Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM DITENGAH ARUS


MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
LIBERAL
(TELAAH PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID)

Disusun oleh:
Dian Adi Wardana

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG SEMARANG
KOORDINATOR KOMISARIAT WALISONGO
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikansyafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM DI TENGAH ARUS
MODERNISASI DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM
LIBERAL (TELAAH PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID)”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wa’alikumsalamwarahmatullahi wabarakatuh

Surakarta, 14 Januari 2022

Dian Adi Wardana

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
PENDAHULUAN ………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 5
2.1 Pengertian Islam Liberal .......................................................................... 5
2.2 Kerangka Berpikir Islam Liberal .............................................................. 7
2.3 Pengertian Pembaharuan Islam.................................................................9
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 11
3.1 Perspektif Islam Liberal Dalam Menanggapi Ide-Ide Pembaruan Islam Di
Tengah Arus Moderniasi Menurut Pemikiran Nurcholish
Madjid…..................................................................................................11
4.1 Perlu Atau Tidaknya Kelompok-Kelompok Pembaruan Islam”Liberal”
Menurut Perspektif Nurcholish Madjid....................................................13

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 15


4.1 Kesimpulan ..............................................................................................15
4.2 Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan agama islam dari masa ke masa semakin pesat,bahkan


agama islam sendiri sudah menyebar di setiap penjuru dunia,hal tersebut tidak
lepas dari perjuangan nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dalam
mendakwahkan dan mensyiarkan ajaran agama islam.Tidak mudah bagi nabi
Muhammad SAW dalam menyampaikan ajarannya ,pada waktu itu tekanan-
tekanan selalu menghampiri Rasullulah SAW ketika menyampaikan risalah
Allah SWT tersebut tetapi dengan ketaqwaan dan keimanan beliau terhadap
Allah SWT, rasullulah saw tidak gentar mengadapi terjangan-terjangan itu
sampai wafatnya beliau baginda nabi Muhammad SAW.Perjuangan beliau
memang sarat akan nilai perjuangan,kebenaran,ketaqwaan dan keimanan
terhadap Allah SWT yang akan selalu dijadikan contoh sahabat dan
umatnya.Hal itu dapat kita lihat dari perjuangan-perjuangan pemimpin
setelah wafatnya nabi Muhammad SAW yang tidak lepas dari nilai-nilai yang
beliau ajarkan sehingga Islam sampai saat ini masih berdiri dan berkembang.

Seiring dengan perkembangannya periode Islam terhitung dari 1800


masehi sampai sekarang ini disebut sebagai periode Islam modern.seperti
yang kita ketahui bersama bahwa pada masa periode ini Islam mengalami
kemunduran baik dibidang Pendidikan,kebudayaan,politik dan teknologi.
Sehingga atas dasar itu dikatakan bawasannya Islam mengalami
ketertinggalan jika dibanding dengan peradaban barat di era modern.Salah
satunya adalah ekpedisi Napoleon Bonaparte di Mesir yang berakhir tahun
1801 Masehi yang telah mampu membuka mata dunia Islam.

Napoleon Bonaparte menguasai Mesir selama 1798-1801 M yang


meninggalkan pengaruh besar terhadap bangsa mesir.Peninggalan tersebut

1
berupa alat percetakan Bahasa Arab dan latin selain itu mereka juga
membangun Lembaga Pendidikan yaitu Institute De Egypte dimana dalam
lembaga tersebut ada beberapa bidang seperti,ilmu pasti,ilmu
alam,ekonomi,politik dan seni sastra.1Dari sini kemudian bangsa Mesir
pertama kalinya bersentuhan dengan produk yang berbau barat.Maka dalam
fase Islam modern ini justru berbanding terbalik dengan masa-masa
keemasan Islam waktu itu.Karena dalam masa Islam modern ini atau juga
disebut dengan masa pembaruan,masa dimana umat Islam belajar tentang
kemajuan pengetahuan dan kecanggihan teknologi dari bangsa eropa.Melihat
kondisi Islam waktu itu sangat tertinggal dengan peradaban yang ada di
eropa.Karena itu muncullah pemikiran dan aliran pembaruan atau
modernisasi dalam Islam.

Kemunculan berbagai tokoh pemikir modernisasi dalam Islam ini


bertujuan dapat menggerakkan umat Islam kepada kemajuan peradaban Islam
itu sendiri sehingga dapat mengembalikan kejayaan Islam seperti masa-masa
keemasannya dan mengusir dominasi-dominasi dari bangsa barat.Hal itu
selaras dengan pemikiran Nurcholish Madjid bahwa kelumpuhan umat islam
akhir-akhir ini antara lain, disebabkan oleh kenyataan bahwa mereka cukup
rapat menutup mata terhadap cacat-cacat yang menenmpel pada
tubuhnya,yang mengharuskan adanya gerakan pembaruan ide-ide,guna dapat
menghilangkannya.2 Maka umat Islam pada periode ini harus aware dan
bersikap terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terkhusus dengan bangsa eropa. Oleh karena itu, konsistensi Idea Of Progress
istilah yang digunakan oleh salah satu tokoh pemikir Islam Nurcholish
Madjid bahwa Idea Of Progress ialah sikap mental yang terbuka,berupa

1
“Institut D’Egypte Dan Deskripsi De L’Egypte”, https://bit.ly/3I3jME7 (diakses pada 14
Januari 2022, pukul 10.42).
2
Nurcholish Madjid, ”Keislaman,keindonesiaan dan kemodernan”, (Jakarta Selatan :
Nurcholish madjid Society (NCMS), 2019 ), Hal. 279.

2
kesediaan menerima dan mengambil nilai-nilai (duniawi) dari mana
saja,asalkan mengandung kebenaran.3

Salah satu tokoh pemikir pembaruan islam di Indonesia adalah Kyai


Haji Ahmad Dahlan.Buah dari pemikirannya ini tentang semangat pembaruan
islam di bumi nusantara dituangkan di dalam organisasi yang ia bentuk
sendiri yaitu Muhammadiyah. Tujuan Muhammadiyah ini adalah untuk
melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi nusantara. Di Indonesia
selain organisasi Muhammadiyah ada juga organisasi dengan aspirasi-
aspirasi pembaruan seperti Al-Irsyad dan Persis dan lain-lain.Tetapi sejarah
mencatat pula dan harus kita akui dengan jujur,bahwa mereka itu sekarang
mulai meredup semangat pembaru-pembaru karena mereka pada
akhirnya,telah menjadi beku sendiri,karena mereka agaknya tidak sanggup
menangkap semangat dari ide pembaruan itu sendiri yaitu dinamika dan
progresivitas.

Dalam tulisan ini,Penulis mencoba ingin menelaah pemikiran


Nurcholish Madjid tentang perlunya kelompok pembaruan slam yang
“Liberal” sebagai upaya umat islam dalam mengadapi arus modernisasi
terkhusus di Indonesia. Karena penulis berpendapat bahwa kita tidak boleh
menafikkan kalau umat islam saat ini jauh tertinggal dari peradaban barat
maka perlu adanya sikap terbuka terhadap nilai-nilai duniawi,perlunya
pembukaan atas pembakuan Islam.Dibukanya Kembali pintu ijtihad di dalam
islam adalah jelas merupakan pengaruh ide modernisasi Islam.Pembukaan
kembali pintu ijtihad adalah kunci dan modal utama untuk merevitalisasi
keislaman.4 Jadi revitalisasi tradisionalisme memang agama sangat
diperlukan, dalam bentuk memasukkan unsur-unsur rasional ke dalamnya,
hingga modernisme agama itu sendiri dapat dirasakan sebagai kebutuhan,
baik di kalangan elitis yang diwakili para cendekiawan, maupun rakyat jelata

3
Ibid, Hal. 284
4
M Dawam Rahardjo, ”Demi Toleransi Demi Pluralisme”, (Jakarta : Democracy Project,
2012 ), Hal. 240.

3
yang mengembangkan tradisionalisme agama populis.5 Hal itu selaras dengan
hadist yang dikatakan Nabi Muhammad SAW bahwa:”Sesungguhnya Allah
akan mengutus kepada umat ini (umat islam) orang yang akan
memperbaharui agama mereka pada setiap akhir seratus tahun”(HR.Abu
Dawud,diriwayatkan oleh Abu Hurairah,Status hadits shahih).

1.2 Rumusan Masalah


Atas dasar latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi
perumusan masalah penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perspektif Islam liberal dalam menanggapi ide-ide
pembaruan Islam di tengah arus moderniasi menurut pemikiran
Nurcholish Madjid?
2. Bagaimana pandangan Nurcholish Madjid tentang diperlukan atau
tidak kelompok-kelompok pembaruan Islam yang “Liberal”?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang hendak dicapai dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui seperti apa perspektif Islam “Liberal” dalam menanggapi
ide-ide pembaruan Islam ditengah arus modernisasi menurut pemikiran
Nurcholish Madjid.
2. Mengetahui diperlukan atau tidaknya kelompok-kelompok pembaruan
Islam “Liberal” menurut pemikiran Nurcholish Madjid.

5
Abdurrahman Wahid, ”Islamku Islam Anda Islam Kita,Agama Masyarakat Negara
Demokrasi, (Jakarta : The WAHID institute, 2006 ), Hal. 37

4
BAB II
Landasan Teori

2.1 Pengertian Islam Liberal


Perkenalan istilah “Islam Liberal” di tanah air terbantu oleh peredaran
buku Islamic Liberalism Chicago, 1988 karya Leonard Binder dan Liberal
Islam Source Book Oxford, 1998 hasil editan Charles Kurzman. Terjemahan
buku Kurzman diterbitkan Paramadina Jakarta, Juni 2001. Versi Indonesia
buku Binder dicetak Pustaka Pelajar Yogyakarta, November 2001.
Charles Kurzman dalam karya pengantar editorialnya dalam buku
“Liberal Islam: A Sourcebook “ menjelaskan bahwa Islam liberal merupakan
suatu penafsiran progresif terhadap teks Islam yang secara otentik berangkat
dari khasanah tradisi awal Islam untuk bordialog agar dapat menikmati
kemajuan dari modernitas, seperti kemajuan ekonomi, demokrasi, hak-hak
asasi manusia, dan lain-lain. Pandangan ini mempercayai bahwa Islam
apabila dipahami secara otentik sejalan dengan – bahkan perintis bagi
Liberalisme Barat6
Menurut Charles Kurzman Ada enam gagasan yang dapat dipakai
sebagai tolak ukur sebuah pemikiran islam dapat disebut “Liberal”.
Pertama,melawan teokrasi,yaitu melawan ide-ide yang hendak mendirikan
negara islam. Kedua mendukung gagasan demokrasi.Ketiga membela hak-
hak perempuan.Keempat,membela hak-hak non muslim.Kelima,membela
kebebasan berpikir. Dan yang terakhir, keenam,membela gagasan
kemajuan.Siapapun yang membela salah satu dari gagasan diatas merupakan
bagian dari islam “Liberal”.
Greg Barton juga mengatakan bahwa prinsip-prinsip Islam liberal
adalah suatu komitmen pada rasionalitas dan pembaharuan, keyakinan akan

6
Charles Kurzman, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer (Jakarta :
Paramadina 2001) Hal. :xxxii-xxxiii

5
pentingnya kontekstulisasi ijtihad, penerimaan tehadap pluralisme sosial dan
pluralisme dalam agama-agama serta pemisahan agama dari partai-partai dan
posisi non-sekterian Negara.7
Islam liberal mendefinisikan diri berbeda secara kontras dengan islam
fundamentalis dan islam tradisionalis.Islam liberal menghadirkan Kembali
masa lalu untuk kepentingan modernitas.Elemen yang mendasar pada diri
Islam liberal adalah kritiknya terhadap kelompok-kelompok Islam
fundamentalis maupun tradisionalis yang oleh kaum liberal dianggap sebagai
“Keterbelakangan”yang dimana dalam pandangan mereka menyebut dapat
menghambat dunia islam mengalami modernitas seperti kemajuan ilmu
pengetahuan,demokrasi,hukum,ham,kecanggihan teknologi dan sebagainya.
Disamping itu,tradisi liberal berpendapat bahwa islam jika dipahami secara
benar,sejalan dengan-atau bahkan telah menjadi “perintis”bagi jalannya
liberalisme barat.8
Sesungguhnya akar-akar dari liberalisme Islam adalah adalah tradisi
Islam dimana dalam tradisi Islam bukan hanya Al-Qur’an dan hadist.Tetapi
juga semua upaya penafsiran dan pemahaman terhadap dua sumber ini. Dua
sumber tersebut,yaitu tradisi filsafat dan tradisi sufisme.Dan itulah itulah
(menurut Adam Smith) dianggap menjadi salah satu akar liberalisme
islam,bahkan sudah ada sejak masa awal islam.Setiap gerakan pemikiran atau
upaya untuk bersikap kritis terhadap ortodoksi dianggap memiliki watak
liberal,baik dari disiplin filsafat,sufisme,baik dari disiplin filsafat ,sufisme
maupun lainnya. Dan secara umum,yang banyak melakukan aktivitas
liberalisme di dalam islam adalah tradisi filsafat dan sufisme teoritis.9
Dengan demikian ,Islam liberal masih memperhatikan pencarian Islam
otentik,”Islam yang asli” dan itulsh “Islam yang benar”.Islam otentik adalah
“Otentisitas Islam menghendaki upaya Kembali kepada al Qur’an dan

7
Ibid, Hal. xxi
8
Budhy Munawar-Rachman, “ Islam Dan Liberalisme “, ( Jakarta Selatan : Friedrich
Naumann Stiftung, 2011 ) Hal. 26.
9
Ibid, Hal.30

6
sunnah.(Hal itu) bukan untuk mendapatkan pembenaran,tetapi untuk menarik
unsur-unsur bagi renovasi dan revitalisasi filsafat Islam”.
Dari berbagai pengertian Islam liberal diatas dapat diambil pengertian
bahwa Islam liberal memiliki makna “Pembebasan” dalam arti pembebasan
dari cara berfikir dan berprilaku keberagamaan yang menghambat kemajuan.
Islam liberal juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen pada rasionalitas
dan pembaharuan, keyakinan akan pentingnya kontekstulisasi ijtihad,
penerimaan tehadap pluralisme sosial dan pluralisme dalam agama-agama
serta pemisahan agama dari Negara.
2.2 Kerangka Berpikir Islam Liberal
Untuk membantu penulisan makalah ini, penulis menggunakan
landasan Islam liberal yang digunakan oleh Jaringan Islam Liberal (JIL)
dalam rangka mengembangkan Islam liberal di Indonesia, yaitu :
1. Keterbukaan pintu ijtihad pada semua dimensi Islam. Islam liberal
percaya bahwa ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks ke-Islaman
adalah prinsip utama yang memungkinkan Islam terus bisa bertahan
dalam segala cuaca. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau
secara keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab
dengan demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam liberal
percaya bahwa ijtihad bisa di selenggarakan dalam hampir semua segi
baik segi Ilahiyah (Teologi), Ubudiyah (ritual), apalagi Muamalah
(interaksi sosial). Ruang ijtihad dalam bidang ubudiyah memang lebih
sempit dibanding ijtihad di dua bidang tersebut.
2. Penekanan pada semangat religio-etik, bukan pada makna literal sebuah
teks. Ijtihad yang dikembangkan oleh Islam berdasarkan semangat
religio-etik Al-Qur’an dan Sunah Nabi, bukan menafsirkan Islam
semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran ynag
literal hanya akan “membunuh” Islam. Hanya dengan penafsiran yang
mendasarkan diri pada semangat religio-etik, Islam akan berkembang
secara kreatif menjadi bagian dari “peradaban kemanusiaan” universal.

7
3. Kebenaran yang relatif, terbuka dan plural. Islam liberal mendasarkan
diri pada gagasan tentang “kebenaran” (dalam penafsiran keagamaan)
sebagai sesuatu yang “relatif”, sebab sebuah penafsiran adalah
“kegiatan manusiawi” yang terkungkung oleh konteks tertentu;
“terbuka”, sebab setiap bentuk penafsiran mengandung kemungkinan
salah, selain kemungkinan benar, “plural”, sebab penafsiran
keagamaan, dalam satu dan lain cara, adalah cerminan dari kebutuhan
seorang penafsir di satu masa dan ruang yang terus berubah-ubah.
4. Pemihakan pada yang minoritas dan tertindas. Islam liberal
menganggap bahwa urusan “beragama” dan tidak “beragama” adalah
hak perorangan yang harus di lindungi. Islam liberal tidak bisa
membenarkan prosekusi atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan.
5. Pemisahan otoritas duniawi dan ukhrowi, otoritas keagamaan dan
politik. Islam liberal percaya pada keniscayaan pemisahan antara
kekuasaan dan politik. Islam liberal tidak membenarkan gagasan
tentang negra agama dimana otoritas seorang ulama atau kiai dipandang
sebagia kekuasaan yang tertinggi yang tak bisa salah. Bentuk negara
yang sehat untuk pertumbuhan agama dan politik adalah suatu negara
dimana dua wewenang iti di pisahkan. Agama adalah sumber inspirasi
yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tapi agama tidak serta
merta mempunyai “privilese transendental” yang tak bisa disangkal
untuk menentukan segala kebijakan publik. Pada akhirnya, agama
adalah bekerja pada ruang privat dan perorangan. Unsur publik haruslah
diselenggarakan melalui proses “ijtihad kolektif”, dimana pelbagai
pihak boleh saling menyangkal, dimana kebenaran ditentukan secara
“induktif “ melalui adu dan uji pendapat.10
Lima landasan Islam liberal yang digunakan Jaringan Islam Liberal
(JIL) untuk mengembangkan Islam liberal di Indonesia diatas akan penulis
gunakan untuk membantu menganalisis Ideologi Islam Liberal dalam majalah

10
www.islamib.com (diakses pada tanggal 15 Januari pukul 11.17 WIB)

8
Syir’ah, karna lima landasan tersebut sesuai dengan ideologi Islam Liberal
atau merupakan sebuah kerangka berfikir Islam liberal.

2.3 Pembaruan islam


Menurut Wahed dalam blognya yang berjudul Pembaharuan Islam
bahwa, Pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham
keagamaan Islam dengan dengan perkembangan baru yang ditimbulkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi madern. Dalam bahasa Arab,
gerakan pembaharuan Islam disebut tajdîd, secara harfiah tajdîd berarti
pembaharuan dan pelakunya disebut mujaddid. Dalam pengertian itu, sejak
awal sejarahnya, Islam sebenarnya telah memiliki tradisi pembaharuan
karena ketika menemukan masalah baru, kaum muslim segera memberikan
jawaban yang didasarkan atas doktrin-doktrin dasar kitab dan sunnah.
Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa “sesungguhnya Allah akan
mengutus kepada umat ini (Islam) pada permulaan setiap abad orang-orang
yang akan memperbaiki –memperbaharui- agamanya” (HR. Abu Daud).
Meskipun demikian, istilah ini baru terkenal dan populer pada awal abad ke-
18. tepatnya setelah munculnya gaung pemikiran dan gerakan pembaharuan
Islam, menyusul kontak politik dan intelektual dengan Barat. Pada waktu itu,
baik secvara politis maupun secara intelektual, Islam telah mengalami
kemunduran, sedangkan Barat dianggap telah maju dan modern. Kondisi
sosiologis seperti itu menyebabkan kaum elit muslim merasa perlu uintuk
melakukan pembaharuan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia
Islam, terutama sesudah pembukaan abad ke 19 M, yang dalam sejarah Islam
dipandang sebagai permulaan Periode Modern. Kontak dengan Dunia Barat
selanjutnya membawa ide-ide baru kedalam dunia Islam seperti rasionalisme,
nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya. Semua ini menimbulkan persoalan
persoalan baru, dan pemimpin-pemimpin Islam pun mulai memikirkan cara
mengatasi persoalan-persoalan baru itu (Nasution, 2003:3).

9
Sedangkan menurut Nurcholish Madjid pikiran-pikiran
(sosialisme,rasionalisme,demokrasi dan lain-lain) itu merupakan betapapun
salahnya kelak,merupakan puncak-puncak pemikiran manusia tentang
kehidupan dirinya sendiri dalam bermasyarakat dan,sebagai hasil dari
penelaahan yang realistis dan penuh keuletan berpikir atas gejala sosial dan
historis.Maka sekarang ini kita harus belajar menggunakan pikiran-pikiran
yang terbaik menurut ukuran prinsip-prinsip islam,dan mengusahakan
perkembangan selanjutnya dengan realisme yang sama dan ketekunan
berpikir yang sama. Inilah hakikat ijtihad atau pembaruan,yang kita
hendaki.11
Sebagaimana perubahan dan kontak dengan dunia luar membuat Islam
merasa tertinggal dan harus bangkit. Paham-paham yang selama ini perlu
adanya rekonstruksi yang benar dan perlu adanya pemahaman islam.

11
Nurcholish Madjid, ”Keislaman,keindonesiaan dan kemodernan”, (Jakarta Selatan :
Nurcholish madjid Society (NCMS), 2019 ), Hal. 287.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perspektif Islam Liberal Dalam Menanggapi Ide-Ide Pembaruan Islam


Di Tengah Arus Moderniasi Menurut Pemikiran Nurcholish Madjid
Di era modernisasi dewasa ini kita dapat melihat perkembangan ilmu
pengetahuan,teknologi dan berbagai aspek semakin pesat. Dalam ranah
pemikiranpun banyak sekali lahir pembaruan-pembaruan ide,hal itu tidak
lepas dari peran manusia yang berupaya melakukan penafsiran dan
merekontruksi ulang secara dinamis hasil pemikiran masa lampau dengan
melihat realitas kehidupannya sekarang.
Tetapi nampaknya berbanding terbalik dengan peradaban islam di era
modern seperti sekarang ini terkhusus di Indonesia. Justru umat Islam di
Indonesia hari ini mengalami kemandekan atau kejumudan dalam hal
pemahaman dan penafsiran mengenai ajaran agama islam. Kurangnya upaya-
upaya dalam mendalami dan menafsirkan dengan metode yang baik dan benar
jadi tidak sekedar hanya berdasarkan pada teks secara normatif. Disisi lain
kelumpuhan umat Islam akhir-akhir ini antara lain,disebabkan oleh kenyataan
bahwa mereka cukup rapat menutup mata terhadap cacat-cacat yang
menempel pada tubuhnya,Bagian terbesar umat,menurut Nurcholish ,lebih
memperlihatkan kecenderungan pada statisme daripada dinamika.Ia
menyebut gejala tersebut sebagai “cacat-cacat yang menenmpel pada tubuh
umat islam”.12Yang mengharuskan adanya gerakan pembaruan ide-ide,guna
dapat menghilangkannya.Seperti seruan Cak Nur untuk melakukan
pembaruan Islam,seraya mengutip ungkapan Lenin bahwa tidak ada
Tindakan-tindakan revolusioner tanpa teori-teori revolusioner.13
Ketika telah sampai pada keputusan hendak melaksanakan pembaruan
dikalangan umat,maka muncul pertanyaan dari mana kita hendak

12
Ahmad Gaus AF, ”Api Islam Nurcholish Madjid”, (Jakarta : PT Kompas Media
Nusantara, 2010 ), Hal. 91.
13
Ibid, Hal.91

11
membukannya?.Dalam berhubungan dengan masalah ini muncul pandangan
dari tokoh pemikir yaitu Andre Baufre : “Our traditional lines of thought must
go overboard,for it is now far more important to be able to look ahead then
to have large scale of forcewhose effectiveness is problemmatical” (Garis-
garis pemikiran kita yang tradisional harus dibuang jauh-jauh,sebab,sekarang
ini jauh lebih penting mempunyai kemampuan melihat kedepan daripada
mempunyai kekuatan dengan ukuran besar yang daya gunanya masih harus
dipersoalkan).14 Artinya dari ungkapan tersebut bahwa menandaskan lebih
pentingnya dinamika disbanding dengan kuantitas,tapi akan lebih baik jika
mengkombinasikan keduanya.Tetapi jika tidak mungkin,maka pilihannya
harus jatuh pada ke salah satu dari keduanya yaitu dinamika.Karna itu Islam
harus bersikap aktif dan memberikan penghargaan terhadap akal.15
Dilanjutkan dengan pemikiran Nurcholish Madjid bahwa pembaruan
harus dimulai dengan dua Tindakan yang saling erat hubungannya.Yaitu
melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional,dan mencari nilai-nilai yang
berorientasi pada masa depan.16Cak Nur mengisyaratkan kepada umat islam
Indonesia agar tidak lagi berlarut dalam kerinduan di masa lampau tetapi di
gantikan dengan pandangan di masa depan.
Untuk itu diperlukan proses liberalisasi atau sikap islam yang
liberal.Proses liberalisasi ini,menurut Nurcholish Madjid,dikenakan terhadap
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan islam yang sekarang ini.Proses ini
menyangkut proses-proses lainnya yaitu: (1) Sekulerisasi,(2) kebebasan
berpikir,dan (3) idea of progress dan sikap terbuka.17 dalam membuka mata
terhadap realitas yang terjadi di kehidupannya. suatu komitmen pada
rasionalitas dan pembaharuan, keyakinan akan pentingnya kontekstulisasi

14
Ahmad Gaus AF, ”Api Islam Nurcholish Madjid”, (Jakarta : PT Kompas Media
Nusantara, 2010 ), Hal. 90.
15
Akhmad Taufik, dkk “Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam”,(Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada, 2005), Hal.103
16
Nurcholish Madjid, ”Keislaman,keindonesiaan dan kemodernan”, (Jakarta Selatan :
Nurcholish madjid Society (NCMS), 2019 ), Hal. 280.
17
Ahamd Gaus AF, ”Api Islam Nurcholish Madjid”, (Jakarta : PT Kompas Media
Nusantara, 2010 ), Hal. 91.

12
ijtihad, penerimaan tehadap pluralisme sosial dan pluralisme dalam agama-
agama serta pemisahan agama dari Negara merupakan semangat gagasan
islam yang liberal.
3.2 Diperlukan Atau Tidak Kelompok-Kelompok Pembaruan
Islam”Liberal” Menurut Perspektif Nurcholish Madjid
Dalam perjalanan sejarah perkembangan islam di dunia maupun di
Indonesia,telah muncul gerakan-gerakan pembaruan. Di Indonesia kita
mengenal, organisasi-organisasi dengan ide-ide pembaruan,seperti
Muhammadiyah, Al-Irsyad,dan Persis.18 Namun sejarah mencatat dan harus
kita akui dengan jujur bahwa mereka itu sekarang telah berhenti menjadi
pembaru-pembaru.Karena disebabkan mereka pada akhirnya,telah menjadi
beku sendiri,karena mereka agaknya tidak sanggup menangkap semangat dari
ide-ide pembaruan itu sendiri yaitu dinamika dan progresifitas. Justru
berbanding terbalik dengan organisasi-organnisasi yang oleh sejarah dicatat
sebagai organisasi-organisasi kontra reformasi,seperti NU, Al-Wasliyah,PUI
dan lain-lain.ternyata sekarang telah melakukan sendiri dan menerima nilai-
nilai yang dulu dianggap sebagai hak monopoli kaum pembaru,sekalipun
sikap mereka ini atas desakan hukum sejarah yang tak terhindarkan,dan
mereka mengambilnya tidak cukup serius atau tidak secara formal
menerimanya sebagai pandangan principal. Hal tersebut menurut Nurcholish
Madjid menjadi akibat mengapa umat islam mengalami stagnant yang secara
menyeluruh menimpa umat sekarang ini. Oleh karena itu,diperlukan suatu
kelompok pembaharu Islam baru yang liberal.19
Pada dasarnya para intelektual islam liberal hadir pada pertengahan
1990-an yang mempunyai garis korelasi baik secara ideologis maupun
sosiologis dengan gerakan islam terdahulu yakni golongan islam tradisionalis
atau islam moderat yang muncul pada abad 20.20 Pemikiran tradisional dan

18
Nurcholish Madjid, ”Keislaman,keindonesiaan dan kemodernan”, (Jakarta Selatan :
Nurcholish madjid Society (NCMS), 2019 ), Hal. 285.
19
Ibid, Hal.286
20
Mohamad Ali, “Islam Muda Liberal”, Post-Puritan, Post-Tradisional (Yogyakarta:
Apeiron Philotes, 2006), Hal.33

13
modern yang diwakili mainstreamnya oleh NU dan Muhammadiyah,dalam
perjalanannya telah memunculkan gairah pemikiran baru melalui pembacaan
kritis terhadap tradisi mereka sendiri. Misalnya di Muhammadiyah mereka
melakukan kritik terhadap bangunan nalar Muhammadiyah dan Nu juga
melakukan kritik terhadap bangunan nalar NU.Kritisisme mereka melampaui
teks. Mereka melakukan penafsiran,bahkan dekontruksi pemikiran. Tradisi
tersebut selaras dengan pemikiran Cak Nur yang mana mengatakan dalam
karyanya bahwa “ sebenarnya nilai-nilai Islam adalah nilai yang
dinamis,bukan statis.selain dasar-dasar kepercayaan (Dimana yang terpenting
ialah kepercayaan kepada Allah SWT),pokok-pokok ibadat serta beberapa
nilai kemasyarakatan yang sangat prinsipil,dan tampak tidak berubah
sepanjang masa.” Dengan kata lain,pembaruan mengenai ajaran yang bersifat
mutlak tak dapat diadakan.Pembaruan dapat dilakukan mengenai
interprestasi atau penafsiran dalam aspek-aspek teologi,hukum,politik dan
seterusnya.21Menurutnya islam juga tidak memberikan perumusan-
perumusan definisi yang menyangkut kegiatan-kegiatan manusiawi. Secara
umum kecenderungan ideoligis Muhammadiyah dan NU memang
bersemangat kritis atas teks keagamaan,dekontruksionis,dan dalam batas-
batas tertentu bercorak kekiri-kirian.
Menurut Nurcholish Madjid pekerjaan pembaruan adalah pekerjaan
bagi mereka yang mempunyai kemampuan sebesar-besarnya untuk mengerti
dan berpikir.Dengan kata lain,pekerjaan kaum terpelajar. Maka tanggung
jawab kaum terpelajar sungguh amat besar dan berat,dihadapan umat manusia
dalam sejarah ini,dan dihadapan tuhan kelak di akhirat. Untuk pekerjaan besar
itu,kiranya organisasi keilmuaan yang terbesar dikalangan umat islam yaitu
HMI,PMII,GMNI,IMM dsb,dapat merintis,mempelopori dan berbuat dalam
suatu bentuk hubungan yang lebih kukuh dan terkoordinasikan,tanpa
melupakan unsur-unsur “Liberal”lainnya setiap kelompok islam yang ada.

