Anda di halaman 1dari 4

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh, pada kesempatan ini saya akan memberikan

pendapat saya,

1. Pada hakikatnya zat yang bersifat lahit dan gaib menentukan postur manusia sebagai

makhluk yang sempurna. Manusia mempunyai anggota badan, khususnya otak an

jantung yang berfungsi sebagai mekanisme biologi, yaitu seperangkat subsistem di

dalam sistem tubuh manusia untuk menunjukan keberadanya (eksistensinya).

Susunan anggota badan manusia sebenarnya sangat kompleks,tidak hanya terdiri dari

otak dan jantung saja, yang masing-masing anggota badan satu sama lain

dihubungkan melalui susunansyaraf yang sangat kompleks pula. Keadaan itupun

masih menggambarkan manusia yang kurang lengkap, karena kelengkapan manusia

tidak hanya fisik saja, akan tetapi dari kenyataan nonfisiknya yang justru tidak

dimiliki mahluk lain. Seperti ruh dan jiwa yang memerankan proses berfikir, merasa,

bersikap dan berserah diri serta mengabdi yang merupakan mekanisme, kejiwaan

manusia sebagai makhluk Allah.

2. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka bumi yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan adalah manusia dapat memikirkan sesuatu kebutuhann hidup untuk

mempertahankan dan mengembangkan generasinya. Dan dari hasil pemikiran

manusia itu, maka lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu pertanian,perikanan,

humaniora, Kesehatan, hukum, sosial, Bahasa, matematika, alam dan teknologi, yang

mana hal ini untuk kebutuhan mempertahankan dan mengembangkan generasinya.

3. 4 hak manusia adalah sebagai berikut :

 Hak Tuhan

Pertama, yang penting mengimani dan tidak menyekutukan-Nya


Kedua, harus menerima petunjuk-Nya

Ketiga, harus menaati-Nya yang dinyatakan dengan ketundukan pada hukum-

Nya

 Hak terhadap diri sendiri

Hak terhadap diri sendiri adalah hak pribadi seseorang meliputi hak jasmani

dan rohani.

 Hak Orang Lain

Adalah hak untuk memenuhi kebutuhan pribadi tanpa mengganggu hak orang

lain.

 Ha katas Harta

Adalah hak untuk memelihara dan memanfatkan harta yang diberikan Allah

sesuai dengan Ketentuan-Nya.

4. Berdasarkan tinjauan sosiologis, status dan peran manusia yakni manusia sebagai

seorang individu selain merupakan hasil bentukan dari dirinya sendiri adalah juga

merupakan hasil bentukan dari lingkungan dan masyarakat tempatnya berada. 

Berdasarkan tinjauan psikologis, status dan peran manusia dapat yakni mengacu pada

perilaku manusia merupakan perwujudan dari dorongan dalam diri manusia. 

Jadi kesimpulannya, status dan peran manusia tidak dapat dilepaskan hakikat manusia

sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri,

dimana bentukan kepribadian, mental dan perilaku tidak hanya terbentuk dengan

sendirinya tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan masyarakat sekitar.  

5. Pertama, akal sehat merupakan syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk dapat

menerima taklif (beban kewajiban) dari Allah Swt. Hukum-hukum syari’at tidak

berlaku bagi mereka yang akalnya tidak berfungsi. Rasulullah Saw. bersabda,
“Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan, di

antaranya orang yang gila sampai ia kembali sadar (berakal).” ( H.R. Abu Daud

dari Ali, Sunan Abu Daud, Kitab al-Hudud, vol.II, hal.339. Daar el-Fikr).

Kedua, Allah Swt. hanya menyampaikan firman-Nya kepada orang-orang yang

berakal karena hanya mereka yang dapat memahami agama dan syari’at-Nya. Allah

Swt. berfirman,

“…Dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.” ( Q.S. Śād [38]: 43).

Ketiga, Al-Qur’an menyebut sejumlah proses dan aktivitas pemikiran sebagai amalan

yang sangat mulia, seperti tadabbur, tafakkur, ta’aqqul.

Kalimat semacam “la’allakum tatafakkarun” (mudah-mudahan kamu berfikir),

atau “afalaa ta’qiluun” (apakah kamu tidak berakal), atau “afalaa

yatadabbaruun”  (apakah mereka tidak merenungi), banyak mewarnai firman-firman-

Nya dalam Al-Qur’an.

Keempat, Islam mencela taqlid (mengikuti pendapat orang lain tanpa pemikiran

jernih) yang membatasi dan melumpuhkan fungsi dan kerja akal.

Allah berfirman, “Jika dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang telah

diturunkan Allah.’ Mereka menjawab, ‘Tidak! Kami akan mengikuti apa yang

dilakukan nenek moyang kami.’ Pada hal, nenek moyang mereka tidak mengetahui

apapun dan mereka tidak mendapat petunjuk.” ( Q.S. Al-Baqarah [2]: 170)
Kelima, Islam memuji orang-orang yang menggunakan akalnya dalam memahami dan

mengikuti kebenaran.

Allah berfirman,

“…Oleh karena itu, sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba-hamba-Ku, yaitu

mereka yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di

antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan

mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” ( Q.S. Az-Zumar [39]: 17-

18).

Demikian jawaban saya pada diskusi ini kurang dan lebihnya mohon dimaafkan,

wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Sumber :

1. Modul PAI Universitas Terbuka

2. https://www.percikaniman.org/2016/11/10/peran-akal-dalam-tafsir-al-quran/

Anda mungkin juga menyukai