SECTION 13
1. Hal tersebut tidak sah dilakukan karena leasing tidak berhak melakukan hal
tersebut bahkan apabila pihak leasing bersikeras melakukannya akan dapat
dikenai ancaman pidana dengan kategori perampasan sebagaimana diatur
dalam pasal 368 KUHP. Selain itu, tindakan tersebut termasuk pelanggaran
terhadap hak-hak sebagai konsumen berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang
No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Menurut, Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 Tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha, menyebut bahwa setiap transaksi sewa guna
usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian. Pada leasing, lazimnya juga diikuti
dengan perjanjian jaminan fidusia. Perjanjian fidusia adalah perjanjian hutang
piutang kreditor kepada debitor yang melibatkan penjaminan. Jaminan
tersebut kedudukannya masih dalam penguasaan pemilik jaminan. Pada
perkara Bapak, harus diketahui terlebih dahulu, apakah motor tersebut sudah
dijaminkan fidusia atau tidak. Apabila transaksi tidak diaktakan notaris dan
didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia, maka secara hukum perjanjian
fidusia tersebut tidak memiliki hak eksekutorial dan dapat dianggap sebagai
hutang piutang biasa, sehingga perusahaan leasing tidak berwenang
melakukan eksekusi, seperti penarikan motor (lihat Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia). Selain itu eksekusi yang dilakukan
harus melalui putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Pihak
leasing tidak berwenang melakukan eksekusi penarikan motor tersebut.
Eksekusi haruslah dilakukan oleh badan penilai harga yang resmi atau Badan
Pelelangan Umum. Jika terjadi penarikan motor oleh pihak leasing tanpa
menunjukkan sertifikat jaminan fidusia, itu merupakan perbuatan melawan
hukum.
SECTION 14
1. Hal ini tentu tidak bisa dilihat sebelah mata. Perlu untuk memperdalam
pemahaman mengapa hakim menjatuhkan pidana rendah dibawah lima tahun
terhadap pelaku korupsi yakni pelaku kejahatan yang menimbulkan kerugian
bagi negara dan menjatuhkan vonis yang sama terhadap kasus pencurian
kendaraan bermotor. Pertama-tama, kita harus memahami bahwa dalam
memutuskan perkara pidana, Hakim harus mempertimbangkan kebenaran
yuridis, kebenaran filosofis dan sosiologis. Kebenaran yuridis artinya
landasan hukum yang dipakai apakah telah memenuhi ketentuan hukum yang
berlaku. Menurut Undang-Undang Anti Korupsi, sanksi pidana yang diberikan
terhadap pelaku tindak pidana korupsi adalah minimal 4 tahun penjara
dengan kata lain apabila hakim memvonis pelaku dengan hukuman dibawah
lima tahun (tidak boleh dibawah 4 tahun) maka itu sudah memenuhi
kebenaran yuridis. Sama dengan pelaku pencurian kendaraan bermotor,
REFERENSI
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991
Rusti Margareth S, Apakah Daluwarsa Berlaku untuk Pelanggaran HAM Berat di
Masa Lalu? (online), https://www.hukumonline.com/klinik/a/apakah-
daluwarsa-berlaku-untuk-pelanggaran-ham-berat-di-masa-lalu-
lt5c5ac24408cf4 diakses pada 04 Februari 2022
I Wayan Parthiana, 1983, Ekstradisi Dalam Hukum Internasional dan Hukum
Nasional, Alumni, Bandung, Hal 23.
I Wayan Parthiana, 2004, Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi, CV. Irama
Widya, Bandung.
A. Samsan Nganro, 2006, Praktik Penerapan KUHAP dan Perlindungan HAM
(online), https://www.hukumonline.com/berita/a/praktik-penerapan-kuhap-dan-
perlindungan-ham-hol15621?page=3 diakses pada 04 Februari 2022
LBH Jakarta, 2017, Leasing Tidak Berhak Menarik Paksa Kendaraan Nasabah
(online), https://bantuanhukum.or.id/leasing-tidak-berhak-menarik-paksa-
kendaraan-nasabah/ diakses pada 04 Februari 2022