21
Akhmad Taufik, dkk, “Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam”,(Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada, 2005), Hal.54

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas,maka dapat disimpulkan bahwa
dalam menghadapi arus modernisasi,kita tahu bahwa islam semakin jauh
tertinggal dengan peradaban barat dikarenakan umat islam berada dalam
kondisi yang statis.Terlarut dalam kenangan-kenangan masa
lampau,menutup mata terhadap realitas perkembangan kehidupan
manusia.maka dari itu umat islam dituntut harus selalu bersifat dinamis dan
di haruskan melakukan pembaruan ide-ide.Bersikap dinamis,mempunyai
komitmen yang tinggi terhadap pembaruan-pembaruan ide, keyakinan akan
pentingnya kontekstualisasi ijtihad, penerimaan tehadap pluralisme sosial dan
pluralisme dalam agama-agama serta pemisahan agama dari Negara
merupakan semangat gagasan islam yang liberal.
Dikarenakan Gagasan pembaruan islam itu berbanding lurus dengan
semangat islam liberal.maka menurut Cak Nur diperlukan adanya kelompok
pembaharu islam yang liberal. Kelompok pembaharu ditutut harus
menuangkan kemampuan sebesar-besarnya untuk mengerti dan
berpikir,dengan kata lain itu pekerjaan kaum terpelajar. Untuk pekerjaan
besar itu,kiranya organisasi keilmuaan yang terbesar dikalangan umat islam
yaitu HMI,PMII,IMM dsb,dapat merintis,mempelopori dan berbuat dalam
suatu bentuk hubungan yang lebih kukuh dan terkoordinasikan,tanpa
melupakan unsur-unsur “Liberal”lainnya setiap kelompok islam yang ada.

4.2 Saran
1. Selaras dengan gagasan Nurcolish Madjid mengenai idea of progress
maka dalam memajukan lagi kehidupan umat islam dibutuhkan sikap
mental yang terbuka,menerima dan mengambil nilai-nilai (duniawi) dari

15
mana saja,asalkan merupakan kebenaran dan bermanfaat bagi kehidupan
umat islam.
2. Umat islam harus mempunyai semangat yang tinggi dalam melakukan
pembaharuan ide-ide (nilai-nilai islam dan pandangan-pandangan tentang
islam) sesuai dengan realitas kehidupan umat islam sekarang ini.
3. Organisasi-organisasi islam mempunyai andil besar dalam peranannya
sebagai kelompok pembaharu islam.Terkhusus organisasi mahasiswa
islam dalam hal ini HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) merupakan kaum
terpelajar yang sadar akan hak dan kewajibannya serta peran dan
tanggungjawabnya maka sudah seharusnya menjadi kelompok yang
mempelopori gerakan-gerakan revolusi kaitannya adalah pembaharuan
islam tanpa harus melupakan unsur-unsur “Liberal”nya.

16
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
AF , Ahamd,Gaus. Api Islam Nurcholish Madjid. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara,
2010.
Ali, Mohamad. “Islam Muda Liberal”, Post-Puritan, Post-Tradisional . Yogyakarta:
Apeiron Philotes, 2006.
Madjid, Nurcholish. Keislaman,keindonesiaan dan kemodernan. Jakarta Selatan :
Nurcholish madjid Society (NCMS), 2019.
Rachman ,Budhy ,Munawar. Islam Dan Liberalisme . Jakarta Selatan : Friedrich Naumann
Stiftung, 2011.
Rahardjo ,M, Dawam. Demi Toleransi Demi Pluralisme. Jakarta : Democracy Project,
2012.
Taufik Akhmad. Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam. Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada, 2005.
Wahid ,Abdurrahman. Islamku Islam Anda Islam Kita,Agama Masyarakat Negara
Demokrasi. Jakarta : The WAHID institute, 2006.

INTERNET
https://bit.ly/3I3jME7 .“Institut D’Egypte Dan Deskripsi De L’Egypte”. akses 14 Januari
2022, pukul 10.42 WIB.
www.islamib.com. “Kerangka Berpikir Islam Liberal”. akses 15 Januari pukul 11.17 WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai