Anda di halaman 1dari 4

nama: m gian ramadhan

kelas: 8.2

1. Bung Tomo, Sang Pembakar Semangat Generasi Muda

Pahlawan Nasional kelahiran Surabaya ini mungkin familiar kamu lihat pada poster yang
menggambarkan semangat nasionalisme. Memang, tokoh yang satu ini dikenal sebagai Pahlawan
Nasional yang memiliki orasi berapi-api.
Sutomo, atau lebih akrab disapa Bung Tomo, merupakan salah satu tokoh yang berperan untuk
melawan sekutu dalam pertempuran 10 November 1954. Setelah bergabung dengan Gerakan Rakyat
Baru dan Pemuda Republik Indonesia, beliau menyiarkan orasi untuk membakar semangat rakyat
melalui radio-radio.
Bung Tomo juga pernah menjabat sebagai Menteri pada pemerintahan Soekarno, walau kemudian
beliau mundur dari jabatan ini dan meninggalkan dunia politik. Ayah dengan lima anak ini juga
sempat dipenjara karena melayangkan kritik ke Soeharto.
Sekeluarnya dari penjara, Bung Tomo memfokuskan perhatiannya pada keluarga dan agama. Beliau
kemudian meninggal di usia 61 tahun saat tengah melakukan ibadah Haji. Namanya kini dikenang
sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.

2. Ibu Kita Kartini, Putri Sejati


Membaca tulisan di atas kita pasti teringat dengan lagu yang disenandungkan setiap tanggal 21
April sebagai Hari Kartini. Mungkin nama dan lagunya sudah terdengar familiar di telinga kita, tapi
bagaimana kisah R.A. Kartini memperjuangkan emansipasi wanita?
Sejak usia 12 tahun di sekolah Belanda, Kartini mulai tertarik dengan kemajuan berpikir perempuan
Belanda. Timbul keinginan dalam hati Kartini muda untuk turut memperjuangan emansipasi
perempuan pribumi.
Kartini memiliki ketertarikan dalam membaca dan menulis, terbukti Kartini beberapa kali menulis
untuk surat kabar berbahasa Belanda. Ketika dalam pingitan pun Kartini juga saling
berkorespondesi dengan teman-temannya di Belanda.
Melalui suratnya, berbagai kritik dituliskan termasuk masalah kesetaraan antara perempuan dan io
laki-laki. Serta bagaimana perempuan tidak mendapat pendidikan yang layak. Kelak. surat-surat
Kartini dibukukan dan diterbitkan dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Wafat pada 1904, kegigihan Kartini menginspirasi berdirinya Sekolah Kartini khusus perempuan.
Jasa-jasa dan perjuangan Kartini diabadikan pada Museum Kartini di kota kelahirannya, Jepara.

3. Tut Wuri Handayani: Mengenang Sosok Ki Hadjar Dewantara

Pernahkah kamu mendengar semboyan “ ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut
wuri handayani”? Tahukah kamu bahwa semboyan tersebut pertama dicetuskan oleh sang Bapak
Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara?
Lahir di tengah keluarga kraton dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, Ki Hadjar
Dewantara memulai kariernya sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar yang memiliki
ciri khas penulisan tajam dan patriotik.
Beliau juga mendirikan Indische Partij, sebuah partai nasionalis Indonesia, bersama dengan
Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, trio ini lalu dipanggil sebagai Tiga Serangkai.
Dari serangkaian perjuangannya memajukan pendidikan di Indonesia, Taman Siswa menjadi salah
satu yang paling diingat. Sekolah ini bertujuan untuk menciptakan rasa nasionalisme dan mendidik
bangsa Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, beliau diangkat menjadi Menteri Pendidikan pertama oleh Presiden
Soekarno. Beliau meninggal di Yogyakarta pada tahun 1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya
Brata.
4. Mohammad Husni Thamrin, Pahlawan di Balik Nama Jalan di Jakarta

Saat mendengar tentang nama Mohammad Husni Thamrin, apa yang pertama kali kamu ingat?
Mungkin nama sebuah pusat bisnis di Jakarta Pusat melintasi pikiranmu. Namun, apakah kamu
tahu tentang kisah pahlawan nasional Indonesia yang menginspirasi nama tersebut?
Mohammad Husni Thamrin adalah pahlawan yang dikenal dekat dengan rakyat segala kalangan.
Walau berasal dari keluarga terpandang, beliau selalu rendah hati.
Kiprahnya bermula saat bekerja di kepemerintahan. Pria yang juga merupakan tokoh Betawi ini lalu
bergabung sebagai anggota gemeenteraad (Dewan Kota) sebelum kemudian terpilih menjadi
Volksraad (perwakilan pribumi).
Dalam kedudukannya tersebut, M.H. Thamrin sering melakukan penolakan keras terhadap
kebijakan dari Belanda yang tidak berpihak pada pribumi. Beliau juga menjadi pelopor berdirinya
Gaboengan Politik Indonesia (GAPI) pada tahun 1939.
M.H. Thamrin kemudian meninggal saat menjadi tahanan rumah pada tanggal 11 Januari 1941.
Namanya kemudian diabadikan sebagai jalan utama di Jakarta Pusat hingga saat ini.

5. Sultan Hasanuddin, Sang ‘Ayam Jantan dari Timur’


Salah satu pahlawan nasional yang paling dikenal di Sulawesi adalah Sultan Hasanuddin. Beliau
merupakan Raja Gowa ke-16 yang diangkat karena kecerdasan dan kecakapannya dalam diplomasi
dan berdagang. Karena keberaniannya pula, Belanda menjulukinya De Haantjes can Het Osten
(Ayam Jantan dari Timur).
Pahlawan yang lahir di Makassar pada tahun 1631 ini, sedari kecil sering mendampingi ayahnya,
Sultan Malikussaid, dalam diskusi-diskusi penting. Hasanuddin kecil tumbuh menjadi sosok yang
cerdas dan berani. Selain dekat dengan rakyat, Sultan Hasanuddin juga sering menjadi utusan yang
dikirim ke kerajaan dan daerah lain.
Selama menjadi raja, Sultan Hasanuddin menjadi garda terdepan dalam melawan Belanda.
Peperangan yang berlangsung lama ini akhirnya dimenangkan Belanda setelah terjadi perang
saudara yang dipelopori oleh Belanda melalui Arung Palakka.
Setelah meninggalkan tahtanya sebagai raja, Sultan Hasanuddin kemudian mengabdikan dirinya
menjadi guru agama Islam. Beliau wafat pada tahun 1670, dan tetap menolak Belanda hingga akhir
hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai