Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Gangguan Jiwa

1) Definisi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah konsep sindrom perilaku atau psikologis klinis yang

signifikan atau pola yang terjadi pada individu yang berhubungan dengan gejala

nyeri atau cacat yaitu penurunan satu atau lebih fungsi yang penting atau resiko

peningkatan kematian, nyeri, kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014).

American Psychiatric Association (Videbeck, 2008) mendefinisikan gangguan

jiwa sebagai suatu pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang

terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya stress atau disabilitas (yaitu

kerusakan pada satu atau lebih area yang penting) atau disertai peningkatan resiko

kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas atau kehilangan kebebasan yang

sangat.

2) Etiologi Gangguan Jiwa

Menurut Yosep (2014) Penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang secara terus menerus saling terkait dan saling mempengaruhi,

yaitu:

1) Faktor Organobiologis

a. Genetika / keturunan adalah gangguan jiwa, terutama gangguan persepsi

sensori dan gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan

8
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. faktor genetik termasuk di dalamnya saudara kembar, individu yang

memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa memiliki

kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki

faktor herediter.

c. Cacat kongenita atau cacat sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan

jiwa anak dan mental yang berat. Akan tetapi umumnya pengaruh cacat ini

timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu,

bagaimana menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya

yang cacat.

d. Deprivasi atau kehilangan fisik, baik yang dibawa sejak lahir ataupun yang

didapat, misalnya karena kecelakaan hingga anggota gerak (kaki dan

tangan) ada yang harus diamputasi menyebabkan trauma atau merasa

harga diri rendah sehingga memperngaruhi perkembangan jiwa penderita.

e. Temperamen / proses emosi yang berlebihan orang yang terlalu

peka/sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan

yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.

f. Penyalahgunaan obat-obatan / zat adalah pemakaian terus-menerus atau

jarang tetapi berlebihan terhadap suatu zat atau obat yang sama sekali

tidak ada kaitannya dengan terapi medis. Zat yang dimaksud adalah zat

psikoaktif yang berpengaruh pada sistem saraf pusat dan dapat

mempengaruhi kesadaran, pikiran, dan perasaan.

9
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2) Faktor Psikologis

a. Interaksi ibu dan anak, lingkungan memang bukanlah satu-satunya

pembentuk kepribadian seseorang karena individu juga memiliki aspek

bawaan (nature).

b. Hubungan sosial yaitu gangguan hubungan sosial merupakan suatu

gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian

yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif dan

mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial.

3) Faktor Sosiokultursl

Kebudayaan secara teknis adalah idea atau tingkah laku yang dapat dilihat

maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab

langsung timbulnya gangguan jiwa (Yosep, 2014).

3) Tanda dan Gejala Gangguan jiwa

Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2014) adalah sebagai

berikut :

a. Gangguan kognisi pada persepsi yaitu gangguan kognisi pada persepsi

biasanya penderita gangguan jiwa merasa mendengar (mempersepsikan)

sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting,

membakar rumah.

b. Gangguan perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi dalam

proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang. Agar

suatu perhatian dapat memperoleh hasil, harus ada 3 syarat yang

terpenuhi yaitu: inhibisi suatu rangsang yang tidak termasuk objek harus

10
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
disingkirkan; apersepsi yang dikemukakan hanya hal yang berkaitan

dengan objek perhatian; adaptasi, alat-alat yang digunakan harus

berfungsi dengan baik karena diperlukan untuk penyesuaian terhadap

objek pekerjaan.

c. Gangguan ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan atau

kemampuan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi dan

tanda-tanda kesadaran. Proses ingatan terdiri dari 3 unsur yaitu:

pencatatan, penyimpanan, pemanggilan kembali. Gangguan ingatan

terjadi apabila terdapat gangguan pada satu atau lebih dari 3 unsur

tersebut, faktor yang mempengaruhi adalah keadaan jasmaniah dan

umur.

d. Gangguan proses berpikir yang normal mengandung arus ide, simbol,

dan asosiasi yang terarah pada tujuan dan tugas yang dapat menghantar

pada suatu penyelesaian yang berorientasi pada kenyataan.

e. Gangguan kemauan yaitu penderita gangguan jiwa memiliki kemauan

yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah

laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga

terlihat kotor, bau dan acak-acakan.

f. Gangguan emosi yaitu dimana klien merasa senang, gembira yang

berlebihan (waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting,

sebagai raja, pengusaha, orang kaya.

g. Gangguan psikomotor seperti hiperaktivitas, dimana klien melakukan

pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan

11
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
maju mundur, meloncat-loncat, melakukan berbagai hal yang tidak

disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak

atau melakukan gerakan aneh.

4) Pohon masalah

Pohon masalah menurut Yusuf (2014).

12
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Risiko Perilaku Kekerasan

1) Definisi

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku kekerasan yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak

memiliki tujan khusu, tetapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan –

perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasan marsh (Dermawan dan

Rusadi, 2013).

Perilaku kekerasan merupakan bentuk kekerasan dan pemaksaan secara fisik

maupun verbal di tunjukan kepada diri sendiri maupun orang lain. Perilaku

kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologi (Keliat, 2011).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

lain maupun lingkungan (Fitria, 2010). Perilaku kekerasan adalah suatu akibat yang

ekstriem dari marah atau ketakutan atau panik. Perilaku agresif dan perilaku

kekerasan sering dipandang sebagai rentang dimana agresif verbal disuatu sisi dan

perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan

emosi, perasaan frustasi, benci atau marah.hal ini aakan mempengaruhi perilaku

seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang

perilaku menjadi agresif atau melukai karna penggunaan koping yang kurang bagus

(Kusumawati dan Hartono, 2010)

13
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2) Etiologi

1) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari terjadinya perilaku

yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan maupun

keyakinan, dengan berbagai pengalaman yang dialami setiap orang

merupakan faktor predisposisi yang artinya mungkin terjadi atau mungkin

tidak terjadi perilaku kekerasan (Direja, 2011).

a) Faktor Biologis

1. Beragam komponen system neurologis mempunyai implikasi

dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif yaitu

sistem limbic merupakan organ yang mengatur dorongan dasar

dan ekspresi emosi serta perilaku seperti agresif, dan respon

seksual.

2. Peningkatan hormone androgen dan norefineprin serta

penurunan serotin pada cairan serebro spinal merupakan faktor

predisposisi penting yang menyebabkan timbulnya perilaku

agresif pada seseorang.

3. Pengaruh genetic, menurut penelitian perilaku agresi sangat erat

kaitannya dengan genetic termasuk genetic tipe kariotipe XYY,

yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara atau tindak

kriminal.

4. Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan

berbagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbic

14
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dan lobus temporal), Kerusakan organ otak terbukti

berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

b) Faktor Psikologis

1. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan

mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang

memotifasi perilaku kekerasan.

2. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu serta

masa kecil yang tidak menyenangkan.

3. Adanya rasa frustasi

4. Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau

lingkungan.

5. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak

terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan

tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang

rendah.

6. Teori Pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku

yang dipelajari , individu yang pernah memiliki pengaruh

biologis terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk

dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibanding anak-anak

tanpa faktor predisposisi biologis.

15
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c) Faktor Sosio Kultural

Sosio kultural mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan

yang diterima atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi.

Budaya dimasyarakat dapat mempengaruhi perilaku kekerasan.

Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima

perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam

masyarakat merupakan factor predisposisi terjadinya perilaku

kekerasan.

1. Social environtment theory (teori lingkungan)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengeskpresikan marah.

2. Social learning theory (teori belajar sosial)

3. Perilaku kekerasan dapat dipelajar secara langsung maupun

melalui proses sosialisasi.

2) Faktor Presipitasi

Menurut Direja (2011) mengungkapkan secara umum seseorang

akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik,

psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku

kekerasan adalah sebagai berikut:

1. Klien :Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kehidupan

yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

2. Interaksi : Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,

konflik, merasa terancam baik internal maupun eksternal.

16
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3. Lingkungan : Panas, padat dan bising.

4. Adanya riwayat anti sosial penyalahgunaan obat, alkoholisme,

sehingga tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi

frustasi.

5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan individu dan keluarga.

3) Tanda dan Gejala

Tanda gejala resiko perilaku kekerasan Menurut Fitria (2010) adalah sebagai

berikut:

a. Fisik: mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang

menutup, wajah memerah dan teganagan, serta postur tubuh kaku.

b. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor, berbicara

dengan nada keras, kasar, dan ketus.

c. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendri atau orang lain,

merusak lingkungan, amuk atau agresif.

d. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,

dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan, dan menuntut.

e. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan

tidak jarang mengeluarkan kata – kata bernada sarkasme.

f. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keraguan, tidak

bermoral, dan kreativitas terhambat.

g. Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

17
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4) Rentang respon

Respon Adatif Respon Maladatif

Asertif Frutasi Pasif Agresif Kekerasan

Rentang respon perilaku kekerasan (Fitria, 2010)

Keterangan:

1. Asertif: Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan

orang lain dan memberikan ketenangan.

2. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan

tidak dapat menemukan alternative.

3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya.

4. Agresif: perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk

menuntut tetapi masih terkontrol.

5. Kekerasaan: perasaan marah dan bermusuhan yamg kuat serata

hilangnya control.

18
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5) Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perilaku kekerasan : Amuk

Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pohon Masalah Perilaku kekerasan (Fitria, 2010)

19
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
B. Terapi Relaksasi Otot Progresif Berbasis Religi

1. Definisi

a. Teknik Relaksasi

Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-

tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan

ketegangan jiwa (Wiramihardja, 2006)

Menurut Zainul (2007), teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi

yang berupa pemberian intruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-

gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan pikiran dan anggota

tubuh seperti otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang keadaan

rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan

kaki.

Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan. (Smeltzer and Bare, 2002)

b. Teknik Relaksasi Otot Progresif Berbasis Religi

Relaksasi otot progresif merupakan teknik relaksasi yang dilakukan dengan

cara pasien menegangkan dan melemaskan otot secara berurutan dan memfokuskan

perhatian pada perbedaan perasaan yang dialami antara saat otot rileks dan saat otot

tersebut tegang (Kozier, 2010).

Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot

dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan

dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes,

2010).

20
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Sedangkan religi sendiri artinya secara bahasa, kata religi adalah kata kerja

yang berasal dari kata benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata (re) dan

(ligare) artinya menghubungkan kembali yang telah putus, yaitu menghubungkan

kembali tali hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-

dosanya (Mubarok, 2003).

2. Manfaat Teknik Relaksasi Otot Progresif Berbasis religi

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Resti (2014)

menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif juga dapat memberikan efek psikologis

dan setelah melaksanakan relaksasi otot progresif responden menjadi lebih tenang

dalam berfikir dan dapat mengelola rasa marah dan pernafasannya.

Relaksasi otot progresif dapat meningkatkan kemampuan mengontrol marah, hal

ini dinyatakan oleh Purwanto (2013) bahwa manfaat relaksasi otot progresif antara

lain meningkatkan keterampilan dasar relaksasi untuk mengontrol marah dan

memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.

Pemberian relaksasi otot progresif memiliki manfaat untuk meningkatkan teknik

relaksasi yang harus dimiliki oleh pasien RPK.

3. Mekanisme Kerja Terapi Otot Progresif Berbasis Religi

Mahasiswa menberikan pengarahan mengenai cara kerja terapi otot progresif

dan berikan lingkungan nyaman untuk klien, kemudian klien di harapkan mengikuti

pengarahan / gerakan yang telah di contohkan oleh mahasiswa. Sebelum dan

sesudah melakukan tahap kerja klien di wajibkan mengisi pertanyaan yang di

sediakan oleh mahasiswa mengenai perilaku kekerasan yang klien lakukan. Study

kasus ini menilai pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kemampuan

21
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
mengontrol marah pasien risiko perilaku kekerasan (RPK) dengan menggunakan

metode observasi (Notoatmodjo, 2012).

4. Hormone Yang Berperan

Relaksasi otot progresif bermanfaat untuk meningkatkan produksi serotonin.

Serotonin ini berkaitan dengan mood. Bersantai melakukan relaksasi otot progresif

dapat membantu tubuh mengurangi ketegangan otot dan saraf dan meningkatkan

kemampuan dasar relaksasi (Alam & Hadibroto, 2007).

5. Prosedur Terapi Otot Progresif Berbasis Religi

Langkah-Langkah Latihan Relaksasi yaitu (Mushtaq, 2018).

FASE ORIENTASI

Salam terapeutik

Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan terapi relaksasi otot progresif

Tempat yang digunakan tenang dan jauh dari gangguan suara

Ciptakan suasana nyaman untuk klien

Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan di lakukan

FASE KERJA

Tangan

Kepalkan tangan masing masing secara terpisah (kanan dan kiri), rasakan ketegangan di

kepalan tangan dan lengan masing-masing 5 detik. Lepaskan kepalan, relaks,

mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik.

22
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Lengan

a. Lipat lengan secara terpisah (kiri dan kanan) sampai ke siku dan tegangkan otot

bisep, rasakan ketegangannya selama 5 detik. Lepaskan lengan,

relaks,mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik.

b. Luruskan lengan secara terpisah (kanan dan kiri), tegangkan trisep tahan selama

5 detik. Relaks, mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x, dan rasakan relaksasi

selama 10 detik

Otot Wajah

a. Kerutkan dahi anda, cobalah untuk membuat alis anda menyentuh garis rambut

sampai merasakan tegang. Rasakan ketegangan sampai 5 detik. Relax,

mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x, dan rasakan selaa 10 detik

Leher dan Bahu

a. Dorong kepala ke arah belakang sejauh mungkin, rasakan ketegangan selama 5

detik. Lepaskan, relax, mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan

selama 10 detik

b. Arahkan kepala ke arah bawah dan tekan dagu menempel pada dada selama 5

deik. Angkat kembali kepala. Lepaskan, relax, mengucapkan Astaghfirullah al-

'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik

c. Tegangkan bahu dengan mengangkat bahu sampai ke telinga anda, rasakan

ketegangan selama 5 detik. Lepaskan, relax, mengucapkan Astaghfirullah al-

'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik.

23
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Dada

Tarik nafas dalam dalam sampai benar benar mengisi paru paru, tahan nafas selama

beberapa detik dan hembuskan perlahan lahan. Lepaskan, relax, mengucapkan

Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik.

Punggung

Lengkungkan punggung anda menjauh dan rasakan ketegangan selama 5 detik.

Lepaskan, relax, mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan elama 10 detik

Kaki bawah

a. Arahkan jari jari kaki ke arah kepala anda hingga timbul rasa tegang pada otot

betis. Rasakan ketegangan selama 5 detik. Lepaskan, relax,mengucapkan

Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik

b. Arahkan jari jari kaki menjauh dari arah kepala. Rasakan ketegangan selama 5

detik. Lepaskan, relax, mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan

selama 10 detik

Setelah latihan

a. Rileks kan seluruh tubuh

b. Tutup mata anda dan biarkan diri anda tetap berada pada keadaan rileks

c. Buka mata anda dan nikmati energi yang baru, santai dan segar

d. Duduk, peregangan, dan berdiri perlahan lahan

e. Mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x

FASE ELIMINASI

Mencatat kegiatan dalam lembar observasi

24
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
C. Asuhan Keperawatan pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)

1. Pengkajian

Menurut Keliat & Akemat (2009) Pengkajian merupakan tahapan awal dan

dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan

data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pengkajian kesehatan

jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian

terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien

yaitu:

a. Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya, dikembangkan

formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam

pengkajian, Isi pengkajian meliputi :

1) Identitas klien

2) Keluhan utama atau alasan masuk

3) Faktor predisposisi

4) Aspek fisik atau biologis

5) Aspek psikososial

6) Status mental

7) Kebutuhan persiapan pulang

8) Mekanisme koping

9) Masalah psikososial dan lingkungan

10) Pengetahuan

11) Aspek medik

25
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam

sebagai berikut :

1) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan

melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

2) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan

keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan

keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data

primer, data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data

sekunder.

c. Data fokus pada pengkajian pasien perilaku kekerasan

Berikan tanda (✓) pada kolom yang sesuai dengan data pasien.

Pelaku/usia Korban/Usia Saksi/Usia

a) Aniaya fisik

b) Aniaya seksual

c) Penolakan

d) Kekerasan dalam rumah tangga

e) Tindakan kriminal

f) Aktivitas motorik

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

TIK Grimasen Tremor kampulsif

26
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Menurut Yosep (2010) pada dasarnya pengkajian pada klien perilaku

kekerasan ditujukan pada semua aspek, yaitu biopsikososial- kultural-sprititual

yaitu :

a) Aspek Biologis

Respon biologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi

terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka

merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan

kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang

terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflek cepat. Hal ini disebabkan oleh

energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

b) Aspek Emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,

frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati,

menyalahkan dan menuntut.

c) Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman individu didapatkan melalui proses intelektual,

peran pancaindera sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang

selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat

perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,

bagaimana informasi diproses, diklarifikasi dan di integrasikan.

d) Aspek Sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.

Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien sering kali

27
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang

lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai

suara keras.

e) Aspek Spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan

lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat

menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak

berdosa.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan pada perilaku kekerasan adalah :

1) Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)

2) Perilaku kekerasan

3) Harga diri rendah

3. Intervensi

Setelah dilakukan pengkajian dan penegakan diagnosa maka langkah

selanjutnya adalah merencanakan tindakan keperawatan atau yang disebut dengan

intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan dibuat perawat untuk mengatasi

masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan lain (Muhith, 2015).

Tujuan umum adalah klien mampu mengontrol perilakunya dan dapat

mengungkapkan kemarahannya secara asertif. Sedangkan tujuan khususnya yaitu:

klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda perilaku kekerasan, klien

mampu memilih sikap yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahanya,

klien mampu mendemontrasikan perilaku yang terkontrol, klien memperoleh

28
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dukungan keluarga (Dermawan D & Rusdi, 2013).

