Anda di halaman 1dari 147

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KELUARGA DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA Tn. Y DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH LOKTABAT UTARA
BANJARBARU UTARA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Program


Pendidikan Profesi Ners pada Stase Keperawatan
Keluarga

Tanggal 01 s/d 07 November 2021

Oleh:
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KELUARGA DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. Y DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH LOKTABAT UTARA
BANJARBARU UTARA

Tanggal 01 s/d 07 November 2021

Oleh:
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001

Banjarbaru, November 2021


Mengetahui,

Koordinator stase keperawatan Pembimbing akademik


keluarga

Kurnia Rachmawati, Ns, MNSc


Kurnia Rachmawati, Ns, MNS
NIPK. 19841112201 701209 001
NIPK. 19841112201 701209 001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health
problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak di
tanggulangi sejak dini. Rata – rata prevelansi hipertensi di indonesia
sekitar 8,3 %, sedangkan prevelansi penduduk di kota besar (jakarta) lebih
tinggi yaitu sekitar 14,2 % dan 15% mayoritas hipertensi (90%) adalah
hipertensi esensial (tidak di ketahui penyebabnya), sedangkan 10% adalah
hipertensi sekunder (akibat suatu penyakit). Meskipun telah banyak di
lakukan pengobatan secara farmakologis maupun nonfarmakologis,
prevelansi hipertensi tidak menunjukan adanya penurunan secara
bermakna terutama untuk hipertensi esensial (Riyaadina et al.,2002).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat
sistemik dan berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama.
Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang
berlangsung cukup lama. Hipertensi didefinisikan sebagai rata-rata
tekanan sistolik ≥140 mmHg, dan tekanan darah diastolik yaitu ≥90
mmHg. Orang-orang akan tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika
gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan. Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko.
Faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam, merokok, pola
aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarg tentang
Hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Keluarga tentang
Hipertensi
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
c. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
d. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi
g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada
konsep asuhan keperawatan keluarga tentang hipertensi
C. Manfaat (Jika ada tambahan silahkan ditambahkan)
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat
pengetahuan tentang hipertensi di masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan laporan asuhan
keperawatan, khususnya mengenai pengetahuan tentang hipertensi
b. Bagi Masyarakat
Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuaan
masyarakat tentang hipertensi
c. Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran
pengetahuan mengenai hipertensi
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien
(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan
keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan
perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara
empiris, hubungan antara kesehatan anggota keluarga terhadap kualitas
kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat
dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai-
nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta erbagai aspek yang terkait
dengan apa yang diyakin dalam keluarga tersebut.
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Beberapa ahli tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Marilyn M. Friedmen (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
2. Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
3. Salvicion G. Balion dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing, dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dari ketiga pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah sebagai berikut:
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga
yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu
sistem. Sebagai suatu sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu, dan
anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interpendensi
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra-sistemnya seperti lingkungan
(masyarakat). Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat),
keluarga dapat memengaruhi masyarakat (supra-sisem).

B. Keluarga Sebagai Sasaran Pelayanan Keperawatan


Stuart (2001) memberikan batasan mengenai siapa saja yang disebut
keluarga. Lima sifat keluarga yang dijabarkan antara lain sebagai berikut:
1. Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem
2. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya
3. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota keluarga
4. Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau
tidak dapat tinggal dalam satu atap
5. Keluarga bisa memiliki anak ataupun tidak
Berikut ini merupakan latar belakang mengapa keluarga dijadikan
sebagai sasaran pelayanan keperawatan:
1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan
Kasus meningkatnya angka kesakitan akibat demam berdarah
dengue (DBD) membuat pemerintah dengan gencar menggalakkan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam skala nasional. Keluarga
sebagai unitterkecil dalam masyarakat berperan dalam penyampaian pesan
betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah DBD.
2. Keluarga sebagai satu kesatuan
Keluarga dipandang sebagai suatu kesatuan dari sejumlah angota
keluarga, berada dalam satu ikatan dan saling memengaruhi. Jika perawat
tidak meahami ketika melakukan pengkajian terhadap setiap anggota
keluarga, maka perawat tersebut tidak akan mendapatkan data yang
dibutuhkan, mengingat data anggota keluarga yang satu dengan yang
lainnya saling memengaruhi.
Contonya, jika salah satu anggota keluarga ingin melanjutkan
sekolah di luar negeri dan ia harus meninggalkan orang-orang yang selama
ini dianggap dekat, maka hal tersebut akan berdampak pada orang yang
meninggalkan ataupun orang-orang yang ditinggalkan (homesick
syndrome). Perubahan yang terjadi bisa dimulai dengan menurunnya nafsu
makan, kesedihan yang berlarutlarut, menurunnya prestasi belajar dan
lainnya.
3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya
Peran anggota keluarga sangat penting dalam tahap-tahap
perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan, sampai dengan rehabilitasi. Contohnya, keluarga
yang peduli akan kesehatannya akan memperhatikan pemberian makanan
dengan gizi seimbang pada anggotanya. Memberikan imunisasi sebagai
upaya pencegahan pada anak-anaknya.
4. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini
Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan
memungkinkan munculnya faktor risiko pada anggota keluarga yang
lainnya. Contohnya, dalam keluarga ditemukan kasus tuberkulosis paru
pada anak sulungnya, maka anggota keluarga yang lainnya juga berisiko
tinggi terkena penyakit sama.
5. Individu dipandang dalam konteks keluarga
Seseorang dapat lebih memahami peran dan fungsinya apabila ia
dipandang dalam konteks keluarga. Contohnya, peran seorang anak yang
sedang beranjak dewasa dan akan menikah berubah menjadi peran suami
atau calon ayah bagi keluarganya.
6. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi anggota keluarga lainnya
Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap
siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat
seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran anggota
keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat.

C. Tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga


Peningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin
dicapai dalam memeberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, agar
keluarga tersebut dapat meningkatkan produktivitasnya, bila produktivitas
keluarga meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat pula.
Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga
adalah:
1. Tujuan umum: umtuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara
kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
keluarganya. Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah
ditingkatnya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
secara mandiri.
2. Tujuan khusus:
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya

D. Struktur Keluarga
1. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
a. Struktur peran keluarga. Menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan
masyarakat. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami,
istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan
oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang
terpaksa harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri di rumah.
b. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini dalam keluarga. Nilai merupakan suatu sistem,
sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola
perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah (Murwani, 2007).
c. Pola dan proses komunikasi keluarga. Menggambarkan bagaimana
cara pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara
anggota keluarga ataupun dalam keluarga. Pola interaksi keluarga yang
berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik
keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan
pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk: (1)
karakteristik pengirim: yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat,
apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima
umpan balik. (2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi
umpan balik, melakukan validasi.
d. Struktur kekuatan keluarga. Menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam
perubahan perilaku ke arah positif.
2. Ciri-ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan
keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan
dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas
seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang
merawat anak-anak.
3. Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku
padang salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga
matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

E. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu
melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
• Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk keluarga
melalui perkawinan
• Meninggalkan keluarga mereka masing- masing
Tugas Perkembangannya :
• Membina hubungan intim yang memuaskan
• Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
• Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
• Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB,
Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
• Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
• Membantu setiap keluarga untuk saling memahami satu sama lain.

2. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama


• Dimulai dr kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bln ( 2,5
tahun). Klg menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas Perkembangan Keluarga:
• Persiapan menjadi orang tua
• Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi dan
hubungan seksual
• Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Masalah Kesehatan Keluarga :
• Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi,
konseling perkembangan anak, KB,pengenalan dan penanganan
masalah keshatan fisik secara dini.
• Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan anak.
3. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah
• Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun. Keluarga lebih
majemuk dan berbeda.
Tugas Perkembangan Keluarga:
• Memenuh kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal, privasi
dan rasa aman, membantu anak untuk sosialisasi.
• Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
• Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga,
pembagian tanggung jawab anggota keluarga
• Stimulasi tumbang anak ( paling repot )
Masalah Kesehatan Keluarga :
• Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar,
keracunan dan kecelakaan dan lain-lain.
4. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah
• Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
• Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal ,keluarga sangat
sibuk
• Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-masing
• Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak &
dirinya
• Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi (dengan teman
sebayanya)
• Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah
(sistem sekolah)
Tugas Perkembangan Keluarga :
• Membantu sosialisasi anak : meningkatak prestasi belajar anak.
• Mepertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.
• Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yg semakin meningkat
termasuk biaya kesehatan.
5. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
• Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-19/20 tahun)
• Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yg
memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih optimal
bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.
Konflik Perkembangan :
• Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )
• Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )
• Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua )
Tugas Perkembangan :
• Menyeimbangkan kebebasan dangan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
• Menfokuskan hubungan perkawinan
• Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak anak-
anak
6. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda
• Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah
• Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa
berlangsung 6 - 7 tahun ), faktor ekonomi juga menjadi kendala.
Tugas Perkembangan :
• Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
baru dari perkawianan anak-anaknya.
• Melanjutkan utk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
• Membantu orang tua lansia yg sakit-sakitan dari pihak suami maupun
istri.
• Membantu kemandirian keluarga
Masalah Kesehatan :
• Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak),
• Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis: Hipertensi,
Kolesterol, Obesitas dan Menopause.
7. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan
• Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau
kematian pasangan.
• Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir saat
masuk pensiun 16-18 tahun kemudian
Tugas Perkembangan :
• Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
• Mempertahankan hubungan yg memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak.
• Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah Kesehatan :
• Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu luang dan
tidur, nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no smoking,
pemeriksaan berkala.
• Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan
teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.
8. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansia
• Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu atau
keduanya meninggal.
• Kehilangan yg lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan (pensiun),
perumahan ( pindah ikut anak atau panti ) , sosial ( kematian pasangan
dan teman-temannya),Kesehatan (penurunan kemamp fisik )
Tugas Perkembangan :
• Mempertahankan pengaturan hidup yg memuaskan
• Menyesuaikan dengan pendapatan yg menurun
• Mempertahankan hubungan perkawinan
• Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
• Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
• Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( penelaahan dan
integrasi hidup )

F. Tipe Keluarga
1. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau
ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,
istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan
fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.
2. Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa
saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
3. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan
(2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.
G. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya:
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan
(2005), yaitu:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya
anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
H. Tugas Keluarga
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara. Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga (gangguan perkembangan kesehatan
setiap anggotanya)
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesma,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila
ditemui data maladaptif pada keluarga, contohnya :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi
keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami
keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi,
adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga
terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag
dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang
rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang
berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang
dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri
(Suprajitno, 2004).
Sebelum memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa persiapan
yang perlu dilakukan oleh perawat (Suprajitno, 2004):
1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta menentukan
kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di
puskesmas sesuai prioritas.
2. Menetapkan jadwal kunjungan :
a. Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akan dikunjungi
b. Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu-waktu kunjungan
dan kehadiran anggota keluarga pengambil keputusan.
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang di butuhkan untuk pelaksanaan
kunjungan antara lain:
a. Mempelajari riwayat penyakit klien (individu/ anggota keluarga) dari
rekam kesehatan keluarga (family folder) di puskesmas dan pencatatan lain
(unit kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut.
b. Membuat catatan singkat tentang maslah kesehatan klien dan keluarga
sebagai dasar kajian lebih lanjut di keluarga
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang
diperlukan
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi oeralatan dan obat-obat
sederhana
e. Alat bantu penyuluhan.

I. Istilah dalam keluarga


1. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.
a. Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal
atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan dan KB
b. Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti
kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi
lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
c. Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan
sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi
d. Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang
teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti
sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
e. Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur
dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki
kepedulian sosial yang tinggi.
2. Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian
masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan,
membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan
mengembangkan kualitas dan kesejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran
dan tanggungjawab.
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
b. Keluarga Mandiri Tingkat II
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
5. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
5. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
J. Peran Perawat Keluarga
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga
yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan
keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite
atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,
maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik,
maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
(sistem rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

K. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Tahap Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung
kaki)
d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap
semar dan lain-lain)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah :
a. Data Umum
1) Nama kepala keluaga
2) Usia
3) Alamat dan telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi keluarga
7) Genogram
8) Tipe Keluarga
9) Suku bangsa
10) Agama
11) Status sosial ekonomi
12) Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga komunitas
3) Mobilitas keluarga
4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Pengkajian Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai atau norma keluarga
e. Fungsi Keluarga
1) Pengkajian Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisai
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
4) Fungsi Reproduksi
5) Fungsi Ekonomi
f. Stress dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
3) Strategi koping konstruktif yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan Fisik
h. Harapan Keluarga
2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Tipologi dari diagnosis keperawatan:
a. Aktual (Terjadi defisit/gangguan kesehatan), dari hasil pengkajian
didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan.
c. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana keluarga
dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil
pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk
mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera / “wellness”) boleh
menggunakan/ tidak menggunakan etiologi.
Skoring:
1) Tentukan skore untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot :
Skore
X Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkan skore untuk semua kriteria

No. Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


1. Sifat masalah 3 1 2/3 x 1 = Bila lansia tidak
ancaman 2/3 segera diatasi akan
kesehatan membahayakan
1 = Sejahtera lansia, karena setiap
2 = Resiko hari lansia tinggal
3 = Kurang dirumah tanpa ada
Sehat/Tidak pengawasan
Sehat
2. Kemungkinan 2 2 2/2 x 2 = Penyediaan sarana
masalah 2 mudah dan murah
dapat diubah: untuk dapat. (missal
2 = Mudah sandal karet, keset).
1 = Sebagian Perubahan bias
0 = Tidak dilaksanakan, missal
dapat diubah lantai yang licin.

3. Potensial 3 1 2/3 x 1 = Keluarga mempunyai


masalah 2/3 kesibukan yang cukup
untuk diubah: tinggi, tetapi merawat
3 = Tinggi orang tua merupakan
2 = Cukup tugas dan pengabdian
1 = Rendah seorang anak. Lagi
pula mencegah lebih
mudah dan lebih
murah dari pada
mengobati.
4. Menonjolnya 2 1 0/2 x 1 = Keluarga merasa
masalah; 1 keadaan tersebut
2 = Harus sudah berlangsung
segera diatasi lama dan lansia tidak
1 = Tidak pernah jatuh yang
perlu segera menimbulkan
0 = Masalah masalah.
tidak
dirasakan
oleh keluarga
Total 4 1/3

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria
dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil
yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus
yang ditetapkan.
4. Tahap Tindakan Keperawatan Keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
• Memberikan informasi
• Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
• Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
• Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
• Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
• Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan:
• Mendemonstrasikan cara perawatan.
• Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
• Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
• Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
• Melakukan perubahan lingkyngan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara :
• Mengenakan fasilitas kesehatan yabg ada dilingkungan keluarga.
• Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah
evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu:
evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang
diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid
untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif
dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat
dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku
yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang
berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan
untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi
masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang
diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan
perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain
tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah
diberikan tindakan keperawatan.
Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik
observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan
atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan
tindakan keperawatan.
Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi.
Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut
sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

II. Konsep Penyakit


A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi
dari 140/90 mmHg, (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012).
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes
(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan
penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat
ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan
kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
(Ardiansyah M., 2012):
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya:
1. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
2. Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
3. Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
4. Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.
b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebabnya spesifik diketahui seperti
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
3. Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala
yang khusus. Meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi padahal
sesungguhnya bukan hipertensi. Gejala hipertensi yang dimaksud
adalah sakit kepala sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-kunang,
sakit tengkuk, dan kelelahan, (Susilo & Wulandari, 2011).
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati bisa muncul
gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah,
pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung, dan ginjal, (Susilo & Wulandari, 2011).
4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Udjianti, Wajan Juni (2010), pemeriksaan penunjang pada
penderita hipertensi meliputi:
a. Tekanan darah
b. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk melihat vaskositas dan
indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
c. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi
atau fungsi renal.
d. Serum glukosa: hiperglisemia (DM adalah faktor presipitator
hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
e. Asam urat: hiperurisemia merupakan implikasi faktor hipertensi.
f. Analisa urin: adanya protein urien, glukosa dalam urin
mengindikasikan adanya disfungsi renal atau diabetes
g. Urine VMA (Catecholamine Metabolite): peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
h. EKG: menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan
konduksi atau disritmia
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu penetalaksanaan
dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.
a. Terapi farmakologis
Berbagai penelitian klinis membuktikan bahwa, obat anti hipertensi
yang diberikan tepat waktu dapat menurunkan kejadian stroke
hingga 35-40 %, infark miokard 20-25 %, dan gagal jantung lebih
dari 50 %. Obat-obatan yang diberikan untuk penderita hipertensi
meliputi diuretik, angiotensin-converting enzyme (ACE), Beta-
blocker, calcium channel blocker (CCB), dll. Diuretik merupakan
pengobatan hipertensi yang pertama bagi kebanyakan orang dengan
hipertensi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
b. Terapi non farmakologis
1. Makan gizi seimbang
Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Manajemen diet bagi penderita
hipertensi yaitu membatasi gula, garam, cukup buah, sayuran,
makanan rendah lemak, usahakan makan ikan berminyak seperti
tuna, makarel dan salmon (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
2. Mengurangi berat badan.
Hipertensi erat hubungannya dengan kelebihan berat badan.
Mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah
karena mengurangi kerja jantung dan volume sekuncup
(Aspiani, 2015).
3. Olahraga yang teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang dan bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
kinerja jantung (Aspiani, 2015). Senam aerobic atau jalan cepat
selama 30-45 menit lima kali perminggu dapat menurunkan
tekanan darah baik sistole maupun diastole. Selain itu, berbagai
cara relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan alternatif
bagi penderita hipertensi tanpa obat (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
4. Berhenti merokok
Berhenti merokok dapat mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karenan asap rokok yang mengandung zat-zat kimia
beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok dapat menurunkan aliran dara ke bebagai organ
dan meningkatkan kerja jantung (Aspiani, 2015).
5. Mengurangi konsumsi alkohol
Mengurangi konsumsi alkohol dapat menurunan tekanan darah
sistolik. Sehingga penderita hipertensi diupayakan untuk
menghindari konsumsi alkohol (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
6. Mengurangi stres
Stres dapat memicu penurunan aliran darah ke jantung dan
meningkatkan kebutuhan oksigen ke berbagai organ sehingga
meningkatkan kinerja jantung, oleh karena itu dengan
mengurangi stres seseorang dapat mengontrol tekanan darahnya
(Nurahmani, 2012).
6. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan Primer Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan
darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga,
ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk
menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes
Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi
rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada
pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. Y
DENGAN KASUS HIPERTENSI

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Tanggal Pengkajian : Selasa, 02 November 2021
b. Nama Kepala Keluarga : Tn. Y
c. Umur : 28 tahun
d. Alamat Kepala Keluarga : Jl. Gg Purnama
e. Pekerjaan : Wiraswatsa
f. Pendidikan : S1
g. Komposisi Keluarga :
Status Imunisasi
Hep
N Hubungan Umur Campa Ket
Nama JK Pendidikan Polio BCG DPT a
o dengan KK (thn) k
Titis
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn. Y L Kepala 28 S1
Keluarga
2 Ny. M P Istri 30 S1

Genogram:

28

Keterangan:
= Laki-laki = Hubungan Saudara
= Perempuan = Perempuan Meninggal
= Hubungan Pernikahan = Keturunan
= Tinggal Serumah = Klien
= Cerai = Laki-laki meningga
Penjelasan:
Tn. Y merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara dan merupakan suami dari
Ny.M. Tn. Y tinggal sendiri di kontrakan di Banjarbaru.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. Y yaitu Dyad family merupakan keluarga yang terdiri
dari suami istri namun tidak memiliki anak.

3. Suku Bangsa
Keluarga Tn. Y asli dari suku Jawa

4. Agama
Keluarga Tn. Y bergama islam dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan.

5. Kebiasaan Diet
Tn. Y biasanya mengkonsumsi kacang-kacangan. Tn. Y juga mengatakan
suka minum kopi.

6. Status Sosial Ekonomi (berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan


pendapatan)
Penghasilan keluarga Tn. Y di peroleh dari gaji berdua dengan
penghasilan Rp. 10.000.000 – Rp. 20.000.000.

7. Rekreasi keluarga
Rekreasi yang dilakukan Tn. Y selain menonton tv, kadang jalan-jalan ke
pantai setiap hari libur akhir pekan.

8. Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. Y berada pada tahap I. adapun tugas dari tahap 1 ini yaitu
membina hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan
dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan mendiskusikan
rencana memiliki anak (KB)

b. Tahap Perkembangan yang belum terpenuhi


Tidak ada tahap perkembangan yang belum terpenuhi

9. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti


Anggota Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga
Tn. Y Tn. Y tidak memiliki riwayat Saat ini Tn. Y merasa sehat
penyakit kronis, namun Tn. Y dan tidak ada mengeluhkan
sering mengalami sakit kepala sakit.
yang tiba-tiba muncul.

Ny. M Ny. M tidak memiliki Kesehatan Ny. M saat ini


penyakit, namun dari hasil sehat dan dapat beraktivitas
pengkajian dari yang seperti biasanya dan saat
disampaikan oleh Tn. Y dilakukan pengkajian Ny. M
mengatakan bahwa Ny. M sedang bekerja diluar
memiliki riwayat jantung Daerah.
lemah, namun tidak bergejala
sampai sekang
10. Riwayat Kesehatan Keluarga sebelumya.
Tn. Y mengatakan di dalam keluarganya memiliki riwayat penyakit
hipertensi yaitu pada ayah. Tn. Y. Dari hasil pengkajian, Tn. Y
mengatakan jika sakit maka keluarga memilih untuk berobat ke pelayanan
kesehatan dan meminum obat yang diresepkan.
11. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah keluarga Tn Y merupakan rumah bedakan tipe permanen
(beton) status kepemilikan sewa, ukuran rumah 6X6. Jumlah ruangan di
rumah keluarga Tn Y satu sudah termasuk kamar dan ruang tamu,
Terdapat jendela di rumah. Data lingkungan dalam rumah keluarga Tn
Y lantai terlihat bersih, venitilasi terlihat sangat baik, pencahayaan
bagus, rumah terlihat rapi, cahaya matahari masuk ke bagian ruangan.
Dapur: dapur di rumah Tn Y terlihat bersih rapi, air yang digunakan
untuk memasak adalah air dari sumur. limbah dapur yang ada setelah
memasak dikumpulkan di plastic sampah dan di letakkan di depan pintu
ada petugas kebersihan yang akan mengumpulkan sampah. Kamar
Mandi: kamar mandi di rumah Tn Y terlihat bersih lantai tidak licin, air
yang digunaakan adalah sumur fasilitas yang ada dalam kamar mandi
lengkap seperti sabun sikat gigi dan lain lain. Wc yang digunakan
adalah WC jongkok yang pembuangannya ke septi tank yg terletak
lebih dari 10 m dari sumber air.
Denah Rumah:

Teras
Selasar Belakang

KAMAR

WC

DAPUR
Ket:
: Pintu

: Jendela

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Desa


Tn. Y tinggal di daerah perkotaan, akses menuju rumah sangat
mudah bisa dilalui roda dua dan roda 4, jalan menuju Tn. Y beraspal,
mayoritas warga bekerja sebagai pegawai swasta dan mahasiswa dan
rata-rata berpenghasilan menengah ke atas. Fasilitas yang ada di
komunitas adalah mushola yang jaraknya dekat dari rumah Tn Y. Tidak
ada pasar di sekitar wilayah tempat tinggal Tn. Y. Namun terdapat
sekolah SD, SMP dan SMA yang terletak dekat di kawasan tempat
tinggal, dan jarak rumah dengan RS lumayan jauh sedangkan dan jarak
rumah dengan puskesmas terdekat ± 1 Km dan bisa ditempuh dengan
mobil atau kendaraan roda 2.

c. Mobilitas Geografis Keluarga


Tn Y saat di banjarbau berpisah rumah dengan istri karena kerjaan

12. Struktur keluarga


a. Struktur Peran (formal dan informal)
Tidak ada peran secara formal, sehingga tidak terjadi konflik peran secara
informal Tn Y berperan sebagai suami dalam rumah tangga.
b. Nilai dan Norma keluarga
Tn Y menjunjung nilai-nilai yang diajarkan agama yang di anutnya. Tn Y
sering kontrol kesehatannya ke fasilitas kesehatan. Saat sakit, keluarga Tn.
Y akan berobat ke puskesmas dan meminum obat yang diresepkan.
c. Pola Komunikasi
Pola komunikasi di keluarga Tn Y berfungsi dengan baik. walau jarang
bertemu namun tetap berkomunikasi setiap hari via telpon atau video call.
Keluarga Tn Y saling berkomunikasi secara terbuka apabila ada masalah
keluarga berusaha memecahkan masalahnya bersama-sama.

d. Struktur Kekuatan Keluarga


Untuk pengambil keputusan dilakukan bersama antara Tn.Y dan Ny. M
dilakukan pembicaraan terlebih dahulu sehingga didapat keputusan yang
terbaik untuk bersama.

13. Fungsi Keluarga


a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. Y saling mendukung dan saling menghargai keputusan pada
setiap anggota keluarga, anggota keluarga saling menyayangi dan
menghormati antara anggota keluarga. Hubungan antar keluarga baik dan
sangat dekat, saling memperhatikan.
b. Fungsi Sosial
Tn.Y selalu hadir dalam kegitan yang ada di area tempat tinggalnya.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Mengenal Masalah
Tn.Y cukup mengenal masalah kesehatan. Hal ini ditandai dengan
keluarga Tn.Y sering melakukan pemeriksaan kesehatan ke klinik
terdekat. Namun Tn Y mengakui dirinya seorang perokok aktif dan
suka meminum minuman beralkhohol. Disini didapatkan bahwa Tn. Y
tidak mengetahui faktor penyebab meningkatnya tekanan darah yang
diderita karena gaya hidupnya.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Tn.Y dalam mengambil keputusan, melakukan tindakan kesehatan
seperti melakukan pengobatan ke pelayanan Kesehatan.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Dari hasil pengkajian dalam merawat Tn.Y yang sedang menderita
darah tinggi, keluarga Tn.Y (istri) segera menyuruh Tn. Y untuk
berobat dan agar beristirahat walaupun hanya melalui WA/videocall.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat
Dari hasil pengkajian keluarga Tn.Y sudah mampu memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat. Kebersihan ruangan juga cukup bersih,
barang-barang sudah terletak pada tempatnya, tidak ada yang
berserakan.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan yang sehat
Tn.Y memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan apabila merasa tidak
enak badan. Apabila hanya sakit kepala ringan saja, Tn. Y hanya
beristirahat di rumah.

d. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga didapatkan dari Tn. Y yang bekerja sebagai
karyawan di salah satu perusahan BUMN adalah Rp.5.000.000 –
Rp.10.000.000/ bulan

e. Fungsi Keluarga
a. Asah
Tn. Y memenuhi kebutuhan keluarganya mulai dari tempat tinggal
dan kebutuhna sehari-hari.
b. Asih
Keluarga saling memberikan kasih sayang walaupun hanya sebatas
melalui video call saja.
c. Asuh
Pemeliharaan dan perawatan kesehatan keluarga Tn. Y dilakukan
dengan cukup baik agar kesehatan selalu terpelihara.

f. Fungsi Pendidikan
Tn. Y dan istrinya Ny. M berpendidikan S1.

g. Fungsi Religius
Tn. Y mengganggap agama sebagai pondasi dasar dalam menjalani
kehidupan.

14. Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang
Tn. Y mengatakan pada tahun ini khawatir dengan jarang bisa pulang
dikarenakan pandemic covid-19.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Terhadap stressor yang di alami Tn. Y biasanya akan bercerita kepada
istrinya.
c. Strategi koping yang digunakan
Koping anggota keluarga Tn. Y sangat baik yaitu saling mendukung dan
merespon bila terjadi masalah dalam keluarga.
d. Strategi adaptasi fungsional
Keluarga Tn. Y dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik.

15. Harapan Keluarga


Tn. Y berharap bisa berkumpul kembali bersama istrinya.

16. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


No Komponen Tn. Y
1. Kepala Inspeksi: rambut ikal lebat dan berawrna hitam
2. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dapat mengikuti
arah.
Pandangan tidak kabur
3. Hidung Nampak simetris, tidak terlihat sekret atau kemerahan
4. Telinga Kedua telinga simetris, tidak ada serumen. Tidak mengalami
penurunan pendengaran. Klien mampu mendengar
5. Mulut Mukosa bibir lembab, gigi tidak untuh pada geraham bawah
6. Leher & Tidak nampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak deviasi
Tenggoroka trakea
n
7. Dada Dada Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
8. Abdomen Perut datar, tidak ada massa teraba, Nyeri pada ulu hati
9. Punggung Tidak ada kelainan pada tulang belakang
No Komponen Tn. Y
10. Ekstremitas Tidak ada masalah pada ekstermitas atas atau bawah
11. Kulit Tidak ada kelainan pada kulit
12. Kuku Kuku tampak pendek dan bersih
13. T: 36,7oC
Tanda- TD: 140/100 mmHg
tanda vital HR: 98x/menit
RR: 19x/menit
14. BB: 84 kg
BB, TB/PB TB: 183 cm

15. Pemeriksaa -
n Lab
16. Keadaan Kesadaran kompos mentis
Umum
17 Obat-
obatan yang
dikonsumsi
B. Diagnosis Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah
(Problem)
DS: Hipertensi Ketidakefektifan
• Tn. Y mengatakan sering perfusi jaringan
sakit kepala lagi muncul perifer (00228)
tiba-tiba.
• Tn. Y mengatakan dirinya
seorang perokok aktif dan
suka minum minuman
beralkhol.
• Tn. Y mengatakan selalu
memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan
apabila merasa tidak enak
badan.

DO:
• Ayah nya Tn. Y juga
memiliki riwayat
hipertensi
• Tn. Y kooperatif, mampu
menceritakan semua secara
jelas dan detail.
• T: 36,7oC
• TD: 140/100 mmHg
• HR: 98x/menit
• RR: 19x/menit

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan


Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada Tn. Y
3. Skoring Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

No.
Kriteria Skor Pembenaran
Dx.
1 Sifat masalah: Aktual 3 Tn. Y berkeinginan untuk mendapatkan
×1=1 informasi kesehatan yang lebih tentang
3
penyakitnya.
Kemungkinan 1 Masalah dapat ditangani dengan
masalah dapat diubah: ×2=1 melakukan pendekatan kepada Tn. Y
2
mudah

Potensi masalah untuk 2 Masalah dapat dicegah dengan pemberian


dicegah: cukup ×1 informasi yang adekuat dan dukungan
3
= 0,67 keluarga

Total skor 3,17

4. Prioritas Diagnosis Keperawatan


Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00228) 3,17
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Ketidakefektifan perfusi NOC: NIC:


jaringan perifer pada Tn.
Y Setelah dilakukan tindakan Monitor Tanda-tanda Vital
keperawatan selama 1 kali 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan
pertemuan, diharapkan Tn. Y bisa
status pernafasan
diatasi dengan kriteria:
Label: Manajemen Diri: 2. Identifikasi kemungkinan penyebab
Hipertensi (3107)
perubahan tanda-tanda vital
1. Memantau tekanan darah dari
skala 3 menjadi skala 4 3. Lakukan pemeriksaan secara berkala

2. Mempertahankan target
Pengajaran: Proses Penyakit (5602)
tekanan darah dari skala 3
menjadi skala 4 ˗ Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
penyakit hipertensi
3. Menggunakan teknik relaksasi ˗ Identifikasi kemungkinan penyebab dari
dari skala 3 menjadi skala 4 hipertensi.
˗ Berikan pendidikan kesehatan tentang
Keterangan: penyakit Hipertensi
1. Tidak menunjukkan ˗ Tekankan pentingnya pola makan yang
2. Jarang menunjukkan sehat,tidur, berolahraga,
3. Kadang-kadang menunjukkan ˗ Berikan intervensi terapi pernapasan
4. Sering menunjukkan slow deep breathing.
5. Secara konsisten menunjukkan
D.Intervensi dan Implementasi

Tanggal Paraf
Diagnosis
No Pelaksanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Kegiatan
Hari Pertama
1. ketidakefektifan Kamis, 03 NIC: Monitor Tanda-tanda Vital S: Sahrawardi,
perfusi jaringan November - Tn. Y mengatakan bersedia S. Kep
˗ Monitor tekanan darah, nadi, suhu
perifer 2021 dilakukan pemeriksaan tanda-
Jam 11.00 dan status pernafasan tanda vital
WITA - Tn. Y mengatakan bersedia
˗ Identifikasi kemungkinan
diberikannya penyuluhan terkait
penyebab perubahan tanda-tanda pengajaran pencegahan hipertensi
- Tn. M mengatakan bahwa hari ini
vital
mehabisi 3 pucuk Rokok
˗ Lakukan pemeriksaan secara - Tn. Y mengatakan bahwa sering
merasa pusing dan memeriksakan
berkala
keadaan ke klinik untuk berobat
NIC: Pengajaran: Proses Penyakit O:
˗ Kaji tingkat pengetahuan pasien - TD: 140/100 mmHg, RR: 19
terkait penyakit hipertensi x/Menit, Nadi: 98 x/Menit, Suhu
˗ Identifikasi kemungkinan Tubuh: 36,6 Derajat
penyebab dari hipertensi. - Tn. Y tampak antusias saat
˗ Berikan pendidikan kesehatan diberikan Penyuluhan
tentang penyakit Hipertensi - Tn. Y dapat mengulangg kembali
˗ Tekankan pentingnya pola apa yang disampaikan
makan yang sehat,tidur, - Tn. Y dapat mengikuti instruksi
berolahraga, dari terapi pernapasan slow deep
˗ Berikan intervensi terapi breathing yang diberikan.
pernapasan slow deep breathing. A:
Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
NOC: Manajemen Diri: Hipertensi
- Tujuan 1: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
- Tujuan 2: Belum tercapai dari
skala 3 menjadi 3
- Tujuan 3: Tercapai dari skala 3
menjadi 4

P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernafasan klien
- Lakukan pemeriksaan secara
berkala
- Menjelaskan kepada klien
mengenai tujuan terapi pernapasan
slow deep breathing.
- Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisi, sesuai
kebutuhan
- Edukasi pasien mengenai
tindakan/meminimalkan gejala,
sesuai kebutuhan
Hari Kedua
2 ketidakefektifan Jumat, 04 NIC: Monitor Tanda-tanda Vital S Sahrawardi,
perfusi jaringan November - Tn. Y bersedia dilakukannya S. Kep
˗ Monitor tekanan darah, nadi, suhu
perifer 2021 pemeriksaan tanda-tanda vital
Jam 11.00 dan status pernafasan - Tn. Y mengatakan sudah cukup
WITA paham bagaiman acara untuk
˗ Identifikasi kemungkinan
mencegah hipertensi
penyebab perubahan tanda-tanda - Tn. Y mengatakan mehabisi rokok
vital 3 pucuk pada pagi hari
- Tn. Y mengatakan akan berusaha
˗ Lakukan pemeriksaan secara mengurangi konsumsi rokok pada
berkala setiap hari
O:
NIC: Pengajaran: Proses Penyakit - TD: 130/100 MmHg, RR: 19
˗ Kaji tingkat pengetahuan pasien x/Menit, Nadi: 98 x/Menit, Suhu
terkait penyakit hipertensi Tubuh: 36,8 Derajat Celcius
˗ Identifikasi kemungkinan - Tn. Y nampak antusias
penyebab dari hipertensi. memperhatikan informasi yang
˗ Berikan pendidikan kesehatan diberikan
tentang penyakit Hipertensi - Tn. Y dapat mengikuti instruksi
˗ Tekankan pentingnya pola dari terapi pernapasan slow deep
makan yang sehat,tidur, breathing yang diberikan.
berolahraga,
˗ Berikan intervensi terapi A:
pernapasan slow deep breathing. Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
NOC: Manajemen Diri: Hipertensi
- Tujuan 1: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
- Tujuan 2: Belum tercapai dari
skala 3 menjadi 3
- Tujuan 3: Tercapai dari skala 3
menjadi 4

P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernafasan klien
- Lakukan pemeriksaan secara
berkala
- Menjelaskan kepada klien
mengenai tujuan terapi pernapasan
slow deep breathing yang
diberikan.
- Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisi, sesuai
kebutuhan
- Edukasi pasien mengenai
tindakan/meminimalkan gejala,
sesuai kebutuhan
DOKUMENTASI HASIL PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI
ANALISIS PICO
SLOW DEEP BREATHING DAN ALTERNATE NOSTRIL BREATHING
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Keluarga

Tanggal 01–07 November 2021

Oleh :
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PICO
SLOW DEEP BREATHING DAN ALTERNATE NOSTRIL BREATHING
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Gerontik

Tanggal 01–07 November 2021

Oleh :
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001

Banjarbaru, November 2021

Mengetahui,
Pembimbing akademik

Kurnia Rachmawati, Ns, MNSc


NIPK. 19841112201 701209 001
ANALISA ARTIKEL PICO
SLOW DEEP BREATHING DAN ALTERNATE NOSTRIL BREATHING
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI
1. Profil Penelitian
a. Judul
Slow deep breathing dan alternate nostril breathing terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi
b. Pengarang dan Tahun
Pengarang:
1. Faradilla Miftah Suranata
2. Agung Waluyo
3. Wati Jumaiyah
4. Dhea Natashina

Tahun: Juni 2019


c. Sumber Artikel
Jurnal Keperawatan Silampari Volume 2, Nomor 2, Juni 2019
d. Tujuan
Tujuan penelitian ini mengetahui efektifitas slow deep breathing dan alternate
nostril breathing terhadap penurunan tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi
e. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang penerapan Slow deep
breathing dan alternate nostril breathing terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi
f. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan quasi-
experimental design dengan pendekatan pretest-posttest group design. Alat
pengumpulan data pada penelitian ini berupa kuesioner (meliputi karakteristik
responden yaitu usia, jenis kelamin, riwayat merokok, obesitas, jenis obat

yang diminum, frekuensi minum obat dan disiplin minum obat), instrumen
pengukuran tekanan darah pada masing-masing intervensi dan pengukuran
tekanan darah dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer merk
ABN dan stetoskop merek general care. Peneliti menetapkan responden ke
dalam kelompok intervensi SDB dan ANB setelah dilakukan pengundian.
Penelitian dilakukan dengan mengunjungi rumah responden. Tekanan darah
diukur sebanyak 3 kali, yaitu pada baseline(pre test), sesudah 2 minggu
diberikan intervensi (post test 1) dan sesudah 4 minggu diberikan intervensi
(post test 2)
g. Hasil
Uji post hoc didapatkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang
signifikan dari masing-masing waktu pengukuran selama periode intervensi
h. Kesimpulan
Simpulan,dalam penelitian ini yaitu slow deep breathing jauh lebih efektif
dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
i. Kelebihandan Kekurangan Artikel
Kelebihan :
Terapi yang diberikan mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan biaya
sehingga mudah penerapannya bagi masyarakat
Kekurangan:
2. Analisis PICO

No Kriteria Jawab Inti Artikel


1 P YA Tingginya angka prevalensi hipertensi dipicu
(Problem) oleh beberapa faktor, diantaranya stress.
Apabila dalam kurun waktu yang lama
tekanan darah yang tinggi tidak dapat
dikendalikan maka akan timbul beberapa
komplikasi diantaranya gangguan ginjal,
gangguan jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (menimbulkan stroke). Pencegahan
komplikasi melibatkan peran mandiri
perawatan yang sangat dibutuhkan dalam
menerapkan berbagai terapi non
farmakologis dalam bidang keperawatan.
Salah satu contohnya adalah dengan
melakukan manajemen stress seperti teknik
relaksasi pernapasan yang dapat memberikan
manfaat terapeutik bagi penderita hipertensi.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien


dengan hipertensi primer/essensial yang
direkrut dari Puskesmas Koya Kabupaten
Minahasa. Pasien yang diikutsertakan dalam
penelitian ini adalah pasien yang berusia ≥18
tahun, kesadaran compos mentis,
mendapatkan pengobatan antihipertensi,
berkunjung di Puskesmas Koya Kabupaten
Minahasa dan bersedia menjadi responden
dan kooperatif. Sementara apabila pasien
yang menderita hipertensi sekunder dan
terdapat penyakit penyerta (DM, stroke,
gangguan pernapasan, gangguan jantung,
gangguan ginjal, dislipidemia dan hamil
dalam 6 bulan terakhir) maka tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini.
Penentuan besar sampel menggunakan
rumus federer didapatkan 32 orang.
Antisipasi terjadinya responden droup out
10% sehingga total sampel menjadi 36
orang. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara randomisasi
(randomization).
Intervensi Slow Deep Breathing
2 I YA Intervensi pada penelitian ini diberikan
(Intervention) secara individual oleh peneliti selamat 4 hari
setiap minggu dalam 4 minggu dengan
durasi 5 menit. Di implementasikan dalam
penelitian ini berupa slow deep breathing.
Rekomendasi untuk dilakukan intervensi
adalah sehari dua kali, namun dalam
penelitian ini dilakukan sehari sekali.
Sebelum dilakukan intervensi pasien
dianjurkan minum air putih hangat
secukupnya dan istirahat dengan posisi
duduk selama 10 menit. Kemudian
pengukuran tekanan darah baseline
dilakukan. Responden dijelaskan mengenai
metode dari intervensi. Langkah yang
dilakukan yaitu: 1) responden dalam posisi
duduk, 2) meletakkan kedua tangan di atas
abdomen, 3) menganjurkan bernapas secara
perlahan dan dalam melalui hidung,
kemudian menarik napas selama 3 detik,
responden diminta untuk merasakan
pengembangan abdomen saat inspirasi, 4)
minta untuk menahan nafas selama kurang
lebih 3 detik, 5) responden mengerutkan
bibir, kemudian menghembuskan lewat
mulut secara perlahan selama 6 detik.
Pemberian penelitian ini dilakukan dengan
kualifikasi peneliti sebagai mahasiswa
magister keperawatan kekhususan
keperawatan medikal bedah.

Intervensi Alternate Nostril Breathing


Intervensi kedua yang diimplementasikan
pada penelitian ini yaitu alternate nostril
breathing diberikan secara individual
dilakukan oleh peneliti selama 4 hari setiap
minggu dalam 4 minggu dengan durasi 5
menit. Rekomendasi dilakukan sehari
sekali. Sebelum diberikan intervensi
dilakukan pengukuran tekanan darah.
Responden dijelaskan mengenai metode dari
intervensi. Langkah yang dilakukan yaitu:
1) duduk nyaman dengan punggung lurus, 2)
meletakkan jempol kanan pada lubang
hidung sebelah kanan, jari manis pada
lubang hidung sebelah kiri, dan menarik
napas dari kedua lubang hidung, 3)
menggunakan lubang jari untuk menutup
lubang hidung kanan, buang napas perlahan
melalui lubang hidung kiri dan menarik
napas dari lubang hidung kiri, 4)
menggunakan jari manis untuk menutup
lubang hidung kiri, menghembuskan napas
pada lubang hidung kanan dan menarik napas
pada lubang hidung kanan, 5) lakukan hingga
5 putaran
Tidak ada kelompok kontrol
3 C TIDAK
(Comparison)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia
4 O YA rata-rata pada kelompok intervensi slow
(Outcome) deep breathing pada rentang usia 39 sampai
dengan 71 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian tekanan darah sistolik dari kedua
kelompok intervensi sebelum diberikan
intervensi berada pada rentang diatas 150
mmHg yaitu pada kelompok slow deep
breathing dengan rata-rata 151,11 mmHg
(SD=8,32) yang lebih rendah
dibandingkan kelompok alternate nostril
breathing dengan rata-rata 151,67
(SD=9,85). Sedangkan tekanan darah
diastolik dari kelompok slow deep breathing
berada pada rentang diatas 100 mmHg
dengan rata-rata 100,00 (SD=7,67) dan pada
kelompok alternate nostril breathing berada
pada rentang diatas 91 mmHg dengan rata-
rata 91,11 (SD=4,71) yang didapatkan
sebelum diberikan perlakuan. Setelah 2 dan
4 minggu diberikan perlakuan didapatkan
penurunan tekanan darah sistolik dari wakut
ke waktu.
Lampiran:
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI

Oleh:
Sahrawardi, S.Kep
2130913310001

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


HIPERTENSI

Oleh:
Sahrawardi, S.Kep
2130913310001

Banjarbaru, November
2021

Pembimbing Akademik

Kurnia Rachmawati, Ns. M.N.S


NIPK. 19841112201 701209 001
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Penyakit Gangguan Sistem Kardiovaskuler


Pokok Bahasan : Hipertensi
Sub Pokok Bahasan : Pencegahan dan Penatalaksanaan Hipertensi
Sasaran : Tn. Y
Tempat : Kontrakan Tn. Y
Waktu : 09.30 – 10.00 WITA
Hari, tanggal : November 2021
Pemateri :Sahrawardi, S.Kep

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan Keluarga Tn. Y dapat memahami tentang
penyakit hipertensi dan cara pencegahannya
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Keluarga Tn. Y dapat mengulang kembali pengertian dari hipertensi
2. Keluarga Tn. Ydapat menyebutkan penyebab dari hipertensi
3. Keluarga Tn. Ydapat menyebutkan tanda dan gejala dari hipertensi
4. Keluarga Tn. Ydapat menyebutkan pencegahan dan penatalaksanaan dari
hipertensi
C. Kegiatan Penyuluhan
Alokasi waktu :
1. Pembukaan : 5 menit
2. Peyampaian materi : 10 menit
3. Tanya jawab : 10 menit
4. Penutup : 5 menit

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah
2. Memperkenalkan diri salam
3. Bina hubungan saling 2. Mendengarkan
percaya.
4. Menyampaikan tujuan
pokok materi
Penyampaian Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah
Materi 1. Pengertian dari dan
hipertensi 2. Menanyakan praktek
2. Penyebab dari hipertensi materi yang
belum
3. Tanda dan gejala dari
dimengerti
hipertensi
4. Penatalaksanaan dari 3. Mempratekkan
hipertensi slow deep
5. Pencegahan hipertensi breathing
Melakukan terapi non
farmakologi yaitu slow deep
breathing
Penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab Tanya
2. Menarik kesimpulan pertanyaan jawab
3. Menyampaikan hasil 2. Menjawab (diskusi)
Evaluasi salam
4. Menutup penyuluhan
(salam)

D. Setting Tempat

Keterangan :
A = Pemateri
B = Keluarga Tn.Y
B

E. Garis Besar Materi ( Terlampir)


1. Pengertian dari hipertensi
2. Penyebab dari hipertensi
3. Tanda dan gejala dari hipertensi
4. Penatalaksanaan dari hipertensi
5. Pencegahan hipertensi
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan pemateri
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media pamflet
2. Evaluasi Proses
a) Keluarga aktif dalam melaksanakan tanya jawab
b) Keluarga mendengarkan dengan seksama
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b) Keluarga dapat menjelaskan pengertian penyakit hipertensi, penyebab
hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, pencegahan, diet yang dianjurkan.
H. Lampiran
- Materi Lengkap
G. Referensi :
- Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta: EGC
- Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta: EGC
- Imam, S Dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Keluarga. Malang: Buntara
Media
- Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2. Jakarta: Penerbit FKUI
- Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.
HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang


mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui
oleh tubuh kita sendiri. Satu- satunya cara untuk mengetahui hipertensi
adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

2. Etiologi
a. Hipertensi primer
Penyebab pasti dari hipertensi primer sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres
psikologis, serta keturunan. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder.

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.

3. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari hipertensi adalah :

a. Pusing
b. Sakit kepala
c. Muka merah
d. Tengkuk terasa tegang
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiofaskuler)
g. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
h. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
i. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
5. Penatalaksanaan
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga
yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

b. Edukasi Psikologis
Tehnik relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
c. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan
a. Step 1: Obat pilihan pertama = diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
b. Step 2: Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
6. Komplikasi
a. Retinopati
b. Stroke
c. Gagal Jantung
d. Gagal Ginjal
7. Cara Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:

a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat


maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol
Lampiran Poster:

Poster 1 Poster 2

Poster 3 Poster 4
Poster 5 Poster 6
HASIL EVALUASI PENYULUHAN

1. Hari/Tanggal Pelaksanaan : Kamis-jumat, 03-04 November 2021


2. Waktu : Pukul 11.00 Wita
3. Sasaran : Tn. Y
4. Pengorganisasian : Sahrawardi, S.Kep
(Penyaji, Observer, Moderator dan Fasilitator)
5. Media : PPT, Poster

6. Evaluasi Input
Kesiapan Peserta Penyuluhan ü

Kesiapan Tempat Pelaksanaan ü

Kesiapan Tim Penyaji ü

Kesiapan Tim Materi Penyaji ü

Kesiapan Media (Poster) ü

7. Evaluasi Proses Kegiatan


Pembukaan a. Memberikan salam Ö
b. Memperkenalkan diri ke peserta Ö
penyuluhan
c. Bina hubungan saling percaya ke peserta Ö
penyuluhan
d. Menyampaikan tujuan pokok materi Ö
e. Menanyakan pengetahuan tentang
Ö
Hipertensi
Penyampaian Menjelaskan materi tentang:
materi a. Pengertian Hipertensi. Ö

b. Penyebab dari Hipertensi. Ö


Ö
c. Tanda dan gejala dari Hipertensi.
Ö
d. Pencegahan Hipertensi.
Ö
e. Terapi diet Hipertensi. Ö
Kegiatan a. Memberi pertanyaan Ö
Penutup b. Menarik kesimpulan Ö
c. Menyampaikan hasil evaluasi Ö
Moderator a. Memimpin jalannya diskusi Ö
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan Ö
c. Meevaluasi pemahaman peserta Ö
penyuluhan
d. Meatur kontrak waktu Ö
Penyaji a. Menyajikan serta menjelaskan tentang Ö
materi yang disampaikan
b. Menjawab pertanyaan peserta Ö
Fasilitator a. Membantu peserta untuk tetap fokus Ö
memperhatikan penyajian
b. Mempersiapkan kebutuhan yang Ö
diperlukan
Observer a. Meobservasi jalannya penyuluhan Ö
b. Menuliskan pertanyaan dan jawaban Ö
c. Memberikan nilai dan kesimpulan Ö
penyuluhan

8. Evaluasi seluruh hasil satuan acara penyuluhan:


Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai ü

dengan waktu yang telah ditentukan


Penyaji memberikan materi dengan ü

jelas sehingga peserta mudah mengerti


Peserta dapat menjawab pertanyaan ü

yang diajukan
Peserta mengikuti kegiatan dari awal ü

hingga selesai
Melakukan dokumentasi ü
Pertanyaan Peserta
1. Mentimun tu bisa jua kah mengurangi tekanan darah sebagai gantinya tomat?

Pertanyaan Evaluasi Peserta

1. Pengertian Hipertensi?

2. Faktor Risiko Hipertensi?

3. Tanda dan Gejala Hipertensi?

4. Pencegahan Hipertensi?

5. Diet Hipertensi?

Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
1. Tekanan darah tinggi atau ü
hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan
darah secara kronis (dalam jangka
waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya
tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi.
2. Faktor risiko hipertensi, adalah ü
sebagai berikut:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Obesitas
d. Gaya hidup
e. Perokok

3. Menurut Tambayong (dalam ü


hipertensi:
a. Mengeluh sakit kepala,
pusing.

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun

4. Pencegahan Hipertensi: ü

a. Mengatur diet agar berat badan


tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes
Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau
menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan
sehari-hari dengan konsumsi
rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk
mengendalikan berat badan.

5. Diet DASH terdiri dari 5 prinsip ü

dalam pengaplikasianya (Mahan


LK dkk, 2012) yaitu :

a. Konsumsi buah sayur yang


mengandung kalium,
fitoestrogen, dan serat.

b. Konsumsi produk susu rendah


banyak kalsium. Konsumsi
Kacang, Ikan, dan Unggas
secukupnya.

c. Kurangi lemak jenuh yang


bersifat arterogenik seperti
asam urat, asam palmitat, asam
stearate.

d. Membatasi konsumsi garam,


konsumsi garam natrium
berlebih dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi karena
garam natrium dapat.
e. Kontrol tekanan darah

f. Olahraga rutin

g. Berhenti merokok

Evaluasi Seluruh Kegiatan


1. Kegiatan penyuluhan kurang lebih dilakukan 30 Menit
2. Terdapat peningkatan pengetahuan terkait Hipertensi
3. Peserta penyuluhan mengajukan 1 pertanyaan
4. Peserta penyuluhan dapat menjawab 5 dari 5 pertanyaan yang diajukan
5. Penyaji memberikan bingkisan masker dan poster.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA NY. R
DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN SUNGAI ULIN KECAMATAN
BANJARBARU UTARA KOTA BANJARBARU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Keluarga

Tanggal 21 - 26 Februari 2022

Oleh:
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. R DENGAN
HIPERTENSI DI KELURAHAN SUNGAI ULIN KECAMATAN
BANJARBARU UTARA KOTA BANJARBARU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Keluarga

Tanggal 21 – 26 Februari 2022

Oleh:
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001

Banjarbaru, Februari 2022


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Lola Illona Elfani K, Ns., M.Kep. Ahmad Syaqif, S.Kep., Ns.


NIP. NIP. 19740701 199502 1 002
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, yang merupakan
entry point dalam upaya mencapai kesehatan masyarakat secara optimal.
Tercapainya kesehatan keluarga, akan mewujudkan tercapainya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dengan demikian, kesehatan
keluarga merupakan kunci utama pembangunan kesehatan masyarakat.
Friedman (2003) mengatakan bahwa keluarga merupakan salah satu aspek
penting dalam keperawatan. Hal ini disebabkan karena keluarga sebagai
suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan di dalamnya. Selain itu, keluarga
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para
anggotanya. Dengan demikian, keluarga menjadi penentu sehat-sakitnya
anggota keluarga, yang akan berdampak pada munculnya berbagai
masalah kesehatan anggota keluarga.
Masalah kesehatan yang muncul di keluarga tentunya sangat tergantung
kepada bagaimana keluarga menjalankan fungsi perawatan kesehatan
keluarga (Agrina, Reni Zulfitri,2012) Dalam upaya meningkatkan
kemampuan keluarga melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga
di rumah, maka penting bagi keluarga untuk memahami dan melaksanakan
lima tugas kesehatan keluarga. Friedman (2003) menyampaikan bahwa
lima tugas kesehatan keluarga meliputi: pertama, keluarga diharapkan
mampu mengenal berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh
anggota keluarga. Kedua, keluarga mampu memutuskan tindakan
keperawatan yang tepat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang
dialami oleh seluruh anggota keluarga. Ketiga, keluarga mampu
melakukan perawatan yang tepat sehari-hari di rumah. Keempat, keluarga
dapat menciptakan dan memodifikasi lingkungan rumah yang dapat
mendukung dan meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga.
Kelima adalah keluarga diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk mengontrol kesehatan dan mengobati masalah kesehatan
yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga.
Lima tugas kesehatan keluarga tersebut baru dapat dilaksanakan dengan
baik dan benar apabila keluarga mendapatkan upaya pembinaan dan
bimbingan dalam menjalankan lima fungsi perawatan kesehatan keluarga.
Upaya pembinaan dan bimbingan kepada keluarga agar tercapai
kemandirian keluarga dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan di
keluarga dapat dilakukan melalui penerapan asuhan keperawatan keluarga
(Agrina, Reni Zulfitri,2012).

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga pada klien
dengan penyakit Hipertensi
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa maampu memberikan asuhan keperawatan pada individu
yang yang bermasalah
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjelaskan cara megatasi penyakit Hipertensi
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan terhadap tingkat kekambuhan pada
pasien Hipertensi
3. Bagi keluarga
Dapat meningkatkan kualitas hidup sebagai upaya untuk melakukan
kontrol untuk menirgkatkan kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengertian Keluarga dan Keperawatan Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,
2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat
dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan
keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit
layanan perlu di perhitungkan.
Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga
(Suprajitna, 2004). Asuhan keperawatan keluarga adalah satu rangkaian
kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran
keluarga dengan tujuan menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami
keluarga dengan menggunakan proses keperawatan keluarga ( Setiadi,
2008 ).
2. Kesehatan Keluarga Sebagai Tujuan Keperawatan Kesehatan
Keluarga
Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga
adalah (Effendy N, 1998):
a. Tujuan umum: untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan
status kesehatan keluarganya (Effendy N, 1998). Secara umum, tujuan
asuhan keperawatan keluarga adalah ditingkatnya kemampuan keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatanyya secara mandiri (Suprajitno,
2004).
b. Tujuan khusus:
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya

3. Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantaranyya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman 2010,
ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu:
a. Tahap I : Keluarga Pemula. Keluarga pemula merujuk pada pasangan
menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini
adalah membangun perkawinan yang saling memuaskan,
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
keluarga berencana.
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai
umur 30 bulan).Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan
dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek
dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua
berumur 2-6 tahun). Tugas perkembangan keluarga pada tahap III,
yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak yang lainyya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan,
mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama,
memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13
tahun). Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu
mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20
tahun). Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-
anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).Tahap
ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas
perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua
lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau
pensiunan).Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan.
Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembanganyya adalah
menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh
hubungan perkawinan yang kokoh.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia. Dimulai
dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun
terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan
keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

5. Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi
yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti
diantaranya:
a) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga
dengan suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah.
b) The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
c) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung
jawab secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
2) Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah,
contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante, kakek dan
nenek.
3) Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau
karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
4) Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di
kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan
anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau pada
waktuwaktu tertentu.
5) Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
6) Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal
dalam satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi,
dapur, televise dan lain-lain.
7) Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda
(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak
dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
8) Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living
Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihanyya atau perpisahan (separasi), seperti
perceraian atau ditinggal mati.
9) Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua
dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak
tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya
sudah mampu untuk merawat.
10) Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di
mana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua
rumah tangga inti.
b. Keluarga Non-tradisional
1) The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta
sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
4) Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital
Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melakukan pernikahan.
5) Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
6) Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama
diluar hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
7) Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
menikah satu dengan lainyya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anak.
8) Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi
aturan/nilainilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan saling
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
10) Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah
kesehatan mental.
11) Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupanyya.

6. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir
dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya.
Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

7. Tugas Keluarga
Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga yaitu (Effendy N, 1998; Suprajitno, 2004):
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga (gangguan perkembangan
kesehatan setiap anggotanya)
b) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi maslah kesehatan
keluarga
c) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau
keluarga yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan
keluarga
d) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
e) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesma,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.

8. Peran Perawat Keluarga


Dalam (Setiadi,2008), memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara
lain :
a. Pemberian Asuhan Keperwatan kepada anggota keluarga.
b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan keluarga.
d. Fasilitator menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau.
e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidikan
untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat.
f. Penyulun dan konsultan, perawat dapat berperan memberikan
petunjuk tentang Asuhan Keperawatan dasar terhadap keluarga
disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah
perawatan keluarga.
B. KONSEP HIPERTENSI
1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal


tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi
arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang
bila berlanjut dapat dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi juga didefenisikan
sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik
> 90 mmHg (Udjianti, 2013).

2. Etiologi Hipertensi

Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa


faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer
seperti berikut ini. (Udjianti, 2013).
a. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
menopause tinggi untuk mengalami hipertensi.
c. Diet Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan (obesitas).
e. Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya
hipertensi.
f. Gaya hidup Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah.
Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ni beberapa
kondisi yang menjadi penyebab hipertensi sekunder (Udjianti, 2013).
a. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan
penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah normal kembali secara
beberapa bulan.
b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri renal
pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau fibrous
displasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrus). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi dan perubahan struktur serta fungsi
ginjal.
c. Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-medited hypertention di sebabkan kelebihan
primer aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer,
kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokaemia.
d. Coaretation aorta (penyempitan pembuluh darah aorta)
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau abdominal. Penyempitan penghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan darah diatas
area kontriksi.
e. Kehamilan
Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormon
estrogen pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh
memang akan menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa
menyebabkan sel-sel endotel rusak dan akhirnya menyebabkan munculnya
plak pada pembuluh darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi
darah dan pada akhirnya memicu tekanan darah tinggi.
f. Merokok
Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena membuat
tekanan darah langsung meningkat setelah isapan pertama, meningkatkan
kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa (mmHg). Kandungan
nikotin pada rokok memicu syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat
menyempitkan pembuluh darah sekaligus meningkatkan tekanan darah.
3. Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah :


a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak Nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis (mimisan)
h. Kesadaran menurun

4. Klasifikasi Hipertensi
Menurut World Health Organization dalam (Noorhidayah, 2016)
klasifikasi hipertensi adalah :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95
mmHg.

5. Komplikasi Hipertensi
Jika hipertensi tidak dikendalikan akan dampak pada timbulnya
komplikasi penyakit lain. Komplikasi hipertensi pada organ lain dapat
menyebabkan penyakit lain dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal,
perdarahan selaput getah bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah
di otak dan kelumpuhan. Berikut komplikasi penyakit hipertensi adalah:
a. Stroke Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh
darah otak (stroke). Stroke sendiri merukan kematian jaringan otak
yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Biasanya kasus ini terjadinya secara mendadak dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberpa menit (Anshari, 2020).
b. Gagal jantung Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung
bekerja lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan
pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi.
Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk
memompa darah (Anshari, 2020).
c. Gagal ginjal Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam
ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak.
Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal. Ada 2
jenis kalainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan
nefrosklerosis maligna (Anshari, 2020).
d. Kerusakan Pada Mata Tekanaan darah yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf pada mata (Anshari,
2020).

6. Pencegahan Hipertensi
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan Primordial adalah usaha pencegahan predisposisi terhadap
hipertensi, belum terlihat faktor yang menjadi risiko penyakit
hipertensi. Contoh: adanya peraturan pemerintah membuat peringatan
agar tidak mengonsumsi rokok,dan melakukan senam kesegaran
jasmani untuk menghindari terjadinya hipertensi.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau
mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi,
melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan
cukup sayur, buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas
dan tidak merokok. Tujuan pencegahan primer adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit. Pencegahan primer dapat dilakukan
dengan mengadakan penyuluhan dan promosi kesehatan, menjelaskan
dan melibatkan individu untuk mencegah terjadinya penyakit melalui
usaha tindakan kesehatan gizi seperti melakukan pengendalian berat
badan, pengendalian asupan natrium dan alkohol serta penghilangan
stres
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menjadikan orang yang
sakit menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi, dan kecacatan
akibatnya. Misalnya mengukur tekanan darah secara rutin dan
skreening. Pencegahan sekunder juga dapat dilakukan terapi
nonfarmakologis seperti menejemen stres dengan relaksasi,
pengurangan berat badan dan berhenti merokok. Untuk menegakkan
diagnosa hipertensi dapat diperoleh dari data anamnese penderita,
pemeriksaan tekanan darah secara akurat yang dilakukan setelah cukup
istirahat 5- 10 menit. Pemeriksaan yang lebih teliti pada target organ
untuk menilai komplikasi dan pemeriksaan laboratorium sebagai data
pendukung seperti pemeriksaan gula, urine kalium dalam darah dan
kreatinin pemeriksaan laboratorium ini juga diperlukan untuk mengikuti
perkembangan pengobatan dan untuk menilai kemungkinan dari efek
samping yang timbul.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan
tersier ini yaitu menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan
mengobati penyakit yang dapat memperberat hipertensi. Pencegahan
tersier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi
yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan
memperpanjang lama ketahanan hidup (Ismayadi, 2012).

.
C. Pengkajian Keperawatan Keluaga
1. Pengkajian
a. Biodata: nama, umur, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, suku,
bangsa, pendidikan, pekerjaan dan penanggung jawabnya. Usia:
penyakit furunkel menyerang segala umur
b. Keluhan Utama: nyeri pada bagian yang terkena furunkel
c. Riwayat Penyakit Sekarang: meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari
gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak
atau bertahap, faktor pencetus upaya untuk mengatasi masalah tersebut
d. Riwayat Penyakit Dahulu: meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit dan riwayat pemakaian obat
e. Riwayat Psikososial Keluarga: dirawat akan menjadi stress pada klien
itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika klien tidak
mengetahui prosedur dan juga pengobatan setelah menyadari
penyakitnya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
f. Pemeriksaan fisik (ROS):
Keadaan umum: tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat
nyeri.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau ntegr individu.
Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi
masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim lain
merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan
kurangnya pelayanan kesehatan.

3. Penenytu Prioritas Masalah


Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi
bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas
perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa
mendatang. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), etiologi pada diagnosis
keperawatan keluarga menggunakan lima sekala ketidak kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan keperawatan. Penilaian
(skoring) diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya
(1978) sebagai berikut (Suprajitno, 2004):
NO Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolkan masalah 2 1
Masalah berat, harus segera ditangani 1
Ada masalah, tetapi tidak segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
b. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua criteria skor tertinggi adalah 5
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan proritas
a. Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau
kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut
memerlukan tindakan yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan
atau disadari oleh keluarga.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor
kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah :
1) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani masalah
2) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik,
keuangan atau tenaga
3) Sumber-sumber dari perawatan, misal dalam bentuk pengetahuan,
ketrampilan, dan waktu
4) Sumber-sumber di masyarakat, dan dukungan sosial masyarakat
c. Potensi masalah dapat dicegah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria
potensi masalah nte dicegah adalah sebagai berikut :
1) Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit atau
masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah masalah.
Umumnya makin berat masalah tersebut makin sedikit kemungkinan
untuk mengubah atau mencegah sehingga makin kecil potensi masalah
yang akan timbul
2) Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya
masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan
langsung dengan potensi masalah bisa dicegah
3) Kelompok risiko, adanya kelompok risiko tinggi atau kelompok yang
peka atau rawan, hal ini menambah masalah bisa dicegah
d. Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai
masalah mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk
diatasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam memeberikan skor pada
cerita ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
tersebut menilai masalah dan perlu untuk menangani segera, maka harus
diberi skor tinggi.

4. Fokus Intervensi
a. Fokus Intervensi Individu
Intervensi :
1) Identifikasi faktor penyebab atau penunjang yang menghalangi.
2) Bangun rasa percaya dan kekuatan.
3) Tingkatkan percaya diri dan kemajuan diri yang positif.
4) Identifikasi ntegr-faktor yang mempengaruhi belajar
5) Tingkatkan sikap positif keikutsertaan individu dan keluarga.
6) Jelaskan dan bicarakan :
a) Proses penyakit
b) Aturan pengobatan
c) Perubahan gaya hidup yang diperlukan
d) Metode untuk memantau kondisi
7) Jelaskan bahwa perubahan gaya hidup dan kebutuhan belajar akan
membutuhkan waktu untuk ntegrase.
8) Identifikasi rujukan atau layanan komunitas yang diperlukan untuk
tindak lanjut.
b. Fokus Intervensi pada keluarga
Berikut ini intervensi keperawatan keluarga yang dilakukan sesuai dengan
5 tugas keluarga :
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
4) Memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Agrina & Zulfitri, R. 2012. Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap
Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi Masalah Kesehatan di Keluarga.
7(2): 81-89.

Asmadi 2008. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.

Bulechek,dkk. 2016. Nursing Intervention classification (NIC) Edisi keenam.


Singapore: Elsevier Icn.
Effendy N, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2.
Jakarta: EGC

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC

Ismayadi, 2014. Proses menua (ageing process). Medan: Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara
Nadirawati. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. 1st edn. Edited by.
Anya. Bandung: PT Refika Aditama

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik.


Jakarta : EGC
Udjianti, Wajan Juni.2013. Keperawatan Kardiovaskular. Cetakan Ketiga. Jakarta
: Penerbit Salemba Medika
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2022
b. Nama Kepala Keluarga : Ny. R
c. Umur : 77 tahun
d. Alamat Kepala Keluarga : Jl. Imbramsyah Gunung Ronggeng
e. Pekerjaan : Berjualan
f. Pendidikan : SD
g. Komposisi Keluarga :
Status Imunisasi
Hep
Hubungan Umur Campa Ket
No Nama JK Pendidikan Polio BCG DPT a
dengan KK (thn) k
Titis
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Ny. R P Kepala 77 SD
Keluarga
2 Ny. M P Anak 42 S1

3 Ny. A P Anak 33 S1

4 Tn. A L Menantu 31 SLTA

5 An. T P Cucu 22 SMA

6 An. L P Cucu 10 SD

Genogram:
Keterangan:
= Laki-laki = Hubungan Saudara
= Perempuan = Perempuan Meninggal
= Hubungan Pernikahan = Keturunan
= Tinggal Serumah = Klien
= Cerai = Laki-laki meninggal

Penjelasan:

2. Tipe Keluarga
Keluarga Inti

3. Suku Bangsa
a. Latar belakang etnis keluarga
Suku Jawa
b. Tempat tinggal keluarga
Rumah pribadi
c. Kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya
Ny. R aktif mengikuti kegiatan keagamaan.
d. Kebiasaan berbusana sehari-hari
Ny. R mengatakan untuk pakaian disesuaikan dengan kegiatan yang dihadiri,
kalau dirumah sehari – hari hanya menggunakan daster
e. Struktur kekuasaan keluarga
Struktur kekuasaan dipegang oleh Ny. R
f. Bahasa yang digunakan di rumah
Indonesia, Jawa dan Banjar
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga
Ny. R mengatakan ke Puskesmas Sungai Ulin

4. Agama
a. Agama atau kepercayaan yang dianut oleh keluarga
Islam
b. Adakah perbedaan dalam keyakinan agama dan praktiknya
Tidak ada
c. Sejauhmana keaktifan keluarga dalam kegiatan keagamaan
Ny. R mengatakan sering mengikuti yasinan di lingkungan.
d. Apakah agama dijadikan sebagai dasar keyakinan atau nilai yang
memengaruhi kehidupan keluarga
Benar
e. Adakah kepercayaan dan nilai keagamaan yang berpengaruh terhadap
kesehatan keluarga
Benar

5. Kebiasaan diet
Ny. R sedang membatasi konsumsi garam
6. Status Sosial Ekonomi
a. Penghasilan keluarga per bulan
Ny. R mengatakan Rp. 2.000.000/bulan
b. Apakah keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Ny. R mengatakan dicukupkan
c. Apakah keluarga memiliki tabungan untuk keperluan yang akan datang
Ny. R mengatakan ada
d. Apakah keluarga memiliki asuransi kesehatan
Ada asuransi kesehatan (BPJS)

7. Rekreasi keluarga
Klien mengatakan hanya dirumah saja karena lagi pandemic.

8. Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia. Dimulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan,
menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan
keluarga antara generasi.

b. Tahap Perkembangan yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII sudah terpenuhi.

9. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti


Anggota Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga
Ny. R - Darah tinggi Ny. R mengatakan merasa
baik-baik saja.

Berdasarkan hasil
pemeriksaan TD klien
200/123 mmHg

10. Riwayat Kesehatan Keluarga sebelumya


11. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
a) Luas Rumah : 6 x 9 m2
b) Tipe rumah : permanen
c) Kepemilikan : pribadi
d) Jumlah dan rasio ruangan :
• 1 ruang tamu
• 3 kamar tidur
• 1 kamar mandi
• 1 toilet
• 1 ruang tengah
• 1 dapur
e) Ventilasi / jendela : setiap kamar, dapur dan ruang tengah memiliki
ventilasi.
f) Pemanfaatan ruangan : setiap ruangan dimanfaatkan sesuai fungsinya
g) Septic tank : terdapat satu buah septic tank di belakang rumah
h) Sumber air minum : PDAM
i) Kamar mandi / wc keluarga : 2 buah
j) Lingkungan diluar rumah: bersih dan asri
k) Sampah: sampah berupa daun-daunan kering dibakar, untuk sampah
rumah tangga dan sampah habis pakai dikumpulkan dalam plastik
sampah dan dibuang ke TPS
l) Kebersihan lingkungan: lingkungan bersih
m) Denah rumah

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Desa : tetangga dengan suku yang


beragam dan religius
c. Mobilitas Geografis Keluarga : -
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : sering bersosialisasi
e. Sistem pendukung keluarga : keluarga selalu terbuka ke semua anggota
keluarga
12. Struktur keluarga
a. Struktur Peran (formal dan informal) : Ny. R sebagai kepala keluarga
sekaligus ibu rumah tangga
b. Nilai dan Norma keluarga : tidak ada yang bertentangan
c. Pola Komunikasi : terbuka dan musyawarah
d. Struktur Kekuatan Keluarga : keputusan diambil oleh kepala keluarga dan
bermusyawarah

13. Fungsi Keluarga


a. Fungsi afeksi:
b. Fungsi sosialisasi: anggota keluarga biasanya berkumpul di ruang tengah
pada saat jam-jam tertentu
c. Fungsi ekonomi: Ny. R dan anak menantu nya semua bekerja.
d. Fungsi keluarga
Asah : Ny. R sebagai KK memikirkan masa depan keluarganya
Asuh : Anak-anak dibimbing dan arahkan oleh Ny. R
Asih : Keluarga harmonis
e. Fungsi pendidikan: Ny. R mengatakan berhasil menyekolahkan semua
anaknya.
f. Fungsi religius: Biasanya Ny. R ibadah dirumah
g. Fungsi pemenuhan (Perawatan/pemeliharaan Kesehatan) :
a. Mengenal Masalah : Keluarga Ny. R merasa sakit apabila ada muncul
gejala-gejala yang menurut mereka mengganggu aktivitas sehari-hari.
Ny. S kadang – kadang merasa pusing.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan : Ny. S dalam
mengambil keputusan, melakukan tindakan kesehatan seperti
melakukan pengobatan ke pelayanan kesehatan.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit: kalau ada salah
satu anggota keluarga yang sakit, anggota yang lain membantu dalam
proses penyembuhan
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat : Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan yang sehat
: memanfaatkan puskesmas sebagai pelayanan kesehatan

14. Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang : Ny. R mengatakan saat ini tidak ada
masalah yang mengakibatkan stress
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor : -
c. Strategi koping yang digunakan : -
d. Strategi adaptasi fungsional : -

15. Harapan Keluarga


Ny. R berharap semua anggota keluarganya sejahtera dan sukses dimasa
depan.
16. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
No Komponen Ny. R
1. Kepala Inspeksi: rambut tipis dan beruban
2. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dapat mengikuti arah. Pandangan kabur, menggunakan
kacamata lensa -
3. Hidung Nampak simetris, tidak terlihat sekret atau kemerahan
4. Telinga Kedua telinga simetris, tidak ada serumen. Namun klien mengalami penurunan pendengaran
5. Mulut Mukosa bibir lembab, bersih,
6. Leher & Tenggorokan Tidak nampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak deviasi trakea
7. Dada Dada Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
8. Abdomen Perut datar, tidak ada massa teraba,
9. Punggung Terdapat kelainan pada tulang belakang
10. Ekstremitas Tidak ada masalah pada ekstermitas atas atau bawah
11. Kulit Tidak ada kelainan pada kulit
12. Kuku Kuku tampak pendek dan bersih
13. T: 36,9oC
TD: 200/123 mmHg
Tanda-tanda vital HR: 91x/menit
RR: 20x/menit
SPO2: 99%
14. BB: 52 kg
BB, TB/PB
TB: 150 cm
No Komponen Ny. R
15. Pemeriksaan Lab GDS: 90
Asam urat: 44
16. Keadaan Umum Kesadaran kompos mentis
17 Obat-obatan yang Amlodipine 10 mg 1x1 tab, Forusemid 40 mg 1x1 tab.
dikonsumsi
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Penilaian untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama Klien : Ny. R Tanggal Wawancara : 23 Februari 2022
Umur : 77 Pewawancara : Sahrawardi S.Kep
Tingkat Pendidikan Terakhir: SD

Skor
Pertanyaan Jawaban
+ -
- 1. Tanggal berapa hari ini? 23
2. Hari apa sekarang ini? Rabu
3. Apa nama tempat ini? Rumah
4. Dimana alamat anda? Gunung rongggeng
- 5. Berapa umur anda? 77 Tahun
- 6. Kapan anda lahir? Tahun 1945
- 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi
- 8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
9. Siapa nama kecil ibu anda? Tidak ada
10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap 17, 14, 11, dst.
angka baru, semua secara menurun !
Jumlah Kesalahan Total 0
Interpretasi:
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Kesimpulan : dari sepuluh pertanyaan yang diajukan klien salah/tidak
dapat menjawab semua pertanyaan. Sehingga
kesimpulannya fungsi intelektual utuh.
MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
Nilai Skore yang
Aspek Penilaian
Maksimum Didapat
5 Orientasi:
Tanggal berapa hari ini? (tahun, musim, tanggal, hari,
bulan)
Jawaban pasien
5 Tahun: 2022
Musim: hujan
Tanggal: 23
Hari: Rabu
Bulan: Februari
5 Orientasi:
Dimana kita berada? (negara, provinsi, kabupaten/kota,
desa, RT/RK
Jawaban pasien
5 Negara : Indonesia
Provinsi: Kalimantan utara
Kabupaten/kota: Banjabarbaru
Kelurahan: Sungai ulin
Komplek: gunung ronggeng
3 Registrasi:
menyebutkan 3 nama objek yang tidak saling
3 berhubungan,(Tas, Pulpen, bantal)
jawaban pasien :
Tas, Pulpen, Bantal
5 Konsentrasi dan Kalkulasi:
Meminta klien menghitung mundur dari 100 dengan
kelipatan 7 sampai 5 tingkat.
(100, 93, 86, 79, 72)
Jawaban:
5
100
93
86
79
72

3 Mengingat:
Menyebutkan kembali 3 nama objek pada langkah ke-3.
3 (Tas, Pulpen, Bantal)
Jawaban pasien
Tas, Pulpen, Bantal
2 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut):
2 Jawaban pasien
Pensil
kertas
1 Bahasa:
Membuat kalimat kemudian meminta klien menirukannya.
1
Jawaban pasien
Saya sedang duduk
3 Bahasa:
3 Meminta klien untuk mengikuti 3 langkah perintah yaitu:
“ambil kertas ini” kemudian “lipat setengahnya”,
kemudian letakkan diatas lantai
1 Bahasa:
Meminta klien untuk membaca dan mengikuti perintah
1
yang anda tulis.
(tulis: "Pejamkan mata anda")
1
Bahasa:
1 Meminta klien untuk menulis sebuah kalimat.
“Harinya panas”
1 Minta klien untuk menggambar

Total Nilai 30

Penilaian : 24-30 : tidak ada gangguan kognitif


18-23 : gangguan kognitif ringan
0-17 : gangguan kognitif berat
MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.


1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh dalam Tidak 0 0 Tidak Ada
3 bulan terakhir? Ya 25 Riwayat
Jatuh
2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki Tidak 0 15 Hipertensi,
lebih dari satu penyakit? Ya 15 Nyeri dan
Pusing
3. Alat Bantu jalan: 0 Tidak ada
- Bed rest/ dibantu perawat 0 alat bantu
- Kruk/ tongkat/ walker 15 jalan
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia Tidak 0 0 Tidak ada
terpasang infus? Ya 20 Terpasang
Infus
5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 0 Gaya
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0 Berjalan
bergerak sendiri) Normal
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20

6. Status Mental 0 Klien


mengalami
keterbatasan
daya ingat
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15

Total Nilai 15 Tidak


Berisiko
Pemeriksa Sahrawardi,S.Kep

Kesimpulan: Lansia mendapatkan skor 15 pada pengkajian MFS yang artinya


tidak berisiko.
Keterangan:
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan

Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar

Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar

Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi


INSTRUMENT PENGKAJIAN DENGAN INDEKS BARTHEL.

No. Item yang dinilai Skor Nilai


1. Makan (Feeding) 0 0 = Tidak mampu
1 = 1=Butuh bantuan memotong, mengoles mentega
2
dll.
2 = 2 = Mandiri
2. Mandi(Bathing) 0 = 0=Tergantung orang lain
1
1 = 1=Mandiri
3. Perawatan 0 = 0=Membutuhkan bantuan orang lain
diri(Grooming) 1 = 1=Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, 1
dan bercukur
4. Berpakaian(Dressing)
0 = 0=Tergantung orang lain
1 = 1=Sebagian dibantu (missal mengancing baju) 2
2 = 2=Mandiri
5. Buang air 0 = 0=Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
kecil(Bowel) terkontrol
1 = 1=Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2
2 = 2=Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6. Buang air 0 = 0=Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
besar(Bladder) 1 = 1=Kadang Inkontensia (sekali seminggu) 2
2 = 2=Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = 0=Tergantung bantuan orang lain
1 = 1=Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
2
beberapa halsendiri
2 = 2=Mandiri
8. Transfer 0 = 0=Tidak mampu
1 = 1=Butuh bantuan untuk bias duduk (2 orang)
2 = 2=Bantuan kecil (1 orang)
3
3 = 3=Mandiri
9. Mobilitas 0 = 0=Immobile (tidak mampu)
1 = 1=Menggunakan kursiroda
2 = 2=Berjalan dengan bantuan satu orang 2
3 = 3=Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = 0=Tidak mampu
1 = 1=Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2
2 = 2=Mandiri

Interpretasi hasil :Mandiri 9-11 : Ketergantungan Sedang


20 : Mandiri 5-8 : Ketergantungan Berat
12-19 : Ketergantungan Ringan 0-4 : Ketergantungan Total
Apgar Keluarga Dengan Lansia
Skrining untuk melengkapi pengkajian fungsi sosial
No Fungsi Uraian Skor
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
1 Adaptasi (teman – teman) saya untuk membantu pada waktu 2
sesuatu menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman) 2
2 Hubungan saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
Saya puas bahwa keluarga (teman – teman) saya 1
3 Pertumbuhan menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman)
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap 1
4 Afeksi
emosi – emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai
Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya
5 Pemecahan 2
menyediakan waktu bersama – sama
Total 8

Penilaian: Selalu = 2, Kadang – kadang = 1, Hampir tidak pernah = 0

Kesimpulan : Keluarga Sehat

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS)


No Pertanyaan Ya Tidak Skor
1 Apakah bapak/ibu sebenarnya puas dengan kehidupan P 0
bapak/ibu?
2 Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan P 1
dan minat atau kesenangan bapak/ibu?
3 Apakah bapak/ibu merasa kehidupan bapak/ibu kosong? P 0

4 Apakah bapak/ibu sering merasa bosan? P 0


5 Apakah bapak/ibu mempunyai semangat yang baik P 0
setiap saat?
6 Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan P 1
terjadi pada bapak/ibu?
7 Apakah bapak/ibu merasa bahagia untuk sebagian besar P 0
hidup bapak/ibu?
8 Apakah bapak/ibu sering merasa tidak berdaya? P 0

9 Apakah bapak/ibu lebih senang di rumah dari pada pergi P 0


ke luar mengerjakan sesuatu hal yang baru?
Apakah bapak/ibu merasa mempunyai banyak masalah 0
10 dengan daya ingat bapak/ibu dibandingkan kebanyakan P
orang?
11 Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang P 0
ini menyenangkan?
12 Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga seperti P 0
perasaan bapak/ibu saat ini?
13 Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat? P 0
14 Apakah bapak/ibu merasa bahwa keadaan bapak/ibu P 0
tidak ada harapan?
15 Apakah bapak/ibu pikir bahwa orang lain lebih baik P 0
keadaannya dari bapak/ibu?
Total Skor 2

Interpretasi:
Normal : 0-4
Depresi ringan : 5-8
Depresi sedang : 9-11
Depresi berat : 12-15

AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks Katz :A/B/C/D/E/F/G
Keterangan
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
A
mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu
D
fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
E
kecil, dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
F
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C,D,E, F
Lain-lain
dan G
Four-Stage Balance Test
Pengkajian fungsi keseimbangan pada lansia

Tanggal pemeriksaan:
Alat yang dibutuhkan:
1. Stopwatch
LANGKAH KERJA

No Observasi Keterangan
1 Minta lansia untuk berdiri, mata terbuka, tanpa Klien dapat berdiri
dengan mata
menggunakan alat bantu berjalan, dan tanpa alas
terbuka dan tanpa
kaki menggunakan alat
bantu berjalan serta
tanpa alas kaki
2 Pemeriksa berdiri di samping lansia, tapi tidak klien mampu
menahan
boleh memberikan bantuan. Pemeriksa bersiap
keseimbangan
membantu lansia apabila lansia tidak mampu
menahan keseimbangan.

3 Minta lansia mencoba setiap posisi ini dan masing- Klien dapat
menahan posisi
masing posisi ditahan selama 10 detik. Mulai dari
pertama, kedua,
posisi pertama, jika lansia berhasil menahan posisi ketiga dan keempat
selama 10 detik
pertama selama 10 detik, lanjutkan dengan posisi
kedua dan bertahap sampai dengan posisi terakhir.
Jika lansia tidak mampu menahan satu posisi
selama 10 detik, maka hentikan testnya.
4 Lansia boleh menggunakan lengannya, atau Klien menggerakan
anggota tubuhnya
menggerakkan tubuhnya untuk menjaga
untuk menjaga
keseimbangan, tapi tidak boleh memindahkan keseimbangan pada
posisi keempat
posisi kaki.
5 Lansia yang tidak mampu melakukan “tandem Lansia memiliki
risiko jatuh karena
stand” selama 10 detik, maka dianggap memiliki
tidak bisa
resiko jatuh. mempertahankan
posisi terakhir
secara sempurna

Kesimpulan: Lansia tidak memiliki risiko jatuh

Pemeriksaan The Timed Up and Go (TUG)


Pengkajian fungsi Mobilisasi/Pergerakan pada Lansia

Tanggal pemeriksaan:
Alat yang dibutuhkan:
a. Kursi dengan sandaran punggung dan lengan
b. Stopwatch
c. Garis sepanjang 3 meter di lantai
d. Lokasi tes memiliki permukaan lantai yang datar dan tidak licin
Langkah kerja
No Observasi Keterangan
1 Lansia duduk di kursi Lansia mampu duduk dikursi
2 Lansia berdiri, kemudian berjalan Lansia mampu berjalan lurus pada
garis yang diberikan
lurus pada garis yang diberikan
(lansia dapat memakai alat bantu
seperti tongkat, walker, dll dan juga
diperbolehkan berpegangan pada
sandaran tangan untuk memulai
berdiri, dan pada saat duduk
kembali.)
3 Lansia memutar pada tanda yang Lansia mampu memutar
diberikan
4 Lansia kemudian berjalan lurus Lansia mampu berjalan lurus kembali
ke kursi awal
kembali ke kursi awal
5 Lansia kemudian duduk kembali ke Lansia mampu duduk kembali
kursi
6 Lama waktu yang dibutuhkan lansia Lama waktu yang dibutuhkan lansia
dari berdiri, berjalan, memutar,
dari berdiri, berjalan, memutar,
berjalan, hingga duduk di kursi
berjalan, hingga duduk di kursi kembali adalah 11 detik.
kembali. (Lansia yang
membutuhkan waktu ≥12 detik,
maka lansia beresiko tinggi untuk
jatuh
7 Catat juga postur, gaya berjalan, Postur tubuh pasien tegak gaya
berjalan normal (tidak diseret,
masalah pergerakan, kesulitan
dihentakan ataupun berayun).
menggunakan alat bantu berjalan lansia juga tidak menggunakan alat
bantu berjalan.
selama mengobservasi lansia

Kesimpulan:
Fungsi mobilitas lansia baik
B. Diagnosis Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah
(Problem)
DS: Hipertensi Ketidakefektifan
• Ny. R mengatakan perfusi jaringan
kadang-kadang merasa perifer (00228)
pusing
• Ny. R mengatakan selalu
memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan
apabila merasa tidak enak
badan.

DO:

• Ny. R kooperatif, mampu


menceritakan semua secara
jelas dan detail.
• Pemeriksaan TTV
T: 36,9oC
TD: 200/123 mmHg
HR: 91x/menit
RR: 20x/menit
SPO2: 99%

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan


Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada Ny. R
3. Skoring Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

No.
Kriteria Skor Pembenaran
Dx.
1 Sifat masalah: Aktual Ny. R berkeinginan untuk mendapatkan
informasi kesehatan yang lebih tentang
penyakitnya.
Kemungkinan Masalah dapat ditangani dengan
masalah dapat diubah: melakukan pendekatan kepada Ny. R
mudah

Potensi masalah untuk Masalah dapat dicegah dengan pemberian


dicegah: cukup informasi yang adekuat dan dukungan
keluarga

Total skor 3,17

4. Prioritas Diagnosis Keperawatan


Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00228) 3,17
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Ketidakefektifan perfusi NOC: NIC:


jaringan perifer pada Ny.
R Setelah dilakukan tindakan Monitor Tanda-tanda Vital
keperawatan selama 1 kali 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan
pertemuan, diharapkan Ny. R bisa
status pernafasan
diatasi dengan kriteria:
Label: Manajemen Diri: 2. Identifikasi kemungkinan penyebab
Hipertensi (3107)
perubahan tanda-tanda vital
1. Memantau tekanan darah dari
skala 3 menjadi skala 4 3. Lakukan pemeriksaan secara berkala

2. Mempertahankan target
Pengajaran: Proses Penyakit (5602)
tekanan darah dari skala 3
menjadi skala 4 ˗ Kaji tingkat pengetahuan pasien
terkait penyakit hipertensi
3. Menggunakan teknik relaksasi ˗ Identifikasi kemungkinan penyebab
dari skala 3 menjadi skala 4 dari hipertensi.
˗ Berikan pendidikan kesehatan tentang
Keterangan: penyakit Hipertensi
1. Tidak menunjukkan ˗ Tekankan pentingnya pola makan
2. Jarang menunjukkan yang sehat,tidur, berolahraga,
3. Kadang-kadang menunjukkan ˗ Berikan intervensi Hidroterapi.
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
D.Intervensi dan Implementasi

Tanggal Paraf
Diagnosis
No Pelaksanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Kegiatan
Hari Pertama
1. ketidakefektifan Sabtu, 19 NIC: Monitor Tanda-tanda Vital S: Sahrawardi,
perfusi jaringan Februari - Ny. R mengatakan bersedia S. Kep
˗ Monitor tekanan darah, nadi, suhu
perifer 2022 dilakukan pemeriksaan tanda-
Jam 11.00 dan status pernafasan tanda vital
WITA - Ny. R mengatakan bersedia
˗ Identifikasi kemungkinan
diberikannya penyuluhan terkait
penyebab perubahan tanda-tanda pengajaran pencegahan hipertensi
- Ny. R mengatakan bahwa sering
vital
merasa pusing dan memeriksakan
˗ Lakukan pemeriksaan secara keadaan ke klinik untuk berobat
O:
berkala
- TD: 200/123 mmHg, RR: 20
NIC: Pengajaran: Proses Penyakit x/Menit, Nadi: 91 x/Menit, Suhu
˗ Kaji tingkat pengetahuan Tubuh: 36,9 Derajat
pasien terkait penyakit hipertensi - Ny. R tampak antusias saat
˗ Identifikasi kemungkinan diberikan Penyuluhan
penyebab dari hipertensi. - Ny. R dapat mengulangg kembali
˗ Berikan pendidikan kesehatan apa yang disampaikan
tentang penyakit Hipertensi - Ny. R dapat mengikuti instruksi
˗ Tekankan pentingnya pola dari Hidroterapi yang diberikan.
makan yang sehat,tidur, A:
berolahraga, Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
˗ Berikan intervensi hidroterapi. perifer
NOC: Manajemen Diri: Hipertensi
- Tujuan 1: Tercapai dari skala 3
menjadi 4
- Tujuan 2: Belum tercapai dari
skala 3 menjadi 3
- Tujuan 3: Tercapai dari skala 3
menjadi 4

P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernafasan klien
- Lakukan pemeriksaan secara
berkala
- Menjelaskan kepada klien
mengenai tujuan hidroterapi
- Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisi, sesuai
kebutuhan
- Edukasi pasien mengenai
tindakan/meminimalkan gejala,
sesuai kebutuhan

Hari Kedua
2 ketidakefektifan Rabu, 23 NIC: Monitor Tanda-tanda Vital S Sahrawardi,
perfusi jaringan Februari - Ny. R bersedia dilakukannya S. Kep
˗ Monitor tekanan darah, nadi, suhu
perifer 2021
pemeriksaan tanda-tanda vital
Jam 14.00 dan status pernafasan
WITA ˗ Identifikasi kemungkinan - Ny. R mengatakan sudah cukup
paham bagaiman cara untuk
penyebab perubahan tanda-tanda
mencegah hipertensi
vital O:
˗ Lakukan pemeriksaan secara - TD: 164/102 MmHg, RR: 20
x/Menit, Nadi: 96 x/Menit, Suhu
berkala Tubuh: 36,5 Derajat Celcius
NIC: Pengajaran: Proses Penyakit - Ny. R nampak antusias
˗ Kaji tingkat pengetahuan memperhatikan informasi yang
pasien terkait penyakit hipertensi diberikan
˗ Identifikasi kemungkinan - Ny. R dapat mengikuti instruksi
penyebab dari hipertensi. dari hidroterapi.
˗ Berikan pendidikan kesehatan A:
tentang penyakit Hipertensi Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
˗ Tekankan pentingnya pola perifer
makan yang sehat,tidur, NOC: Manajemen Diri: Hipertensi
berolahraga, - Tujuan 1: Tercapai dari skala 3
˗ Berikan intervensi hidroterapi. menjadi 4
- Tujuan 2: Belum tercapai dari
skala 3 menjadi 3
- Tujuan 3: Tercapai dari skala 3
menjadi 4

P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernafasan klien
- Lakukan pemeriksaan secara
berkala
- Menjelaskan kepada klien
mengenai tujuan terapi pernapasan
slow deep breathing yang
diberikan.
- Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisi, sesuai
kebutuhan
- Edukasi pasien mengenai
tindakan/meminimalkan gejala,
sesuai kebutuhan
DOKUMENTASI HASIL PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Penyakit Gangguan Sistem Kardiovaskuler


Pokok Bahasan : Hipertensi
Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Hipertensi
Sasaran : Keluarga Ny. R
Tempat : Rumah Keluarga Ny. R
Waktu : 10.30-11.00 WITA
Hari, tanggal : Sabtu, Februari 2022

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga Ny. R dapat memahami
penyakit Hipertensi dan penatalaksanaanyya.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Keluarga Ny. R dapat mengetahui pengertian dari Hipertensi
2. Keluarga Ny. R dapat menyebutkan penyebab dari Hipertensi
3. Keluarga Ny. R dapat menyebutkan tanda dan gejala dari Hipertensi
4. Keluarga Ny. R dapat menyebutkan pencegahan dari Hipertensi
C. Kegiatan Penyuluhan
Alokasi waktu :
1. Pembukaan : 5 menit
2. Peyampaian materi : 15 menit
3. Penutup : 5 menit

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah
2. Memperkenalkan diri salam
3. Bina hubungan saling 2. Mendengarkan
percaya.
4. Menyampaikan tujuan
pokok materi
Penyampaian Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah
Materi 1. Pengertian dari Hipertensi
2. Penyebab dari Hipertensi 2. Menanyakan
3. Tanda dan gejala Hipertensi materi yang
4. Pencegahan dari Hipertensi belum
dimengerti
Penutup 1. Meminta komentar, a. Menjawab
kritik dan saran pertanyaan
2. Menanyakan kembali
b. Menjawab
tentang cara –cara
mencegah kekambuhan salam
Hipertensi
3. Menarik kesimpulan
4. Menyampaikan hasil
Evaluasi
5. Menutup penyuluhan
(salam)

D. Garis Besar Materi (Terlampir)


1. Pengertian dari Hipertensi
2. Penyebab dari Hipertensi
3. Tanda dan gejala dari Hipertensi
4. Pencegahan dari Hipertensi
E. Evaluasi
1. Evaluasi struktural
a. Persiapan klien sudah terlaksana dengan baik berupa kontrak waktu,
topic dan tempat.
b. Persiapan alat bantu dan media yang digunakan untuk penkes
2. Evaluasi Proses
a. Klien mampu mengikuti pembelajaran dengan baik sampai selesai
b. Klien kooperatif dalam mengikuti pembelajaran
c. Klien dapat bekerjasama dengan perawat
d. Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik
e. Lingkungan mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran
1. Evaluasi hasil
a. Evaluasi kognitif
Menanyakan kepada klien
1) Pengertian
2) Tanda dan gejala
3) Pencegahan
4) Perawatan
Penilaian
No Keterampilan Skor
0 1 2
1 Menyebutkan pengertian Hipertensi ü
2 Menyebutkan penyebab Hipertensi
3 Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4 Menyebutkan pencegahan Hipertensi

Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Nilai = Jumlah nilai yang didapat x 100%


Jumlah aspek yang dinilai x 2

Kategori hasil:
> 75 % : pengetahuan baik,
56 % - 75 % : pengetahuan cukup,
< 56 % : pengetahuan kurang.

b. Evaluasi afektif
H. Lampiran
- Materi Lengkap
Daftar Pustaka
Bulechek,dkk. 2016. Nursing Intervention classification (NIC) Edisi keenam.
Singapore: Elsevier Icn.

Ismayadi, 2014. Proses menua (ageing process). Medan: Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara

Udjianti, Wajan Juni.2013. Keperawatan Kardiovaskular. Cetakan Ketiga. Jakarta


: Penerbit Salemba Medika
Lampiran

MATERI PENYULUHAN HIPERTENSI

Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole
membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan
arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh
darah. Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti, 2013).

Tanda Gejala
Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah:
i. Mengeluh sakit kepala, pusing
j. Lemas, kelelahan
k. Sesak Nafas
l. Gelisah
m. Mual
n. Muntah
o. Epitaksis (mimisan)
p. Kesadaran menurun

Penyebab Hipertensi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa faktor yang
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti berikut ini.
(Udjianti, 2013).
g. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
h. Jenis kelamin dan usia Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause
tinggi untuk mengalami hipertensi.
i. Diet Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
j. Berat badan (obesitas).
k. Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya hipertensi.
f. Gaya hidup Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ni beberapa kondisi
yang menjadi penyebab hipertensi sekunder (Udjianti, 2013).
g. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan
penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah normal kembali secara beberapa
bulan.
h. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler
berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri renal pada klien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau fibrous displasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrus). Penyakit parenkim ginjal terkait
dengan infeksi, inflamasi dan perubahan struktur serta fungsi ginjal.
i. Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenal-medited hypertention di sebabkan kelebihan primer
aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan
aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokaemia.
j. Coaretation aorta (penyempitan pembuluh darah aorta)
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau abdominal. Penyempitan penghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan darah diatas
area kontriksi.
k. Kehamilan
Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormon estrogen
pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh memang akan
menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa menyebabkan sel-sel
endotel rusak dan akhirnya menyebabkan munculnya plak pada pembuluh
darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi darah dan pada akhirnya
memicu tekanan darah tinggi.
l. Merokok
Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena membuat
tekanan darah langsung meningkat setelah isapan pertama, meningkatkan
kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa (mmHg). Kandungan
nikotin pada rokok memicu syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat
menyempitkan pembuluh darah sekaligus meningkatkan tekanan darah.

Cara Pencegahan Kekambuhan Penyakit Hipertensi.


1. Pencegahan Primordial
Pencegahan Primordial adalah usaha pencegahan predisposisi terhadap
hipertensi, belum terlihat faktor yang menjadi risiko penyakit hipertensi.
Contoh: adanya peraturan pemerintah membuat peringatan agar tidak
mengonsumsi rokok, dan melakukan senam kesegaran jasmani untuk
menghindari terjadinya hipertensi.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor
risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi
kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur, buah, rendah
garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok. Tujuan
pencegahan primer adalah untuk menghindari terjadinya penyakit. Pencegahan
primer dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan dan promosi
kesehatan, menjelaskan dan melibatkan individu untuk mencegah terjadinya
penyakit melalui usaha tindakan kesehatan gizi seperti melakukan
pengendalian berat badan, pengendalian asupan natrium dan alkohol serta
penghilangan stres
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menjadikan orang yang sakit
menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi, dan kecacatan akibatnya.
Misalnya mengukur tekanan darah secara rutin dan skreening. Pencegahan
sekunder juga dapat dilakukan terapi nonfarmakologis seperti menejemen stres
dengan relaksasi, pengurangan berat badan dan berhenti merokok. Untuk
menegakkan diagnosa hipertensi dapat diperoleh dari data anamnese penderita,
pemeriksaan tekanan darah secara akurat yang dilakukan setelah cukup
istirahat 5- 10 menit. Pemeriksaan yang lebih teliti pada target organ untuk
menilai komplikasi dan pemeriksaan laboratorium sebagai data pendukung
seperti pemeriksaan gula, urine kalium dalam darah dan kreatinin pemeriksaan
laboratorium ini juga diperlukan untuk mengikuti perkembangan pengobatan
dan untuk menilai kemungkinan dari efek samping yang timbul.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu
menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit
yang dapat memperberat hipertensi. Pencegahan tersier dilaksanakan agar
penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup
(Ismayadi, 2014).
Lampiran:
ANALISIS PICO
EFEKTIVITAS HIDROTERAPI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI WREDA AL- ISLAH
MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Keluarga

Tanggal 21 - 26 Februari 2022

Oleh :
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PICO
EFEKTIVITAS HIDROTERAPI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI WREDA AL- ISLAH MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Keluarga

Tanggal 21 - 26 Februari 2022

Oleh :
Sahrawardi, S. Kep
NIM. 2130913310001

Banjarbaru, Februari 2022


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Lola Illona Elfani K, Ns., M.Kep. Ahmad Syaqif, S.Kep., Ns.


NIP. NIP. 19740701 199502 1 002
ANALISA ARTIKEL PICO
EFEKTIVITAS HIDROTERAPI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI WREDA
AL- ISLAH MALANG

1. Profil Penelitian

a. Judul

EFEKTIVITAS HIDROTERAPI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PANTI WREDA AL-
ISLAH MALANG
b. Pengarang dan Tahun
Pengarang:
1. Inggrid Evi Dilianti,
2. Erlisa Candrawati,
3. Ragil Catur Adi W.
Tahun: 2017

c. Sumber Artikel

Nursing News

d. Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas hidroterapi terhadap


penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Wreda Al-
Ishlah Malang
e. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya tentang penerapan hidroterapi efektif terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
f. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksmperimen atau penelitian bertujuan
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
experimental design dengan nonequivalent control group design. Populasi dalam
penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi di Panti Wreda Al-Islah Malang
sebanyak 25 dengan penentuan sampel penelitian menggunakan purposive
sampling yang berarti pengambilan sampel sesuai kriteria sebanyak 20 sampel.
Pada penelitian ini memiliki kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi responden,
wanita berusia 70-85 tahun, hipertensi essensial, responden tidak mengikuti
program meditasi lainnya, dan responden yang tidak mengonsumsi obat.
Instrumen yang digunakan peneliti untuk mendapatkan hasil dari veriabel
independen dengan menggunakan sphygmomanometer dan stestoscope,
sedangkan variabel dependen menggunakan thermometer air, baskom, handuk,
dan wadah air atau termos air hangat. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah lembar observasi. Metode analisa data yang digunakan yaitu uji
independen t-test dengan menggunakan SPSS
g. Hasil
Hasil penelitian ini sepaham dengan penelitian yang dilakukan oleh Destia ddk.,
(2014) membuktikan ada perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah
dilakukan hidroterapi rendam hangat pada penderita hipertensi dengan p-value
sebesar 0,000, didukung oleh penjelasan Umah (2014), mengemukakan rendam
air hangat bermanfaat untuk vasodilatasi aliran darah sehingga dapat mengurangi
tekanan darah.
h. Kesimpulan
Simpulan, dalam penelitian ini yaitu terapi hidroterapi efektif dalam menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
i. Kelebihan&KekuranganArtikel
Kelebihan:
Terapi yang diberikan mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan biaya
sehingga mudah penerapannya bagi masyarakat

Kekurangan:
2. Analisis PICO

No Kriteria Jawab Inti


Artikel
1 P Ya Populasi sebanyak 25 dengan penentuan
sampel penelitian menggunakan purposive
(Populasi)
sampling yang berarti pengambilan sampel
sesuai kriteria sebanyak 20 sampel. Pada
penelitian ini memiliki kriteria inklusi yaitu
bersedia menjadi responden, wanita berusia
70-85 tahun.

2 I Ya Menggunakan rendam air hangat pada kaki 2x

(Intervention) sehari pagi dan sore selama 10 menit selama 6


hari. Suhu rendaman berkisar 40-43 derajat
celcius.

Kelompok kontrol pada penelitian ini adalah


3 C Ya 10 orang dan kelompok perlakuan pemberian
terapi hidroterapi berjumlah 10 orang.
(Comparison)

4 O Ya Ada efektivitas terapi hidroterapi terhadap


(Outcome) penurunan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi di Panti Wreda Al-Islah Malang
dengan p-value = (0,000) < (0,050).
Berdasarkan data didapatkan dari 7 (70%)
responden yang mengalami hipertensi derajat
II terdapat penurunan tekanan darah untuk
pengukuran ke-6 pada 3 (30%) responden
menjadi normal setelah dilakukannya
hidroterapi selama 10 menit dalam 6 hari pada
lansia penderita hipertensi di Panti Wreda Al-
Ishlah.
Lampiran:

Anda mungkin juga menyukai