TEORI PENDIDIKAN
“SUTAN SYAHRIR”
DOSEN PENGAMPU:
ALI ARMADI, M.Pd
Disusun oleh:
C. Tujuan ...........................................................................................
3.1 Penutup………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Soetan Sjahrir merupakan tokoh yang kontroversial pada masa itu, ia mempunyai ciri
khas yang kompleks, pemikirannya sering kali berbeda dengan tokoh perjuangan lainnya, seperti
dengan Tan Malaka, Soekarno, dan yang lainnya. Dengan Tan Malaka, Sjahrir menolak aksi
masa dan mobilisasi dengan cara agitasi politik seperti yang dilakukan oleh Tan Malaka. Tan
Malaka yang komunis mengutamakan revolusi untuk memperoleh kemerdekaan, mengutamakan
kebutuhan materil rakyat dalam tujuannya,1 sedangkan Sjahrir menginginkan proses evolusi
untuk mencapainya, dan menekankan kesejahteraan dan penghormatan terhadap martabat
manusia orang perorang.
Menurut Mangunwijaya perbedaan Sjahrir dengan Sokarno, jika Soekarno merupakan
orang pertama yang melalui jiwa nasionalismenya bercita-cita membangun baru tata dunia yang
telah lapuk, maka Sjahrir merupakan orang pertama yang humanis dan menerapkan jiwa
universalnya secara kongkrit dalam perjuangan kemerdekaan bangsanya. Soekarno juga menjalin
hubungan erat dengan bumi magis dan feudal-priyayi (tradisional) dunia Timur, akan tetapi
mencoba untuk mengawinkannya dengan dunia Barat, dan bagi Sjahrir sendiri batas antara dunia
Barat dan Timur sudah tidak ada.2
Soetan Sjahrir juga merupakan salah seorang tokoh yang jalan perjuangannya selalu
mengutamakan jalan-jalan perdamaian, menghindari cara cara kekerasan, seperti angkat senjata
maupun pengerahan masa dalam jumlah besar. Jika suatu masalah dapat ditempuh dengan jalur
diplomasi, maka ia akan menempuh jalur tersebut dalam perjuangannya,3 walaupun akibatnya ia
dapat ditangkap dan diadili karena berhadapan langsung dengan musuh. Sehingga ia banyak
dimusuhi oleh tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan lainnya karena di anggap lemah dan
berkompromi dengan pihak Belanda sedangkan tokoh lainnya berjuang dengan angkat senjata
terhadap kolonial, seperti yang dilakukan oleh Jendral Soedirman maupun agitasi-agitasi politik
dikalangan rakyat bawah yang dilakukan oleh Sutan Sjahrir
Dalam perjuangannya, tujuan perjuangan Sjahrir adalah mencapai kemerdekaan, dan
kemerdekaan itulah yang menjadi sebuah jembatan untuk mencapai tujuan, yaitu kerakyatan,
kemanusiaan, kebebasan dari kemelaratan, tekanan, dan ketidakadilan, pembebasan bangsa dari
ancaman sisa-sisa feodalisme dan pendewasaan bangsa. Tujuannya tersebut dapat ia wujudkan
sewaktu menjadi Perdana Menteri yaitu satu negara Indonesia yang merdeka, demokratis,
berkerakyatan, memberi pendidikan politik pada rakyat tentang hak dan tanggung jawab
membela kemerdekaan dan menegakkan demokrasi.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah yang berjudul sutan syahrir dan perjuangan kemerdakaan Indonesia
adalah sebagai berikut :
Akademis
Untuk melihat sejauh mana sosialisme kerakyatan sutan syahrir menjadi landasan
perjuangan kemerdakaan, Penulisan makalah ini menganalisis pemikiran sutan syahrir mengenai
sosialisme kerakyatan. Tekanan dan juga hambatan di alami oleh sutan syahrir dalam usahanya
mewujudkan nilai-nilai sosialisme kerakyatan juga akan di jelaskan dalam makalah ini.
Praktis
Secara praktis penulisan makalah ini hendak memperkaya bangsa Indonesia akan pemikiran
sosialisme kerakyatan sutan syahrir dan menguraikan upaya-upaya syahrir dalam
memperjuangkan kemerdakan Indonesia. Syahrir yang selama ini ditempatkan dalam posisi yang
sala padahal syahrir memiliki peranan yang penting dalam mencapai kemerdakaan Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Sutan Syahrir atau Sutan Sjahrir (ejaan lama) merupakan salah satu tokoh pemuda yang
mendorong diadakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia adalah putra Minangkabau.
Lahir di Kota Padang Panjang, 5 Maret 1909.Sutan Syahrir adalah seorang pejuang kerakyatan,
kemanusiaan, harkat manusia, dan orang yang mempunyai pandangan dan pengetahuan yang
luas serta sikapnya tegas, sehingga menjadikan dia sebagai seorang nasionalis dan patriot sejati.
Sutan Sjahrir berasal dari keluarga Minangkabau yang cukup terpandang dan disegani di Koto
Gedang, Sumatera Barat. Ayah Sutan Syahrir bernama Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan
bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih dan Puti Siti Rabiah yang berasal dari Koto Gadang,
Agam, Sumatra Barat. Kakek dan ayah syahrir merupakan jaksa yang bekerja bagi pemerintah
Hindia Belanda.
Dalam tubuh Sutan Sjahrir juga mengalir darah bangsawan Mandailing Natal, Ibunya merupakan
keturunan langsung dari Tuanku Besar Sintan dari Natal. Jadi sejak kecil Syahrir telah
menikmati kemapanan ekonomi dan kehidupan keluarga yang modern.
6
Syahrir tertarik pada sosialisme, terlibat dalam Perkumpulan Mahasiswa Sosial Demokrat
Amsterdam, dan banyak membaca buku-buku mengenai sosialisme. Selain itu,
Syahrir juga melibatkan diri dalam gerakan Sarekat Buruh dan bekerja pada Sekretariat Federasi
Buruh Transport Internasional. Selain melibatkan diri dalam perkumpulan mahasiswa sosialis,
Sjahrir juga aktif dalam diskusi Perhimpunan Indonesia (PI) yang ketika itu dipimpin oleh
Mohammad Hatta.
Dari pendidikan-pendidikan dan pergaulan intelektual yang didapat Sutan Syahrir
tersebut, telah membuat syahrir tumbuh dan berkembang menjadi insan cerdas dan memiliki jiwa
yang kritis terhadap permasalan jaman dimana ia hidup.
Sekolah yang ditempuh Syahrir merupakan sekolah elit pada jamannya. Sekolah-sekolah
tersebut diperuntukan bagi anak-anak keturunan Belanda dan Timur Asing, serta diperbolehkan
juga bagi anak-anak pribumi yang berasal dari keluarga bangsawan dan para pegawai tinggi
pemerintah Hindia Belanda. Syahrir dapat menikmati pendidikan di sekolah-sekolah tersebut
karena ia berasal dari keluarga yang mampu dan terpandang.
Kegiatan politik Sjahrir semakin menonjol ketika ia bersama Hatta mendirikan sebuah partai
baru, yakni PNI-Baru (Pendidikan Nasional Indonesia). Dalam Kongres I di Bandung pada bulan
Juni 1932 Sjahrir terpilih sebagai ketua Pimpinan Umum PNI Baru . Pimpinan Syahrir ditandai
oleh pengarahan konsolidasi ke dalam untuk menumbuhkan kematangan politik dan jiwa kritis.
Tidak lama setelah itu, Hatta kembali ke Hindia dan kepemimpinan PNI-Baru diserahkan
kepadanya.
Syahrir juga ditangkap dan dipenjarakan di Cipinang selama beberapa bulan. Pada
tanggal 16 November 1934, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk mengasingkan
Syahrir bersama pimpinan PNI-Baru lainnya ke Boven Digoel.
Di antara Soekarno dan Syahrir, selalu ada ketidak sepakatan tentang proklamasi
Indonesia. Soekarno masih merasa ragu-ragu dan masih ingin melalui prosedur yang sah,
sementara Syahrir sudah merasa tak sabar.
Ketidaksabaran Syahrir itu bukannya tanpa alasan. Ia diam-diam rajin menyimak siaran radio
BBC sejak pertengahan tahun 1944. Dari siaran itu, ia mengetahui kalau Jepang sudah
mengalami kekalahan. Salah satu tandanya adalah ketika Amerika Serikat menjatuhkan bom ke
Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, sekitar 150 orang berkumpul di Tugu Kejaksan untuk
mendengarkan Dr. Sudarsono membaca teks proklamasi yang dibuat oleh Syahrir. Setelah itu,
para pejuang menyebarkan kabar kemerdekaan itu ke daerah-daerah lain di Cirebon, seperti
Kecamatan Waled, Palimanan, dan Plumbon. Oleh karena itu, bisa dibilang kalau Cirebon sudah
merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945, dua hari sebelum Indonesia merdeka.
Indonesia termasuk negara baru yang masih membutuhkan banyak orang-orang cerdas
seperti Syahrir. Jabatan pertama yang ia sandang adalah perdana menteri, karena ia termasuk
orang yang netral dan tidak memihak pada Jepang. Karena saat itu Syahrir masih berusia 36
tahun, ia menjadi perdana menteri termuda di Indonesia, bahkan di dunia. Selain itu, ia juga
diangkat sebagai menteri dalam negeri dan menteri luar negeri.
Tak berapa lama, Syahrir juga diangkat sebagai Ketua BP KNIP (Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat). Tugasnya adalah merancang dan mengubah kabinet presidensil
menjadi parlementer. Selama ia menjabat, ia sudah merombak kabinet sebanyak tiga kali, yang
kemudian disebut Kabinet Syahrir I, Kabinet Syahrir II, dan Kabinet Syahrir III.
Pada tahun 1947, Sutan Syahrir tak lagi menjadi perdana menteri. Meskipun begitu, ia
tetap memperjuangkan kedaulatan Indonesia di forum Internasional dengan menjadi perwakilan
Indonesia di PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) bersama Haji Agus Salim.
a. Pikiran dan Perjuangan, tahun 1950 (kumpulan karangan dari Majalah ”Daulat Rakyat”
dan majalah-majalah lain, tahun 1931 – 1940)
b. Pergerakan Sekerja, tahun 1933
c. Perjuangan Kita, tahun 1945
d. Indonesische Overpeinzingen, tahun 1946 (kumpulan surat-surat dan karangan-karangan
dari penjara Cipinang dan tempat pembuangan di Digul dan Banda-Neira, dari tahun
1934 sampau 1938).
e. Renungan Indonesia, tahun 1951 (diterjemahkan dari Bahasa Belanda: Indonesische
Overpeinzingen oleh HB Yassin)
f. of Exile, tahun 1949 (terjemahan dari ”Indonesische Overpeinzingen” oleh Charles Wolf
Jr. dengan dibubuhi bagian ke-2 karangan Sutan Sjahrir)
g. Renungan dan Perjuangan, tahun 1990 (terjemahan HB Yassin dari Indonesische
Overpeinzingen dan Bagian II Out of Exile)
h. Sosialisme dan Marxisme, tahun 1967 (kumpulan karangan dari majalah “Suara Sosialis”
tahun 1952 – 1953)
i. Nasionalisme dan Internasionalisme, tahun 1953 (pidato yang diucapkan pada Asian
Socialist Conference di Rangoon, tahun 1953)
j. Karangan–karangan dalam “Sikap”, “Suara Sosialis” dan majalah–majalah lain
k. Sosialisme Indonesia Pembangunan, tahun 1983 (kumpulan tulisan Sutan Sjahrir
diterbitkan oleh Leppenas).
Kemudian pada tahun 1951, Sutan Syahrir menikah dengan wanita bernama Siti
Wahyunah yang memberinya dua orang anak bernama Kriya Arsyah Sjahrir dan Siti Rabyah
Parvati Sjahrir.Ia juga dikenal sebagai tokoh yang gemar dengan musik klasik dan sering
memainkan biola. Ia juga menyukai menerbangkan pesawat.
Pada tahun 1955, setelah Partainya gagal dalam pemilihan umum, hubungannya dengan
presiden Soekarno mulai renggang dan memburuk. Hingga kemudian pada 1960, Partai Sosialis
Indonesia yang didirikan olehnya akhirnya dibubarkan.
Pada tahun 1962 Sutan Syahrir ditangkap dan dipenjara tanpa pernah diadili hingga tahun
1965, ia kemudian menderita penyakit stroke. Akhirnya pemerintah ketika itu mengizinkan
Sutan Syahrir untuk berobat di Zurich, Swiss.
Hingga akhirnya pada tanggal 9 April 1966, Sutan Syahrir akhirnya menghembuskan
nafas terakhirnya, jenazahnya kemudian dimakamkan di taman makan pahlwan kalibata, Jakarta.
Sebagai balas jasa ditanggal yang sama tepat ketika Sutan Syahrir meninggal dunia,
pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Sutan
Syahrir atas jasa-jasanya sebagai salah satu pendiri Republik Indonesia melalui melalui Keppres
nomor 76 tahun 1966.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
syahrir merupakan perpaduan antara ketajaman ilmu pengetahuan dan kedalaman bati. ia
mampu hidup dalam ketegangan antara global dan lokal. ia bukan seseorang yang anti
barat,bahkan kepada syahrazad,adiknya yang tengah belajar di Belanda,ia mengajukan agar
membuka pikiran dan hati lebar lebar untuk menyelami eropa supaya ilmu yang di pelajarin
menjadin hidup dan bermakna. bukan pihak kolonial yang dibenci syahrir tetapi sikap mereka
yang mengekang kemajuan bangsa indonesia baik itu dalam hal pendidikan dan juga kehidupan
ekonomi rakyat Indonesia
B.SARAN
Penelitian ini penulis akui masih jauh dari kata sempurna, bahkan tidak dapat untuk
dikatakan cukup baik. Akan tetapi, penulis berharap penelitian ini dengan segala keterbatasan
dan kekurangannya mampu dijadikan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat.
Penelitian tentang sutan syahrir dalam pandangan penulis masih belum selesai. Masih
banyak yang bisa dikaji lebih lanjut dari aspek-aspek yang belum diteliti sebelumnya. Oleh sebab
itu, masih ada kesempatan bagi peneliti-peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan ataupun
menggali kajian ini. Masih banyak data yang belum diperoleh oleh penulis, sehingga diharapkan
akan adanya penelitian selanjunyaa
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/556/4/Bab%201.pdf
https://jejaktamboen.blogspot.com/2020/07/biografi-sutan-syahrir.html
https://www.biografiku.com/biografi-sutan-syahrir-pahlawan-nasional-indonesia/