Anda di halaman 1dari 3

Sinopsis:

Seorang anak yang bernama Ainan (laki-laki) yang aktif, sedikit bandel, banyak tingkah, terkenal dlm
masyarakat sekitar, telah divonis buta di umur 15 tahun. Sebelumnya penglihatannya sangat sehat
sama seperti anak normal lainnya. Tetapi di umurnya yang ke 15 tahun, Ia mengalami gangguan
mata dan pada saat yang sama ia divonis akan mengalami kebutaan

Pada cerita kali ini akan disuguhkan mengenai pentingnya bersyukur. Sama halnya terhadap anak
ini. perjalanan hidupnya membuat kita tau apa arti nikmat karunia hidup yang diberikan Allah
terhadap hambanya.

Puncak cerita: Bukan karena kecelakaan, akan tetapi dari penyakit bawaan dari lahir. Sang anak
ternyata divonis akan mengalami kebutaan. Ia mengetahui vonis tersebut , hatinya terkoyak, dan
mengetahui dalam waktu dekat dirinya akan mengalami kebutaan tersebut.

Anak dengan banyak tingkah tersebut seketika berubah perilakunya. Akan tetapi tidak semua
perilaku berubah. Ia juga sebelumnya dikenal rajin beribadah, memang sering-seringnya ia ke masjid
itulah yang menjadikannya dikenal dlm masyarakat. Tetapi seperti anak umum lainnya, walaupun ia
rajin beribadah (sedikit riya’) ia juga terkadang masih menjengkelkan Pamannya. Begitu juga saat
berita (kebutaan) ini datang, sang anak bertambah rajin untuk beribadah, ia lebih sering sholat dan
lebih khusyuk. Selalu terbesit dlm doanya “Ya Allah hamba mohon sembuhkanlah penglihatan
hamba” “Ya Allah hamba ndak akan bermain game lagi” “Hamba akan menggunakan mata ini lebih
baik, tidak menonton yang tidak engkau ridhai ya Allaaah...” selalu ia ucapkan itu saat sholat malam
di laggar kecilnya.

Mengetahui keadaan anaknya ini, Paman (kasih sayang Paman) Ainan tersebut berat hatinya untuk
menerima perjalanan hidup anak tersebut. Karena itu ia tidak tinggal diam, ia berusaha
memberikan yang terbaik untuk perjalanan Ainan dimasa depan. (Keluarga ini nerupakan
keguarga pesisir yang Islami). Paman Ainan memberikan pandangan bahwa di desa sebelah
(agak jauh tetapi sesama pesisir) terdapat sebuah pondok atau panti asuhan yang menerima
seorang santri yang berkebutuhan khusus. Toh sadari dari awal Paman ainan sudah
merencanakan jauh sebelumnya agar ainan bisa melanjutkan pendidikan agamanya di
pondok. Ainan memang setuju terhadap rencana Pamannya itu.

Lalu pamannya bertanya kepada Ainan di teras rumah saat siang hari yang pada saat itu dalam
keadaan ramai.

“Nan bagaimana dengan kelanjutanmu di pondok ustadz umar?

“ Ainan belum terpikirkan cik” jawabnya sambil terlihat diwajahnya ada kesedihan

“Nan engkau tak usah berpikir berat. Allah sudah mengetahui yang terbaik buat Ainan. Bila dirimu
tidak ingin melanjutkan di pondok tidak apa, paman akan terus mengasuhmu. Tapi jika
dirimu ingin melanjutkan. Paman juga mendukungmu”

Sebelumnya Ainan juga mempunyai cita-cita kuat untuk pergi. tidak hanya dirumah tetapi tetap
melanjutkan pendidikan.
Hari telah tiba, Ainan belum memutuskan, tetapi ia ingin pergi ke pondok terlebih dahulu untuk
melihat-lihat. Ia ajak pamannya untuk berkunjung ke pondok ustad umar. Ia pergi juga
dengan persiapan membawa koper yang berisi baju dll dengan opsi nantinya apabila ia srek
(lapang hatinya) maka akan tinggal, jika tidak ia akan pulang kembali,

Setibanya di kediaman ustad Umar ia mengobrol dengannya, ternyata Ustad Umar ini orangnya
sudah tua, sering memakai kaos oblong berwarna putih dan selalu memakai sarung. Disitu
pamannya banyak bebicara mengenai Ainan termasuk vonis kebutaanya. Ustad umar
mengiyakan dan mengatakan ternyata di pondoknya ada salah satu santri yang memang
sudah buta dari lahir Namanya Baha. Setelah itu dipanggilnya Baha dihadapan Ainan dan
pamannya

Ternyata baha adalah salah seorang santri yang pintar dipondok ustad umar, ia sudah menyelesaikan
beberapa juz hafalannya. Tentu hal ini mengagetkan Ainan, terbesit dalam fikirannya
“Bagiamana bisa?”. Kemungkinan inilah yang membuat teguh hati Ainan bersamaan rasa
penasaran dan kekagumannya. Ia merasa ingin lebih dekat dengan baha. Akhirnya ia juga
berkata kepada pamannya untuk tetap tinggal dipondok.

Sebelum pulang, Pamannya mengatakan pesan kepada ainan “ Nan jangan bekecil hati, teruslah
semangat.. kekurangan (sambil menujuk ke arah mata) itu kelebihanmu (menunjuk ke hati
ainan)... pamanmu pasti akan sering-sering meunjungimu. Bila waktunya telah tiba
(kebutaan) Paman akan jadi orang pertama selalu memberikan perhatiannya kepada mu
sampai kapanpun. Paman berjanji..

Sekarang Ainan telah tinggal dan belajar dipondok ini sambil menunggu waktu. Ia banyak
berkenalan dengan anak-anak lainnya disanggar akan tetapi Ainan selalu tertarik dengan
Baha. Ia banyak dikejutkan dengan perilaku Baha, walaupun ia buta, ia bisa berjalan dengan
benar dan hafal betul dengan jalan yang dilaluinya. Tidak heran ini baru pertamakalinya ia
bertemu langsung dengan orang buta. Pernah suatu kali Ainan kedapatan melihat di depan
baha (agak jauh) di kamar ada sebuah jalan yang tertutup. Ainan tidak memberitahu Baha.
Malahan karena rasa penasarannya sampai-sampai berharap agar Baha dalam kesempatan
ini kesandung. Tapi ternyata oh ternyata.. baha bisa melewatinya. Ainan dengan ekpresi lucu
(tidak percaya) kembali terkagum-kagum dengannya.

Tetapi berbeda dengan kasus yang terjadi di sore hari kemudian. Setelah mengaji, anak-anak
diperbolehkan untuk bermain bola. Termasuk Baha dan Ainan pergi kelapangan (sedikit jauh
dari pondok) untuk bermain Bola. Tentu Baha hanya dipinggir lapangan memandangi suara
teriakan teman-temannya..seperti Gooaall.. Baha ikut tersenyum mendengarnya.

Tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat. Sontak anak-anak terkocar-kacir untuk mencari tempat
berteduh. Anak-anak lupa dengan Baha begitupula dengan Ainan. Baru diseperempat
perjalanan Ainan ingat teman butanya itu. lalu dihampirilah oleh Ainan dengan lari yang
kencang. Ternyata Baha menangis dan sedang berteriak meminta pertolongan. Ainan
mengampirinya dan membantu kawannya itu.
Dikatakan Ainan kepada Baha”

“Bah maaf kami lupa membawamu”

“Tidak apa-apa, terimakasih sudah menolongku” jawab baha

Ainan mulai menyatakan kekagumannya terhadap baha dengan sedikit usil

“toh aku kira dirimu ini manusia super, beberapa kali kulihat dirimu tau jalan pun didepannya ada
gangguan”

Haa.... Nan,, ternyata kau sering memperhatikanku yaaa..” jawabnya dengan nada menggoda Ainan
hngga sampai keliatan malu di raut wajahnya.

Hari silih berganti, Ainan dan Baha semakin dekat menajadi seorang sahabat. Berbagai waktu Ainan
banyak berpatner mengaji dan belajar bersama Baha. Tetapi bersamaan dengan itu mata Ainan
kadang-kadang merasa sakit sendiri dan mulai hilang kejelasannya.

Sebenarnya hanya baha sedari awal yang mengetahui penyakit yang diderita oleh Ainan karena
pertemuan pertamannya saat Ainan tida di pondok. Sedangkan teman-teman lain tidak diberitahu
oleh Ustad umar mengenai keadaan Ainan yang sebenarnya. Jadi sedikitnya Baha dapat merasakan
keadaan Ainan saat itu.

Anda mungkin juga menyukai