ABSTRAK
PAD dan Belanja Modal diduga tidak selalu berpengaruh linier pada Indeks
Pembangunan Manusia, dikarenakan adanya faktor kontinjensi yang mempengaruhi
hubungan tersebut, faktor kontinjensi tersebut adalah Dana Alokasi Umum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PAD dan Belanja Modal pada
IPM, serta pengaruh PAD dan Belanja Modal dengan pemoderasi DAU pada IPM.
Penelitian mencakup 8 kabupaten dan 1 kota di Provinsi Bali dalam rentang
waktu amatan 2010-2015. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel jenuh (keseluruhan populasi digunakan sebagai sampel. Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Keuangan Provinsi Bali dan
Badan Pusat Statistik. Teknik analisis data yang digunakan meliputi: uji asumsi
klasik, Moderated Regression Analysis, uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa PAD mampu meningkatkan variabel
Indeks Pembangunan Manusia sedangkan Belanja Modal menurunkan tingkat Indeks
Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Bali. Dana Alokasi Umum
memperkuat pengaruh PAD terhadap IPM namun dapat memperlemah pengaruh
Belanja Modal pada IPM.
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian .......................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 10
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................ 11
1.5 Sistematika Penulisan ...................................................... 12
ii
3.8 Metode Pengumpulan Data ............................................. 41
3.9 Teknis Anlisis Data ......................................................... 42
3.9.1 Uji asumsi klasik ...................................................... 42
3.9.2 Moderated Regression Analysis (MRA) .................. 45
3.9.3 Uji kesesuaian model (uji F) dan Koefisien
Determinasi .............................................................. 45
3.9.4 Uji t .......................................................................... 46
iii
DAFTAR TABEL
2.1 Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap komponen IPM ........... 28
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan ukuran untuk melihat
suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak.
dilihat melalui tingkat kualitas hidup manusia di tiap-tiap negara. Sejak tahun 1990
perkembangan tingkat kualitas hidup manusia (indeks HDI) di seluruh dunia diteliti
Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013
108/187 negara, dari peringkat 121/187 negara pada tahun 2012. Kajian seksama
masih perlu tetap dilakukan mengingat IPM Indonesia ternyata masih berada di
yaitu Malaysia yang menempati peringkat 62, Singapura peringkat 9, Thailand pada
peringkat 89, dan Brunei Darussalam di posisi 30. IPM Indonesia hanya lebih baik
1
bila dibandingkan dengan IPM Myanmar yang menduduki posisi 150, Filiphina 117,
Kamboja 136, dan Timor Leste pada posisi 128. Hal ini mencerminkan kondisi
Indonesia tentunya tidak dapat dilepaskan dari usaha simultan untuk meningkatkan
penelitian ini di gunakan IPM sebagai acuan untuk menentukan tingkat kesejahtraan
Tabel 1.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2010-2015
Rata-rata IPM
70,10 70,87 71,62 72,09 72,48 73,27 -
Prov. Bali
2
Dari tabel 1.1 Dapat dilihat bahwa IPM tertinggi diperoleh Kota Denpasar
yaitu sebesar 82,24 pada tahun 2015, sedangkan IPM terendah diperoleh Kabupaten
Karangasem yaitu sebesar 60,58 pada tahun 2010. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi
Bali dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori capaian IPM yaitu IPM tinggi
dengan kisaran 70-80 dan IPM sedang dengan kisaran 60-70. Setelah di rata-ratakan
selama lima tahun terakhir diperoleh bahwa Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar
dan Kota Denpasar mendapatkan nilai IPM dengan kategori tinggi sedangkan
mengalami peningkatan IPM setiap tahunnya dalam kurun waktu 2010-2015, Kota
Denpasar dengan capaian IPM tertinggi sudah melebihi angka 80 hal tersebut dapat
diklasifikasikan sangat tinggi, tetapi masih terdapat 5 (lima) kabupaten hampir setiap
tahun nilai IPMnya berada di bawah IPM Provinsi Bali adalah Kabupaten Buleleng,
penelitian terkait IPM khusunya di Provinsi Bali, sangat penting untuk di kaji
kembali. Untuk itu peneliti meyakini bahwa dengan meningkatkan jumlah PAD yang
diterima dan pemberian dana perimbangan yang lebih besar kepada daerah dari
pemerintah pusat akan dapat mendorong peningkatan yang berkelanjutan bagi IPM
daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang seharusnya dikelola dengan baik
3
oleh pemerintah daerah serta pemanfaatannya benar-benar untuk anggaran yang
produktif dan dapat dirasakan oleh masyarakat seperti sektor pendidikan, kesehatan,
menggunakan pendapatan daerahnya untuk belanja daerah pada sektor – sektor yang
Tahun 2004). Hal ini mencerminkan bahwa pemerintah daerah diharapkan mampu
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya sendiri sesuai dengan
fiskal adalah untuk perbaikan efisiensi ekonomi, penyediaan layanan publik yang
(Jumadi, 2013). Ini dikarenakan pemerintah daerah lebih mengerti akan kebutuhan
4
