Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jurusan kebidanan STIKes Widya Nusantara Palu mempunyai tanggung
jawab untuk mempersiapkan tenaga ahli madya kebidanan yang profesional dan
berjiwa nasional, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu serta teknologi
(IPTEK) dengan berbagai masalah dimasyarakat khususnya dalam lingkup
praktek bidan dengan sasaran ibu dan bayi baru lahir (Neonatus).
Jurusan kebidanan STIKes Widya Nusantara diharapkan mampu
menempatkan diri sesejar dengan jurusan lain yang tergabung dalam lingkup
kebidanan. Pengelolaan proses belajar teori dan prektek perlu lebih diorganisir
terutama pencapatan kompeten langsung pada klien melalui praktek klinik
keidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Dalam upaya membekali pengalaman langsung penerapan asuhan
kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan secara mandiri pada kasus
fisiologis dan patologis asuhan kebidanan ANC, INC, PNC, KB, Perinatan, dan
GSR serta ruang operasi kebidanan dianggap perlu memperluas jangkauan
praktek klinik kebidanan dalam mengatasi masalah klien.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program Keluarga
Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. (Yanti, 2020).
Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai macam alat
kontrasepsi, Kelompok KB hormonal terdiri dari KB modern jenis susuk,
suntikan dan pil sedangkan kelompok non hormonal adalah sterilisasi pria,
sterilisasi wanita, spiral/IUD, diafragma dan kondom. Kelompok alat/cara KB
modern menurut jangka waktu efektivitas untuk MKJP (Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang) terdiri dari susuk, sterilisasi pria, sterilisasi
wanita serta, spiral/IUD, sedangkan kelompok non MKJP adalah jenis suntikan,
pil, diafragma dan kondom. (Yanti, 2020).
Bidan membantu pasien memilih kontrasepsi yang tepat dan sehat
yaitu dimulai dengan membuat pasien merasa nyaman saat pelayanan,
menjelaskan metode KB sesuai kebutuhan, dilakukan secara perlahan-lahan
dan jelas, menggunakan alat bantu, membantu pasien memilih kontrasepsi,
menelaah pemahaman pasien tentang cara menggunakan metode,
membicarakan kemungkinan efek sampingserta meminta pasien kembali untuk
kunjungan ulang. (Yanti, 2020).
Amenorea sekunder merupakan tidak terjadinya menstruasi selama tiga
siklus atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa.
(Sari et al., 2021)
Amenorea sekunder terjadi diakibatkan karena stress, kecemasan,
aktivitas yang berat atau olahraga yang berat, obesitas, berat badan rendah,
kehamilan, mengkonsumsi hormonal tambahan seperti obat kontrasepsi,
gangguan pada thyroid, kelainan pada Rahim seperti mola hidatidosa (tumor
plasenta) dan sindrom Asherman (pembentukan jaringan parut pada lapisan
rahim akibat infeksi atau pembedahan. (Sari et al., 2021)
Dikatakan amenorea sekunder bila seorang wanita usia reproduktif yang
pernah mengalami haid, tiba-tiba haidnya berhenti untuk sedikitnya tiga bulan
berturut-turut. Penyebab tidak datangnya haid ialah gangguan pada organ-organ
yang bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, yaitu:
hipotalamushipofisis (amenorea sentral), ovarium (amenorea ovarium), dan
uterus (amenorea uteriner). Pervalensi amenorea sekunder sekitar 3-4% wanita
usia reproduktif, sebagian besar kasus disebabkan oleh sindroma ovarium
polikistik (SOPK), amenorea hipotalamik, hiperprolaktinemia, dan kegagalan
ovarium dini. (Suparman & Suparman, 2017)
Prinsip dasar fisiologi dari fungsi menstruasi memungkinkan
penyusunan beberapa sistem kompartemen yang tepat di mana siklus
menstruasi bergantung. Prinsip ini berguna untuk mendapatkan evaluasi
diagnostik yang memisahkan penyebab dari amenore ke dalam kompartemen
berikut ini: kompartemen I, gangguan pada uterus; kompartemen II, gangguan
pada ovarium; kompartemen III, gangguan pada hipofisis anterior; dan
kompartemen IV, gangguan pada sistem saraf pusat (hipotalamus). (Suparman
& Suparman, 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan gangguan haid (Amenorea)
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data subjektif
secara lengkap pada Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea di puskesmas Bulili.
b. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data objektif secara
lengkap pada Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea di
puskesmas Bulili.
c. Mampu menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidana
dan masalah pada Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorhea di puskesmas Bulili.
d. Mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea di puskesmas Bulili.
C. Manfaat
1. Menambah wawasan dan kajian mengenai asuhan kebidanan secara
langsung dan komprehensif pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea.
2. Menambah pengalaman serta memberikan asuhan pada Ny. S akseptor KB
suntik 3 bulan yang sesuai dengan standar asuhan kebidanan dengan
pendekatan asuhan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai