Oleh:
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KELUARGA DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. Y DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH LOKTABAT UTARA
BANJARBARU UTARA
Oleh:
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarg tentang
Hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Keluarga tentang
Hipertensi
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
c. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
d. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada
konsep asuhan keperawatan keluarga tentang hipertensi
C. Manfaat (Jika ada tambahan silahkan ditambahkan)
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat
pengetahuan tentang hipertensi di masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan laporan asuhan
keperawatan, khususnya mengenai pengetahuan tentang hipertensi
b. Bagi Masyarakat
Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuaan
masyarakat tentang hipertensi
c. Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran
pengetahuan mengenai hipertensi
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien
(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan
keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan
perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara
empiris, hubungan antara kesehatan anggota keluarga terhadap kualitas
kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat
dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai-
nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta erbagai aspek yang terkait
dengan apa yang diyakin dalam keluarga tersebut.
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Beberapa ahli tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Marilyn M. Friedmen (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
2. Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
3. Salvicion G. Balion dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing, dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dari ketiga pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah sebagai berikut:
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga
yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu
sistem. Sebagai suatu sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu, dan
anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interpendensi
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra-sistemnya seperti lingkungan
(masyarakat). Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat),
keluarga dapat memengaruhi masyarakat (supra-sisem).
D. Struktur Keluarga
1. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
a. Struktur peran keluarga. Menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan
masyarakat. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami,
istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan
oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang
terpaksa harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri di rumah.
b. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini dalam keluarga. Nilai merupakan suatu sistem,
sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola
perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah (Murwani, 2007).
c. Pola dan proses komunikasi keluarga. Menggambarkan bagaimana
cara pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara
anggota keluarga ataupun dalam keluarga. Pola interaksi keluarga yang
berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik
keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan
pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk: (1)
karakteristik pengirim: yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat,
apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima
umpan balik. (2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi
umpan balik, melakukan validasi.
d. Struktur kekuatan keluarga. Menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam
perubahan perilaku ke arah positif.
2. Ciri-ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan
keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan
dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas
seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang
merawat anak-anak.
3. Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku
padang salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga
matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
F. Tipe Keluarga
1. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau
ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,
istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan
fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.
2. Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa
saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
3. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan
(2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.
G. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya:
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan
(2005), yaitu:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya
anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
H. Tugas Keluarga
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara. Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga (gangguan perkembangan kesehatan
setiap anggotanya)
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesma,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila
ditemui data maladaptif pada keluarga, contohnya :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi
keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami
keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi,
adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga
terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag
dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang
rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang
berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang
dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri
(Suprajitno, 2004).
Sebelum memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa persiapan
yang perlu dilakukan oleh perawat (Suprajitno, 2004):
1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta menentukan
kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di
puskesmas sesuai prioritas.
2. Menetapkan jadwal kunjungan :
a. Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akan dikunjungi
b. Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu-waktu kunjungan
dan kehadiran anggota keluarga pengambil keputusan.
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang di butuhkan untuk pelaksanaan
kunjungan antara lain:
a. Mempelajari riwayat penyakit klien (individu/ anggota keluarga) dari
rekam kesehatan keluarga (family folder) di puskesmas dan pencatatan lain
(unit kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut.
b. Membuat catatan singkat tentang maslah kesehatan klien dan keluarga
sebagai dasar kajian lebih lanjut di keluarga
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang
diperlukan
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi oeralatan dan obat-obat
sederhana
e. Alat bantu penyuluhan.
5. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah
evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu:
evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang
diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid
untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif
dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat
dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku
yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang
berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan
untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi
masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang
diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan
perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain
tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah
diberikan tindakan keperawatan.
Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik
observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan
atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan
tindakan keperawatan.
Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi.
Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut
sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Tanggal Pengkajian : Selasa, 02 November 2021
b. Nama Kepala Keluarga : Tn. Y
c. Umur : 28 tahun
d. Alamat Kepala Keluarga : Jl. Gg Purnama
e. Pekerjaan : Wiraswatsa
f. Pendidikan : S1
g. Komposisi Keluarga :
Status Imunisasi
Hep
N Hubungan Umur Campa Ket
Nama JK Pendidikan Polio BCG DPT a
o dengan KK (thn) k
Titis
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn. Y L Kepala 28 S1
Keluarga
2 Ny. M P Istri 30 S1
Genogram:
28
Keterangan:
= Laki-laki = Hubungan Saudara
= Perempuan = Perempuan Meninggal
= Hubungan Pernikahan = Keturunan
= Tinggal Serumah = Klien
= Cerai = Laki-laki meningga
Penjelasan:
Tn. Y merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara dan merupakan suami dari
Ny.M. Tn. Y tinggal sendiri di kontrakan di Banjarbaru.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. Y yaitu Dyad family merupakan keluarga yang terdiri
dari suami istri namun tidak memiliki anak.
3. Suku Bangsa
Keluarga Tn. Y asli dari suku Jawa
4. Agama
Keluarga Tn. Y bergama islam dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan.
5. Kebiasaan Diet
Tn. Y biasanya mengkonsumsi kacang-kacangan. Tn. Y juga mengatakan
suka minum kopi.
7. Rekreasi keluarga
Rekreasi yang dilakukan Tn. Y selain menonton tv, kadang jalan-jalan ke
pantai setiap hari libur akhir pekan.
Teras
Selasar Belakang
KAMAR
WC
DAPUR
Ket:
: Pintu
: Jendela
d. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga didapatkan dari Tn. Y yang bekerja sebagai
karyawan di salah satu perusahan BUMN adalah Rp.5.000.000 –
Rp.10.000.000/ bulan
e. Fungsi Keluarga
a. Asah
Tn. Y memenuhi kebutuhan keluarganya mulai dari tempat tinggal
dan kebutuhna sehari-hari.
b. Asih
Keluarga saling memberikan kasih sayang walaupun hanya sebatas
melalui video call saja.
c. Asuh
Pemeliharaan dan perawatan kesehatan keluarga Tn. Y dilakukan
dengan cukup baik agar kesehatan selalu terpelihara.
f. Fungsi Pendidikan
Tn. Y dan istrinya Ny. M berpendidikan S1.
g. Fungsi Religius
Tn. Y mengganggap agama sebagai pondasi dasar dalam menjalani
kehidupan.
15. Pemeriksaa -
n Lab
16. Keadaan Kesadaran kompos mentis
Umum
17 Obat-
obatan yang
dikonsumsi
B. Diagnosis Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah
(Problem)
DS: Hipertensi Ketidakefektifan
• Tn. Y mengatakan sering perfusi jaringan
sakit kepala lagi muncul perifer (00228)
tiba-tiba.
• Tn. Y mengatakan dirinya
seorang perokok aktif dan
suka minum minuman
beralkhol.
• Tn. Y mengatakan selalu
memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan
apabila merasa tidak enak
badan.
DO:
• Ayah nya Tn. Y juga
memiliki riwayat
hipertensi
• Tn. Y kooperatif, mampu
menceritakan semua secara
jelas dan detail.
• T: 36,7oC
• TD: 140/100 mmHg
• HR: 98x/menit
• RR: 19x/menit
No.
Kriteria Skor Pembenaran
Dx.
1 Sifat masalah: Aktual 3 Tn. Y berkeinginan untuk mendapatkan
×1=1 informasi kesehatan yang lebih tentang
3
penyakitnya.
Kemungkinan 1 Masalah dapat ditangani dengan
masalah dapat diubah: ×2=1 melakukan pendekatan kepada Tn. Y
2
mudah
2. Mempertahankan target
Pengajaran: Proses Penyakit (5602)
tekanan darah dari skala 3
menjadi skala 4 ˗ Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
penyakit hipertensi
3. Menggunakan teknik relaksasi ˗ Identifikasi kemungkinan penyebab dari
dari skala 3 menjadi skala 4 hipertensi.
˗ Berikan pendidikan kesehatan tentang
Keterangan: penyakit Hipertensi
1. Tidak menunjukkan ˗ Tekankan pentingnya pola makan yang
2. Jarang menunjukkan sehat,tidur, berolahraga,
3. Kadang-kadang menunjukkan ˗ Berikan intervensi terapi pernapasan
4. Sering menunjukkan slow deep breathing.
5. Secara konsisten menunjukkan
D.Intervensi dan Implementasi
Tanggal Paraf
Diagnosis
No Pelaksanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Kegiatan
Hari Pertama
1. ketidakefektifan Kamis, 03 NIC: Monitor Tanda-tanda Vital S: Sahrawardi,
perfusi jaringan November - Tn. Y mengatakan bersedia S. Kep
˗ Monitor tekanan darah, nadi, suhu
perifer 2021 dilakukan pemeriksaan tanda-
Jam 11.00 dan status pernafasan tanda vital
WITA - Tn. Y mengatakan bersedia
˗ Identifikasi kemungkinan
diberikannya penyuluhan terkait
penyebab perubahan tanda-tanda pengajaran pencegahan hipertensi
- Tn. M mengatakan bahwa hari ini
vital
mehabisi 3 pucuk Rokok
˗ Lakukan pemeriksaan secara - Tn. Y mengatakan bahwa sering
merasa pusing dan memeriksakan
berkala
keadaan ke klinik untuk berobat
NIC: Pengajaran: Proses Penyakit O:
˗ Kaji tingkat pengetahuan pasien - TD: 140/100 mmHg, RR: 19
terkait penyakit hipertensi x/Menit, Nadi: 98 x/Menit, Suhu
˗ Identifikasi kemungkinan Tubuh: 36,6 Derajat
penyebab dari hipertensi. - Tn. Y tampak antusias saat
˗ Berikan pendidikan kesehatan diberikan Penyuluhan
tentang penyakit Hipertensi - Tn. Y dapat mengulangg kembali
˗ Tekankan pentingnya pola apa yang disampaikan
makan yang sehat,tidur, - Tn. Y dapat mengikuti instruksi
berolahraga, dari terapi pernapasan slow deep
˗ Berikan intervensi terapi breathing yang diberikan.
pernapasan slow deep breathing. A:
Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
NOC: Manajemen Diri: Hipertensi
- Tujuan 1: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
- Tujuan 2: Belum tercapai dari
skala 3 menjadi 3
- Tujuan 3: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernafasan klien
- Lakukan pemeriksaan secara
berkala
- Menjelaskan kepada klien
mengenai tujuan terapi pernapasan
slow deep breathing.
- Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisi, sesuai
kebutuhan
- Edukasi pasien mengenai
tindakan/meminimalkan gejala,
sesuai kebutuhan
Hari Kedua
2 ketidakefektifan Jumat, 04 NIC: Monitor Tanda-tanda Vital S Sahrawardi,
perfusi jaringan November - Tn. Y bersedia dilakukannya S. Kep
˗ Monitor tekanan darah, nadi, suhu
perifer 2021 pemeriksaan tanda-tanda vital
Jam 11.00 dan status pernafasan - Tn. Y mengatakan sudah cukup
WITA paham bagaiman acara untuk
˗ Identifikasi kemungkinan
mencegah hipertensi
penyebab perubahan tanda-tanda - Tn. Y mengatakan mehabisi rokok
vital 3 pucuk pada pagi hari
- Tn. Y mengatakan akan berusaha
˗ Lakukan pemeriksaan secara mengurangi konsumsi rokok pada
berkala setiap hari
O:
NIC: Pengajaran: Proses Penyakit - TD: 130/100 MmHg, RR: 19
˗ Kaji tingkat pengetahuan pasien x/Menit, Nadi: 98 x/Menit, Suhu
terkait penyakit hipertensi Tubuh: 36,8 Derajat Celcius
˗ Identifikasi kemungkinan - Tn. Y nampak antusias
penyebab dari hipertensi. memperhatikan informasi yang
˗ Berikan pendidikan kesehatan diberikan
tentang penyakit Hipertensi - Tn. Y dapat mengikuti instruksi
˗ Tekankan pentingnya pola dari terapi pernapasan slow deep
makan yang sehat,tidur, breathing yang diberikan.
berolahraga,
˗ Berikan intervensi terapi A:
pernapasan slow deep breathing. Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
NOC: Manajemen Diri: Hipertensi
- Tujuan 1: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
- Tujuan 2: Belum tercapai dari
skala 3 menjadi 3
- Tujuan 3: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernafasan klien
- Lakukan pemeriksaan secara
berkala
- Menjelaskan kepada klien
mengenai tujuan terapi pernapasan
slow deep breathing yang
diberikan.
- Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisi, sesuai
kebutuhan
- Edukasi pasien mengenai
tindakan/meminimalkan gejala,
sesuai kebutuhan
DOKUMENTASI HASIL PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI
ANALISIS PICO
SLOW DEEP BREATHING DAN ALTERNATE NOSTRIL BREATHING
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI
Oleh :
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001
ANALISIS PICO
SLOW DEEP BREATHING DAN ALTERNATE NOSTRIL BREATHING
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
Oleh :
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001
Mengetahui,
Pembimbing akademik
yang diminum, frekuensi minum obat dan disiplin minum obat), instrumen
pengukuran tekanan darah pada masing-masing intervensi dan pengukuran
tekanan darah dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer merk
ABN dan stetoskop merek general care. Peneliti menetapkan responden ke
dalam kelompok intervensi SDB dan ANB setelah dilakukan pengundian.
Penelitian dilakukan dengan mengunjungi rumah responden. Tekanan darah
diukur sebanyak 3 kali, yaitu pada baseline(pre test), sesudah 2 minggu
diberikan intervensi (post test 1) dan sesudah 4 minggu diberikan intervensi
(post test 2)
g. Hasil
Uji post hoc didapatkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang
signifikan dari masing-masing waktu pengukuran selama periode intervensi
h. Kesimpulan
Simpulan,dalam penelitian ini yaitu slow deep breathing jauh lebih efektif
dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
i. Kelebihandan Kekurangan Artikel
Kelebihan :
Terapi yang diberikan mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan biaya
sehingga mudah penerapannya bagi masyarakat
Kekurangan:
2. Analisis PICO
Oleh:
Sahrawardi, S.Kep
2130913310001
Oleh:
Sahrawardi, S.Kep
2130913310001
Banjarbaru, November
2021
Pembimbing Akademik
D. Setting Tempat
Keterangan :
A = Pemateri
B = Keluarga Tn.Y
B
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.
2. Etiologi
a. Hipertensi primer
Penyebab pasti dari hipertensi primer sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres
psikologis, serta keturunan. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.
3. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari hipertensi adalah :
a. Pusing
b. Sakit kepala
c. Muka merah
d. Tengkuk terasa tegang
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiofaskuler)
g. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
h. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
i. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
5. Penatalaksanaan
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
b. Edukasi Psikologis
Tehnik relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
c. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan
a. Step 1: Obat pilihan pertama = diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
b. Step 2: Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
6. Komplikasi
a. Retinopati
b. Stroke
c. Gagal Jantung
d. Gagal Ginjal
7. Cara Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
Poster 1 Poster 2
Poster 3 Poster 4
Poster 5 Poster 6
HASIL EVALUASI PENYULUHAN
6. Evaluasi Input
Kesiapan Peserta Penyuluhan ü
yang diajukan
Peserta mengikuti kegiatan dari awal ü
hingga selesai
Melakukan dokumentasi ü
Pertanyaan Peserta
1. Mentimun tu bisa jua kah mengurangi tekanan darah sebagai gantinya tomat?
1. Pengertian Hipertensi?
4. Pencegahan Hipertensi?
5. Diet Hipertensi?
Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
1. Tekanan darah tinggi atau ü
hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan
darah secara kronis (dalam jangka
waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya
tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi.
2. Faktor risiko hipertensi, adalah ü
sebagai berikut:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Obesitas
d. Gaya hidup
e. Perokok
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
4. Pencegahan Hipertensi: ü
f. Olahraga rutin
g. Berhenti merokok
Oleh:
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001
Oleh:
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga pada klien
dengan penyakit Hipertensi
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa maampu memberikan asuhan keperawatan pada individu
yang yang bermasalah
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjelaskan cara megatasi penyakit Hipertensi
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan terhadap tingkat kekambuhan pada
pasien Hipertensi
3. Bagi keluarga
Dapat meningkatkan kualitas hidup sebagai upaya untuk melakukan
kontrol untuk menirgkatkan kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantaranyya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
5. Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi
yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti
diantaranya:
a) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga
dengan suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah.
b) The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
c) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung
jawab secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
2) Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah,
contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante, kakek dan
nenek.
3) Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau
karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
4) Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di
kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan
anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau pada
waktuwaktu tertentu.
5) Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
6) Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal
dalam satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi,
dapur, televise dan lain-lain.
7) Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda
(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak
dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
8) Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living
Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihanyya atau perpisahan (separasi), seperti
perceraian atau ditinggal mati.
9) Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua
dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak
tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya
sudah mampu untuk merawat.
10) Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di
mana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua
rumah tangga inti.
b. Keluarga Non-tradisional
1) The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta
sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
4) Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital
Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melakukan pernikahan.
5) Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
6) Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama
diluar hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
7) Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
menikah satu dengan lainyya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anak.
8) Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi
aturan/nilainilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan saling
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
10) Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah
kesehatan mental.
11) Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupanyya.
6. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir
dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya.
Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
7. Tugas Keluarga
Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga yaitu (Effendy N, 1998; Suprajitno, 2004):
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga (gangguan perkembangan
kesehatan setiap anggotanya)
b) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi maslah kesehatan
keluarga
c) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau
keluarga yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan
keluarga
d) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
e) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesma,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
2. Etiologi Hipertensi
4. Klasifikasi Hipertensi
Menurut World Health Organization dalam (Noorhidayah, 2016)
klasifikasi hipertensi adalah :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95
mmHg.
5. Komplikasi Hipertensi
Jika hipertensi tidak dikendalikan akan dampak pada timbulnya
komplikasi penyakit lain. Komplikasi hipertensi pada organ lain dapat
menyebabkan penyakit lain dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal,
perdarahan selaput getah bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah
di otak dan kelumpuhan. Berikut komplikasi penyakit hipertensi adalah:
a. Stroke Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh
darah otak (stroke). Stroke sendiri merukan kematian jaringan otak
yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Biasanya kasus ini terjadinya secara mendadak dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberpa menit (Anshari, 2020).
b. Gagal jantung Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung
bekerja lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan
pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi.
Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk
memompa darah (Anshari, 2020).
c. Gagal ginjal Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam
ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak.
Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal. Ada 2
jenis kalainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan
nefrosklerosis maligna (Anshari, 2020).
d. Kerusakan Pada Mata Tekanaan darah yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf pada mata (Anshari,
2020).
6. Pencegahan Hipertensi
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan Primordial adalah usaha pencegahan predisposisi terhadap
hipertensi, belum terlihat faktor yang menjadi risiko penyakit
hipertensi. Contoh: adanya peraturan pemerintah membuat peringatan
agar tidak mengonsumsi rokok,dan melakukan senam kesegaran
jasmani untuk menghindari terjadinya hipertensi.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau
mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi,
melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan
cukup sayur, buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas
dan tidak merokok. Tujuan pencegahan primer adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit. Pencegahan primer dapat dilakukan
dengan mengadakan penyuluhan dan promosi kesehatan, menjelaskan
dan melibatkan individu untuk mencegah terjadinya penyakit melalui
usaha tindakan kesehatan gizi seperti melakukan pengendalian berat
badan, pengendalian asupan natrium dan alkohol serta penghilangan
stres
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menjadikan orang yang
sakit menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi, dan kecacatan
akibatnya. Misalnya mengukur tekanan darah secara rutin dan
skreening. Pencegahan sekunder juga dapat dilakukan terapi
nonfarmakologis seperti menejemen stres dengan relaksasi,
pengurangan berat badan dan berhenti merokok. Untuk menegakkan
diagnosa hipertensi dapat diperoleh dari data anamnese penderita,
pemeriksaan tekanan darah secara akurat yang dilakukan setelah cukup
istirahat 5- 10 menit. Pemeriksaan yang lebih teliti pada target organ
untuk menilai komplikasi dan pemeriksaan laboratorium sebagai data
pendukung seperti pemeriksaan gula, urine kalium dalam darah dan
kreatinin pemeriksaan laboratorium ini juga diperlukan untuk mengikuti
perkembangan pengobatan dan untuk menilai kemungkinan dari efek
samping yang timbul.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan
tersier ini yaitu menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan
mengobati penyakit yang dapat memperberat hipertensi. Pencegahan
tersier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi
yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan
memperpanjang lama ketahanan hidup (Ismayadi, 2012).
.
C. Pengkajian Keperawatan Keluaga
1. Pengkajian
a. Biodata: nama, umur, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, suku,
bangsa, pendidikan, pekerjaan dan penanggung jawabnya. Usia:
penyakit furunkel menyerang segala umur
b. Keluhan Utama: nyeri pada bagian yang terkena furunkel
c. Riwayat Penyakit Sekarang: meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari
gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak
atau bertahap, faktor pencetus upaya untuk mengatasi masalah tersebut
d. Riwayat Penyakit Dahulu: meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit dan riwayat pemakaian obat
e. Riwayat Psikososial Keluarga: dirawat akan menjadi stress pada klien
itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika klien tidak
mengetahui prosedur dan juga pengobatan setelah menyadari
penyakitnya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
f. Pemeriksaan fisik (ROS):
Keadaan umum: tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat
nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau ntegr individu.
Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi
masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain
merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan
kurangnya pelayanan kesehatan.
4. Fokus Intervensi
a. Fokus Intervensi Individu
Intervensi :
1) Identifikasi faktor penyebab atau penunjang yang menghalangi.
2) Bangun rasa percaya dan kekuatan.
3) Tingkatkan percaya diri dan kemajuan diri yang positif.
4) Identifikasi ntegr-faktor yang mempengaruhi belajar
5) Tingkatkan sikap positif keikutsertaan individu dan keluarga.
6) Jelaskan dan bicarakan :
a) Proses penyakit
b) Aturan pengobatan
c) Perubahan gaya hidup yang diperlukan
d) Metode untuk memantau kondisi
7) Jelaskan bahwa perubahan gaya hidup dan kebutuhan belajar akan
membutuhkan waktu untuk ntegrase.
8) Identifikasi rujukan atau layanan komunitas yang diperlukan untuk
tindak lanjut.
b. Fokus Intervensi pada keluarga
Berikut ini intervensi keperawatan keluarga yang dilakukan sesuai dengan
5 tugas keluarga :
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
4) Memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Agrina & Zulfitri, R. 2012. Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap
Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi Masalah Kesehatan di Keluarga.
7(2): 81-89.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2022
b. Nama Kepala Keluarga : Ny. R
c. Umur : 77 tahun
d. Alamat Kepala Keluarga : Jl. Imbramsyah Gunung Ronggeng
e. Pekerjaan : Berjualan
f. Pendidikan : SD
g. Komposisi Keluarga :
Status Imunisasi
Hep
Hubungan Umur Campa Ket
No Nama JK Pendidikan Polio BCG DPT a
dengan KK (thn) k
Titis
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Ny. R P Kepala 77 SD
Keluarga
2 Ny. M P Anak 42 S1
3 Ny. A P Anak 33 S1
6 An. L P Cucu 10 SD
Genogram:
Keterangan:
= Laki-laki = Hubungan Saudara
= Perempuan = Perempuan Meninggal
= Hubungan Pernikahan = Keturunan
= Tinggal Serumah = Klien
= Cerai = Laki-laki meninggal
Penjelasan:
2. Tipe Keluarga
Keluarga Inti
3. Suku Bangsa
a. Latar belakang etnis keluarga
Suku Jawa
b. Tempat tinggal keluarga
Rumah pribadi
c. Kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya
Ny. R aktif mengikuti kegiatan keagamaan.
d. Kebiasaan berbusana sehari-hari
Ny. R mengatakan untuk pakaian disesuaikan dengan kegiatan yang dihadiri,
kalau dirumah sehari – hari hanya menggunakan daster
e. Struktur kekuasaan keluarga
Struktur kekuasaan dipegang oleh Ny. R
f. Bahasa yang digunakan di rumah
Indonesia, Jawa dan Banjar
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga
Ny. R mengatakan ke Puskesmas Sungai Ulin
4. Agama
a. Agama atau kepercayaan yang dianut oleh keluarga
Islam
b. Adakah perbedaan dalam keyakinan agama dan praktiknya
Tidak ada
c. Sejauhmana keaktifan keluarga dalam kegiatan keagamaan
Ny. R mengatakan sering mengikuti yasinan di lingkungan.
d. Apakah agama dijadikan sebagai dasar keyakinan atau nilai yang
memengaruhi kehidupan keluarga
Benar
e. Adakah kepercayaan dan nilai keagamaan yang berpengaruh terhadap
kesehatan keluarga
Benar
5. Kebiasaan diet
Ny. R sedang membatasi konsumsi garam
6. Status Sosial Ekonomi
a. Penghasilan keluarga per bulan
Ny. R mengatakan Rp. 2.000.000/bulan
b. Apakah keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Ny. R mengatakan dicukupkan
c. Apakah keluarga memiliki tabungan untuk keperluan yang akan datang
Ny. R mengatakan ada
d. Apakah keluarga memiliki asuransi kesehatan
Ada asuransi kesehatan (BPJS)
7. Rekreasi keluarga
Klien mengatakan hanya dirumah saja karena lagi pandemic.
Berdasarkan hasil
pemeriksaan TD klien
200/123 mmHg
Skor
Pertanyaan Jawaban
+ -
- 1. Tanggal berapa hari ini? 23
2. Hari apa sekarang ini? Rabu
3. Apa nama tempat ini? Rumah
4. Dimana alamat anda? Gunung rongggeng
- 5. Berapa umur anda? 77 Tahun
- 6. Kapan anda lahir? Tahun 1945
- 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi
- 8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
9. Siapa nama kecil ibu anda? Tidak ada
10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap 17, 14, 11, dst.
angka baru, semua secara menurun !
Jumlah Kesalahan Total 0
Interpretasi:
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Kesimpulan : dari sepuluh pertanyaan yang diajukan klien salah/tidak
dapat menjawab semua pertanyaan. Sehingga
kesimpulannya fungsi intelektual utuh.
MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
Nilai Skore yang
Aspek Penilaian
Maksimum Didapat
5 Orientasi:
Tanggal berapa hari ini? (tahun, musim, tanggal, hari,
bulan)
Jawaban pasien
5 Tahun: 2022
Musim: hujan
Tanggal: 23
Hari: Rabu
Bulan: Februari
5 Orientasi:
Dimana kita berada? (negara, provinsi, kabupaten/kota,
desa, RT/RK
Jawaban pasien
5 Negara : Indonesia
Provinsi: Kalimantan utara
Kabupaten/kota: Banjabarbaru
Kelurahan: Sungai ulin
Komplek: gunung ronggeng
3 Registrasi:
menyebutkan 3 nama objek yang tidak saling
3 berhubungan,(Tas, Pulpen, bantal)
jawaban pasien :
Tas, Pulpen, Bantal
5 Konsentrasi dan Kalkulasi:
Meminta klien menghitung mundur dari 100 dengan
kelipatan 7 sampai 5 tingkat.
(100, 93, 86, 79, 72)
Jawaban:
5
100
93
86
79
72
3 Mengingat:
Menyebutkan kembali 3 nama objek pada langkah ke-3.
3 (Tas, Pulpen, Bantal)
Jawaban pasien
Tas, Pulpen, Bantal
2 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut):
2 Jawaban pasien
Pensil
kertas
1 Bahasa:
Membuat kalimat kemudian meminta klien menirukannya.
1
Jawaban pasien
Saya sedang duduk
3 Bahasa:
3 Meminta klien untuk mengikuti 3 langkah perintah yaitu:
“ambil kertas ini” kemudian “lipat setengahnya”,
kemudian letakkan diatas lantai
1 Bahasa:
Meminta klien untuk membaca dan mengikuti perintah
1
yang anda tulis.
(tulis: "Pejamkan mata anda")
1
Bahasa:
1 Meminta klien untuk menulis sebuah kalimat.
“Harinya panas”
1 Minta klien untuk menggambar
Total Nilai 30
Interpretasi:
Normal : 0-4
Depresi ringan : 5-8
Depresi sedang : 9-11
Depresi berat : 12-15
Tanggal pemeriksaan:
Alat yang dibutuhkan:
1. Stopwatch
LANGKAH KERJA
No Observasi Keterangan
1 Minta lansia untuk berdiri, mata terbuka, tanpa Klien dapat berdiri
dengan mata
menggunakan alat bantu berjalan, dan tanpa alas
terbuka dan tanpa
kaki menggunakan alat
bantu berjalan serta
tanpa alas kaki
2 Pemeriksa berdiri di samping lansia, tapi tidak klien mampu
menahan
boleh memberikan bantuan. Pemeriksa bersiap
keseimbangan
membantu lansia apabila lansia tidak mampu
menahan keseimbangan.
3 Minta lansia mencoba setiap posisi ini dan masing- Klien dapat
menahan posisi
masing posisi ditahan selama 10 detik. Mulai dari
pertama, kedua,
posisi pertama, jika lansia berhasil menahan posisi ketiga dan keempat
selama 10 detik
pertama selama 10 detik, lanjutkan dengan posisi
kedua dan bertahap sampai dengan posisi terakhir.
Jika lansia tidak mampu menahan satu posisi
selama 10 detik, maka hentikan testnya.
4 Lansia boleh menggunakan lengannya, atau Klien menggerakan
anggota tubuhnya
menggerakkan tubuhnya untuk menjaga
untuk menjaga
keseimbangan, tapi tidak boleh memindahkan keseimbangan pada
posisi keempat
posisi kaki.
5 Lansia yang tidak mampu melakukan “tandem Lansia memiliki
risiko jatuh karena
stand” selama 10 detik, maka dianggap memiliki
tidak bisa
resiko jatuh. mempertahankan
posisi terakhir
secara sempurna
Tanggal pemeriksaan:
Alat yang dibutuhkan:
a. Kursi dengan sandaran punggung dan lengan
b. Stopwatch
c. Garis sepanjang 3 meter di lantai
d. Lokasi tes memiliki permukaan lantai yang datar dan tidak licin
Langkah kerja
No Observasi Keterangan
1 Lansia duduk di kursi Lansia mampu duduk dikursi
2 Lansia berdiri, kemudian berjalan Lansia mampu berjalan lurus pada
garis yang diberikan
lurus pada garis yang diberikan
(lansia dapat memakai alat bantu
seperti tongkat, walker, dll dan juga
diperbolehkan berpegangan pada
sandaran tangan untuk memulai
berdiri, dan pada saat duduk
kembali.)
3 Lansia memutar pada tanda yang Lansia mampu memutar
diberikan
4 Lansia kemudian berjalan lurus Lansia mampu berjalan lurus kembali
ke kursi awal
kembali ke kursi awal
5 Lansia kemudian duduk kembali ke Lansia mampu duduk kembali
kursi
6 Lama waktu yang dibutuhkan lansia Lama waktu yang dibutuhkan lansia
dari berdiri, berjalan, memutar,
dari berdiri, berjalan, memutar,
berjalan, hingga duduk di kursi
berjalan, hingga duduk di kursi kembali adalah 11 detik.
kembali. (Lansia yang
membutuhkan waktu ≥12 detik,
maka lansia beresiko tinggi untuk
jatuh
7 Catat juga postur, gaya berjalan, Postur tubuh pasien tegak gaya
berjalan normal (tidak diseret,
masalah pergerakan, kesulitan
dihentakan ataupun berayun).
menggunakan alat bantu berjalan lansia juga tidak menggunakan alat
bantu berjalan.
selama mengobservasi lansia
Kesimpulan:
Fungsi mobilitas lansia baik
B. Diagnosis Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah
(Problem)
DS: Hipertensi Ketidakefektifan
• Ny. R mengatakan perfusi jaringan
kadang-kadang merasa perifer (00228)
pusing
• Ny. R mengatakan selalu
memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan
apabila merasa tidak enak
badan.
DO:
No.
Kriteria Skor Pembenaran
Dx.
1 Sifat masalah: Aktual Ny. R berkeinginan untuk mendapatkan
informasi kesehatan yang lebih tentang
penyakitnya.
Kemungkinan Masalah dapat ditangani dengan
masalah dapat diubah: melakukan pendekatan kepada Ny. R
mudah
2. Mempertahankan target
Pengajaran: Proses Penyakit (5602)
tekanan darah dari skala 3
menjadi skala 4 ˗ Kaji tingkat pengetahuan pasien
terkait penyakit hipertensi
3. Menggunakan teknik relaksasi ˗ Identifikasi kemungkinan penyebab
dari skala 3 menjadi skala 4 dari hipertensi.
˗ Berikan pendidikan kesehatan tentang
Keterangan: penyakit Hipertensi
1. Tidak menunjukkan ˗ Tekankan pentingnya pola makan
2. Jarang menunjukkan yang sehat,tidur, berolahraga,
3. Kadang-kadang menunjukkan ˗ Berikan intervensi Hidroterapi.
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
D.Intervensi dan Implementasi
Tanggal Paraf
Diagnosis
No Pelaksanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Kegiatan
Hari Pertama
1. ketidakefektifan Sabtu, 19 NIC: Monitor Tanda-tanda Vital S: Sahrawardi,
perfusi jaringan Februari - Ny. R mengatakan bersedia S. Kep
˗ Monitor tekanan darah, nadi, suhu
perifer 2022 dilakukan pemeriksaan tanda-
Jam 11.00 dan status pernafasan tanda vital
WITA - Ny. R mengatakan bersedia
˗ Identifikasi kemungkinan
diberikannya penyuluhan terkait
penyebab perubahan tanda-tanda pengajaran pencegahan hipertensi
- Ny. R mengatakan bahwa sering
vital
merasa pusing dan memeriksakan
˗ Lakukan pemeriksaan secara keadaan ke klinik untuk berobat
O:
berkala
- TD: 200/123 mmHg, RR: 20
NIC: Pengajaran: Proses Penyakit x/Menit, Nadi: 91 x/Menit, Suhu
˗ Kaji tingkat pengetahuan Tubuh: 36,9 Derajat
pasien terkait penyakit hipertensi - Ny. R tampak antusias saat
˗ Identifikasi kemungkinan diberikan Penyuluhan
penyebab dari hipertensi. - Ny. R dapat mengulangg kembali
˗ Berikan pendidikan kesehatan apa yang disampaikan
tentang penyakit Hipertensi - Ny. R dapat mengikuti instruksi
˗ Tekankan pentingnya pola dari Hidroterapi yang diberikan.
makan yang sehat,tidur, A:
berolahraga, Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
˗ Berikan intervensi hidroterapi. perifer
NOC: Manajemen Diri: Hipertensi
- Tujuan 1: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
- Tujuan 2: Belum tercapai dari
skala 3 menjadi 3
- Tujuan 3: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernafasan klien
- Lakukan pemeriksaan secara
berkala
- Menjelaskan kepada klien
mengenai tujuan hidroterapi
- Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisi, sesuai
kebutuhan
- Edukasi pasien mengenai
tindakan/meminimalkan gejala,
sesuai kebutuhan
Hari Kedua
2 ketidakefektifan Rabu, 23 NIC: Monitor Tanda-tanda Vital S Sahrawardi,
perfusi jaringan Februari - Ny. R bersedia dilakukannya S. Kep
˗ Monitor tekanan darah, nadi, suhu
perifer 2021
pemeriksaan tanda-tanda vital
Jam 14.00 dan status pernafasan
WITA ˗ Identifikasi kemungkinan - Ny. R mengatakan sudah cukup
paham bagaiman cara untuk
penyebab perubahan tanda-tanda
mencegah hipertensi
vital O:
˗ Lakukan pemeriksaan secara - TD: 164/102 MmHg, RR: 20
x/Menit, Nadi: 96 x/Menit, Suhu
berkala Tubuh: 36,5 Derajat Celcius
NIC: Pengajaran: Proses Penyakit - Ny. R nampak antusias
˗ Kaji tingkat pengetahuan memperhatikan informasi yang
pasien terkait penyakit hipertensi diberikan
˗ Identifikasi kemungkinan - Ny. R dapat mengikuti instruksi
penyebab dari hipertensi. dari hidroterapi.
˗ Berikan pendidikan kesehatan A:
tentang penyakit Hipertensi Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
˗ Tekankan pentingnya pola perifer
makan yang sehat,tidur, NOC: Manajemen Diri: Hipertensi
berolahraga, - Tujuan 1: Tercapai dari skala 3
˗ Berikan intervensi hidroterapi. menjadi 4
- Tujuan 2: Belum tercapai dari
skala 3 menjadi 3
- Tujuan 3: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernafasan klien
- Lakukan pemeriksaan secara
berkala
- Menjelaskan kepada klien
mengenai tujuan terapi pernapasan
slow deep breathing yang
diberikan.
- Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisi, sesuai
kebutuhan
- Edukasi pasien mengenai
tindakan/meminimalkan gejala,
sesuai kebutuhan
DOKUMENTASI HASIL PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Kategori hasil:
> 75 % : pengetahuan baik,
56 % - 75 % : pengetahuan cukup,
< 56 % : pengetahuan kurang.
b. Evaluasi afektif
H. Lampiran
- Materi Lengkap
Daftar Pustaka
Bulechek,dkk. 2016. Nursing Intervention classification (NIC) Edisi keenam.
Singapore: Elsevier Icn.
Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole
membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan
arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh
darah. Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti, 2013).
Tanda Gejala
Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah:
i. Mengeluh sakit kepala, pusing
j. Lemas, kelelahan
k. Sesak Nafas
l. Gelisah
m. Mual
n. Muntah
o. Epitaksis (mimisan)
p. Kesadaran menurun
Penyebab Hipertensi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa faktor yang
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti berikut ini.
(Udjianti, 2013).
g. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
h. Jenis kelamin dan usia Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause
tinggi untuk mengalami hipertensi.
i. Diet Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
j. Berat badan (obesitas).
k. Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya hipertensi.
f. Gaya hidup Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ni beberapa kondisi
yang menjadi penyebab hipertensi sekunder (Udjianti, 2013).
g. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan
penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah normal kembali secara beberapa
bulan.
h. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler
berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri renal pada klien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau fibrous displasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrus). Penyakit parenkim ginjal terkait
dengan infeksi, inflamasi dan perubahan struktur serta fungsi ginjal.
i. Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenal-medited hypertention di sebabkan kelebihan primer
aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan
aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokaemia.
j. Coaretation aorta (penyempitan pembuluh darah aorta)
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau abdominal. Penyempitan penghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan darah diatas
area kontriksi.
k. Kehamilan
Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormon estrogen
pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh memang akan
menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa menyebabkan sel-sel
endotel rusak dan akhirnya menyebabkan munculnya plak pada pembuluh
darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi darah dan pada akhirnya
memicu tekanan darah tinggi.
l. Merokok
Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena membuat
tekanan darah langsung meningkat setelah isapan pertama, meningkatkan
kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa (mmHg). Kandungan
nikotin pada rokok memicu syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat
menyempitkan pembuluh darah sekaligus meningkatkan tekanan darah.
Oleh :
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001
ANALISIS PICO
EFEKTIVITAS HIDROTERAPI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI WREDA AL- ISLAH MALANG
Oleh :
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001
1. Profil Penelitian
a. Judul
c. Sumber Artikel
Nursing News
d. Tujuan
Kekurangan:
2. Analisis PICO