Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defeksi
lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2005). Diare merupakan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air
besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi & Yuliana, 2006).

1. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi atau proses peradangan pada
usus yang secara langsung mempengaruhi sekresi enterosit dan fungsi absorbsi akibat
peningkatan kadar cyclic Adenosine Mono Phosphate (AMP) yaitu vibrio cholere,
toksin heat-labile dari Escherichia choli, tumor penghasil fase aktif intestinal peptide.
Penyebab lain diare juga disebabkan karena bakteri parasit dan virus, keracunan
makanan, efek obat-batan dan sebagainya (Ngastiyah, 2005). Penyebab diare dapat
dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
a. Infeksi enteral Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
b. Infeksi bakteri: virbio, E.coli, salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya.
c. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno
virus,Rotavirus, Astrovirus, dan sebagainya.
d. Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,Strongyloides), Protozoa
(Entamoeba histolityca, Giardia Lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida
albicans). Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di
usus halus. Makanan yang tidak diserap usus akan menyerap air dari dinding usus.
Pada keadaan ini proses makanan di usus besar menjadi sangat singkat serhingga
air tidak sempat diserap. Hal ini yang menyebabkan tinja beralih pada diare.
e. Infeksi parenteral Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaaan seperti :
Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis atau tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.
2. Jenis-jenis Diare
Menurut Suratun & Lusianah (2010) terdapat beberapa jenis diare, yaitu
sebagai berikut:
1. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari
14 hari. Diare akut diklasifikasikan :
a. Diare non inflamasi, diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan
diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan
abdomen jarang atau bahkan tidak sama sekali.
b. Diare inflamasi, diare ini disebabkan invasi bakteri dan pengeluaran
sitotoksin di kolon. Gejala klinis di tandai dengan mulas sampai nyeri seperti
kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi. Secara
makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin, dan
secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear.
2. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung selama lebih dari 14 hari. Mekanisme
terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi diare
sekresi, diare osmotik, diare eksudatif, dan gangguan motilitas.
a. Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan oleh
gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air dan
elektrolit namun kemampuan absorbsi mukosa ke usus ke dalam lumen usus
menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh
garam empedu, asam lemak rantai pendek, dan hormon intestinal.
b. Diare osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi
sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen
usus sehingga terjadilah diare.
c. Diare eksudatif, inflamassi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau non infeksi ataub akibat radiasi.
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu
transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi
tirotoksin, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus bisa muncul diare ini.
3. Patofisilogi
Menurut Ngastiyah (2005), faktor yang menyebabkan penyakit diare dibagi
menjadi 3 meliputi :
1. Infeksi Bakteri yang berkembang di saluran pencernaan mengakibatkan terjadinya
peradangan sehingga meningkatkan sekresi air dan elektrolit, dapat terjadi
meningkatnya suhu tubuh karena daya tahan tubuh menurun, isi usus yang
berlebihan, dan penyerapan makanan juga ikut menurun, sehingga mengakibatkan
terjadinya diare.
2. Stress Stress memberikan impuls-impuls ke usus untuk meningkatkan gerakan
peristaltik. Keadaan ini juga bisa mengakibatkan diare. Stress juga meningkatkan
rasa cemas dan takut yang dapat mengakibatkan psikologi menurun.
3. Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein mengakibatkan tekanan osmotik
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang
dapat meningkatkan isi rongga usus, sehingga terjadi diare.
4. Gambaran Klinis
Menurut Suratun & Lusianah (2010), gambaran klinis diare yaitu sebagai
berikut:
1. Muntah/muntah dan/atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus, hematochezia,
nyeri perut atau kram perut.
3. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake lebih kecil dari outputnya. Tanda-tanda
tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,dan suara serak.
4. Frekuensi nafas lebih cepat dan dalam (pernafasan kussmaul). Bikarbonat dapat
hilang karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi penurunan pH darah. pH
darah yang menurun ini merangsang pusat pernafasan agar bekerja lebih cepat
dengan meningkatkan pernafasan dengan tujuan mengeluarkan asam karbonat,
sehingga pH darah kembali normal. Asidosis metabolic yang tidak terkompensasi
ditandai oleh basa excess negative, bikarbonat standard rendah dan
PaCO2normal.
5. Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan nekrosis tubulus ginjal
akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien beresiko menderita gagal ginjal akut.
6. Demam Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan
invasi ke dalam sel epitel usus. Demam dapat terjadi karena dehidrasi, demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin mungkin
diikuti kejang demam.
5. Penatalaksanaan Penyakit Diare
Pengobatan adalah suatu proses yang menggambarkan suatu proses normal
atau fisiologi, dimana diperlukan pengetahuan, keahlian sekaligus berbagai
pertimbangan profesional dalam setiap tahan sebelum membuat suatu keputusan
(Dewi Sekar, 2009). Adapun tujuan dari penalataksanaan diare terutama pada balita
adalah:
1. Mencegah dehidrasi.
2. Mengobati dehidrasi.
3. Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan sesudah
diare.
4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.

Prinsip dari penatalaksanaan diare Prinsip dari tatalaksana diare pada balita
adalah Lintas Diare yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan
rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/ 14 menghentikan diare
dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan
Diare (Lintas Diare) yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah


2. Zinc selama 10 hari berturut-turut
3. Pemberian ASI dan makanan
4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
5. Nasihat pada ibu/ pengasuh anak Oralit Oralit adalah campuran garam elektrolit
yang terdiri atas Natrium klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), sitrat dan
glukosa. Oralit osmolaritas rendah telah direkomedasikan oleh WHO dan
UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund).
B. Infeksi Telinga
1. Pengertian Infeksi Telinga
Infeksi telinga tengah, atau juga dikenal dengan istilah otitis media,
merupakan infeksi yang paling sering disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi ini
melibatkan telinga bagian tengah, yang merupakan ruangan berisi udara di balik
gendang telinga yang mengandung tulang-tulang kecil yang bergetar. Anak-anak
memiliki kemungkinan yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa untuk
mengalami infeksi telinga. Kondisi ini sering kali menimbulkan rasa nyeri akibat
peradangan dan akumulasi cairan di telinga tengah.

Karena infeksi telinga dapat mereda dengan sendirinya, penanganan umumnya


dimulai dengan mengatasi rasa nyeri yang terjadi dan melakukan pemantauan
terhadap perjalanan penyakit. Infeksi telinga pada bayi dan kasus yang berat dapat
membutuhkan pengobatan dengan antibiotik bila diduga disebabkan oleh
bakteri.Gangguan jangka panjang yang berkaitan dengan infeksi ini, seperti akumulasi
cairan di telinga tengah, infeksi yang menetap, atau infeksi yang sering terjadi, dapat
menyebabkan gangguan pendengaran serta komplikasi lainnya.

2. Penyebab

Infeksi telinga tengah umumnya disebabkan oleh bakteri atau virus yang
menyerang telinga bagian tengah. Infeksi ini sering kali terjadi akibat penyakit lain,
misalnya infeksi saluran pernapasan atau alergi, yang menyebabkan kongesti dan
pembengkakan dari saluran hidung, tenggorokan, atau telinga. Beberapa faktor risiko
untuk infeksi telinga adalah:

 Usia. Anak-anak yang berusia 6 bulan hingga 2 tahun lebih rentan terhadap
infeksi telinga karena ukuran dan bentuk dari tuba eustachia di telinga serta
sistem daya tahan tubuh yang belum sempurna.
 Kualitas udara sekitar. Ekspos terhadap asap rokok atau polusi udara yang berat
dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi telinga.
 Faktor musim. Infeksi telinga lebih sering terjadi pada musim di mana batuk dan
pilek lebih sering muncul.

3. Gejala

Timbulnya tanda dan gejala dari infeksi telinga tengah umumnya cepat.
Pada anak-anak, tanda dan gejala yang cukup sering terjadi adalah:

 Nyeri pada telinga, terutama saat berbaring


 Sering menarik telinga
 Kesulitan untuk tidur
 Menangis lebih dari biasanya
 Tampak lebih rewel dari biasanya
 Kesulitan mendengar atau menunjukkan respons terhadap suara
 Hilangnya keseimbangan
 Demam dengan suhu tubuh 38C atau lebih
 Terdapat cairan yang keluar dari telinga
 Nyeri kepala
 Penurunan nafsu makan

