Anda di halaman 1dari 8

PENGERTIAN PAJAK

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak
merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung
dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan
kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran
serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaran di bidang
perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut
sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Pemerintah dalam
hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat
Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai visi dan misi
Direktorat Jenderal Pajak.

Fungsi Pajak
Ada empat fungsi pajak yang utama. Penjelasannya sebagai berikut:
1.Fungsi Anggaran (Budgeting)
Pajak adalah sumber penerimaan kas negara yang utama. Oleh sebab itu, pajak
memiliki fungsi anggaran untuk membiayai seluruh pengeluaran negara. Semakin
banyak masyarakat yang patuh membayar pajak maka pendapatan negara akan
semakin besar.
2.Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi artinya pajak harus digunakan untuk membayar barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Misalnya, dana pajak digunakan untuk pembangunan
sarana dan prasarana atau infrastruktur.
3.Fungsi Distribusi atau Pemerataan
Fungsi distribusi artinya pajak digunakan untuk pembangunan ekonomi masyarakat
secara merata sehingga taraf hidup masyarakat membaik.
4.Fungsi Pengatur/Regulasi
Fungsi pengatur/regulasi artinya pajak digunakan sebagai proteksi produk-produk
dalam negeri. Misalnya, penetapan bea masuk terhadap barang ekspor sehingga harga
barang tersebut menjadi lebih mahal daripada produk-produk dalam negeri.

Manfaat Pajak
Secara umum, manfaat pajak yaitu:
1. Membayar semua pengeluaran negara yang mampu memberikan keuntungan (self
liquiditing) kepada masyarakat dan negara seperti proyek produksi barang ekspor.

2. Membayar semua pengeluaran umum seperti pembangunan fasilitas umum yang dapat
digunakan oleh masyarakat.

3. Membayar semua pengeluaran produktif seperti penyaluran bantuan bagi nelayan,


petani, dan pedagang kecil.

4. Membayar semua pengeluaran tidak produktif seperti pembelian senjata perang untuk
tentara.

Tarif Pajak
Ada empat jenis tarif pajak berdasarkan sifatnya, yaitu:
1.Tarif Proporsional (Sama)
Proporsional artinya tarif pajak ini menggunakan persentase tetap sebagai dasar
pengenaan bagi setiap objek pajak.
2.Tarif Pajak Tetap (Konstan)
Artinya, dasar pengenaan atau jumlah pajak yang dibayarkan itu selalu sama pada
setiap objek pajak.
3.Tarif Pajak Degresif (Menurun)
Artinya, tarif pajak ini memakai persentase yang menurun pada setiap objek pajaknya.
4.Tarif Pajak Progresif
Artinya, tarif pajak ini memakai persentase yang naik/meningkat pada setiap objek
pajak

Perbedaan Pajak dengan Pungutan Resmi


Lainnya
Pajak dan pungutan resmi lainnya oleh pemerintah sekilas memang mirip, tetapi
sebenarnya ada banyak perbedaannya. Simak perbedaannya berikut ini.
1.Dasar Pelaksanaan
 Pajak: diberlakukan kepada masyarakat berdasarkan undang-undang untuk mendanai
pengeluaran-pengeluaran umum.
 Pungutan Resmi Lainnya: diberlakukan berdasarkan jasa atau pelayanan pemerintah
secara langsung dan tidak langsung yang diterima oleh setiap individu.
2.Sifat Iuran
 Pajak: imbalan dari negara yang diterima oleh setiap wajib pajak secara tidak
langsung.

 Pungutan Resmi Lainnya: imbalan dari negara diterima oleh setiap individu secara
langsung.
3.Unsur Paksaan
 Pajak: bersifat memaksa, bahkan bisa dipaksakan kepada setiap wajib pajak individu
atau perseorangan dan perusahaan atau badan usaha.

 Pungutan Resmi Lainnya: tidak memaksa karena biasanya bersifat sukarela.


4.Subjek Pengenaan
 Pajak: berlaku untuk setiap wajib pajak individu dan badan usaha tanpa kecuali.

 Pungutan Resmi Lainnya: hanya berlaku pada orang-orang tertentu.


5.Prestasi atau Imbalan
 Pajak: prestasi atau imbalan didapatkan oleh semua masyarakat.

 Pungutan Resmi Lainnya: prestasi atau imbalan diterima oleh golongan tertentu saja.
6.Jenisnya
 Pajak: terdiri dari pajak pusat dan pajak daerah.

 Pungutan Resmi Lainnya: terdiri dari retribusi, sumbangan, keuntungan/laba dari


Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bea, dan cukai.

Asas Pemungutan Pajak


Asas pemungutan pajak harus menjadi landasan dalam pemungutan pajak. Beberapa
asas pemungutan pajak menurut para ahli ekonomi sebagai berikut:
1.Menurut Adam Smith
 Equality

Artinya yaitu pemungutan pajak harus dilakukan sesuai dengan kemampuan wajib
pajak. Sehingga negara pun tidak diperbolehkan untuk bertindak diskriminatif
terhadap setiap wajib pajak.
 Certainty

Semua pungutan pajak harus dilakukan berdasarkan Undang-Undang sehingga setiap


wajib pajak yang melanggar akan mendapat sanksi hukum.
 Convenience of Payment
Pemungutan pajak harus dilakukan pada saat yang tepat bagi setiap wajib pajak.
Misalnya, saat wajib pajak baru menerima gaji atau saat wajib pajak menerima
hadiah.
 Efficiency

Biaya pemungutan pajak harus sekecil mungkin. Biaya pemungutan pajak tidak boleh
lebih besar dari nominal pajak.
2.Menurut W.J. Langen
 Asas Daya Pikul

Nominal pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan nominal pendapatan wajib pajak.
Semakin besar penghasilan maka semakin besar pula pajak yang ditetapkan kepada
wajib pajak.
 Asas Manfaat

Hasil pemungutan pajak harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat


bagi kepentingan umum.
 Asas Kesejahteraan

Hasil pajak harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.


 Asas Kesamaan

Seorang wajib pajak dengan wajib pajak lainnya harus dikenakan pajak dengan
persentase yang sama atau diperlakukan dengan sama.
 Asas Beban yang Sekecil-kecilnya

Persentase atau nominal pemungutan pajak harus sekecil-kecilnya atau lebih kecil dari
nilai objek pajak sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.
3.Menurut Adolf Wagner
 Asas Politik Finansial

Jumlah pajak yang dipungut oleh negara harus memadai sehingga bisa mendanai
semua kegiatan negara.
 Asas Ekonomi

Penentuan objek pajak harus tepat seperti pajak untuk barang-barang mewah saja.
 Asas Keadilan

Pemungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, yaitu pajak untuk kondisi
yang sama harus diperlakukan dengan sama juga.
 Asas Administrasi

Asas ini berhubungan dengan masalah kepastian perpajakan seperti waktu dan tempat
untuk membayar pajak, keluwesan penagihan (cara bayar), dan besaran biaya pajak.
 Asas Yuridis
Semua pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.

Jenis-Jenis Pajak
Secara umum, ada dua jenis pajak yang masing-masingnya terdiri dari banyak jenis.
Ulasannya sebagai berikut.

sumber: https://www.freepik.com/free-
vector/estate-tax-composition_8665353.htm#page=1&query=tax&position=13
1.Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak-pajak yang diterapkan dan diurus oleh pemerintah pusat
melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan unit vertikal di bawahnya. Beberapa jenis
pajak pusat sebagai berikut.
 Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Penghasilan adalah pajak yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan
usaha atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun. Penghasilan yang dikenakan
pajak adalah tambahan kemampuan ekonomis yang didapat oleh setiap wajib pajak
dari Indonesia dan atau luar negeri yang bisa digunakan oleh setiap wajib pajak
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN adalah pajak yang yang harus dibayar oleh orang pribadi, badan usaha,
pemerintah karena adanya pembelian barang atau jasa kena pajak dalam daerah
pabean berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Semua barang mewah akan dikenakan PPnBM. Kriteria barang-barang mewah antara
lain bukan barang kebutuhan pokok, dikonsumsi oleh masyarakat tertentu saja seperti
masyarakat golongan atas, digunakan untuk menunjukkan statusnya kepada
masyarakat, jika digunakan bisa merusak kesehatan dan moral masyarakat seperti
mobil mewah dari luar negeri.
 Bea Meterai (BM)

Bea Meterai adalah pajak yang diberikan karena pembuatan dokumen untuk maksud
tertentu seperti surat perjanjian, akta notaris, kuitansi pembayaran, beserta surat
berharga dan efek yang memuat jumlah uang atau nominal di atas jumlah tertentu
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dibebankan oleh pemerintah daerah
kepada masyarakat karena adanya kepemilikan, penggunaan, dan atau penguasaan
terhadap tanah dan atau bangunan.

Ada 5 cakupan dalam Pajak Bumi dan Bangunan, yaitu pedesaan, perkotaan,
perkebunan, pertambangan, dan perhutanan. Berdasarkan Undang-Undang No. 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) yang berlaku sejak 1
Januari 2014, PBB untuk sektor Pedesaan dan Perkotaan (Sektor P2) termasuk
kategori pajak daerah.
2.Pajak Daerah
Pajak daerah adalah semua jenis pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah yang
berada di Provinsi, Kabupaten, atau Kota yang diadministrasikan oleh Dinas atau
Badan Pendapatan Daerah. Setiap daerah mempunyai nama yang berbeda-beda untuk
Dinas atau Badan Pendapatan Daerah tersebut.

Jenis-jenis pajak daerah antara lain Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
(BPHTB), Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan, Pajak Provinsi,
Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bemotor, Pajak Air di Permukaan, Pajak Rokok, Pajak
Kabupaten/Kota, Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, dan
masih banyak lagi.

Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


Ada tiga sistem yang biasa digunakan untuk pemungutan pajak di Indonesia.
Penjelasan secara rinci sebagai berikut:

Self Assessment System (Sistem Pajak Mandiri)


Self Assessment System adalah sistem yang memberikan kebebasan kepada setiap
wajib pajak untuk menentukan besaran pajak secara mandiri. Intinya, setiap wajib
pajak berperan aktif dalam penghitungan, pelaporan, pembayaran pajak ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau secara online melalui sistem administrasi yang sudah
dibuat oleh pemerintah. Pemerintah pusat hanya berperan sebagai pengawas dari para
wajib pajak seperti pembayaran pajak PPN dan PPh.

Official Assessment System (Sistem Pajak Pasif)


Official Assessment System adalah sistem pajak pasif karena hanya fiskus atau aparat
perpajakan yang berwenang untuk menentukan pajak terutang kepada setiap wajib
pajak dan membuat surat ketetapan pajak. Sistem pajak ini hanya diberlakukan pada
pajak daerah seperti Pajak Bumi Bangunan (PBB) sehingga pemerintah daerah
mempunyai hak penuh dalam penentuan nominal pajak yang harus dibayarkan.

Withholding System (Sistem Pajak Pihak Ketiga)


Sistem pemungutan pajak ini dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak dan
aparat pajak/fiskus. Misalnya, pemotongan gaji karyawan yang dilakukan oleh
bendahara/akuntan instansi atau perusahaan sehingga para karyawan tidak perlu
membayar pajak ke kantor pajak. Bendahara/akuntan adalah pihak ketiga yang
dimaksud.

Jenis pajak withholding system di Indonesia antara lain PPh Pasal 21, PPh Pasal 22,
PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Bukti atas pelunasan pajak dengan
menggunakan sistem ini adalah bukti potong atau bukti pungut pajak atau Surat
Setoran Pajak (SSP). Bukti potongan ini biasanya dilampirkan bersama SPT Tahunan
PPh/SPT Masa PPN dari setiap wajib pajak.

Objek dan Cara Pengenaan Pajak


Objek pajak adalah sasaran pengenaan pajak yang biasanya berupa penghasilan atau
pendapatan. Adapun jenis-jenis objek pajak yaitu:
1.Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan terhadap setiap
pertambahan nilai dari suatu barang atau jasa. PPN termasuk jenis pajak tidak
langsung yang artinya pajak ini dibayarkan oleh pihak lain karena adanya pembelian.

Persentase baku dari objek PPN adalah 10%. Objek PPN antara lain penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP), impor BKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah
pabean ke dalam daerah pabean, ekspor BKP berwujud atau tidak berwujud dan
Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
2.Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Objek PPnBM adalah barang-barang mewah seperti mobil, motor, atau BKP mewah
lainnya yang hanya dimiliki oleh orang-orang berpenghasilan tinggi. Pajak akan
dikenakan pada objek pajak ketika barang tersebut dibeli.
3.Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan atau bangunan yang meliputi
permukaan bumi yang dipijak seperti tanah, perairan pedalaman, laut wilayah
Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya beserta bangunan, yaitu konstruksi
teknik yang dibangun atau dilekatkan secara tetap di dalam atau permukaan tanah atau
perairan di wilayah Indonesia.

Contoh objek pajak bumi antara lain sawah, ladang, dan kebun. Contoh objek pajak
bangunan adalah konstruksi di atas tanah atau perairan seperti rumah, ruko, dermaga,
jalan tol, kolam renang, pusat perbelanjaan.
4.Pajak Penghasilan (PPh)
Objek dari pajak penghasilan (PPh) adalah gaji, tunjangan, atau bonus yang
didapatkan oleh setiap wajib pajak yang bekerja atau memiliki usaha. Seperti yang
kita ketahui, penghasilan adalah tambahan kemampuan ekonomi yang didapatkan oleh
wajib pajak di dalam dan luar negeri yang digunakan untuk kegiatan konsumtif oleh
setiap wajib pajak. Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah penghasilan selama satu
tahun dari wajib pajak.

Baca juga: APBN: Pengertian, Fungsi, Tujuan, Sumber, Jenis dan Pengaruh


5.Pajak Bea Materai
Pajak bea materai terdiri dari materai seharga Rp 3.000 dan Rp 6.000, tetapi materai
yang paling dipakai untuk kegiatan transaksi penting adalah materai enam ribu rupiah.
Bea materai harus disertakan dalam dokumen penjualan seperti surat pernyataan dan
kuitansi pembelian.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai, objek bea
materai adalah kertas yang tertulis tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan atau pihak-pihak berkepentingan lainnya yang berhubungan dengan
hukum perdata.
6.Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB)
Pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) yang disebut juga bea
pembeli adalah pajak yang dikenakan terhadap pembelian tanah atau bangunan atau
keduanya. Adapun objek BPHTB adalah perolehan hak terhadap tanah dan atau
bangunan yang meliputi kegiatan jual dan beli, tukar menukar, hibah, waris,
penggabungan usaha, peleburan usaha, dan hadiah.

Anda mungkin juga menyukai