Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan (BKKBN,2020) keluarga berencana adalah upaya untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan
pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk
keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usi ideal
melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta
kesejahteraan anak. Selanjutnya Mukti (2020) menyatakan keluarga berencana
adalah sebagai upaya ikhtiar untuk memberikan jaminan kesehatan, untuk sang
anak maupun ibu, jaminan pendidikan merupakan bekal yang sangat berharga
untuk kehidupan kelak dalam masyarakat, untuk memenuhi kesejahtraan dan
kemakmuran keluarga lahir dan batin.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program Keluarga
Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. (Yanti, 2020). Untuk mendukung program perkembangan dan
pembangunan keluarga ini maka disediakan berbagai jenis alat kontraspsi. Pada
saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai macam alat kontrasepsi,
Kelompok KB hormonal terdiri dari KB modern jenis susuk, suntikan
dan pil sedangkan kelompok non hormonal adalah sterilisasi pria, sterilisasi
wanita, spiral/IUD, diafragma dan kondom. Kelompok alat/cara KB modern
menurut jangka waktu efektivitas untuk MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang) terdiri dari susuk, sterilisasi pria, sterilisasi wanita serta, spiral/IUD,
sedangkan kelompok non MKJP adalah jenis suntikan, pil, diafragma dan
kondom. (Yanti, 2020).
Berdasarkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKPI) Perwakilan
BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah (2020), terjadi penurunan persentase
kebutuhan KB yang tidak terpenuhi capaiannya sebesar 54%. Jika dibandingkan
dengan tahun 2019 (62,28%) maka terjadi penurunan sebanyak 7,44%. Hal ini
disebabkan oleh berbagai hal termasuk adanya trauma dari efek samping
pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya. Dalam mengatasi permasalahan/kendala
yang dihadapi pada capaian yang masih rendah/belum optimal maka harus
dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya adalah pemberian konseling harus
dilakukan secara berimbang terhadap semua jenis alat obat kontrasepsi dan
Peningkatan pemahaman masyarakat akan kelemahan, efek samping dan
kegagalan dalam penggunaan kontrasepsi (LKPI SulTeng, 2020)
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang
mengandung hormon progesteron yang di suntikan di otot panggul yang
dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat)
dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang
diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12
minggu (Depkes RI, 2019). Efek samping penggunaan suntik DMPA adalah
gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang
sering ditemukan berupa siklus haid yang memendek atau memanjang,
perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan
bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore) (BKKBN, 2019).
Amenorea sekunder merupakan tidak terjadinya menstruasi selama tiga
siklus atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa.
Amenorea sekunder terjadi diakibatkan karena stress, kecemasan, aktivitas yang
berat atau olahraga yang berat, obesitas, berat badan rendah, kehamilan,
mengkonsumsi hormonal tambahan seperti obat kontrasepsi, gangguan pada
thyroid, kelainan pada Rahim seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan
sindrom Asherman (pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat
infeksi atau pembedahan. (Sari et al., 2021)
Dikatakan amenorea sekunder bila seorang wanita usia reproduktif yang
pernah mengalami haid, tiba-tiba haidnya berhenti untuk sedikitnya tiga bulan
berturut-turut. Penyebab tidak datangnya haid ialah gangguan pada organ-organ
yang bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, yaitu:
hipotalamushipofisis (amenorea sentral), ovarium (amenorea ovarium), dan
uterus (amenorea uteriner). Pervalensi amenorea sekunder sekitar 3-4% wanita
usia reproduktif, sebagian besar kasus disebabkan oleh sindroma ovarium
polikistik (SOPK), amenorea hipotalamik, hiperprolaktinemia, dan kegagalan
ovarium dini. (Suparman & Suparman, 2017)
Bidan membantu pasien memilih kontrasepsi yang tepat dan sehat
yaitu dimulai dengan membuat pasien merasa nyaman saat pelayanan,
menjelaskan metode KB sesuai kebutuhan, dilakukan secara perlahan-lahan
dan jelas. Untuk mencapai kompetensi tersebut Jurusan kebidanan STIKes
Widya Nusantara Palu mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan tenaga
ahli madya kebidanan yang profesional dan berjiwa nasional, tanggap terhadap
perubahan dan kemajuan ilmu serta teknologi (IPTEK) dengan berbagai masalah
dimasyarakat khususnya dalam lingkup praktek bidan dengan sasaran ibu dan
bayi baru lahir (Neonatus) sampai dengan keluarga berencana (KB). Jurusan
kebidanan STIKes Widya Nusantara diharapkan mampu menempatkan diri
sesejar dengan jurusan lain yang tergabung dalam lingkup kebidanan.
Pengelolaan proses belajar teori dan praktek perlu lebih diorganisir terutama
pencapatan kompeten langsung pada klien melalui praktek klinik kebidanan
dengan pendekatan manajemen kebidanan. Dalam upaya membekali pengalaman
langsung penerapan asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan
secara mandiri pada termasuk pelayanan pada akseptor KB dalam mengatasi
masalah klien.
Berdasarkan latar belakang tersebut, mahasiswa praktik bidan dianggap
perlu mengetahui bagaimana pelayanan asuhan kebidanan pada akseptor KB
Suntik dengan Amenore Sekunder di Puskesmas Bulili?

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan gangguan haid (Amenorea)
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data subjektif
dan objektif secara lengkap pada Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan
dengan amenorea di Puskesmas Bulili.
b. Mampu melakukan interpretasi data dasar pada Ny. S akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenorea di Puskesmas Bulili.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau maslah potensial pada Ny. S
akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea di Puskesmas Bulili.
d. Mampu melakukan interpretasi data dasar pada Ny. S akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenorea di Puskesmas Bulili.
e. Mampu melakukan perencanaan tindakan pada Ny.S akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenorea di Puskesmas Bulili.
f. Mampu mengimplementasikan pada Ny.S akseptor KB suntik 3 bulan
dengan amenorea di puskesmas Bulili.
g. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah di berikan pada Ny.S
akseptor KB suntik 3 bulan di puskesmas Bulili.

C. Manfaat
1. Menambah wawasan dan kajian mengenai asuhan kebidanan secara
langsung dan komprehensif pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea.
2. Menambah pengalaman serta memberikan asuhan pada Ny. S
akseptor KB suntik 3 bulan yang sesuai dengan standar asuhan kebidanan
dengan pendekatan asuhan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai