Memiliki luas mencapai sekitar 1.8 x 0.8 km2, kompleks Candi Dieng dibagi
dalam 3 kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang namanya diadopsi
dari tokoh dalam kisah dalam Kitab Mahabarata, yakni kelompok Arjuna,
kelompok Gatotkaca, kelompok Dwarawati dan Candi Bima.
Pada candi yang dibangun menggunakan batuan andesit ini, Toppers bisa
menemukan relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi
ini.
Candi Arca Gupolo – Sleman, Yogyakarta
Di dekat situs ini juga terdapat mata air jernih yang tak pernah kering meski
musim kemarau panjang.
Sekilas Candi bercorak Hindu satu ini terlihat seperti Piramid. Selain bentuknya
yang unik, candi ini cukup menarik perhatian karena penggambaran alat-alat
kelamin manusia secara eksplisit bisa ditemukan pada relief dan arca pada
Candi Sukuh. Pada tahun 1995, situs Candi Sukus diusulkan ke UNESCO
sebagai salah satu situs warisan dunia.
Awalnya candi ini juga dibangun sebagai tempat upacara pemujaan untuk
menolak mara bahaya dari Gunung Kelud yang kala itu kerap meletus.
Satu-satunya candi yang bisa Toppers temukan di tataran tanah Sunda adalah
Candi Cangkuang. Selain arca dewa Siwa yang menunjukkan bahwa Candi ini
bercorak Hindu, di komplek Candi juga terdapat makam Arief Muhammad
yang dikatakan merupakan leluhur dari penduduk setempat.
Candi Gunung Sari – Magelang, Jawa Tengah
Nama Candi Hindu satu ini diambil dari lokasinya yang berada di Bukit Wukir.
Namun, Candi Gunung Wukir juga dikenal dengan nama Candi Cangkal atau
Shiwalingga. Candi ini didirikan pada tahun 732 masehi, di masa Raja Sanjaya
dari zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Didirikan pada abad ke-9 pada masa pemerintahan Raja Rakai Garung pada
zaman Kerajaan Mataram Kuno, candi ini tak sengaja ditemukan pada tahun
1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari.
Pada saat ditemukan, posisi Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah
permukaan tanah. Diduga kuat hal ini dikarenakan timbunan lahar dari
Gunung Merapi yang meletus ]pada awal abad ke-11 yang bisa terlihat dari
banyaknya batu material volkanik di sekitar Candi Sambisari
Candi Borobudur – Magelang, Jawa Tengah
Membahas Candi bercorak Buddha, tentu daftar ini takkan lengkap tanpa
menyebut Candi Borobudur. Terbentuk dari stupa-stupa, Candi Borobudur
dibangun pada abad ke-8 Masehi oleh penganut Buddha Mahayana.
Terdiri dari 52 stupa, Candi Kalasan merupakan Candi bercorak Buddha yang
dibangun sebagai penghormatan kepada Bodhisattva wanita, Tarabhawana.
Candi ini juga merupakan bukti kependudukan Wangsa Syailendra, penguasa
Sriwijaya di Sumatera atas tanah Jawa.
Candi Mendut – Magelang, Jawa Tengah
Dibangun pada abad ke-9 di masa Kerajaan Mataran Kuno, Candi Banyunibo
merupakan bangunan suci umat Buddha pada masa itu yang memiliki arti
tetesan air. Berdasarkan puing-puing, bisa diduga jika disekitar Candi
Banyunibo masih terdapat beberapa candi pendamping lainnya.
Berbeda dengan kebanyakan Candi Buddha di pulau Jawa yang terbuat dari
Andesit, Candi ini terbuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata.
Diduga berasal dari abad ke-11, Candi Bahal merupakan Candi Buddha yang
juga dikenal dengan nama Biaro Bahal dan Candi Portibi. Kompleks Candi ini
merupakan kompleks candi terluas di Sumatera Utara yang dibagi menjadi
tiga kelompok, yakni Bahal I, Bahal II, dan Bahal III. Kehadiran Candi ini kerap
dikaitkan dengan keberadaan dari Kerajaan Pannai.
Candi Jabung adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang
dibangun pada 1354 Masehi. Berdasarkan kitab Pararaton, Candi ini
diperkirakan dibangun sebagai makam Bhra Gundul salah seorang keluarga
Raja. Candi bercorak Buddha ini identik dengan warna merah karena material
utamanya yang merupakan bata merah.
Candi Plaosan adalah kompleks candi yang terletak di Dukuh Plaosan yang
terdiri dari Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Seringkali keberadaan
dua Candi utama ini dinamakan sebagai Candi Kembar. Bentuk-bentu stupa
serta keberadaan arca Buddha menunjukkan bahwa Candi ini merupakan
peninggalan ajaran Buddhisme di Nusantara.
Candi Sewu