ada enam istilah yang tercipta dalam bahasa Indonesia saat ingin
yaitu:
1
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika
Aditama, Bandung, 2003, hlm. 1.
2
Wantjik K Saleh, Tindak Pidana Korupsi dan Suap, Paramestika, Jakarta, 1996,
hlm. 15.
1
2
bunyi dengan istilah aslinya yaitu Delict, maka selain menggunakan istilah
tindak pidana juga menggunakan istilah delik yang sama artinya dengan
tindak pidana.
Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para sarjana Barat dan
sarjana Indonesia, yaitu antara lain menurut Fletcher definisi pendek dari
3
Wirjono Prodjodikoro, .... Op. Cit., hlm, 84-85
4
Van H.J Scharavendijk, Buku Pelajaran tentang Hukum Pidana di Indonesia,
J.B. Wolters, Jakarta, 1996, hlm. 87.
3
tersebut. Dengan demikian pengertian tindak pidana dapat dilihat dari dua
segi yaitu:
5
S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya, Cet. 4,
Percetakan BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, hlm. 203
6
Ibid, hlm, 92
7
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hlm, 43
4
1) Segi perbuatannya
Perbuatan adalah perbuatan yang melawan hukum, dalam arti formil
(suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh
undang-undang; merupakan unsur tertulis dalam suatu delik pidana)
dalam arti materiil (tidak secara tegas dilarang dan diancam dengan
undang-undang; merupakan unsur tidak tertulis yang didasarkan
pada ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis yang hidup
dimasyarakat, seperti asas-asas umum yang berlaku).
2) Segi subyeknya
Subyek atau individu yang melakukan suatu perbuatan harus
mempunyai kesalahan dan dapat dipertanggungjawabkan. Semua
Tindak pidana mempunyai persamaan sifat. Istilah Tindak dari
tindak pidana adalah merupakan singkatan dari Tindakan atau
Petindak, artinya ada orang yang melakukan suatu Tindakan,
sedangkan orang yang melakukan itu dinamakan Petindak. Sesuatu
tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja tetapi dalam banyak hal
sesuatu tindakan tertentu hanya mungkin dilakukan oleh seseorang
dari yang bekerja pada negara atau pemerintah, atau orang yang
mempunyai suatu keahlian tertentu.8
dengan hukum, tidak disenangi oleh orang atau masyarakat, yang baik
8
S.R Sianturi, .... Op Cit., hlm, 64
9
Ibid, hlm, 215.
5
bahwa tindakan tersebut terjadi pada suatu tempat, waktu dan keadaan
yang ditentukan. Artinya, dipandang dari sudut tempat, tindakan itu harus
terjadi pada Negara Indonesia, dipandang dari sudut waktu, tindakan itu
masih dirasakan sebagai suatu tindakan yang yang perlu diancam dengan
pidana, dan dari sudut keadaan, tindakan itu harus terjadi pada suatu
atas maka unsur-unsur tindak pidana atau delik sangatlah membantu dalam
10
Effendi Erdianto, Hukum Pidana Indonesia. Refika Aditama, Bandung, 2011,
hlm, 32
11
Ibid, hlm, 36
6
delik yang didakwakan, dalam hal ini unsur-unsur dari delik tersebut
12
S.R Sianturi, ... Op. Cit., hlm, 231.
13
Effendi Erdianto, ... Op. Cit., hlm, 97-98. 14 Ibid, hlm, 99.
14
Ibid.
15
Adami Chazawi, Pengantar Hukum Pidana Bag 1, Grafindo, Jakarta, 2002,
hlm, 74
7
yakni:
Unsur Subjektif
1) Kesengajaan atau kealpaan (dolus atau Culpa)
Kesengajaan dalam hukum pidana adalah merupakan bagian dari
kesalahan. Kesengajaan pelaku mempunyai hubungan kejiwaan
yang lebih erat terhadap suatu tindakan (yang terlarang)
dibandingkan dengan kealpaan (culpa). Karenanya ancaman
pidana pada suatu delik jauh lebih berat, apabila adanya
kesenggajaan dari pada dengan kealpaan. Bahkan ada beberapa
tindakan tertentu, jika dilakukan dengan kealpaan, tidak
merupakan tindakan pidana, yang pada hal jika dilakukan dengan
sengaja, ia merupakan suatu kejahatan seperti misalnya
16
Ibid, hlm, 75
17
Ibid, hlm, 79
8
bukunya yakni:
a. Unsur formal
18
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, Raja Grafindo
Persada, Depok, 2011, hlm, 63
19
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi Edisi Ke Dua, Sinar Grafika, Jakarta, hlm,
7.
9
tidak ada tindak pidana. Diancam dengan hukuman, hal ini bermaksud
b. Unsur material
20
Ibid, hlm, 10-11
10
dalam dua macam, yaitu unsur objektif dan unsur subjektif yakni:
21
Ibid, hlm, 12
11
ini terdapat dalam membuang anak sendiri (Pasal 308 KUHP), membunuh
anak sendiri (Pasal 341 KUHP), membunuh anak sendiri dengan rencana
yang lain baik sekitar atau mengenai objek kejahatan maupun perbuatan
22
Frans Maramis, Op.Cit, hlm, 13
23
Ibid, hlm. 14-15
12
pidana tertentu dalam KUHP itu dapat diketahui adanya 11 unsur tindak
pidana yakni :
kehendak pemilik (melawan hukum objektif), atau pada Pasal 251 pada
kalimat tanpa izin pemerintah, juga pada pasal 253 pada kalimat
hukum objektif. Akan tetapi, ada juga melawan hukum subjektif misalnya
24
Ibid, hlm, 16
13
kesadaran bahwa memiliki benda orang lain yang ada dalam kekuasaann
yang terdapat dalam KUHP, maka dapat diketahui ada dua unsur delik
yaitu :
berikut:
25
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, hlm, 121
26
Ibid, hlm 123.
14
Tindak pidana juga dibedakan atas tindak pidana formil, dan tindak
dititik beratkan pada akibat yang dilarang yaitu tindak pidana ini baru
dianggap telah terjadi atau dianggap telah selesai apabila akibat yang
Tindak pidana juga dibedakan atas tindak pidana tunggal dan tindak
pidana berganda. Tindak pidana tunggal adalah tindak pidana yang cukup
27
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Jakarta, 1997, hlm. 193.
28
Mahrus Ali, Op.Cit, hlm, 102.
15
pidana yang dibedakan atas delik aduan dan delik biasa. Delik aduan
pengaduan dari pihak yang terkena atau yang dirugikan. Delik aduan
dibedakan dalam dua jenis, yaitu delik aduan absolut dan delik aduan
untuk penuntutannya.30
syarat bagi adanya turut melakukan tindak pidana, yaitu: kesatu, kerja sama
yang disadari antara para turut pelaku, yang merupakan suatu kehendak
kehendak itu.
29
Ibid, hlm 103
30
Sudaryono, Natangsa Surbakti, Op.Cit, hlm, 43
16
dalam buku KUHP, yakni Pasal 170 : (1). Adapun bunyi pasal 170 ayat (1)
Jika melihat pasal 170 ayat (1) KUHP ini maka jelas pasal ini mengatur
tentang tindak pidana, yaitu kekerasan terhadap orang atau barang, yang
b. Bersama-sama
31
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar ..., Op. Cit., hlm. 110
17
c. Terhadap orang.
sebagai tujuan, kalau sebagai alat atau upaya-upaya untuk mencapai suatu
d. Dimuka umum
belum dewasa ataupun orang yang belum mencapai usia tertentu yang
sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga
manusia yang harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan berbangsa dan
32
Erdianto Efendi, Hukum Pidana Indonesia, Rifika Aditama, Bandung, 2011,
hlm. 174
33
March F. Makaampoh, Kedudukan dan Tugas Polri Untuk Memberantas Aksi
Premanisme Serta Kaitannya Dengan Tindak Pidana Kekerasan Dalam KUHP, (Jurnal: Lex
et Societatis), Vol. 1/No. 2, hlm. 75
34
Ibid., hlm 80
18
yakni anak adalah keadaan manusia normal yang masih muda dan sedang
aspek yuridis maka pengertian anak dimata hukum positif Indonesia lazim
Pidana Anak Pasal 1 ialah anak yang Berkonflik dengan hukum yang
b. Pengertian anak yang terdapat dalam pasal 145 KUHP adalah anak
35
Kartini, Gangguan-Gangguan Pshikis, Sinar Baru, Bandung, 1991, hlm,189.
36
Lilik Mulyadi, Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktek Permasalahannya,
Mandar Maju, Bandung, 2005, hlm, 3-4.
19
Oleh karena itu, apabila anak yang masih dibawah umur terjerat
wali, atau orang tua asuh dengan tidak dikenakan pidana, atau
seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin.
anak adalah manusia yang belum mencapai 18 tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan dan belum menikah.39 Oleh karena itu, anak tidak
dalam sistem peradilan pidana anak adalah adalah anak yang telah
anak yakni orang yang masih dalam kandungan dan berumur dibawah 18
tahun (delapan belas) serta belum kawin. Maksud dari kata belum kawin
adalah anak yang tidak terikat dalam perkawinan atau pernah kawin dan
38
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum (Catatan Pembahasan UU Sistem
Peradilan Pidana Anak (UU – SPPA), Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 8
39
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009,
hlm,1.
40
Bunadi Hidayat, Pemidanaan ... Op. Cit., hlm. 56
21
melainkan hanya hanya berupa apa itu sistem peradilan pidana anak bukan
tindak pidana anak yaitu anak sebagai pelaku tindak pidana telah diatur
Pengertian dari tindak pidana anak itu sendiri masih berdasar pada
pendapat oleh para pakar-pakar hukum atau ahli hokum yang berpedapat
bahwa pengertian dari tindak pidana anak adalah kejahatan pidana yang
menurut beliau bahwa defenisi tindak pidana anak itu belum ada di
41
Ibid.,
22
dijelaskan dari segi filosofinya yaitu anak yang berhadapan dengan hukum
atau peradilan.42
peradilan bagi rakyat pada umumnya baik perkara perdata maupun perkara
42
M. Nasir Djamil, Op.Cit, hlm, 13
43
Rehngena, Proses Pengadilan Anak (Litmas Sebagai Bahan Pertimbangan
Putusan Oleh Hakim Dalam Sidang Pengadilan Anak, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2004,
hlm 22.
23
istilah The Juvenile Justice System, yaitu suatu istilah yang digunakan
dan istilah anak. Kata “anak” dalam frasa “peradilan pidana anak” mesti
sebagai subyek tindak pidana dengan tidak mengabaikan masa depan anak
44
Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan
Pidana Anak di Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, hlm. 35
45
Rehngena, ... Op. Cit., hlm, 2
46
Ibid, hlm, 7
24
social.
Anak-anak baru diakui memiliki hak asasi setelah sekian banyak anak-
tidak terjadi serta merta pada saat korban, yaitu anak, berjatuhan, tetapi dengan
47
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm, 38
48
Ibid, hlm, 39
25
Juvenile Justice, United Nations Rules for the Protection of Juvenile Deprived
penentuan umur bagi seorang anak atau remaja ditentukan berdasarkan sistem
hukum masing-masing negara. Visi yang ingin dicapai dalam peradilan anak
fisik dan mental remaja, penjara harus menjadi alternatif terakhir, data yang
49
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana bagi Anak di Indonesia, Rajawali Pers,
Jakarta, 2011, hlm, 31
50
Maidin Gultom, Op.Cit, hlm, 35
51
Shanty Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2004,
hlm, 28
26
berkaitan dengan remaja bersifat rahasia, dan anak atau remaja yang ditahan
atau biasa disebut dengan pedoman PBB dalam rangka pencegahan tindak
pidana anak dan remaja. Ketiga instrumen tersebut adalah beberapa saja
manusia sampai dengan saat ini anak memiliki pemaknaan yang berbeda-beda.
Dan hal tersebut semakin berkembang dari zaman ke zaman. Sebagai contoh
dahulu terdapat paham yang mengatakan bahwa banyak anak banyak rejeki,
tetapi hal tersebut terjadi pada zaman feodal dimana pekerjaan manusia masih
sangat homogen dan kebutuhan yang belum sebanyak zaman sekarang dan
52
Ibid, hlm, 29-30
53
Ibid, hlm, 31
27
suatu keluarga.54 Namun hal tersebut tidak akan menjadi relevan lagi di zaman
ini, dimana manusia semakin banyak jumlahnya, yang berarti persaingan juga
semakin besar satu sama lain. Diikuti dengan semakin beragamnya kebutuhan
Pada saat ini kualitas dari suatu pribadi lebih penting dari pada kuantitas untuk
memenangkan persaingan.
Saat ini semakin banyak anak akan menyusahkan bagi orang tuanya
karena biaya yang butuhkan untuk menghidupi anak tersebut yang tidak
sedikit. Pemaknaan anak pun bergeser kearah peningkatan kualitas dari anak
yang berkualitas itu juga yang salah satu alasan adanya hukum perlindungan
“Di Indonesia sendiri hukum yang mengatur tentang anak sudah ada
sejak tahun 1925 pada masa kolonial Belanda, dengan lahirnya
Staatsblaad 1925 No. 647 Juncto Ordonansi 1949 No 9 yang
mengatur tentang Pembatasan Kerja Anak dan Wanita. Diikuti pada
tahun 1926 dengan lahirnya Staatsblaad 1926 No 87 tentang
pembatasan Anak dan Orang Muda bekerja diatas kapal. Selanjutnya
pada tanggal 8 Maret 1942 lahirlah Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana yang disahkan mulai belaku pada tanggal 26 Februari 1946.”55
45, 46, dan 47 yang memberikan perlindungan terhadap anak yang melakukan
54
Nashrina, ... Op. Cit., hlm, 52
55
Darwin Prinst, Hukum Anak Indonesia, Citra Adiya Bhakti, Bandung, 1997,
hlm, 42
28
tindak pidana Anak sebagai pelaku sebaliknya di dalam Pasal 290, 292, 293,
Februari 1988 dengan lahirnya Peraturan Pelaksana No.2 Tahun 1988 tentang
1948 anak secara tegas dilarang bekerja. Dalam Undang-undang No. 13 Tahun
15 tahun dan maksimal 55 tahun. Akan tetapi dalam kenyataan banyak anak
No.1 Tahun 1987 tentang anak yang terpaksa bekerja. Anak yang terpaksa
56
Ibid, hlm, 43.
57
Ibid, hlm, 47
29
bekerja disyaratkan harus ada ijin tertulis dari orang tuawali dengan lama
bekerja 4 jam dalam satu hari, dengan upah yang sama dengan orang dewasa,
tidak bekerja pada malam hari, dan pada tempat-tempat yang berbahaya pada
Ketenagakerjaan.58
Dulu anak tidak bisa memperoleh haknya dari bapak biologis hanya
karena tidak tercatat oleh negara. Padahal, andaipun anak terlahir
karena perbuatan zina, anak bukanlah yang harus menanggung
konsekuensinya. Anak bukanlah objek yang layak dilabeli dengan
stigma yang buruk. Yang salah adalah orang tua mereka. Syukurnya,
persoalan ini telah diubah oleh MK lewat putusannya dalam kasus
Judicial Review beberapa tahun lalu.59
Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA), telah terjadi perubahan paradigma
Perubahan itu antara lain adalah usia anak dibawah umur yang dapat diproses
58
Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara,
Jakarta, 1990, hlm,
59
Hasan Maulana, Pengantar Advokasi Dan Perlindungan Anak, Grasindo,
Jakarta, 2000, hlm, 41
30
kini menjadi 12 tahun minimal dan belum berumur 18 tahun. Dulu anak 8
setidaknya usia demikian sudah lebih baik dan dipandang lebih layak menurut
melakukan tindak pidana, anak sebagai saksi, dan anak sebagai korban (Pasal
1 ayat 3, 4, 5 UU SPPA). Selain itu, perumusan sanksi kian lebih baik. Pidana
(LPKA) dan pemisahan blok untuk anak-anak dari orang dewasa.61 Sejalan
untuk melindungi anak dari maraknya kejahatan pedofilia. Semangat dan kerja
keras pemerintah untuk melindungi anak harus kita sambut positif. Negara kian
60
Endri Nurindra, Implementasi Atas Berlakunya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, (Makalah), disampaikan dalam
Sarasehan Proses Penyelesaian Kekerasan terhadap Anak, hlm. 4
61
Ibid., hlm. 6