Anda di halaman 1dari 3

Nama : FIRLI UBAIDILLAH

NIM : 30902000100

Dosen Pengampu : Drs. Nur’l Yakin Mch, SH., M.Hum, MH

AKIDAH TAUHID

 Pengertian Tauhid
Menurut etimologi tauhid berarti pengesaan. Sedangkan menurut terminologi, tauhid
berarti pembenaran total bahwa Allah adalah Maha Esa, esa pada dzat, sifat dan af’al-
Nya.
Tauhid dengan pengertian diatas merupakan akidah yang harus dimiliki oleh seseorang
yang telah mengaku dirinya sebagai muslim.
 Macam-Macam Tauhid
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah adalah bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang
memonopoli penciptaan, pemelihara, pengaturan dan penguasaan.
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah bahwa Allah penyandang sifat ketuhanan dan kekuasaan
absolut atas segala ciptaan-Nya, mengkhususkan penyembahan, peribadatan dan
pengabdian hanya kepada-Nya dan setulus hati memeluk agama-Nya.
Tauhid uluhiyah ini disebut pula tauhid ubudiyah, artinya ibadah hanya kepada
Allah semata atas dasar cinta yang tulus dan murni dengan disertai tunduk patuh
kepada-Nya secara sempurna.
 Fungsi Akidah Tauhid
Akidah tauhid berfungsi sebagai pengawal dan pengaman keyakinan bahwa :
1. Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah
Manusia adalah makhluk yang diciptakan hanya untuk mengabdi dan berbakti kepada
Allah swt. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah dan berbakti kepada
Allah swt. Karena itu, tidak ada satu babak kehidupan manusia yang boleh keluar dari
pengabdian dan kebaktiannya kepada Allah.
2. Allah sebagai ukuran nilai
Manusia setelah menempuh jalan hidup yang baik dan benar, yaitu hidup penuh
ketundukan dan kepatuhan kepada Allah semata, maka dia harus senantiasa berada
pada nilai ibadah, nilai kebaikan dan nilai kebenaran satu-satunya dzat yang berhak
menetapkan nilai ibadah, nilai baik-buruk dan nilai benar-salah adalah Allah swt.
Ukuran nilai berdasarkan akidah tauhid adalah apa yang diridlai Allah.
3. Allah sebagai tujuan hidup manusia
Dengan membuat mardatillah sebagai tujuan hidup manusia, maka suatu tujuan
tertinggi dan termulia telah diletakkan dihadapan umat manusia. Dengan demikian,
kemungkinan-kemungkinan tanpa batas telah terbuka bagi perkembangan moral
manusia.
4. Allah sebagai pembebas manusia dari perbudakan
Tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang berhak mengaku dan menyandang
predikat sebagai pemilik kedaulatan, baik diri pribadi seseorang, keluarga, suku atau
ras, golongan atau kelas, maupun makhluk lain selain manusia.
 Bukti Eksistensi Allah
1. Dalil naqli
a. Surat Ar-Rum ayat 22
“Dan diantara tanda-tanda (eksistensi)-Nya ialah menciptakan langit dan bumi,
dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”
b. Surat Saba’ ayat 24
“Katakanlah : “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari
langit dan dari bumi?” Katakanlah : “Allah”.
c. Surat Al-An’am ayat 14
“Katakanlah : “Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang
menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi
makan?”
d. Surat Al-An’am ayat 46
“Katakanlah : “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran,
penglihatan dan menutup hatimu, siapa Tuhan selain Allah yang kuasa
mengembalikannya kepadamu?”
e. Surat Al-Qasas ayat 70
“Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
2. Dalil Aqli
a. The Cosmological Argument (Alam Semesta)
Bukti alam semesta untuk menunjukkan eksistensi Allah merupakan bukti yang
paling tua, paling mudah dan paling kuat. Bukti alam semesta dengan berbagai
metode kadang disebut dengan nama bukti penggerak yang tidak bergerak.
b. Teleological Argument (Maksud, Sasaran)
Bukti ini merupakan perluasan dan pengembangan dari bukti alam semesta untuk
menunjukkan eksistensi Allah. Dalil Q.S Ali-Imran ayat 191 “…dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.”
c. The Oniological Argument (Kesempurnaan, ideal)
Konklusi bukti kesempurnaan akan eksistensi Allah adalah bahwa setiap akal
manusia menggambarkan sesuatu yang besar pasti akan memunculkan gambaran
tentang sesuatu yang lebih besar daripadanya.
Allah adalah yang menetapkan ada, karena Dia adalah batas kesempurnaan.
Gambaran puncak kesempurnaan sama dengan gambaran kesempurnaan yang
ada. Akal manusia tidak menggambarkan kecuali bahwa Allah itu ada.

Anda mungkin juga menyukai