C17 E134 Stopwatch
C17 E134 Stopwatch
STOPWATCH
Perhitungan :
Analisa dan :
Pembahasan Asisten
Kesimpulan :
Total :
(Andrian Naufaldi H)
2019
Reguler
2019/2020
BAB VI
STOPWATCH
dengan
menambahkan
standar baku.
Pemilihan
pekerja
berdasar
interview tatap
muka dengan
manager
pabrik.
Manager dan
teknisi diminta
yang
berpengalaman
dimana bekerja
dengan
seimbang dan
kecepatan rata
– rata.
2. Time Pressure, 180 Partisipan Persamaan linear Tekanan waktu
Time berumur 18-63 bervariasi didapat dan otonomi
Autonomy, and tahun (mean dari hasil kepuasan waktu
Sickness 43,1 tahun, pekerjaan, tuntutan menyumbang
Absenteeism in standar deviasi waktu, dan tingkat stress
Hospital 11,2). Subjek otonomi waktu. pekerja
Employees: A didominasi Kepuasan sehingga
Longitudinal perempuan pekerjaan tidak muncul
Study on (88%) menjadi perdiktor penyakit
Organizational kebanyakan yang signifikan. membolos
Absenteeism bekerja sebagai Tekanan waktu dan bekerja.
Records suster (45%), otonomi waktu
(Kottwitz, teknisi diprediksi
Schade, laboratorium signifikan menjadi
Reguler
2019/2020
mengumpulkan
buah kelapa sawit
longgar atau
disebut fruitlets
(NT = 77,49 detik).
Dari ketiga jurnal diatas didapatkan rangkuman sebagai berikut; pada jurnal
pertama diketahui cara menghitung waktu baku dan faktor – faktor pembentuknya
pada perusahaan manufaktur menggunakan metode observasi dan didapatkan
hasil bahwa terdapat 12 elemen kerja yang terbagi menjadi dua kategori, dan
disebutkan juga bahwa kondisi lingkungan disekitar perusahaan panas sehingga
dapat mengurangi produktivitas kerja. Di jurnal kedua, data dikumpulkan
menggunakan kuesioner dengan hasil bahwa tekanan waktu dan otonomi waktu
memberi efek pada tingkat stress pekerja sehingga muncul penyakit bolos
bekerja. Pada jurnal ketiga lebih memperdalam lagi cara perhitungan waktu baku
dari beberapa elemen kerja dengan menggunakan metode time and motion study.
Sedangkan pada penelitian ini sendiri, dilakukan kegiatan berupa merakit 10
steker yang memiliki tiga elemen kerja dan menggunakan metode stopwatch
untuk mencari nilai waktu normal dan waktu baku.
6.4 Input
6.4.1 Deskripsi Subjek
Dalam tutorial stopwatch dilakukan kegiatan merangkai tiga elemen yang
terdapat pada steker. Tahap pertama yaitu pada elemen satu dengan melakukan
assembly antara besi satu dan besi dua pada kerangka bagian bawah.
Selanjutnya, elemen kedua yaitu melakukan assembly antara kerangka bagian
atas dan kerangka bagian bawah. Dan langkah yang terakhir yaitu elemen
ketiga, memasukkan dan mengencangkan baut ke dalam lubang steker. Berikut
merupakan data operator yang melakukan proses perakitan steker:
Usia : 19 tahun
[ ]
2
40 √ ( 17142,6 )−17126,96
N’ =
130,87
N’ = [ 1,21 ] 2
N’ = 1,46 dimana N’ < N (1,46 < 10), maka data dianggap cukup.
b. Elemen kedua: melakukan assembly antara kerangka bagian atas dan
kerangka bagian bawah.
N’ = ¿ ¿
N’ = ¿ ¿
[ ]
2
40 √ ( 1127,40 ) −1120,96
N’ =
33,48
Reguler
2019/2020
N’ = [ 3,03 ] 2
N’ = 9,18 dimana N’ < N (9,18 < 10), maka data dianggap cukup.
c. Elemen ketiga: memasukkan dan mengencangkan baut ke dalam lubang
steker.
N’ = ¿ ¿
N’ = ¿ ¿
[ ]
2
40 √ ( 60785,8 ) −60658,76
N’ =
246,29
N’ = [ 1,83 ] 2
N’ = 3,35 dimana N’ < N (3,35 < 10), maka data dianggap cukup.
√
2
σ = Σ (xi−x)
N−1
σ = √ 0,173
σ = 0,416
Dengan:
UCL/LCL = x ± kσ
UCL/LCL = 13,087 ± 2. 0,416
UCL/LCL = 13,92/12,25
Reguler
2019/2020
15
14
13
UCL
Operator
12 LCL
11
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
√
2
σ = Σ (xi−x)
N−1
σ = √ 0,072
σ = 0,268
Dengan:
UCL/LCL = x ± kσ
UCL/LCL = 3,348 ± 2. 0268
UCL/LCL = 3,884/2,812
5
3
UCL
Operator
2 LCL
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
√
2
σ = Σ (xi−x)
N−1
σ = √ 1,411
σ = 1,188
Dengan:
UCL/LCL = x ± kσ
UCL/LCL = 24,63 ± 2. 1,188
UCL/LCL = 27,006/22,25
30
25
20
UCL
15
Operator
LCL
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ΣX 130,87
Ws1 = = = 13,087 s
N 10
b. Elemen Kerja 2
ΣX 33,48
Ws2 = = = 3,348 s
N 10
c. Elemen Kerja 3
ΣX 246,29
Ws3 = = = 24,629 s
N 10
2. Waktu Normal
a. Elemen Kerja 1
Waktu Normal1 = Ws1 x Rating Factor1 = 13,087 x 1,13 = 14,79 s
b. Elemen Kerja 2
Waktu Normal2 = Ws2 x Rating Factor2 = 3,348 x 1,33 = 4,45 s
c. Elemen Kerja 3
Waktu Normal3 = Ws3 x Rating Factor3 = 24,629 x 1,05 = 25,86 s
Total Waktu Normal = 14,79 + 4,45 + 25,68 = 44,92 s
3. Waktu Baku
a. Elemen Kerja 1
100
Waktu Baku1 = Waktu Normal1 x
100− Allowance
100
Waktu Baku1 = 14,79 x = 17,098 s
100−13,5
b. Elemen Kerja 2
100
Waktu Baku2 = Waktu Normal2 x
100− Allowance
100
Waktu Baku2 = 4,45 x = 5,144 s
100−13,5
c. Elemen Kerja 3
100
Waktu Baku3 = Waktu Normal3 x
100− Allowance
100
Waktu Baku3 = 25,68 x = 29,68 s
100−13,5
Total Waktu Baku = 17,098 + 5,144 + 29,68 = 51,922 s
Reguler
2019/2020
6.6 Analisis
6.6.1 Analisis Perhitungan Kecukupan dan Keseragaman Data
Dalam proses perakitan steker yang dilakukan oleh operator didapatkan 10 data
hasil pengamatan. Data tersebut diolah untuk menentukan waktu siklus, waktu
normal dan waktu baku. Sebelum melakukan perhitungan, dilakukan uji
kecukupan dan keseragaman data. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%
yang bernilai 2. Dan menggunakan nilai tingkat ketelitian sebesar 5% atau 0,05.
Dari data yang telah diperoleh didapatkan hasil analisis sebagai berikut:
1. Rating Factor
a. Elemen pertama
Nilai rating factor yang didapatkan menggunakan metode
westinghouse. Dalam metode westinghouse ini dibagi menjadi empat
macam klasifikasi, yaitu skill, effort, condition dan consistency.
Berdasarkan pengamatan saat operator melakukan kegiatan pada
elemen kerja yang pertama, yaitu assembly antara besi satu dan besi dua
dengan kerangka bagian bawah diperoleh nilai rating factor sebesar
Reguler
2019/2020
1,13. Hasil untuk setiap klasifikasinya yaitu, kategori skill berada pada
tingkat good skill (C2) dengan nilai 0,03 karena saat melakukan
pekerjaan operator memiliki kualitas hasil kerja yang baik, bekerjanya
stabil, tidak ada keragu-raguan dan gerakan-gerakannya terkoordinasi
dengan baik.
Pada kategori effort didapatkan pada tingkat good effort (C1) dengan
nilai sebesar 0,05 karena saat melakukan kegiatan bekerja berirama,
waktu menganggurnya sangat sedikit bahkan tidak ada, penuh perhatian
pada pekerjaannya, senang pada pekerjaannya, kecepatan baik dan dapat
dipertahankan dan menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik.
Untuk kategori condition sendiri, didapatkan pada range good
condition (C) dengan nilai sebesar 0,02. Pada saat melakukan pekerjaan,
pekerja memerhatikan kondisi di lingkungan tempat kerja, seperti
kebersihan, kondisi pencahayaan yang baik dan temperature dalam
keadaan normal.
Sedangkan pada kategori consistency didapatkan nilai sebesar 0,03
karena pada saat melakukan pekerjaannya operator tersebut
memerhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan,bekerja dengan baik
dan rapi serta waktu yang konsisten dalam menyelesaikan pekerjaannya
sehingga tidak terdapat selisih yang begitu besar.
Dari hasil setiap kategori, hasil tersebut dijumlahkan kemudian akan
didapatkan nilai rating performance pada elemen satu. Untuk
mendapatkan nilai rating factor yaitu dengan menjumlahkan nilai
rating normal sebesar 1 dengan rating performance yang didapatkan
yaitu sebesar 0,13. Maka didapatkan nilai rating factor pada elemen
pertama yaitu sebesar 1,13 dimana kegiatan tersebut termasuk dalam
kategori normal.
b. Elemen kedua
Nilai rating factor yang didapatkan menggunakan metode
westinghouse. Dalam metode westinghouse ini dibagi menjadi empat
macam klasifikasi, yaitu skill, effort, condition dan consistency.
Berdasarkan pengamatan saat operator melakukan kegiatan pada
elemen kerja yang kedua, yaitu assembly antara kerangka atas dengan
Reguler
2019/2020
kerangka bagian bawah diperoleh nilai rating factor sebesar 1,33. Hasil
untuk setiap klasifikasinya yaitu, kategori skill berada pada tingkat
excellent skill (B1) dengan nilai 0,11 karena saat melakukan pekerjaan
operator percaya pada diri sendiri, terlihat telah terlatih dengan baik,
bekerja secara teliti, bekerjanya cepat tapi halus dan bekerja secara
berirama dan terkoordinasi.
Pada kategori effort didapatkan pada tingkat excessive effort (A2)
dengan nilai sebesar 0,12 karena saat melakukan kegiatan kecepatannya
sangat berlebihan.
Untuk kategori condition sendiri, didapatkan pada range ideal
condition (A) dengan nilai sebesar 0,06. Pada saat melakukan pekerjaan,
pekerja memerhatikan kondisi di lingkungan tempat kerja, seperti
kebersihan, kondisi pencahayaan yang baik dan temperature dalam
keadaan normal.
Sedangkan pada kategori consistency berada pada range ideal
consistency (A) didapatkan nilai sebesar 0,04 karena pada saat
melakukan pekerjaannya operator tersebut memerhatikan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan, bekerja dengan baik dan rapi serta waktu yang
konsisten dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak terdapat
selisih yang begitu besar.
Dari hasil setiap kategori, hasil tersebut dijumlahkan kemudian akan
didapatkan nilai rating performance pada elemen satu. Untuk
mendapatkan nilai rating factor yaitu dengan menjumlahkan nilai
rating normal sebesar 1 dengan rating performance yang didapatkan
yaitu sebesar 0,33. Maka didapatkan nilai rating factor pada elemen
pertama yaitu sebesar 1,33 dimana kegiatan tersebut termasuk dalam
kategori normal.
c. Elemen ketiga
Nilai rating factor yang didapatkan menggunakan metode
westinghouse. Dalam metode westinghouse ini dibagi menjadi empat
macam klasifikasi, yaitu skill, effort, condition dan consistency.
Berdasarkan pengamatan saat operator melakukan kegiatan pada
elemen kerja yang kedua, yaitu memasukkan dan mengencangkan baut
Reguler
2019/2020
pada lubang steker diperoleh nilai rating factor sebesar 1,05. Hasil
untuk setiap klasifikasinya yaitu, kategori skill berada pada tingkat
average skill (D) dengan nilai 0,00 karena saat melakukan pekerjaan
operator percaya pada diri sendiri, gerakannya cepat tapi tidak lambat,
tampak sebagai pekerja yang cakap, tampak cukup terlatih, bekerjanya
cukup teliti dan secara keseluruhan cukup memuaskan.
Pada kategori effort didapatkan pada tingkat average effort (D) dengan
nilai sebesar 0,00 karena saat melakukan kegiatan tidak sebaik good,
tetapi lebih baik dari poor dan bekerjanya dengan stabil.
Untuk kategori condition sendiri, didapatkan pada range ideal
condition (A) dengan nilai sebesar 0,06. Pada saat melakukan pekerjaan,
pekerja memerhatikan kondisi di lingkungan tempat kerja, seperti
kebersihan, kondisi pencahayaan yang baik dan temperature dalam
keadaan normal.
Sedangkan pada kategori consistency berada pada range ideal
consistency (A) didapatkan nilai sebesar 0,04 karena pada saat
melakukan pekerjaannya operator tersebut memerhatikan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan, bekerja dengan baik dan rapi serta waktu yang
konsisten dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak terdapat
selisih yang begitu besar.
Dari hasil setiap kategori, hasil tersebut dijumlahkan kemudian akan
didapatkan nilai rating performance pada elemen satu. Untuk
mendapatkan nilai rating factor yaitu dengan menjumlahkan nilai
rating normal sebesar 1 dengan rating performance yang didapatkan
yaitu sebesar 0,05. Maka didapatkan nilai rating factor pada elemen
pertama yaitu sebesar 1,05 dimana kegiatan tersebut termasuk dalam
kategori normal.
2. Allowance
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, kami menghitung tingkat
allowance (kelonggaran) pada operator menggunakan tabel ILO. Untuk
menentukan nilai kelonggaran terdapat tujuh faktor yaitu: tenaga yang
dikeluarkan dengan nilai kelonggarannya sebesar 6,75%; nilai tersebut
didapatkan karena operator bekerja dalam posisi duduk dan beban kerja
Reguler
2019/2020
yang dilakukan operator masih dalam kondisi sangat ringan.. Faktor kedua
yaitu sikap kerja dengan nilai kelonggaran sebesar 0,5% karena operator
bekerja duduk dan dalam kategori ringan, selanjutnya gerakan kerja masuk
dalam kategori normal sehingga nilai kelonggarannya sebesar 0 karena
gerakan kerjanya masih normal. Faktor kelelahan mata dipengaruhi oleh
tingkat pencahayaan dengan nilai kelonggaran sebesar 0,75%. Pada keadaan
temperatur tempat kerja masuk dalam kategori normal yaitu kisaran 22-28
derajat selsius sehingga nilai kelonggarannya sebesar 3%. Sedangkan pada
keadaan atmosfer dalam kategori baik dengan nilai kelonggarannya sebesar
0% dan keadaan lingkungan yang baik yang kondisinya bersih, cerah,
dengan tingkat kebisingan yang rendah nilai kelonggarannya sebesar 0%.
Kemudian ditambah dengan nilai kelonggaran pribadi untuk pria sendiri
sebesar 2,5%. Dari ketujuh faktor dan kelonggaran pribadi, maka
didapatkan nilai allowance (kelonggaran) sebesar 13,5%
1. Waktu Siklus
Hasil dari kegiatan merakit 10 steker didapatkan nilai waktu siklus pada
masing-masing elemennya. Pada elemen petama yaitu melakukan assembly
besi satu dan besi dua dengan kerangka bagian bawah didapatkan nilai
waktu siklus sebesar 13,087 detik. Kemudian pada elemen kedua, yaitu
assembly kerangka bagian atas dengan kerangka bagian bawah didapatkan
nilai waktu siklusnya sebesar 3,348 detik. Dan pada elemen yang terakhir
yaitu memasukkan dan mengencangkan baut pada lubang steker nilai waktu
siklusnya sebesar 24,629 detik.
2. Waktu Normal
Dari kegiatan yang telah dilakukan operator yaitu merakit 10 steker akan
didapatkan nilai waktu normal pada masing-masing elemen. Waktu normal
merupakan waktu siklus yang telah dikalikan dengan penyesuian si operator
Reguler
2019/2020
(rating factor). Kegunaan dari perhitungan waktu normal sendiri yaitu untuk
mengetahui seberapa besar waktu yang dibutuhkan oleh operator dalam
melakukan suatu kegiatan dengan keadaan normal.
Waktu normal yang didapatkan dari elemen pertama berupa assembly
antara besi satu dan besi dua dengan kerangka bagian bawah yaitu sebesar
14,79 detik. Pada elemen kedua, yaitu assembly kerangka bagian atas dan
bawah didapatkan waktu normalnya sebesar 4,45 detik. Dan pada elemen
terakhir yaitu memasang dan mengencangkan baut pada lubang yang
terdapat pada steker nilai waktu normalnya sebesar 25,86 detik.
Dari hasil pada masing-masing elemen, didapatkan total keseluruhan
nilai waktu normal untuk menyelesaikan satu perakitan steker yaitu sebesar
44,92 detik.
3. Waktu Baku
Faktor yang memengaruhi besarnya waktu baku adalah allowance
(kelonggaran) yang didapatkan pada saat operator melakukan proses
perakitan. Untuk itu perhitungan allowance sangat dibutuhkan untuk
menghitung waktu baku dalam kegiatan perakitan steker. Pada masing-
masing elemen didapatkan waktu baku dengan nilai allowance sebesar
13,5%, pada elemen 1 waktu bakunya sebesar 17,098 detik, elemen 2
sebesar 5,144 detik dan elemen terakhir sebesar 29,68 detik.
Dari nilai waktu baku yang telah didapatkan pada masing-masing
elemen, dapat diketahui bahwa lamanya operator untuk menyelesaikan
perakitan satu steker yaitu sebesar 51,922 detik.
6.7 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk memperkecil nilai waktu pada
perakitan steker yaitu bisa dengan merubah stasiun kerja operator, dengan lebih
menyesuaikan jarak antara operator dengan benda kerja yang akan dirakit serta
penyusunan yang sesuai agar benda kerja mudah dijangkau, agar operator tidak
perlu melakukan gerakan-gerakan yang tidak diperlukan sehingga dapat
mempersingkat waktu pada proses perakitan. Pengamat juga dianjurkan untuk
benar-benar memerhatikan operator secara teliti agar tidak terjadi kesalahan
dalam menentukan rating factor dan allowance (kelonggaran). Serta dapat
Reguler
2019/2020
6.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perakitan 10 steker yang telah dilakukan, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa stopwatch merupakan
pengukuran kerja yang secara langsung dan biasa diaplikasikan atau bisa
dilakukan untuk pekerjaan sehari – hari. Tujuan dari metode stopwatch sendiri
yaitu untuk mengetahui nilai waktu baku. Contoh pekerjaan dalam kehidupan
sehari-hari: memasak mie, melakukan perakitan pulpen dan lain sebagainya.
2. Dari data yang telah diperoleh, didapatkan hasil perhitungan bahwa data
dianggap cukup pada tiap elemennya, dengan nilai uji kecukupan data pada
tiap elemennya sebesar 1,46; 9,18 dan 3,35. Sedangkan untuk uji keseragaman
data, data sudah seragam pada setiap elemennya karena tidak ada data yang
melebihi nilai batas atas dan batas bawah. Dengan nilai batas atas dan batas
bawah pada tiap elemennya yaitu: 13,92/12,25; 3,884/2,812 dan 27,006/22,25.
3. Nilai rating factor pada tiap elemen hasilnya berbeda-beda. Bergantung pada
pengamat yang menilai operator dalam melakukan pekerjaan pada tiap
elemennya. Dari praktikum merakit steker, didapatkan nilai rating factor pada
tiap elemennya yaitu sebesar 1,13; 1,33 dan 1,05. Sedangkan nilai allowance
dipengaruhi oleh tujuh faktor yaitu, tenaga yang dikeluarkan dengan nilai
6,75%; sikap kerja sebesar 0,5%; gerakan kerja sebesar 0%; kelelahan mata
sebesar 0,75%; keadaan temperatur tempat kerja sebesar 3%; keadaan atmosfer
dan keadaan lingkungan yang baik sebesar 0%. Ditambah dengan kelonggaran
pribadi pada operator berjenis kelamin laki-laki sebesar 2,5%. Sehingga jika
ditotalkan keseluruhan, nilai allowance (kelonggaran) nya sebesar 13,5%.
4. Setelah mendapatkan nilai rating factor dan allowance, maka dapat mencari
nilai waktu normal dan waktu baku. Waktu normal dipengaruhi oleh nilai
rating factor, sedangkan nilai waktu baku dipengaruhi oleh nilai allowance
(kelonggaran). Nilai waktu normal pada tiap elemennya yaitu, 14,79; 4,45;
25,86, sehingga total waktu normalnya sebesar 44,92 detik. Sedangkan nilai
waktu baku pada tiap elemennya sebesar 17,098; 5,144; 29,68, sehingga total
nilai waktu bakunya sebesar 51,922 detik.
Reguler
2019/2020
Reguler
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
Duran, C., Cetindere, A., & Aksu, Y. E. (2015). Productivity Improvement by Work
and Time Study Technique for Earth Energy-glass Manufacturing Company.
Procedia Economics and Finance, 26(15), 109–113.
https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)00887-4
Kottwitz, M. U., Schade, V., Burger, C., Radlinger, L., & Elfering, A. (2018). Time
Pressure, Time Autonomy, and Sickness Absenteeism in Hospital Employees: A
Longitudinal Study on Organizational Absenteeism Records. Safety and Health
at Work, 9(1), 109–114. https://doi.org/10.1016/j.shaw.2017.06.013
Saibani, N., Muhamed, A. A., Maliami, M. F., & Ahmad, R. (2015). Time and motion
studies of manual harvesting methods for oil palm fruit bunches: A Malaysian
case study. Jurnal Teknologi, 74(3), 77–83. https://doi.org/10.11113/jt.v74.4555
Reguler
2019/2020
LAMPIRAN
Reguler
2019/2020