Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS JURNAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Lingkungan Industri

DOSEN PENGAMPU :
Nustin Merdiana Dewantasari S.T.,M.T.

DISUSUN OLEH :
Ardhian Daniswara (3333210002)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
PEMBAHASAN
(PRODUK BERSIH)
1. INFORMASI JURNAL 1

1.1 JUDUL JURNAL : ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH MENUJU


INDUSTRI NATA DE COCO RAMAH LINGKUNGAN
1.2 PENULIS : Melia Ariyanti, P. Purwanto S. Suherman, Program Studi
Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro,
Semarang.
1.3 TAHUN PUBLIS : 2014

2. ANALISIS JURNAL

2.1 PERMASALAHAN
Pada jurnal ini Limbah yang dihasilkan dari industri nata de coco baik itu
berupa limbah cair, maupun limbah padat. dapat berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan apabila tidak ditangani dengan benar seperti timbulnya bau
yang dapat mengganggu lingkungan sekitarnya dan pencemaran air. Produksi bersih
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi
yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air.

2.2 METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan obyek penelitian yang
diamati adalah sebuah industri kecil nata de cocodi daerah Bantul, Yogyakarta pada
bulan Juni 2014. Data primer berupa hasil wawancara, pengamatan langsung di
lapangan, pengukuran yang digabung dengan data sekunder yang telah dianalisis.
Tahapan penelitian terdiri dari 3 tahap yaitu melakukan pengamatan dan
identifikasiterhadap proses produksi nata de coco, penggunaan bahan, air dan energi
serta Non Product Output (NPO) dengan metode mind mapping, dan analisis hasil
penerapan alternatif produksi bersih. Analisis data dilakukan perhitungan terhadap
data hasil pengamatan dan pengukuran ditambah dengan data sekunder dari industri.

2.3 HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses pengolahan Nata de Coco
Proses produksi nata de cocodalam sehari ada tiga kali perebusan air kelapa
masing-masing sebanyak 400 Liter. Tahapan proses yang paling banyak
menghasilkan limbah cair pada pencucian dan pembersihan kulit nata serta alat-alat
produksi karena banyak menggunakan sumber daya air, sedangkan limbah padat
terbanyak dihasilkan pada pemanenan berupa nata yang gagal panen (reject)
kemungkinan dikarenakan ruang fermentasi yang tidak higienis atau pekerja yang
kurang higienis sehingga terjadi kontaminasi jamur pada saat fermentasi larutan
kelapa.Potensi timbulan limbah cair selama setahun sebesar 1.261.715 liter,
sedangkan potensi limbah padat selama satu tahun sebesar 129.475,5 kg. Peluang
tindakan produksi bersih dapat diterapkan sehingga dapat mengurangi timbulan limbah.
Analisis penerapan dan Tindakan Produk Bersih
Analisis kelayakan langkah produksi bersih yang diterapkan pada industri nata
de coco mencakup kelayakan secara lingkungan, teknis, dan ekonomi. .Peluang
penerapan tindakan produksi bersih pada agroindustri nata de coco berdasarkan
strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery).
a. Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, pembersihan kulit nata dan nata reject
untuk pembuatan pupuk.
pembuatan pupuk Menurut Warisno pada tahun 2004 limbah padat industri
nata de coco dapat ditambahkan kapur tohor untuk menetralkan pH bahan pupuk
dan setelah tercampur rata maka pupuk sudah siap untuk digunakan.
b. Penggunaan kembali (reuse) air bekas sisa perendaman nata, air pembersihan nata
dan air bekas pencucian botol serta nampan.
Untuk menghemat pemakaian air, air bekas produksi di saring menggunakan
peralatan tambahan berupa drum penyaringan dan dapat digunakan Kembali.
c. Penjualan koran bekas penutup nampan fermentasi kepada pihak ketiga.
daripada hanya dibakar saja dengan potensi pemasukan sebesar Rp 2.730.000,-
per tahun. Lebih baik mencari pihak ketiga seperti perajin barang bekas yang
mau memanfaatkan kembali.
d. Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi untuk pembuatan starter.
Cara ini sulit sekali secara teknik tetapi dengan melalukan langkah ini maka akan
menghemat biaya pembuatan starter sebesar Rp 2.436.000,- untuk 3.480 botol
setahun.
e. Penjualan sisa potongan nata kepada pedagang minuman jelly drink.
Cara ini dapat mengurangi limbah padat yang dihasilkan oleh produksi nata de
coco yang tertinggal di mesin atau di bak penampungan Dengan cara diolah
terlebih dahulu dengan pencucian dan perebusan dalam air gula atau sirup agar
bakterinya hilang dan lebih awet untuk mereka jual Kembali.

Analisa perhitungan biaya produk dan keluaran bukan produk (NPO) pada
industri nata de coco sebelum penerapan produksi bersih menghasilkan NPO sebesar
7,03 %, sedangkan setelah penerapan produksi bersih terjadi penurunan persentase
NPO menjadi 0,08 %. Penurunan ini menunjukkan bahwa penerapan langkah
produksi bersih secara efektif meminimalisir limbah yang dihasilkan dari proses
pengolahan nata de coco.
Langkah untuk meningkatkan efisiensi di tahapan proses produksi dan
mengurangi timbulan NPO menuju industri nata de coco lebih ramah lingkungan
dilakukan dengan cara menerapkan tindakan produksi bersih dan good housekeeping,
yaitu:
a. Membuat standar operasi proses produksi untuk mengontrol jalannya proses
produksi
b. Melengkapi alat pelindung diri untuk kesehatan dan keselamatan pegawai.
c. Melakukan pemisahan limbah padat, dan cair.
d. Menghindari terjadinya tumpahan bahan –bahan pembuat nata de coco.
e. Menghindari terjadinya pemborosan penggunaan air.
f. Menjaga kebersihan dan kelembaban ruang produksi.
g. Melaksanakan material handling yang baik dalam penyimpanan dan penggunaan
bahan.
h. Melakukan upaya peningkatan efisiensi energi dengan cara menghemat pemakaian
air sehingga menurunkan beban kerja pompa dan menghemat pemakaian listrik.

2.4 KESIMPULAN
Disini kita dapat simpulkan ssbahwa 1. Penerapan produksi bersih di industri
nata de coco akan memberikan manfaat ekonomi penghematan biaya produksi dari
segi penggunaan bahan baku, bahan penunjang, dan penggunaan air serta peningkatan
keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 55.406.830,- per tahun. Sedangkan manfaat
lingkungan berupa pengurangan timbulan limbah cair sebesar 919.341,5 liter/ tahun
(72,8%), dan pengurangan timbulan limbah padat sebanyak 127.246 kg/ tahun
(98,2%). 2. Pelaksanaan produksi bersih menurunkan persentase keluaran bukan
produk (NPO) dari proses produksi nata de coco sebesar 6,95 %.
PEMBAHASAN
(PENGOLAHAN LIMBAH)

1. INFORMASI JURNAL 2

1.1 JUDUL JURNAL : PELATIHAN PENGOLAHAN PAKAN LIMBAH PUCUK


TEBU DAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI KELOMPOK TANI TERNAK
TARUNA BANGSA DESA BULU CINA KECAMATAN HAMPARAN PERAK

1.2 PENULIS : Sri Setyaningrum, Andhyka Putra Fakultas Pertanian


Universitas Pembangunan Panca Budi Medan

1.3 TAHUN PUBLIS : 2017

2. ANALISIS JURNAL

2.1 PERMASALAHAN
Dalam jurnal ini permasalahannya yaitu pada saat terjadi musim kemarau para
KTT(Kelompok Tani Ternak) /Peternak kesulitan untuk mendapatkan hijauan rumput,
sehingga para peternak hanya memanfaatkan jenis hijauan yang tersedia disekitar
mereka tanpa mempeerhatikan kualitas nutrisi dari hijauan tersebut. Padahal
seharusnya para peternak dapat memanfaatkan limbah pertanian maupun perkebunan
yang tersedia sebagai pakan. Salah satu limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan
oleh para peternak sebagai pakan sapi adalah pucuk tebu.
Selain permasalahan pakan, limbah kotoran ternak sapi juga menjadi kendala
dalam usaha peternakan sapi. Selama ini limbah kotoran sapi hanya dibuang begitu
saja dan dibiarkan lama sebelum dimanfaatkan untuk memupuk areal pertanian.
Selama masa ini kotoran sapi menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat
menyebabkan berbagai penyakit baik bagi ternak maupun manusia.

2.2 METODE
Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan pengabdian antara lain berupa
pelatihan dalam bentuk ceramah dan praktek langsung pengolahan limbah pucuk tebu
dengan metode silase dan pengolahan kotoran ternak menjadi kompos.

2.3 HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pelaksanaan pengabdian yaitu ceramah dan diskusi pembuatan silase
pucuk tebu dan kompos, praktek langsung pembuatan silase pucuk tebu dan kompos
serta praktek langsung pemanenan pucuk tebu dan kompos.
Setelah penyampaian materi tentang pengolahan limbah pucuk tebu masyarakat
sangat antusias mendengarkan tentang cara pembuatan silase pucuk tebu. Limbah
pucuk tebu dapat dimanfaatkan sebagai cadangan pakan pada saat ketersediaan
hijauan terbatas dengan cara diolah menjadi silase.
Masyarakat sangat tertarik dengan materi pembuatan kompos dari kotoran
sapi, karena selama ini kotoran sapi yang ada di KTT Taruna Bangsa hanya dijual
begitu saja tanpa pengolahan kepada agen sehingga harganya sangat murah. Adanya
pengabdian tentang pengolahan kompos menjadikan peternak menjadi lebih mengerti
tentang keuntungan pembuatan kompos baik dari segi ekonomis maupun kandungan
unsur hara.
Cara pengolahan limbah pucuk tebu dilakukan dengan menggunakan bahan
tambahan berupa campuran dedak dan EM-4. Cara pembuatannya yaitu mencacah
pucuk tebu dengan ukuran 2-3 cm, selanjutnya pucuk tebu dihamparkan diatas plastik
dan diangin-anginkan selama 2-3 jam. Pucuk tebu yang telah dianginanginkan
dicampur dengan EM-4 sebanyak 10% dari bahan baku, dedak 5 kg dan molases 2,5
kg per 100 kg bahan baku yang digunakan dan ditambahkan air secukupnya.
Campuran tersebut diaduk-diaduk sampai tercampur secara merata kemudian
dimasukkan dalam drum kedap udara dan disimpan selama 21 hari. Selanjutnya silase
dipanen dan diamati warna, bau dan rasanya untuk pengujian kualitas silase pucuk
tebu. Cara pemberian silase pucuk tebu yang sudah jadi pada ternak sapi yaitu dengan
cara mengangin-anginkan selama 10 menit baru diberikan kepada ternak sapi.
Cara pembuatan kompos adalah menghambarkan kotoran sapi diatas plastik
dan menambahkan campuran bahan-bahan tambahan berupa buahbuahan busuk yang
dihancurkan. Selanjutnya ditambahkan EM-4 dan molases dicampur dengan air
sebanyak 3 liter. Campuran tersebut kemudian diaduk-aduk hingga merata dan
dimasukkan dalam plastik kedap udara dan difermentasikan selama 15 hari. Setelah
15 hari dilakukan pemanenan kompos dengan melihat kualitasnya yang meliputi
tektur, bau dan warna serta suhu.

2.4 KESIMPULAN
Kesimpulan dari pelaksanaan pengabdian adalah pelatihan pengolahan limbah
pucuk tebu dan kompos sangat diminati oleh peternak di KTT Taruna Bangsa karena
selama ini kedua limbah tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh peternak.

Anda mungkin juga menyukai