Anda di halaman 1dari 5

Terminologi

1. Feses : adalah limbah tubuh padat yang dikeluarkan dari usus besar melalui anus pada saat buang
air besar.
2. System pencernaan bagian bawah
3. Konsistensi : kekentalan
4. Defekasi : tindakan mengeluarkan bahan limbah padat atau setengah padat (feses) dari saluran
pencernaan.
5. Mengedan : mengadakan tekanan di dalam tubuh bagian bawah (perut) seperti ketika hendak
buang air besar, akan melahirkan anak; meneran; merejan
6. Flatus : Gas di saluran usus atau gas melewati anus.
7. Diet : Diet merupakan kegiatan membatasi nutrisiberupa kalori dengan sengaja untuk
mengurangi berat badan yang dimaksudkan untuk membentuk tubuh menjadi langsing.
jurnal uinsby

Rumusan Masalah

1. Macam macam konsistensi feses ? dan mengapa konsistensi feses berbeda beda ada yang padat
dan ada yang cair ?
2. Mengapa perlu mengedan saat defekasi ?
3. Mengapa frekuensi defekasi berbeda beda ?
4. Mengapa BAB terkadang dapat disertai flatus ?
5. Apakah ada faktor diet yang mempengaruhi BAB ?

Macam macam konsistensi feses ? dan mengapa konsistensi feses berbeda beda ada yang
padat dan ada yang cair ?

feses padat disebabkan oleh Akibat dari melambatnya pasase feses sepanjang kolon akan terjadi
peningkatan degradasi feses yang padat oleh bakteri usus serta makin bertambahnya waktu untuk
absorbsi air dan elektrolit, hal ini menyebabkan berkurangnya frekuensi defekasi dan menurunnya
berat feses.
Feses cair disebabkan oleh :

 meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus serta menurunnya absorbsi.
 meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan obat-obat atau zat
kimia yang hiperosmotik, malabsorbsi umum, dan defek dalam absorbsi mukosa 3 usus, misal
pada defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa.
 Motilitas dan waktu transport usus abnormal, feses cair ini disebabkan adanya hipermotilitas
dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal
 adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi sehingga terjadi produksi mukus yang
berlebihan dan eksudasi air serta elektrolit ke dalam lumen sehingga terjadi gangguan absorbsi
air dan elektrolit.

Mengapa perlu mengedan saat defekasi ?

Feses dikeluarkan oleh refieks defekasi. Ketika pergerakan massa di kolon mendorong tinja ke dalam
rektum, peregangan yang terjadi di rektum merangsang reseptor regang di dinding rektum, memicu
refleks defekasi. Retleks ini menyebabkan sfingter anus internus (yang merupakan otot polos) melemas
dan rektum dan kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter anus eksternus (yang merupakan otot
rangka) juga melemas, terjadi defckasi. Karena merupakan otot rangka, sfingter anus eksternus berada di
bawah kontrol volunter. Peregangan awal dinding rektum disertai oleh timbulnya rasa ingin buang air
besar. Jika keadaan tidak memungkinkan defekasi, pengencangan sfingter anus eksternus secara sengaja
dapat mencegah defekasi meskipun refleks defekasi telah aktif. Jika defekasi ditunda, dinding rektum
yang semula teregang secara perlahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda hingga
pergerakan massa berikutnya mendorong lebih banyak tinja ke dalam rektum dan kemhali meregangkan
rektum serta memicu refleks defekasi. Selama periode maktivitas, kedua stingter tetap berkontraksi untuk
menjamin kontinensia tinja. Jika tetap terjadi, defekasi biasanya dibantu oleh gerakan mengejan volunter
yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis tertutup secara bersamaan.
Tindakan ini sangat meningkatkan tekanan intraabdomen, yang membantu mendorong tinja.

Mengapa frekuensi defekasi berbeda beda ?

Mengapa BAB terkadang dapat disertai flatus ?

Kadang-kadang, selain fases yang keluar dari anus, gas usus, atau flatus, juga keluar. Gas ini terutaina
berasal dari dua sumber: (1) udara yang tertelan (hingga 500 mL udara mungkin tertel an ketika makan)
dan (2) gas yang diproduksi oleh fermentasi bakteri di kolon. Adanya gas yang mengalir melalui isi
lumen menimbulkan suara berdeguk. Eruktasi (bersendawa) mengeluarkan sebagian besar udara yang
tertelan dari lambung, tetapi sebagian masuk ke usus. Di usus biasanya hanya sedikit terdapat gas karena
gas cepat diserap atau diteruskan ke dalam kolon. Sebagian besar gas di kolon disebabkan oleh aktivitas
bakteri, dengan jumlah dan sifat gas bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi dan karakteristik
bakteri kolon. Beberapa makanan misalnya kacang, mengandung tipe-tipe karbohidrat yang tidak dapat
dicerna oleh manusia tetapi dapat diserang oleh bakteri penghasil gas. Banyak dari gas ini diserap melalui
mukosa usus. Sisanya dikeluarkan melalui anus. Untuk secara selektif mengeluarkan gas ketika feses juga
ada di rektum, yang bersangkutan secara sengaja mengontraksikan otototot abdomen dan sfingter anus
eksternus secara bersamaan. Ketika kontraksi abdomen meningkatkan tekanan yang menekan sfingter
anus eksternus yang menutup, terbentuk gradien tekanan yang memaksa udara keluar dengan kecepatan
tinggi melalui lubang anus yang berbentuk celah dan terlalu sempit untuk keluarnya feses. Lewatnya
udara dengan kecepatan tinggi menyebabkan tepi-tepi lubang anus bergetar, menghasilkan nada rendah
khas yang menyertai keluarnya gas.

Apakah ada faktor diet yang mempengaruhi BAB ?

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada
makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau
tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian
jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat
mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari
mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola
aktivitas peristaltik di colon.

Fisiologi dan pola buang air besar

Mekanisme yang berperan dalam proses buang air besarsangat kompleks. Buang air besar dirangsang
olehgerakan peristaltik akibat adanya masa tinja di dalamrektum. Rangsangan sensori pada kanal anus
akanmenurunkan tonus sfingter anus internus, sehinggaterjadilah proses defekasi. Proses tersebut diawali
denganadanya relaksasi otot puborektal yang menyebabkan sudut anorektal melebar, diikuti oleh relaksasi
ototlevator yang menyebabkan pembukaan kanal anus.Buang air besar terjadi akibat adanya bantuan
daritekanan intra-abdominal yang meningkat akibatpenutupan glottis, fiksasi diafragma, dan kontraksi
ototabdomen.

Macam macam konstipasi

Konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional.
Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi karena proses obstruksi aliran tinja, sedangkan konstipasi
fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi yang dikeluhkan
oleh sebagian besar pasien umumnya merupakan konstipasi fungsional

Selain itu, konstipasi juga dibagi berdasarkan konstipasi primer dan konstipasi sekunder.(22) Konstipasi
primer terjadi karena kelainan pada saluran cerna. Keadaan ini dibagi atas 3 kelompok, yaitu :

Konstipasi transit normal, disebut juga konstipasi fungsional Konstipasi transit normal atau konstipasi
fungsional merupakan keadaan yang paling sering ditemukan. Pada keadaan ini, feses didorong ke bagian
distal saluran cerna dalam waktu yang normal. Konstipasi pada kondisi ini diduga terjadi karena kesulitan
pada saat evakuasi feses atau oleh karena feses yang keras. Pasien umumnya mengeluh kembung dan rasa
tidak nyaman di perut atau bahkan nyeri perut. Pada kelompok ini kadang-kadang tampak adanya
gangguan psikososial

Konstipasi transit lambat Konstipasi transit lambat ditandai dengan melambatnya pasase feses di kolon.
Konstipasi jenis ini umumnya terjadi pada wanita usia muda dengan frekuensi defekasi sekali dalam
seminggu atau kurang. Keadaan ini sering mulai muncul pada usia pubertas yang disertai kurangnya
keinginan untuk defekasi, kembung serta rasa tidak nyaman di perut. Akibat dari melambatnya pasase
feses sepanjang kolon akan terjadi peningkatan degradasi feses yang padat oleh bakteri usus serta makin
bertambahnya waktu untuk absorbsi air dan elektrolit, hal ini menyebabkan berkurangnya frekuensi
defekasi dan menurunnya berat feses. Pada pasien-pasien dengan konstipasi transit lambat derajat ringan,
diet tinggi serat dapat menambah berat feses dan menghilangkan keluhan. Namun pada konstipasi transit
lambat yang berat, umumnya tidak memberikan respon yang baik pada diet tinggi serat atau pencahar.

Disfungsi anorektal Pada disfungsi anorektal terjadi koordinasi yang tidak efisien dari otot-otot daerah
pelvis.Klasifikasi lain adalah berdasarkan lamanya keluhan tersebut berlangsung, yaitu konstipasi akut
dan kronis. Konstipasi akut adalah konstipasi yang terjadi selama satu sampai empat minggu, sedangkan
konstipasi kronis berlangsung lebih dari empat minggu

Patofisiologi konstipasi

Proses defekasi yang normal memerlukan keadaan anatomi dan inervasi yang normal dari rektum,
muskulus puborectalis dan muskulussfingter ani. Rektum adalah organ sensitif yang mengawali proses
defekasi. Tekanan pada dinding rektum akan merangsang sistam saraf intrinsik rectum dan menyebabkan
relaksasi muskulus sfingter ani interna, yang dapat dirasakan sebagai keinginan untuk defekasi. Muskulus
sfingter ani eksterna kemudian akan relaksasi dan feses dikeluarkan mengikuti gerakan peristaltik colon
lalu feses dibuang melalui anus. Jika relaksasi muskulussfingter ani interna tidak cukup kuat, maka
muskulus sfingter ani eksterna yang dibantu oleh muskulus puborectalis akan berkontraksi secara reflex
dan refleks muskulus sfingter ani interna akan menghilang, sehingga keinginan defekasi juga menghilang.
Gejala dan tanda klinis konstipasi pada anak dimulai dari rasa nyeri yang dialami saat defekasi, lalu anak
akan mulai menahan buang air besar agar feses tidak dikeluarkan untuk menghindari rasa tidak nyaman
yang berasal dari defekasi dan terus menahan defekasi kemudian keinginan defekasi akan berangsur
hilang karena kerusakan sensorik di colon dan rectum sehingga akan terjadi penumpukan tinja.(33) Proses
defekasi yang tidak lancar akan menyebabkan feses menumpuk lebih banyak dari biasanya dan akan
menyebabkan feses mengeras yang kemudian dapat berakibat pada spasme muskulus sfingter ani. Feses
yang terkumpul di rectum dalam waktu yang lama akan menyebabkan dilatasi rectum yang
mengakibatkan kurangnya aktivitas peristaltik untuk mendorong feses keluar sehingga menyebabkan
retensi feses yang semakin banyak. Peningkatan volume feses pada rectum menyebabkan kemampuan
sensorik rectum berkurang sehingga retensi feses makin mudah terjadi.

Terjadi konstipasi jika tinja terlalu kering

Jika defekasi ditunda terlalu lama, dapat terjadi konstipasi. Ketika isi kolon tertahan lebih lama daripada
normal, H2O yang diserap dari tinja meningkat sehingga tinja menjadi kering dan keras. Variasi normal
frekuensi defekasi di antara individu berkisar dari setiap makan hingga sekali seminggu. Ketika frekuensi
berkurang melebihi apa yang normal bagi yang bersangkutan, dapat terjadi konstipasi berikut gejala-
gejala terkaitnya. Gejala-gejala ini mencakup rasa tidak nyaman di abdomen, nyeri kepala tumpul,
hilangnya nafsu makan yang kadang disertai mual, dan depresi mental. Berbeda dari anggapan umum,
gejala-gejala ini tidak disebabkan oleh toksin yang diserap dari bahan tinja yang tertahan. Meskipun
metabolisme bakteri menghasilkan bahan-bahan yang mungkin toksik di kolon, bahan-bahan ini
normalnya mengalir melalui sistem porta dan disingkirkan oleh hati sebelum dapat mencapai sirkulasi
sistemik. Gejala-gejala yang berkaitan dengan konstipasi disebabkan oleh distensi berke- panjangan usus
besar, terutama rektum; gejala segera hilang setelah peregangan mereda. Kemungkinan penyebab
tertundanya defeksi yang dapat menimbulkan konstipasi mencakup (1.) mengabaikan keinginan untuk
buang air besar; (2) berkurangnya motilitas kolon karena usia, emosi, atau diet rendah serat; (3) obstruksi
pergerakan massa oleh tumor lokal atau spasme kolon; dan (4) gangguan refleks defekasi, misalnya
karena cedera jalur-jalur saraf yang terlibat. Jika bahan tinja yang mengeras tersangkut di apendiks,
sirkulasi normal dan sekresi mukus di tempat tersebut dapat terganggu. Penyumbatan ini menyebabkan
apendisitis. Apendiks yang meradang sering mati akibat gangguan sirkulasi lokal. Jika tidak diangkat
dengan pembedahan, apendiks yang sakit dapat pecah, menumpahkan isinya yang penuh kuman ke dalam
rongga abdomen.

Anda mungkin juga menyukai