Adapun rencana tindakan menurut Damaiyanti M & Iskandar (2012) yaitu

dengan pendekatan strategi pelaksanaan untuk pasien dan keluarga. Strategi

pelaksanaan (SP) untuk pasien terdiri dari lima SP yaitu rencana tindakan :

a. Rencana tindakaan yaitu

1) SP 1 antara lain: bina hubungan saling percaya, bantu klien

mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, bantu mengidentifikasi

tanda dan gejala perilaku kekerasan, bantu klien mengidentifikasi akibat

perilaku kekerasan, klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku

kekerasan, latih klien cara fisik 1 perilaku kekerasan: latihan nafas dalam,

anjurkan klien memasukkan dalam jadwal harian.

2) SP 2 antara lain: evaluasi jadwal kegiatan harian klien, latih klien

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 2: pukul kasur dan bantal,

anjurkan klien memasukkan dalam jadwal harian.

3) SP 3 antara lain: evaluasi jadwal kegiatan harian klien, latih klien

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara sosial/verbal, anjurkan klien

memasukkan dalam jadwalharian.

4) SP 4 antara lain: evaluasi jadwal kegiatn harian klien, latih klien mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara spiritual, anjurkan klien memasukkan dalam

jadwal harian.

5) SP 5 antara lain: evaluasi jadwal kegiatan harian klien, latih klien

mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat, anjurkan klien

memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

29
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Tujuan dan kriteria hasil untuk pasien gangguan jiwa dengan risiko perilaku

kekerasan yaitu :

1. Tujuan umum : Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara asertif

klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.

2. Tujuan khusus :

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

d) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa

dilakukan.

e) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

f) Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara

konstruktif.

g) Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.

h) Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.

i) Klien dapat menggunakan obat yang benar.

c. Tindakan keperawatan untuk pasien gangguan jiwa dengan risiko perilaku

kekerasan yaitu :

1) Bina hubungan saling percaya.

Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu

yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon

verbal dan non verbal, bersikap empati.

Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat

30
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.

2) Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.

Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien

dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.

3) Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.

Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak

mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian

persoalan.

4) Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.

Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari

penyelesaian masalah yang konstruktif pula.

5) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.

Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga

memudahkan untuk intervensi.

6) Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.

Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.

7) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan. Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.

8) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan. Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.

9) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya

selesai. Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk

menyelesaikan masalahnya.

31
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
10) Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.

Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.

11) Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukan. Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan

perasaan marah.

12) Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.

13) Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat. Rasional : mendorong

pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.

14) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat. -Secara fisik : tarik nafas

dalam/memukul bantal/kasur atau olahraga atau pekerjaan yang

memerlukan tenaga. -Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel /

kesal. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat,

latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan. Secara spiritual :

anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi

kesabaran. Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol

kemarahan klien.

15) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien. Rasional :

memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol

perilaku kekerasan.

16) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih. Rasional :

mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.

17) Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut. Rasional : mengetahui

32
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
kemampuan klien melakukan cara yang sehat.

18) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara

tersebut. Rasional : meningkatkan harga diri klien.

19) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel

/ marah. Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.

20) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang

telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini. Rasional : memotivasi

keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.

21) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien. Rasional : menambah

pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku

klien.

22) Jelaskan cara-cara merawat klien. Terkait dengan cara mengontrol perilaku

kekerasan secara konstruktif. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas. Bantu

keluarga mengenal penyebab marah. Rasional : meningkatkan pengetahuan

keluarga dalam merawat klien secara bersama.

23) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien. Rasional :

mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.

24) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan

demonstrasi. Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.

25) Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien

seperti : CPZ, haloperidol, Artame. Rasional : menambah pengetahuan klien

dan keluarga tentang obat dan fungsinya.

26) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa

33
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
seizin dokter. Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat

dalam mempercepat penyembuhan.

4. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan

yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Dalam

mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi

yang luas dirancang untuk mencegah penyakit, meningkatkan, memperahankan,

dan memulihkan kesehatan fisik dan mental. Kebutuhan klien terhadap pelayanan

keperawatan dan dirancang pemenuhan kebutuhannya melalui standar pelayanan

dan asuhan keperawatan (Keliat & Akemat, 2009)

5. Evaluasi

Menurut Kusumawati (2010), Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan

kreteria yang sudah dicapai dan yang belum sehingga dapat menentukan intervensi

lebih lanjut. Bentuk evaluasi yang positif adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan.

b. Bagaimana keadan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.

c. Sudahkah klien menyadari akibat secara dari marah dan pengaruhnya pada

orang lain.

d. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan

marahnya.

e. Kemandirian berpikir dan aktivitas meningkat.

34
Asuhan Keperawatan Pada..., Dian Laraswati Suhartono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai