa, tetapi dituntut cara- penyelidikan, penyidikan,
cara yang luar biasa. Penegakan hukum penuntutan, dan pemeriksaan di
untuk memberantas tindak pidana korupsi sidang pengadilan, dengan peran
yang dilakukan secara konvensional selama serta masyarakat berdasarkan
ini terbukti mengalami berbagai hambatan. peraturan perundang-undangan
Untuk itu diperlukan metode penegakan yang berlaku”.
hukum secara luar biasa melalui Itu sebabnya wewenang KPK terkait
pembentukan suatu badan khusus yang penegakan hukum, dalam pemberantasan
mempunyai kewenangan luas, independen tindak pidana korupsi, tidak hanya
serta bebas dari kekuasaan manapun dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan,
upaya pemberantasan tindak pidana melainkan juga diberikan wewenang
93
Suhendar
melakukan penututan. Demikian hal ini formil yang berlaku, kecuali ditentukan lain
dapat dapat disimpulkan berdasarkan Pasal secara tersendiri.
6, Pasal 8 ayat (1) dan (2), serta Pasal 11 Artinya, berdasarkan hal-hal
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002. tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa di
adalah: berwenang mengambil alih luar ketentuan-ketentuan tersebut,
penyidikan atau penuntutan terhadap penegakan hukum dalam pemberantasan
pelaku tindak pidana korupsi yang sedang tindak pidana korupsi tetap menjadi
dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan, wewenang penyidik kepolisian, serta
dalam rangka melaksanakan tugas penyidik dan penuntut umum kejaksaan,
supervisi. Pengambilalihan penyidikan dan dengan teknis prosedur penyidikan dan
penuntutan ini sebagaimana ditegaskan penuntutuan sebagaimana diatur dalam
pada Pasal 9 Undang-undang Nomor 30 hukum pidana formil: KUHAP dan UU
Tahun 2002, “dilakukan oleh Komisi 31/1999 jo. UU 20/2001. Sementara
Pemberantasan Korupsi dengan alasan: penegakan hukum dalam pemberantasan
laporan masyarakat mengenai tindak tindak pidana korupsi yang menjadi
pidana korupsi tidak ditindaklanjuti; proses wewenang KPK adalah pengecualian dari
penanganan tindak pidana korupsi secara wewenang penyidik kepolisian, serta
berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa penyidik dan penuntut umum kejaksaan
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; sebagaimana telah diuraikan diatas. Dengan
penanganan tindak pidana korupsi kata lain penyelidikan, penyidikan dan
ditujukan untuk melindungi pelaku tindak penuntutan oleh KPK, tidak terhadap
pidana korupsi yang sesungguhnya; semua tindak pidana korupsi, melainkan
penanganan tindak pidana korupsi hanya terhadap tindak pidana korupsi
mengandung unsur korupsi; hambatan dengan kriteria tertentu.
penanganan tindak pidana korupsi karena Penyidikan tindak pidana korupsi
campur tangan dari eksekutif, yudikatif, secara umum, adalah bahwa benar tindak
atau legislatif; atau keadaan lain yang pidana korupsi merupakan kejahatan luar
menurut pertimbangan kepolisian atau biasa, namun demikian dalam proses
kejaksaan, penanganan tindak pidana penyidikannya, tersangka tetap memiliki
korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan hak-haknya yang harus dilindungi dan
dapat dipertanggungjawabkan. berwenang dihormati oleh aparat penegak hukum
melakukan penyelidikan, penyidikan, dan sebagai konsekuensi dari konsepsi Negara
penuntutan tindak pidana korupsi yang: hukum serta asas-asas hukum formil
melibatkan aparat penegak hukum, umum, sepanjang tidak diatur dalam
penyelenggara negara, dan orang lain yang hukum formil khusus. Artinya seorang
ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi tersangka yang diduga bersalah melakukan
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum tindak pidana, harus diproses dengan cara
atau penyelenggara negara; mendapat dan mekanisme yang benar, sehingga
perhatian yang meresahkan masyarakat; kualitas kebenaran materiilnya tetap
dan/atau menyangkut kerugian negara terjaga. Sebaliknya seorang tersangka yang
paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu diduga bersalah melakukan tindak pidana,
milyar rupiah).” namun diproses dengan cara dan
Mengenai wewenang KPK tersebut, mekanisme yang juga salah, maka kualitas
pada prinsipnya dilakukan berdasarkan kebenaran materiilnya tidak dapat
kekhususan sebagai konsekuensi dari lex dipertanggungjawabkan.
specialis: yaitu berdasarkan hukum pidana Tidak ada penjelasan rigid tentang
kerugian keuangan negara tersebut, yang
94
Suhendar
95
Suhendar
96
Suhendar
yang sama dengan tindak pidana korupsi 2012: 42)Sehingga, jika ada pengurangan
yang telah selesai dilakukan. (H. Elwi Danil, atau kerugian yang diderita oleh objek yang
2011:126) Persyaratan untuk adanya sebuah termasuk ruang lingkup Keuangan Negara,
percobaan melakukan tindak pidana tentu saja itu berarti telah terdapat kerugian
(strafbar poging) yang mengakibatkan keuangan negara. (Febri Diansyah, 2012:
pelakunya dapat diipidana adalah 42) Alasan untuk menuntut dan
sebagaimana dimaksud pasal 53 ayat (1) mempidana pelaku tidak membutuhkan
KUHP: penghitungan kerugian keuangan negara
1. “Terdapat suatu maksud untuk yang sangat akurat. (Febri Diansyah, 2012:
melakukan suatu kejahatan tertentu 44) Oleh karenanya, jika dicermati
2. Sudah terdapat suatu permulaan berdasarkan uraian tersebut, maka kerugian
tindakan pelaksanaan, dan keuangan Negara dalam dimensi hukum
3. Pelaksanaan kejahatan tersebut tidak pidana: tindak pidana korupsi adalah
selesai dilakukan disebabkan oleh karena berbeda dan lebih luas pengertiannya
hal-hal yang berada diluar kemauan si daripada menurut hukum administrasi
pelaku.” negara (dalam hal ini perundang-undangan
Senada dengan pendapat tersebut, keuangan Negara yang akan dijelaskan pada
Febri Diansyah mengatakan bahwa: (Febri Bab berikutnya).
Diansyah, 2012: 43) Undang-undang Kerugian keuangan Negara, secara
mengkategorikan korupsi sebagai delik praktis juga memunculkan persoalan.
formil, bukan delik materil yang Terutama terkait konsep kerugian keuangan
menghendaki akibat. Karena Pasal 2 ayat (1) negara dan kewenangan penghitungan
dan Pasal 3 menyebutkan “dapat merugikan kerugian keuangan Negara, hingga saat ini
keuangan negara”. “kata “dapat” sebelum masih dalam perdebatan, baik di tingkat
frasa “merugikan keuangan atau akademisi, maupun dalam teknis
perekonomian negara” menunjukkan bahwa pelaksanaan sehubungan undang-undang
tindak pidana korupsi merupakan delik tindak pidana korupsi tidak secara tegas
formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi mengaturnya. Tentu saja kejelasan baku ini
cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur dibutuhkan sebagai sebuah konsekuensi
perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dari konsepsi Negara hukum, dalam hal ini
dengan timbulnya akibat. Kemudian ia juga kepastian. “Terjadi ketidakpastian hukum
menjelaskan bahwa: Banyak pihak dalam penanganan perkara tindak pidana
menyamakan antara defenisi Kerugian korupsi akibat ketidak jelasnya defisini
Negara seperti diatur di Undang-Undang kerugian keuangan negara ini berimplikasi
Nomor 1 tahun 2004 tentang pula pada lembaga mana yang berhak dan
Perbendaharaan Negara dengan istilah berwenang menyatakan telah terjadi
Kerugian Keuangan Negara seperti kerugian negara. Padahal, rumusan
disebutkan dalam Undang-undang Tindak kerugian negara ini, dijadikan sebagai unsur
Pidana Korupsi. Dua pengertian ini dalam perkara tindak pidana korupsi yang
memang terkesan mirip, tetapi harus dibuktikan dalam persidangan. Ada
sesungguhnya berbeda. Pada Penjelasan kalanya untuk membuktikan ada tidaknya
Bagian Umum, UU No. 31 tahun 1999 jo UU kerugian keuangan negara, Kejaksaan dan
No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Polisi bergantung kepada hasil audit
Tindak Pidana Korupsi menegaskan makna institusi diluar penegak hukum yaitu BPK
yang lebih luas, dan bahkan bisa bersifat dan BPKP. Namun, disisi lain, Polisi
potensial (delik formil atau tidak penyidik maupun Jaksa Penyidik terkadang
membutuhkan akibat). (Febri Diansyah, memiliki penghitungan sendiri dan tidak
97
Suhendar
berdasarkan hasil audit BPK atau BPKP berwenang atau akuntan publik yang
dalam menghitung jumlah kerugian ditunjuk”.
keuangan negara yang disangkakan atau (2) Putusan bebas dalam perkara tindak
yang dituduhkannya itu.” Sebelum pidana korupsi tidak menghapuskan hak
menentukan adanya kerugian keuangan untuk menuntut kerugian terhadap
negara, tentunya terlebih dahulu perlu ada keuangan negara.
kejelasan definisi secara yuridis mengenai Pasal 33
pengertian keuangan negara. Tidak adanya “Dalam hak tersangka meninggal dunia
sinkronisasi perundang-undangan di pada saat dilakukan penyidikan,
Indonesia ini menyebabkan defisini atau sedangkan secara nyata telah ada
pengertian “keuangan negara” menjadi kerugian keuangan negara, maka
saling tumpang tindih. Hal ini berimplikasi penyidik segera menyerahkan berkas
semakin terbukanya peluang penafsiran perkara hasil penyidikan tersebut kepada
terhadap suatu perbuatan yang dianggap Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan
melawan hukum, sehingga menjadi kepada instansi yang dirugikan untuk
penyebab ketidak pastian hukum.” (Junifer dilakukan gugatan perdata terhadap ahli
Girsang, 2012: 181) warisnya”.
Soal lainnya adalah, mengenai Pasal 34
metode atau konsep penghitungan kerugian “Dalam hal terdakwa meninggal dunia
keuangan Negara yang tidak sama. Komisi pada saat dilakukan pemeriksaan di
Pemberantasan Korupsi (KPK) pernah sidang pengadilan, sedangkan secara
melakukan kajian tentang tipologi kerugian nyata telah ada kerugian keuangan
keuangan negara dari sampel 15 kasus negara, maka penuntut umum segera
korupsi yang telah berkekuatan hukum menyerahkan salinan berkas berita acara
tetap yang ditanganinya. Dari riset tersebut, sidang tersebut kepada Jaksa Pengacara
ada 5 metode atau konsep penghitungan Negara atau diserahkan kepada instansi
kerugian keuangan Negara, yaitu: (Febri yang dirugikan untuk dilakukan gugatan
Diansyah, 2012: 44) tindak pidana korupsi perdata terhadap ahli warisnya”.
diatur secara tersendiri sebagaimana diatur Artinya, dalam dimensi hukum
dalam UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001: pidana, pada keadaan tertentu juga
Pasal 32 ayat: menggunakan penyelesaian secara
(1) “Dalam hal penyidik menemukan dan administrasi negara—dengan karakteristik:
berpendapat bahwa satu atau lebih unsur yang nyata dan pasti jumlah kerugiannya,
tindak pidana korupsi tidak terdapat namun diatur secara khusus dalam hukum
cukup bukti, sedangkan secara nyata pidana: tindak pidana korupsi. Atau dengan
telah ada kerugian keuangan negara, kata lain, mekanisme hukum administrasi
maka penyidik segera menyerahkan negara diadopsi dan digunakan dalam
berkas perkara hasil penyidikan tersebut penyelesaian kerugian keuangan negara
kepada Jaksa Pengacara Negara untuk dalam dimensi hukum pidana: tindak
dilakukan gugatan perdata atau pidana korupsi. Secara khusus, terkait
diserahkan kepada instansi yang penyelesaian kerugian keuangan Negara
dirugikan untuk mengajukan gugatan.” dalam dimensi hukum pidana adalah
Penjelasan: Yang dimaksud dengan sebagai berikut: (Eddy Mulyadi Soepardi,
”secara nyata telah ada kerugian 2009: 4-5)
keuangan negara” adalah kerugian yang 1) Ditinjau dari Pelaku:
sudah dapat dihitung jumlahnya a. “Perbuatan Bendaharawan yang dapat
berdasarkan hasil temuan instansi yang menimbulkan adanya kekurangan
98
Suhendar
99
Suhendar
100
Suhendar