Anda di halaman 1dari 5

Kriteria kebenaran

Pengertian kebenaran adalah Benar pada dasarnya adalah persesuaian antara pikiran dan
kenyataan. Proposisi batu lebih ringan daripada kapuk merupakan proposisi yang salah,
sebaliknya proposisi bumi bergerak mengelilingi matahari merupakan proposisi yang benar.
Penentuan benar dan salah untuk proposisi tersebut didasarkan kepada kesesuaiannya dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Ukuran kebenaran kedua yaitu tidak adanya pertentangan dalam
dirinya. Suatu proposisi dinyatakan benar jika tidak ada pertentangan dari awal hingga akhir.
Proposisi yang termasuk ke dalam prinsip ini yaitu, "ia adalah orang jujur yang suka menipu".
Pertentangan juga terdapat dalam pernyataan yang tidak dapat ditangkap pengertiannya, seperti
pernyataan "Tuhan dapat membuat batu yang lebih besar dari diri-Nya". Pernyataan tersebut
adalah contoh pernyataan yang salah karena tidak menghadirkan maksud yang pasti.1

Macam-macam kebenaran

Dalam pengetahuan, kebenaran dibagi menjadi dua macam, yaitu kebenaran mutlak atau
absolut, kebenaran abadi yang tidak berubah-ubah dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain dan
kebenaran nisbi, kebenaran yang berubah-ubah dan dipengaruhi oleh faktor lain. Kebenaran
absolut bersumber dari wahyu sedangkan kebenaran yang bersumber pada rasio disebut dengan
kebenaran rasionalisme dan yang bersumber pada indra menghasilkan kebenaran empirisme.2

Kebenaran sains diukur dengan rasio dan bukti empiris. Bila teori sains rasional dan
terdapat bukti empirisnya, maka teori itu benar. Ukuran kebenaran pengetahuan filsafat yaitu
logis. Bila teori filsafat logis, maka teori tersebut benar. Sedangkan kebenaran pengetahuan
mistik diukur dengan berbagai ukuran. Bila pengetahuan berasal dari Tuhan, maka ukuran
kebenarannya ialah teks dari Tuhan (wahyu).3 

Terdapat beberapa jenis kebenaran yang telah dikenal orang banyak, yaitu:

tafsir, Ahmad (2009). Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi


Pengetahuan (edisi ke-Cet. 4). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

1
Mundiri (2017). Logika. Depok: Rajawali Pers. hlm. 10
2
Mahfud, Mahfud , "Mengenal Ontologi, Epistemologi, Aksiologi Dalam Pendidikan Islam"2018-08-25). 
3
Ahmad Tafsir, (2009). Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan,(edisi ke-Cet.
4). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. hlm. 120. 
1. Kebenaran religius, dibangun berdasarkan kaidah agama atau keyakinan tertentu disebut
juga sebagai kebenaran absolut yang tidak terbantahkan.
2. Kebenaran filosofis, kebenaran dari hasil perenungan kontemplatif terhadap akikat dari
sesuatu meskipun pemikiran tersebut bersifat subjektif dan relatif.
3. Kebenaran estetis, kebenaran yang berdasarkan penilaian dari indah atau buruk.
4. Kebenaran ilmiah, kebenaran yang ditandai terpenuhinya syarat-syarat ilmiah yang
divaliditasi oleh bukti empiris, hasil pengukuran objektif sesuai dengan data dan fakta.
5. Kebenaran pengetahuan mutlak, kebenaran yang tidak berubah dan ada pada hakikat dirinya
sendiri.
6. Kebenaran relatif, kebenaran yang berubah-ubah, tidak tettap, dan dapat dipengaruhi hal lain
di luar hakikat dirinya.4

Teori – teori Kebenaran

Konsep kebenaran telah memainkan peran sentral dalam sebagian besar tradisi filsafat. Apa
pun kepentingan utama para filsuf, mereka tidak dapat mengabaikan kebenaran. Gagasan tentang
kebenaran muncul dengan cepat dan menghasilkan karya teoritis. Pada kenyataannya,
menentukan masalah kebenaran bukanlah hal yang mudah. Masalah tersebut telah memunculkan
beberapa teori tentang kebenaran yang sangat beraneka ragam sebagai berikut

Teori Korespondensi

objeknya". Bahkan Immanuel Kant cenderung menyetujui, "Definisi nominal kebenaran, bahwa


itu adalah kesepakatan dengan objeknya, sebagai apa yang diberikan.

Pernyataan adalah benar jika isinya sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran
terdiri dari kesesuaian pikiran dengan kenyataan. Suatu keyakinan dapat disebut benar jika sesuai
dengan fakta atau keyakinan yang benar adalah jika ide yang terkandung sesuai dengan objek
Argumen utama yang diberikan pendukung teori kebenaran korespondensi adalah kejelasannya.
Menurut René Descartes, "Saya tidak pernah memiliki keraguan tentang kebenaran, karena
tampaknya gagasan yang sangat jelas secara transendental sehingga tidak ada yang bisa
mengabaikannya kata 'kebenaran' dalam arti sempit menunjukkan kesesuaian pikiran dengan
sebagaimana kenyataannya. Pandangan ini tidak hana banyak dianut oleh para filsuf tetapi mirip
4
Beni Ahmad, Saebani, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. hlm. 37–38, (Juni 2015). .
dengan penggunaan aka sehat yang berbicara tentang keebenaran. Permasalahan muncul ketika
ditanyakan tentang apa yang dimaksud dengan kesesuaian ide dan objek, keyakinan dan fakta,
serta pikiran dan kenyataan.

Teori korespondensi umumnya beranggapan bahwa terdapat proposisi yang memiliki sifat
kebenaran. Kebenaran bertumpu pada beberapa rangkaian hubungan bahasa-dunia yang perlu
dijabarkan, dimulai dengan fakta bahwa, misalnya, "Salju itu putih" memiliki sifat kebenaran dan
memilikinya sebab pada kenyataannya salju berwarna putih.

Teori korespondensi berlawanan dengan teori koherensi dan pragmatis, beranggapan


bahwakebenaran tidak ada hubungannya dengan pembenaran atau penerimaan tetapi sebaliknya
bergantung pada hubungan non-epistemik dengan dunia. Argumen ini menghubungkan teori
korespondensi dengan realisme: kebenaran tergantung pada cara dunia bukan pada cara berpikir.

Teori Koherensi

Kebenaran adalah kesesuaian antara sebuah pernyataan dengan pernyataan lain yang diterima
sebagai benar atau jika makna yang dikandung dalam keadaan saling berhubungan dengan
pengalaman. Dengan kata lain, suatu proposisi benar jika memiliki hubungan dengan ide dari
proposisi yang telah ada dan benar adanya. Contoh, telah diketahui bahwa semua manusia akan
mati. Jika Ahmad adalah manusia, maka Ahmad akan mati adalah pernyataan yang benar, sebab
konsisten dengan pernyataan sebelumnya Dengan kata lain, pernyataan dikatakan benar jika
suatu pernyataan bersifat runtut, masuk akal, serta gagasan yang mendukungnya harus saling
berhubungan. Tidak boleh terdapat pertentangan diantara gagasan. Harus logis sebab
penalarannya didasarkan secara keat pada hukum-hukum berpikir.5

Teori Pragmatik

Pernyataan yang benar adalah pernyataan yang efektif. Menurut teori ini, kebenaran suatu
pernyataan diukur secara fungsional. Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan
bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar
tidaknya suatu dalil atau teori tergantung dengan berguna atau tidaknya dalil tersebut bagi
kehidupan. Tokoh-tokoh dari teori ini diantaranya yaitu Charles Sanders Pierce, William James ,

5
Abu Tamrin, "Relasi Ilmu, Filsafat dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu". SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya
Syar-i. 6 (1): 71–96. 
dan John Dewey. Dalam arti kebenaran tidak bergantung pada kelogisan dari suatu pernnyataan
melainkan yang terpenting adalah apakah pernyataan tersebut bermanfaat atau tidak.

Pragmatisme menantang segala otoritarianisme, intelektualisme dan rasionalisme. Ujian terhadap


kebenaran adalah manfaat, kemungkinan dikerjakan atau akibat yang memuaskan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pragmatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
apa yang membuktikan dirinya bsebagai benar dengan perantaraan akibat yang bermanfaat
secara praktis.6

Teori Performatif

Menurut teori ini, pernyataan kebenaran bukanlah kualitas dari sesuatu tetapi merupakan sebuah
tindakan. Untuk menyatakan sesuatu adalah benar, cukup dilakukan tindakan persetujuan
terhadap apa yang telah dinyatakan. Jadi sesuatu dapat dianggap benar jika memang dapat
dilaksanakan dalam tindakan, Teori ini berasal dari John Langshaw Austin yang menjelaskan
bahwa suatu pernyataan dianggap benar jika menciptakan realitas, Pernyataan yang benar
bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas, tetapi menciptakan realitas. Teori ini dapat
diimplementasikan secara positif, tetapi dapat juga diimplementasikan secara negatif. Secara
positif, orang berusaha mewujudkan apa yang dinyatakan dengan suatu pernyataan tertentu.
Tetapi, secara negatif, orang dapat terlena dengan ungkapannya seakan pernyataan tersebut sama
dengan realitas begitu saja.7

Teori Konsensus

Kebenaran adalah kesesuaian yang dapat diterima oleh orang terutama di kalangan para ahli.
Teori ini digagas oleh Thomas Kuhn yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan berkembang
dalam beberapa tahapan, pertama, pengetahuan diterima oleh masyarakat berdasarkan konsepsi
ilmiah. Dalam perkembangannya, kebenaran pengetahuan tersebut dipertanyakan keabsahannya
dan terjadi revolusi ilmu pengetahuan dan menyebabkan pergeseran paradigma dalam
masyarakat ilmiah. Pergeseran tersebut ditentukan oleh penerimaan masyarakat terhadap
paradigma dan konsepsi kebenaran ilmiah. Berdasarkan teori tersebut, teori ilmiah dianggap
benar jika mendapat dukungan atau kesepakatan dalam masyarakat ilmiah terhadap kebenaran .

6
Budisutrisna, Budisutrisna. "Komparasi Teori Kebenaran Mo Tzu Dan Pancasila: Relevansi Bagi Pengembangan
Ilmu Pengetahuan Di Indonesia". Jurnal Filsafat. 26 (1): 1. doi:10.22146/jf
7
Jujun S. Suriasumantri, (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (edisi ke-Cet. ke-18). Jakarta: Surya Multi
Grafika. hlm. 59. 2005). 

Anda mungkin juga menyukai