Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENELITIAN

AMOMG-AMONG : KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA SIDO MAKMUR YANG


MULAI PUDAR

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Panut Setino, M.Pd.

Disusun Oleh :

FIDELA YOLANDA AZARIA

A1G020050

Kelas : 2A

Semester : 2

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Bengkulu

2021

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan observasi lapangan tentang
“Among-among : Kearifan local masyarakat desa Sido Makmur yang mulai pudar”.
Adapun laporan observasi ini telah penulis susun semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan observasi ini. Namun tidak
lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
sehingga penulis dapat memperbaiki laporan observasi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari laporan observasi tentang “Among-among :
Kearifan local masyarakat desa Sido Makmur yang mulai pudar” ini dapat diambil hikmah dan
manfaaatnya sehingga dapat menginspirasi para pembaca.

Kabawetan, 06 April 2021

Penulis,

2
Daftar Isi

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Pembatas Masalah

1.3 Rumusan Masalah

1.4 Tujuan Penulisan

1.5 Manfaat Penulisan

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang keberadaannya


tersebar di seluruh wilayah nusantara. Masing-masing suku bangsa ini memiliki adat istiadat dan
stuktur sosial yang beragam, dan di dalamnya terdapat beberapa komunitas yang menempati satu
kesatuan wilayah tertentu, menjalin interaksi sosial yang kuat dan biasanya ada yang memiliki
sistem pemerintahan sendiri. Mereka menempati berbagai daerah di Indonesia dengan kearifan
budaya lokal dan adat istiadatnya yang sangat khas dan unik.

Saat ini, kearifan local tersebut masih dapat kita temui di dalam kehidupan bermasyarakat
di Indonesia, meskipun perkembangan isu-isu perubahan terjadi dalam masyarakat
(perkembangan masyarakat sederhana ke masyarakat yang lebih kompleks). Mereka
mempertahankan norma-norma, nilai-nilai serta aturan-aturan adat, sebagai pedoman berperilaku
dalam segala aspek kehidupannya dengan kadar perubahan yang cukup kecil. Hal ini terjadi
karena adanya beberapa persamaan-persamaan dalam tataran yang paling besar sebagai ideologi
hidup mereka, seperti sistem kepercayaan dan keyakinan. Juga tidak kalah pentingnya adalah
dukungan faktor kesejarahan yang membentuk mereka yang dimulai dari kelompok kecil
menjadi komunitas yang terikat akan adat dan kebiasaan yang berlaku bagi kelompok tersebut.

Era modern membawa dampak besar terhadap kehidupan kita. Keterbukaan informasi
yang berimbas adanya serbuan beragam budaya luar masuk dan secara tidak sadar
mempengaruhi kehidupan kita. Dengan alasan kuno dan tidak kekinian, banyak kebiasaan
warisan yang telah dilakukan turun temurun, mulai bergeser dan diganti kegiatan lain yang
banyak digaungkan sebagai perwujudan modernisasi. Saat ini, kalimat agar bisa dikatakan
modern dan kekinian menjadi dasar dalam melakukan sesuatu, nilai seolah menjadi tidak
penting, dalih mengikuti jaman seolah menjadi faktor pembenar, hanya karena biar tidak
dikatakan kuno dan tidak ketinggalan jaman mereka rela melakukan sesuatu tanpa harus tahu
maksud dan tujuan dari apa yang mereka lakukan tersebut.

4
Bandingkan dengan apa yang dilakukan pendahulu kita, apa yang mereka lakukan sejak
dulu dan berharap dijaga oleh generasi penerusnya secara nilai pasti mengandung arti yang luas
dan dalam, bagaimana mereka selalu mengajarkan syukur kepada pencipta, kesederhanaan,
kebersamaan, gotong royong dan rasa saling menghargai satu sama lain. Dalam masyarakat desa
Sido Makmur kearifan lokal yang ada seperti Among-among yang biasanya ada pada saat- saat
tertentu sudah mulai pudar. Kearifan local tersebut sudah mulai tergantikan. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk memfokuskan perhatian kepada kearifan local tersebut agar lebih
diperhatikan lagi.

1.2 Pembatas Masalah

1. Luas lingkup pembahasan hanya meliputi informasi yang berkaitan dengan Kearifan lokal :
Among-among

2. Informasi yang disajikan yaitu : Kearifan lokal masyarakat yaitu mengenai among-among,

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka tampaklah masalah yang perlu dikaji dalam penelitian ini.
Dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1. Apa itu among-among ?

2. Apa saja nilai moral yang terkandung di dalam kearifan lokal : Among-among tersebut?

3. Apakah among-among merupakan kearifan lokal asli dari masyarakat Desa Sido Makmur ?

4. Mengapa kearifan lokal tersebut dikatakan hampir pudar pelaksanaannya di dalam masyarakat
Desa Sido Makmur ?

5
1.4 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi, memahami, dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk memahami, mengidentifikasi pengertian mengenai among-among.

2. Untuk mengetahui nilai moral yang terkandung

3. Untuk mengetahui apakah among-among merupakan kearifan lokal asli dari masyarakat Desa
Sido Makmur

4. Untuk mengetahui bagaimana kearifan lokal tersebut dikatakan hampir pudar pelaksanaannya
di dalam masyarakat Desa Sido Makmur

1.5 Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoristis maupun praktis, yakni sebagai
berikut :

1). Maanfaat teoristis, yaitu menambah pengetahuan tentang kearifan lokal yang ada di dalam
lingkungan masyarakat Desa Sido Makmur.

2). Manfaat praktis, yaitu untuk menyusun strategi agar kearifan lokal ini tidak pudar dan tetap
terus bisa dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sido Makmur.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Lokasi Observasi

Desa Sido Makmur merupakan Bagian dari kelurahan Tangsi Baru Kabawetan dahulu
masih Desa tangsi Baru. Desa Sido Makmur kala itu masih RT 01. dan sering disebut dengan
Lambau Bawah atau KAUMAN. Kecamatan Kepahiang Kabupaten [Rejang Lebong]. 

Penduduk Asli dominan berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang didatangkan
lansung oleh pemerintah kolonial Belanda ke Sumatera sebagai pekerja (Kuli mannoll) pabrik
Teh Sekitar tahun 1930 an M , kemudian sekitar Tahun 1933 para pekerja pabrik teh yang
datang dari pulau Jawa tersebut semakin bertambah tinggal dan menetap secara turun temurun
mereka mendirikan gubuk-gubuk bambu beratap ilalang yang letaknya masih sangat
berjauhan antara satu dengan yang Iainya. 

Sambil bertani bercocok tanam dengan letak iklim geografis pegunungan keadaan
ketinggian tanah sekitar 1200 kaki diatas permukaan laut maka Komoditi Palawija kopi dan
sayur-sayuran yang menjadi andalan para perantau yang akhirnya tinggal menetap dan
mendirikan kampung hingga tersohor dikenal dengan sebutan afdeling Tangsi atau lambau
kauman sebagai cikal bakal terbentuknya Desa Tangsi Baru Kabawetan hingga Lambau
Bawah Kauman memeperoleh otonomi pemekaran menjadi Desa SIDO MAKMUR seiring
pemekaran Kecamatan Kepahiang menjadi Kabupaten Kepahiang. 

7
Dengan latar seni dan budaya Jawa yang mereka kembangkan dan mereka lestarikan
turun temurun hingga saat ini, sangat wajar ababila adat istiadat seni budaya Jawa maupun
kearifan lokalnya di bengkulu kepahiang khususnya di Desa Sido Makmur ini masih terjaga,
terawat menjadi pakem komunitas jawa yang berbaur dan diharapkan bisa bersaing dan
menyatu dengan adat istiadat kesenian asli Bengkulu karena dari sejarah tentu sudah menjadi
Ciri khas suatu budaya dapat kita kenali Asal usul suatu wilayah ataupun daerah

2.2 Hasil Temuan di Lapangan

2.2.1 Apa itu Among-among ?

8
Among-among adalah sebuah kegiatan yang pelakunya didominasi anak kecil, mereka duduk
mengelilingi paruk (seperti baskom tapi dari tanah liat) yang diatasnya diberi dasar untuk tempat
makanan. Kebersamaan yang ditunjukan dengan makan bersama ini dilakukan sebagai
perwujudan rasa syukur orang tua telah dikaruniai seorang anak. Among-among merupakan
wujud doa untuk seseorang yang masih hidup dan bersifat individu. Maksudnya adalah jika ada
dua orang yang merayakan hari kelahiran sepasar, maka among-among yang dibuat berjumlah
dua. Among-among berasal dari kata 'pamomong'. Artinya yang
'ngemong'/penjaga/pelindung/utusan/pengasuh jiwa raga. Pelindung yang dimaksud adalah
malaikan utusan Tuhan.

Among-among bukan suatu hal yang wajib diadakan tiap 35 hari sekali. Kuncinya
terletak dalam kemampuan seseorang. Jika tidak mampu membuatkan among-among, maka tidak
menjadi masalah. Banyaknya jumlah komposisi yang diperlukan untuk membuat among-
among secara lengkap, kini ada among-among dalam bentuk sederhana.

Jenang

Umumnya, jenang dibuat dari tepung beras atau tepung ketan. Dalam ubo rampe among-among,
jenang biasanya dibuat tiga jenis. Masing-masing jenang memiliki makna filosofis tersendiri.

- Jenang abang (merah) merupakan jenang yang diberi tambahan gula jawa. Biasanya akan


terlihat berwarna kecoklatan sebagai pengganti merah. Jenang ini melambangkan
perempuan atau ibu atau darah merah. Penulis melihat, lambang darah merah berasal dari
siklus menstruasi yang setiap bulan dialami perempuan. jika perempuan tidak mengalami
menstruasi, artinya terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma.
- Jenang baro-baro merupakan perpaduan kata babare seko wong loro. Artinya, manusia
lahir hasil dari hubungan badan antara ayah dan ibu. Kedua orangtua adalah perantara
adanya manusia baru. Penjelasan jenang baro-barosedikit menyangkut penjelasan pada
jenang abang. Jenang baro-baro akan disajikan dengan dua jenis jenang dalam satu
piring, yaitu jenang putih dan jenang abang.

Nasi tumpeng / Nasi putih

9
Dalam ubo rampe among-among, nasi tumpeng berbentuk kerucut yang besar dibuatkan
miniaturnya. Nasi tumpeng ini hanya dibuat di atas piring dengan menggunakan nasi putih. Nasi
tumpeng/nasi putih ini melambangkan hidup dan mati manusia adalah milik Tuhan. Kita
senantiasa diajak untuk berdoa dan takwa kepada Yang Maha Esa. Menurut penulis, dilihat dari
bentuknya yang besar di bawah dan mengerucut menjadi kecil di atas, dapat menggambarkan
keadaan manusia dengan  Tuhan YME. Bagian bawah yang besar menggambarkan manusia yang
berjumlah banyak. Sedangkan bagian atas yang kecil merupakan posisi Tuhan, yaitu berada di
atas manusia. Melalui posisi atas juga, menandakan Tuhan dapat melihat berbagai sudut manusia
yang berada di bawah.

Gudangan

Gudangan berisi sayur-sayuran hijau, antara lain kacang panjang, bayam, kubis, tauge,
dan wortel. Kemudian sayur-sayuran ini juga dicampur dengan parutan kelapa (dibuat seperti
urap). Hal ini berguna agar gudangan terasa lebih gurih. Gudangan merupakan tumbuh-
tumbuhan yang hijau dan melambangkan kesuburan agar memperoleh banyak rezeki. Tujuan
dari penggunaan hasil bumi ini adalah bersyukur atau berterima kasih kepada Tuhan.

2.2.2 Nilai Moral yang Terkandung

Ungkapan rasa syukur kepada pencipta ini dilakukan dengan cara berbagi dan
silaturahmi, selain berbagi dengan makan bersama, kegiatan ini juga untuk lebih mengakrabkan
antara si anak yang diundang dengan anak yang mengundang. Cara yang dilakukannya pun
sederhana, dengan getok tular, anak-anak yang ada disekitarnya saling mengajak temannya untuk
datang ketempat si anak yang mengundang.

Kesederhanaan dan kebersamaan sangat kentara dalam kegiatan ini, duduk bersama,
makan dengan menu yang sama, tempat yang sama tanpa memandang strata sosial si anak,
semua berbaur tanpa batasan lahap menikmati hidangan sederhana yang didahului dengan
membawa doa sebelumnya.

Menu yang disajikan pun sederhana, nasi dilengkapi Kluban (sayur dicampur sambal dari
parutan kelapa), yang dicampur ikan teri dan diberi lauk telur yang dibelah, tempe dan peyek
(kacang/kedelai yang digoreng bersama tepung terigu). Siapapun yang menyelenggarakan, menu

10
yang disajikan sama, walaupun secara strata sosial berbeda. “Bahannya memanfaatkan dari apa
yang ada disekitar, bayam, kelapa, ada yang beli tapi tidak banyak, jadi kita tidak berat dan
terbebani,” sambung Siti, 40 salah seorang ibu yang ditemui saat ikut bersama anaknya among-
among dirumah tetangganya.

Kesederhanaan dan kebersamaan ini menjadikan tidak ada yang terbebani dalam kegiatan
ini, semua dilakukan atas kesadaran dan keikhlasan. Si pengundang yang menyediakan
makananpun dengan senang hati karena tidak menguras biaya, yang diundang pun tidak perlu
repot repot membawa kado hadiah. “Intinya kita duduk bersama, dengan kesederhanaan,
kebersamaan, bersama sama berdoa memanjatkan syukur atas karunia yang diberikan sang
pencipta,” Pungkas Siti

2.2.3 Asal asli dari Kearifan lokal : Among-among

Masyarakat Jawa yang sangat kental akan masalah tradisi, budaya dan kearifan lokal.
Terutama masyarakat suku Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa
meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Tradisi dan budaya Jawa sangat dijunjung tinggi oleh
masyarakat pendukungnya. Kebudayaan menyimpan nilai-nilai yang menjadi landasan pokok
bagi penentu sikap terhadap dunia luar. Bahkan menjadi dasar bagi setiap tingkah laku yang
dilakukan sehubungan dengan pola hidup di masyarakat. Among-among merupakan salah satu
bentuk tradisi yang dilaksanakan hampir di semua daerah yang penduduknya mayoritas suku
Jawa seperti di Desa Sido Makmur ini. Tradisi ini dilakukan dengan nama dan tatacara yang
berbeda di setiap daerah. Tradisi ini merupakan warisan dari nenek moyang yang dilaksanakan
pada saat tertentu dan mengandung banyak makna. Biasanya tradisi ini dilaksanakan pada saat
tujuh bulan kehamilan, kelahiran, turun tanah, dll.

2.2.4 Kearifan lokal : Among-among hampir punah

Dari beberapa  kearifan lokal menunjukkan bahwa ada kearifan lokal dalam pengelolaan
SDA yang tidak dapat bertahan hingga punah dan tinggal sejarah atau cerita-cerita bijak
tinggalan nenek moyang, tatapi ada juga kearifan lokal dalam pengelolaan SDA yang dapat

11
mampu bertahan dan bahkan berkembang dalam era teknologi maju dewasa ini, Faktor-faktor
apa yang sebenarnya mempengaruhi hal tersebut, akan dicoba diuraikan dalam tulisan ini.

Penyebab kearifan lokal tidak dapat betahan menurut Sartini  (2006) ada dua,  sebagaimana
kutipan berikut ini:

1. Benturan nilai dan relativitas budaya

Individu dan kelompok masyarakat biasanya menganut nilai sendirisendiri. Bila terjadi
pertemuan di antaranya dan satu dengan yang lain nampak tidak cocok, maka pihak yang satu
biasanya merasa benar dan menyalahkan pihak yang lain. Apabila satu dianggap salah oleh yang
lain maka ini menunjukkan bahwa tindakan-tindakan kultural bukan semata-mata bersifat
subjektif atau pribadi tetapi lebih menjadi bersifat intersubjektif. Individu sesungguhnya tidak
bertindak sendiri. Makna suatu tindakan adalah makna yang ditanggapi bersama dengan orang
lain. Makna ini didasarkan pada asumsi-asumsi tindakan kultural. Oleh karenanya penilaian
kultural menjadi relatif (meskipun dalam konteks etis ada pihak yang mengambil posisi
relativisme etis dan absolutisme moral, dan menurut pandangan teologi, di atas relativitas
tersebut yang mutlak adalah kebenaran Tuhan).

Dalam budaya tertentu orang mungkin harus mengagung-agungkan dirinya di depan


umum dalam rangka memberi semangat rakyat, tetapi dalam budaya yang lain tindakan tersebut
mungkin dianggap sombong atau bahkan dilarang. Dari penjelasan ini dapat kita pahami bahwa
dalam aneka ragam budaya dengan segenap nilai kulturalnya, ada pemahamanan yang tidak
selalu sama antara yang dianggap baik di pihak yang satu yang berbeda dengan penilaian pihak
lain. Hal yang menjadikan masing-masing orang atau kelompok orang berbeda-beda dan menilai
sesuatu secara berbeda adalah karena orientasi nilai masingmasing mereka yang berbeda.

2. Pengaruh Globalisasi

Globalisasi bukan gejala baru, bahkan negara-negara maju untuk masa sekarang ini sudah
menggunakan istilah globalisasi baru (new globalism). Bagi Indonesia dan negara-negara Asia,
globalisasi masih merupakan pengalaman baru. Globalisasi sebagai gejala perubahan di

12
masyarakat yang hampir melanda seluruh bangsa sering dianggap ancaman dan tantangan
terhadap integritas suatu negara. Dengan demikian bila suatu negara mempunyai identitas lokal
tertentu, dalam hal ini kearifan lokal, ia tidak mungkin lepas dari pengaruh globalisasi ini. Dalam
lingkungan yang pesimistik, globalisasi menyebabkan adanya globalophobia, suatu bentuk
ketakutan terhadap arus globalisasi sehingga orang atau lembaga harus mewaspadai secara serius
dengan membuat langkah dan kebijakan tertentu. Bagaimana pun globalisasi merupakan suatu
yang tidak dapat dihindari sehingga yang terpenting adalah bagaimana menyikapi dan
memanfaatkan secara baik efek global sesuai dengan harapan dan tujuan hidup. Siakap inilah
yang mengakibatkan adanya perubahan baik dari pemahaman maupun dalam tataran prakteknya
masyarakat terhadap kearifan lokal.

Akibat dari beberapa faktor yang sudah dijelaskan di atas, maka jelas bahwa sebagian
masyarakat Desa Sido Makmur sudah terdampak akan pengaruh globalisasi dan benturan nilai
serta relativitas budaya.

13
http://tambakprogaten.sideka.id/2018/04/07/among-among-kearifan-lokal-yang-mulai-tergeser-
budaya-ulang-tahun/

14
http://sidomakmur-kabawetan.desa.id/sejarah/

15

Anda mungkin juga menyukai