Beberapa faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
antara lain yang digunakan penulis sebagai variabel adalah Pendapatan Asli Daerah
sumber pendanaan daerah salah satunya berasal dari PAD yang terdiri atas pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
peningkatan anggaran belanja modal daerah namun yang terjadi malah sebaliknya,
peningkatan PAD tidak diiringi dengan meningkatnya anggaran belanja modal. Hal
ini disebabkan karena pendapatan tersebut lebih banyak digunakan untuk membiayai
pembangunan daerah tersebut (Ebit dan Jalaludin, 2012). Besar kecilnya PAD dapat
dan Suparwati, 2012). Tingkat dari kemandirian suatu daerah terlihat dari
daerah yang berasal dari PAD diharapkan dapat meningkatkan investasi belanja
Peningkatan alokasi belanja modal dalam bentuk aset tetap seperti infrastruktur
5
hendaknya lebih banyak untuk program–program pelayanan publik. Kedua pendapat
pelayanan di berbagai sektor terutama di sektor publik. Hal ini dilaksanakan dengan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu aspek penting untuk proses pembangunan
daerah yaitu infrastruktur daerah. Modebe et al. (2012) menjelaskan bahwa dengan
peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan,
pengeluaran belanja modal adalah meningkatkan aset tetap daerah yang merupakan
adalah dana perimbangan. Dana perimbangan salah satunya berupa Dana Alokasi
Umum (DAU). DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam semangat pemerataan
6
Dalam komponen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sekitar
70% dari total pendapatan ditopang oleh dana transfer dari pemerintah pusat. Daerah
PAD. Hal ini menggambarkan apa saja yang perlu di beli oleh pemerintah tergantung
dari besar kecilnya dana yang dimiliki pemerintah. Dana Transfer berupa Dana
Perimbangan meliputi DAU, DAK dan DBH serta Dana Otonomi Khusus dan
Penyesuaian adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi (Kuncoro, 2014: 46).
Dari ketiga jenis dana transfer tersebut, DAU lah yang digunakan sebagai instrument
karena itu, alokasi DAU yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian tujuan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah banyak dilakukan,
penelitiannya yang berjudul Pengaruh Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
terhadap indeks pembangunan manusia sejalan dengan hal tersebut penelitian dari
Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil (Pajak dan Bukan Pajak)
variabel Dana Alokasi Umum (DAU) yang berpengaruh terhadap IPM. Sedangkan
7
variabel lain berupa variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan
Dana Bagi Hasil (Pajak dan Bukan Pajak) tidak berpengaruh signifikan terhadap
berjudul Kemampuan Belanja Modal Memoderasi Pengaruh PAD, DAU, DAK dan
Indeks Pembangunan Manusia sejalan dengan hal tersebut penelitian dari (Syahril,
2011) juga menunjukkan bahwa Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Indeks
penelitian tentang IPM semakin menarik dan penting untuk dikaji khususnya faktor-
bersifat positif maupun negatif. Digunakannya variabel moderating ini yaitu untuk
hubungan antara PAD dan Belanja Modal dengan IPM. Dalam penelitian ini di
8
dapat memperkuat ataupun memperlemah hubungan antara PAD, dan Belanja Modal
dengan IPM.
Motivasi dalam penelitian ini adalah karena adanya perbedaan hasil penelitian
terdahulu dan adanya dugaan bahwa kenaikan PAD dan Belanja Modal tidak serta
merta meningkatkan IPM. Dengan adanya suntikan dana dari pemerintah pusat
berupa Dana perimbangan yaitu DAU pemerintah daerah dapat menggunakan dana
grants). Tetapi pada kenyataanya dana transfer berupa DAU masih belum di
variabel ini dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara PAD terhadap
(Syahril, 2011) yang meneliti Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal
Utara dan (Wahyu, 2014) dalam penelitiannya yang berjudul Kemampuan Belanja
Modal Memoderasi Pengaruh PAD, DAU, DAK dan SiLPA pada Indeks
menjadikan PAD dan Belanja Modal sebagai variabel independen, tempat penelitian
dilakukan spesifik di Provinsi Bali, oleh karena itu peneliti ingin meneliti kembali
9
mengenai “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal terhadap Indeks
dirumuskan rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
10
3) Untuk mengetahui kemampuan Dana Alokasi Umum memoderasi pengaruh
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis untuk berbagai pihak yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun
1) Kegunaan Teoritis
Pembangunan Manusia. Teori yang akan dikonfirmasi dalam penelitian ini adalah
eksistensi teori federalisme fiskal, keagenan, dan kontijensi di dalam sektor publik.
penelitian terdahulu.
2) Kegunaan Praktis
sebagai referensi untuk menentukan strategi yang tepat untuk mengetahui faktor-
dalam penelitian ini adalah pendapatan asli daerah, belanja modal dan dana alokasi
umum.
11
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
sistematika penulisan.
Pada bab ini diuraikan mengenai data amatan, hasil uji asumsi
klasik, deskripsi statistik, hasil uji model fit dan hasil uji hipotesis
12
Bab V : Simpulan dan Saran
13