Pada orang dewasa, tanda dan gejala yang cukup sering terjadi adalah:

 Nyeri pada telinga


 Terdapat cairan yang keluar dari telinga
 Penurunan kemampuan mendengar

4. Diagnosis

Dokter dapat menentukan diagnosis adanya infeksi telinga tengah berdasarkan


wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang tertentu.
Penggunaan alat otoskop, yang merupakan alat pemeriksaan untuk melihat ke dalam
telinga, akan membantu dokter dalam proses pemeriksaan. Alat ini dapat membantu
melihat integritas dari gendang telinga, adanya cairan, dan sebagainya. Beberapa
pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan mencakup:

a. Timpanometri

Pemeriksaan ini mengukur gerakan dari gendang telinga. Alat ini memberikan
gambaran tekanan yang terdapat pada telinga tengah.

b. Reflektometri akustik

Pemeriksaan ini mengukur jumlah suara yang dikeluarkan oleh suatu alat yang
dipantulkan kembali oleh gendang telinga.

c. Timpanosentesis

Pemeriksaan yang cukup jarang dilakukan ini menggunakan pipa kecil yang
dimasukkan ke dalam gendang telinga untuk mengalirkan cairan dari telinga
tengah
5. Penanganan

Sebagian kasus infeksi telinga tengah dapat mereda tanpa penanganan


menggunakan antibiotik. Namun, penanganan dari kondisi ini bergantung dari
berbagai faktor, termasuk usia anak dan derajat keparahan penyakit. Beberapa
metode penanganan yang umumnya dilakukan adalah:

a. Pendekatan secara observasi

Tanda dan gejala dari infeksi telinga umumnya membaik pada dua hari
pertama, dan sebagian besar infeksi telinga mereda dengan sendirinya dalam satu
atau dua minggu tanpa penanganan. American Academy of Pediatrics dan American
Academy of Family Physicians merekomendasikan pendekatan secara observasi
sebagai penanganan untuk anak berusia 6 sampai 23 bulan, dengan nyeri telinga
ringan pada salah satu telinga. Nyeri biasanya berlangsung selama kurang dari 48 jam
dengan suhu tubuh kurang dari 39C. Pada anak berusia 24 bulan atau lebih,
observasi dapat dilakukan pada anak dengan nyeri telinga ringan pada satu atau
kedua telinga selama kurang dari 48 jam dengan suhu tubuh kurang dari 39C.

b. Mengatasi nyeri

Dokter akan menyarankan pemberian penanganan untuk mengatasi nyeri


akibat infeksi telinga. Penanganan nyeri dapat berupa pemberian kompres hangat di
atas telinga yang terlibat menggunakan handuk yang hangat dan lembah atau
pengobatan nyeri untuk mengatasi rasa nyeri.

c. Pengobatan dengan antibiotik

Dokter dapat merekomendasikan pengobatan dengan antibiotik pada anak bila


dibutuhkan.

6. Pencegahan

Beberapa hal berikut dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya


infeksi telinga tengah:
 Mencegah infeksi saluran pernapasan dan penyakit lainnya. Didik anak untuk
mencuci tangan secara rutin dan saksama, dan tidak berbagai peralatan makan
dan minum.
 Hindari ekspos terhadap asap rokok. Pastikan bahwa tidak ada yang merokok di
sekitar Anda.
 Berikan ASI kepada anak. Bila memungkinkan, berikan ASI eksklusif kepada
anak selama 6 bulan pertama kehidupan. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi terhadap infeksi telinga.

C. Gumoh/Muntah
1. Pengertian Muntah
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum, 1992). Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu
pertumbuhan bayi. Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian
besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke
lambung, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama
setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit
darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan,
keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh
sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.
a. Etiologi

Muntah dapat disebabkan karena faktor fisiologis seperti kelainan kongenital


dan infeksi, juga karena gangguan psikologi seperti cemas. Muntah harus dibedakan
dengan gumoh/regurgitasi. Gangguan yang diidentifikasikan menyerti muntah antara
lain :

 Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai sedikit
 darah. Kemungkinan iritasi lambung akbiat sejumlah bahan yang tertelan selama
proses kelahiran.
 Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak tidak
proyektil, cenderung menetap biasanya terjadi akibat dari obstruksi usus halus.
Muntah proyektil merupakan tanda adanya stenosis pilorus, juga merupakan tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
b. Insiden

Catatan Depkes 2010 Sekitar 45% anak/bayi berumur di bawah 12 bulan dapat
mengalami muntah, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia
serta perbaikan cara maupun pola makan pada anak/bayi

c. Patofisiologi

Suatu keadaan dimana anak/ bayi menyemprotkan isi perutnya keluar,


kadang-kadang sampai sleuruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul pada
minggu pertama. Hal tersebut merupakan aksi refleks yang dikoordinasi dalam
medulla oblongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran penceranaan, penyakit
intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.

d. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami muntah yaitu
keluarnya cairan (susu atau makanan yang halus) dari lambung melalui mulut bayi
dalam jumlah yang banyak dimana bayi juga mengalami batuk saat memuntahkan isi
lambungnya.

e. Komplikasi

Muntah yang terjadi pada bayi umumnya mengalir melalui mulut saja namun
dalam jumlah yang banyak. Namun apabila muntah pada bayi terjadi secara proyektil
atau menyemprot secara tidak biasa kemungkinan terjadi stenosis pylorus yaitu
kondisi umum yang mempengaruhi pembukaan pilorus (katup otot yang menjaga
makanan diperut sampai masuk ke tahap pencernaan berikutnya) antara lambung dan
usus kecil pada bayi. Sehingga makanan bayi tertimbun dalam lambung dan saat
ditambah makanan lagi isi lambung akan naik ke atas lagi dengan cara menyemprot
melalui mulut bayi secara tidak biasa.

Selain itu, muntah yang berlebihan pada bayi dapat menimbulkan dehidrasi
atau alkaliosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit, ketosisi karena bayi
cenderung tidak ingin makan dan minum, asidosis yang disebabkan adanya ketosis
dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai kejang serta ketegangan otot perut,
perdarahan konjungtiva ruptur esofagus, aspirasi yang disebabkan karena muntah
yang sangat sehat.

f. Penatalaksanaan

Muntah yang terjadi pada bayi dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi yang
cemas oleh karena itu saat menyusui perlu diciptakan hubungan yang harmonis antara
orang tua dan anak bayi, ciptakan suasana yang menyenangkan saat makan atau
menyusui, dan perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati. Ajarkan dan terapkan pola
makan yang benar, hindari makanan yang menimbulkan alergi agar tidak terjadi
permasalahan pencemaan pada anak/bayi. Diet yang sesuai dan tidak merangsang
muntah jika simptomatis dapat diberi emetik. Jaga kebersihan mulut anak bayi.

Cegah aspirasi saat anak bayi mengalami muntah. Jangan langsung


mengangkat bayi saat muntah. Seringkali khawatir, dan bermaksud untuk menangani
muntah, kita cenderung mengangkat anak bayi dari posisi tidumya. Padahal cara ini
justru berbahaya, karena muntah bisa turun lagi, masuk ke paru, dan akhirnya malah
mengganggu paru-paru Biarkan saja bayi bila mengeluarkan cairan muntahan dari
hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk
kedalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi. Kolaborasi bila
muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna hijau dan muntah proyektil
menyemprot.

2. Pengertian Gumoh

Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui lut
tanpa paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI. 1999). Umumnya
bersifat sementara dan tidak mengganggum pertumbuhan bayi. Selain itu gumoh juga
dapat diartiakn sebagai keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa
saat makanan masuk lambung. Muntah susu adalah hal ynag agak umum, terutama
pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat
badan yang memuaskan, pada umumnya disebabkan karena bayi menelan udara pada
saat menyusui.

Selanjutnya, gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi. regurgitasi


adalah gejala klinis dna merupakan keadaan fisiologis yang nomal pada bayi berusia
dibawah satu tahun. Kejadian tersebut akan menurun seiring pertambahan usia. Jika
terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam waktu lama akan
menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan pada bayi
terschut Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi herkurang maupun karena
asupan makanan tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat
asam lambung yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau sampai gumoh melalui
hidung dan bahkan disertai muntah.

Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin ada. Bila
disertai kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali, dapat menyebabkan
terjadinya kekurangan cairan tubuh. Gumoh terjadi karena ada udara di dalam
lambung yang terdorong keluar kala makanan masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh
terjadi secara pasif atau terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut
keluar karena anak berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi normal, gumoh bisa
dialami bayi antara 1-4 kali sehari. Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya
beberapa saat setelah makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain mencurigakan.
Selama berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh
tidak bercampur darah dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu
dipermasalahkan.

a. Etiologi

Penyebab terjadinya gumoh memang bisa bermacam-macam. Diantaranya adalah:

1. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas lambung, padahal di usia itu
kapasitas lambung bayi masih sangat kecil.
2. Terlalu aktif, misalnya pada saat bayi menggeliat atau terus-terus menangis.
3. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, akibatnnya apabila setelah
menyusu bayi ditidurkan atau dibiarkan dalam posisi salah, susu akan keluar dari
mulut.
4. Bayi sudah kenyang tapi tetap diberi minum.
5. Posisi salah saat menyusui atau pemberian susu botol.
6. Tergesa-gesa saat pemberian susu.
7. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

b. Insiden
Catatan Depkes 2010 Sekitar 70% bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami
gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan
bertambahnya usia hingga (8-10) % pada umur 9 12 bulan dan 5% pada umur 18
bulan.

c. Patofisiologi

Pada keadaan biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga kadang-
kadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar
melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup
diujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik yang seharusnya mendorong isi
lambung ke bawah. Keadaan ini juga dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak
yang lebih besar. Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi bulan-bulan pertama
kehidupannya.

d. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami gumoh ialah
keluarnya cairan dari sudut-sudut bibir bayi berupa cairan putih yang mana biasanya
adalah ASI atau susu bercampur dengan air liur bayi sendiri yang jumlahnya tidak
terlalu banyak.
e. Komplikasi

Gumoh yang terjadi biasanya akan berhenti apabila isi lambung sudah sesuai
dengan kapasitasnya dalam arti tidak melebihi kapasitas lambung bayi lagi. Akan
tetapi gumoh dapat pula terjadi secara terus menerus dimana cairan akan terus keluar
lewat mulut bayi tanpa henti setelah diberi ASI atau susu maupun makanan. Hal
tersebut kemungkinan karena obstruksi esofagus (tidak berkembangnya esofagus
sehingga makanan tidak dapat dilewatkan dari mulut ke lambung). Oleh karena itu
ASI atau susu yang masuk ke kerongkongan akan naik dan kembali lagi keluar
melewati mulut bayi.

f. Penatalaksanaan
Beri susu yang lebih kental pada bayi yang sudah dapat mengkonsumsi susu
formula atau makanan pendamping ASI. Campurkan tepung beras sebanyak 5 gram
untuk setiap 100 cc susu. Lalu minumkan seperti biasanya. Posisi menyusu bersudut
45°. Posisi terlentang membentuk sudut 45° antara badan, pinggang dan tempat tidur
bayi, terbukti membantu menguranggi aliran balik susu dari lambung ke
kerongkongan. Perbaiki teknik menyusui yang benar yaitu dagu bayi menempel pada
payudara, areola atas lebih terlihat, bibir bawah melebar keluar dan mulut membuka
lebar. Jangan memaksakan memberi ASI atau susu dan makanan apabila bayi masih
kenyang atau baru saja makan dan minum.
Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum. Gendong si kecil
dalam posisi 45° atau tidurkan terlentang dan ganjalan berupa bantalan atas tumpukan
kain di punggungnnya. Biarkan ia pada posisi tersebut selama mungkin (minimal 2
jam). Jangan langsung mengangkat bayi saat ia gumoh. Seringkali khawatir, dan
bermaksud untuk menghentikan gumoh, kita cenderung mengangkat anak dari posisi
tidurnya. Padahal cara ini justru berbahaya, karena cairan gumoh bisa turun lagi,
masuk ke paru, dan akhirnya malah mengganggu paru-paru. Biarkan saja bayi bila
mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan
kembali dihirup dan masuk ke dalam paru paru karena bisa menyebabkan radang atau
infeksi.

Anda mungkin juga menyukai