Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keuangan Mikro Syariah

Dosen Pengampu: Nurse Fatimah MZ, S.E.Sy., M.E.

Oleh:

Kelompok 3

BELLA PUTRI 1209.19.08840


CONNIE RAMADHANTI 1209.19.08841
DESTI NUR FIANA 1209.19.08842

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ESy)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Salah satu usaha untuk merealisasikan prinsip-prinsip ekonomi


Islam dalam aktivitas masyarakat secara nyata adalah dengan mendirikan
lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan syariat Islam. Dari
berbagai jenis lembaga keuangan, perbankan merupakan sektor yang paling
memberikan pengaruh yang besar dalam aktivitas perekonomian masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syariah Indonesia Nomor


21 Tahun 2008, disebutkan bahwa bank terdiri atas dua jenis, yaitu bank
konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional yang terdiri atas bank
umum konvensionaldan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sementara bank
syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah yang terdiri atas bank umum syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS).

Dewasa ini, persaingan antar bank syariah semakin ketat, secara


langsung maupun tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap
profitabilitas perbankan syariah. Meskipun tujuan dari bank syariah itu bukan
hanya sekedar mencari keuntungan, namun kemampuan bank syariah dalam
upaya memperoleh keuntungan menjadi indikator penting untuk
keberlangsungan bank syariah tersebut.Selain itu, kemampuan bank syariah
dalam menghasilkan keuntungan juga menjadi indikator penting untuk
mengukur kemampuan bersaing bank syariah dalam jangka panjang.

Keuangan Mikro Syariah | 1


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat kita diketahui rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang di maksud dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?
2. BagaimanakahPendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?
3. Apasajakah Karakteristik BPRS dan Keberadaannya sebagai Lembaga
Keuangan Mikro?
4. Apasajakah Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?
5. Apasajakah Produk atau Fasilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat diketahui tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
2. Untuk mengetahui bagaimana Pendirian Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah
3. Untuk mengetahui apa saja Karakteristik BPRS dan Keberadaannya
sebagai Lembaga Keuangan Mikro
4. Untuk mengetahui Apa saja Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
5. Untuk mengetahui Apa saja Produk atau Fasilitas Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah

Keuangan Mikro Syariah | 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) menurut Undang-undang (UU)


perbankan No. 7 tahun 1992 adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam deposito berjangka, tabungan/bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
Sedangkan UU perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adalah
lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan


prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank
Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang BPR
Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini, secara teknis BPR syariah bisa
diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang
operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah. 1

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) berdasarkan UU No. 7


tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10 tahun
1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayarannya.

Tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya


maksudnya adalah BPRS dilarang menerima simpanan berupa giro dan ikut
serta dalam lalu lintas pembayaran, melakukan kegiatan usaha dalam valuta

1
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta. Ekonosia. Hlm. 83.

Keuangan Mikro Syariah | 3


asing, melakukan penyertaan modal, melakukan usaha perasuransian dan
melakukan usaha sebagaimana diluar kegiatan yang telah ditetapkan Undang-
undang.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun


2008 tentang Perbankan Syariah dalam pasal 1 disebutkan bahwa BPRS
adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Soemitra menjelaskan bahwa badan hukum BPRS
adalah perseroan terbatas. BPRS hanya boleh dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia (WNI) dan/atau badan hukum Indonesia, pemerintah daerah atau
kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah
daerah. BPRS sangat berperan dalam memberdayakan ekonomi umat dengan
mengembangkan ekonomi golongan lemah yaitu dengan mengembangkan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2

Penyaluran pembiayaan kepada pelaku UMKM terbagi menjadi


dua katagori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu :

1. Transaksi jual beli berdasarkan akad :

a. Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati oleh pihak-pihak yang mengadakan akad
murabahah3.Pembiayaan murabahah berasal dari kata ribhu
(keuntungan), yaitu transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Harga jual adalah harga beli dari pemosok ditambah
keuntungan (margin) dan kedua pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran. 4

2
Soemitral, A. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Kencana. Jakarta.
3
Antonio, Muhammad Syafi’I. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta. Gema Insani
Press.Hlm. 101.
4
Karim, Adiwarman, 2007. Bank Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hlm. 98.

Keuangan Mikro Syariah | 4


b. Istishna

transaksi isthisna’ merupakan suatu kontrak perjanjian jual beli


anatar pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang
menerima pesanan dari pembeli, pemuat barang lalu berusaha melalui
orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi
(jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya) yang telah disepakati dan
menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak sepakat atas harga
serta system pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau
ditangguhkan sampai pada waktu masa yang akan datang.

c. Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual


belikan belum ada. Salam berarti pembelian barang yang diserahkan di
kemudian hari sementara pembayaran dilakukan di muka. Barang yang
diterima harus sesuai karakteristik yang telah disepakati antara pembeli
dan penjualbaik itu jenis, macam, kualitas, dan kuantitasnya).

2. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad :

a. Mudharabah

Mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua belah pihak


dimana pihak pertama (Shahibul maal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya pengelola (Mudharib). Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu diakibatkan bukan akibat kelalaian si pengelola, seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola,
si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Keuangan Mikro Syariah | 5


b. Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (amal) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.

Dalam pembiayaan islam pembiayaan mudharabah dapat


diterapkan pada usahausaha yang sifatnya resiko rendah misal dengan
satu usaha atau kegiatan sesaat sehingga dapat dihitung pendapatan dan
keuntungan, sedangkan musyarakah dapat diterapkan untuk usaha-usaha
mikro atau sector informal seperti syirkah barang dagangan.

Penerapan pembiayaan mudharabah dan musyarakah untuk


pemberdayaan UMKM tidak sekedar transfer dana tetapi dibutuhkan
transfer of knowledge, bukan hanya sosialisasi dan promosi, maka
diperlukan pula adanya edukasi.

3. Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada


dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaanya
terletak pada objeknya transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya
adalah barang, pada Ijarah objek transaksinya adalah jasa. Ijrah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
Namun pada masa akhir sewa lembaga keuangan syariah dapat menjual
barang yang disewkannya kepada nasabah. Karena itu dikenal adanya
Ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikiti dengan berpindahnya
kepemilikan).

Keuangan Mikro Syariah | 6


B. Pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
1) Persetujuan prinsip

Permohonan persetujuan prinsip untuk melakukan persiapan


pendirian BPRS diajukan oleh salah satu calon pemilik BPRS kepada Bank
Indonesia dengan menggunakan format surat lampiran sesuai yang
tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/2009 tanggal 1
Juli 2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan didukung
dengan dokumen sebagai berikut:

a. Akta pendirian atau rancangan akta pendirian badan hukum perseroan


terbatas (PT), termasuk anggaran dasar atau rancangan anggaran dasar
yang paling kurang memuat:
1. Nama dan tempat kedudukan
2. Kegiatan usaha sebagai BPRS
3. Modal
4. Kepemilikan
5. Aturan tentang pengangkatan anggota dewan komisaris, anggota
direksi dan anggota DPS yang berlaku efektif setelah mendapat
persetujuan Bank Indonesia
6. Aturan mengenai jumlah, kewenangan, tanggung jawab, tugas dan
persyaratan lainnya Dewan Komisaris, Direksi dan BPS yang harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
7. Aturan tentang rapat umum pemegang saham yang menetapkan
bahwa tugas manajeman, remunerasi dewan komisaris dan direksi,
laporanpertanggung jawaban tahunan, penunjukkan dan biaya jasa
akuntan public, penggunaan laba dan hal-hal lainnya yang sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia
8. Aturan mengenai rapat umum pemegang saham yang harus
dipimpin oleh Presiden Komisaris atau komisaris utama

Keuangan Mikro Syariah | 7


b. Daftar pemegang saham
c. Daftar calon anggota Dewan Komisaris, anggota direksi dan anggota
DPS
d. Rencana struktur organisasi dan nama-nama calon pejabat aeaksekutif
e. Studi kelayakan mengenai peluang besar dan potensi ekonomi
f. Rencana bisnis yang memuat:
1. Rencana kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan dan
penyaluran dana serta strategi pencapaiannya
2. Proyeksi neraca bulanan dan laporan laba rugi komulatif bulanan
selama 12 bulan yang dimulai sejak BPRS melakukan oprasional
g. System dan prosedur kerja termasuk buku pedoman yang lengkap dan
komprehensif untuk digunakan dalam kegiatan oprasional BPRS
h. Bukti setoran modal paling kurang 30% dari modal disetor dalam
bentuk fotocopy Bilyet Deposito IB dari Bank Umum Syariah yang
telah dilegalisir
i. Surat pernyataan dari pemegang saham bahwa bersumber dana yang
digunakan dalam rangka kepemilikan BPRS:
1. Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk
apapun dari Bank ataupun pihak lainnya
2. Tidak berasal dari tujuan pencucian uang5

2) Izin usaha
Iizin usaha adalah izin untuk melakukan kegiatan usaha BPRS setelah
persiapan prinsip selesai dilakukan, pihak yang telah mendapatkan
persetujuan prinsip mengajukan izin usaha BPRS permohonan izin usaha
BPRS diajukan kepada Bank Indonesia didukung dengan dokumen:
a. Akta pendirian badan hukum perseroan terbatas (PT) yang memuat
anggaran dasar yang telah disahkan oleh instansi berwenang
b. Daftar pemegang saham

5
Muhammad Kurniawan.(2021). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jawa Barat.
Hlm.52.

Keuangan Mikro Syariah | 8


c. Daftar calon anggota diksi, calon anggota dewan komisaris dan calon
anggota DPS
d. Bukti pelunasan modal
e. Bukti kesiapan oprasional memuat:
1. Struktur organisasi termasuk susunan personalia
2. System dan prosedur kerja
3. Daftar asset tetap dan inventaris
4. Bukti penguasaan gedung kantor berupa bukti kepemilikan atau
perjanjian sewa menyewa gedung kantor yang didukung dengan
bukti kepemilikan dari pihak yang berwenang
5. Foto gedung kantor dan tata letak ruangan
6. Contoh formulir yang digunakan untuk oprasional BPRS
7. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)

Otoritas jasa keuangan memberikan persetujuan atau penolakan


atas permohonan persetujuan prinsip atau permohonan izin usaha paling
lambat 40 hari bekerja sejak permohonan dokumen yang dipersyaratkan
diterima secara lengkap. BPRS yang telah mendapat izin usaha dari OJK
wajib mencantumkan secara jelas fras “Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”
pada penulisan naamnya dan logo IB pada kantor BPRS yang
bersangkutan.

Keuangan Mikro Syariah | 9


C. Karakteristik BPRS dan Keberadaannya sebagai Lembaga Keuangan
Mikro

Kegiatan usaha BPRS secara umum tidak berbeda dengan kegiatan


usaha BPR konvensional, namun dalam menjalankan kegiatan usahanya
BPRS harus sejalan dengan prinsip syariah. Undang-undang Perbankan
menyatakan bahwa operasional BPRS meliputi kegiatan menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, menyediakan pembiayaan dan penempatan dana
berdasarkan prinsip syariah, menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat
Wadiah BankIndonesia (SWBI), deposito berjangka, sertifikat deposito,
dan/atau tabungan pada banklainnya. BPRS dilarang menerima simpanan
berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran, melakukan kegiatan
usaha dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal,dan melakukan usaha
perasuransian.

BPRS hanya dapat didirikan oleh warga negara Indonesia, badan


hukum yangseluruhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia, pemerintah
daerah, atau kombinasinya.Modal untuk mendirikan BPRS adalah Rp2
milyar untuk wilayah Jabotabek, Rp1 milyaruntuk ibukota propinsi, dan
Rp500 juta di luar Jabotabek dan ibukota propinsi. Modaldisetor BPRS tidak
boleh berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentukapapun
dari bank dan atau pihak lain di Indonesia dan tidak berasal dari sumber
yangdiharamkan menurut prinsip syariah, termasuk kegiatan yang melanggar
hukum. BPRSdalam mengembangkan usahanya diperkenankan membuka
kantor cabang namun dibatasi hanya dalam wilayah propinsi yang sama
dengan kantor pusatnya. Sedangkan untukmembuka kantor kas, hanya dapat
didirikan dalam wilayah kabupaten/kotamadya yangsama dengan kantor
induknya.

Manajemen BPRS terdiri dari minimal dua orang anggota direksi dan
satu orangkomisaris serta satu orang DPS. Jumlah direksi minimal dua orang
dengan pendidikanminimal diploma III dan 50% diantaranya wajib memiliki

Keuangan Mikro Syariah | 10


pengalaman operasional perbankansyariah sedangkan bagi direksi yang tidak
berpengalaman wajib mengikuti pelatihanperbankan syariah. Komisaris
BPRS wajib memiliki pengalaman dan/atau pengetahuan dibidang perbankan
Agar dapat memberikan pelayanan terhadap perbankan syariah. Untuk
menjaga kemungkinan kolusi maka seorang direksidilarang memiliki
hubungan keluarga dengan anggota direksi lainnya dan anggota
dewankomisaris.

Keberadaan BPRS juga memiliki tujuan khusus yaitu menyediakan


jasa dan produkperbankan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan
usaha kecil dan mikro (UKM)baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Mengacu kepada kategorisasi lembaga keuanga mikro (LKM) yang dilakukan
oleh Greuning, Gallardo dan Randhawa (1999)1 , BPRS dapatdimasukkan
dalam LKM dengan kategori C yaitu LKM yang sumber dananya
terutamaberasal dari masyarakat umum dengan cara menghimpun dana dalam
bentuk tabungandan deposito. Selain memiliki pengawas internal (Komisaris
dan DPS), BPRS juga diawasi oleh institusi pengawas eksternal yaitu Bank
Indonesia. Institusi pengawas eksternalberkepentingan untuk mengawasi
BPRS sebagai LKM yang menghimpun dana darimasyarakat untuk menjaga
kepentingan deposan/penabung dan institusi perbankan sebagailembaga
kepercayaan.

Secara umum BPRS memiliki tujuan dan karakteristik yang relatif


sama dengan LKMlainnya. LKM memiliki dua tujuan utama yang harus
dicapai sekaligus, yaitu komersial danpengembangan masyarakat. Komersial
artinya LKM dalam menjalankan usahanya harusmemperoleh keuntungan
agar aktivitasnya dapat terjaga (sustainable) dan kemampuanmelayani
nasabah semakin meningkat (outreach). Hal tersebut erat kaitannya dengan
tujuankedua yaitu pengembangan masyarakat. Masyarakat yang menjadi
target LKM adalah yangkurang atau tidak terlayani oleh perbankan
komersial. Untuk itu LKM memiliki misi untukmenurunkan tingkat
kemiskinan, memberdayakan wanita dan kelompok masyarakat

Keuangan Mikro Syariah | 11


yangterpinggirkan, menciptakan lapangan pekerjaan, serta mengembangkan
usaha nasabahnyayaitu UKM .

Agar dapat memberikan pelayanan terhadap UKM, LKM perlu


memahami karakteristikdari UKM, seperti: apakah nasabahnya baru memulai
suatu bisnis atau telah menjalankanbisnis, apakah usahanya sedang tumbuh
berkembang, stabil atau tidak stabil, dan apakahsektor usaha dari nasabahnya
(pertanian, perdagangan, industri kecil), dan lain sebagainya.Dengan
memahami karakteristik nasabahnya, LKM dapat menentukan jenis produk
danjasa keuangan yang tepat sesuai dengan kebutuhan nasabahnya (client
oriented). Kesalahandalam menawarkan jenis produk dan jasa keuangan dapat
menciptakan masalah sepertipembiayaan non lancar atau produk dan jasa
keuangan tersebut tidak menarik baginasabahnya.

Dilihat dari aktivitasnya, LKM dapat dibagi menjadi dua yaitu yang
semata-mataberfungsi sebagai lembaga intermediasi dan yang juga
memberikan jasa lainnya. LKM yanghanya berfungsi sebagai lembaga
intermediasi keuangan merupakan LKM yangmenggunakan pendekatan
minimalis (minimalist approach). Adapun LKM yang selainmenjalankan
fungsi intermediasi keuangan juga menjalankan fungsi-fungsi lainnya
sepertisocial intermediation, enterprise development services dan social
services, merupakan LKM yangmenggunakan pendekatan integratif
(integrative approach). Pendekatan yang terakhir tentunyaakan meningkatkan
upaya pencapaian tujuan kedua LKM yaitu pengembangan
masyarakat.Namun demikian beberapa hal yang harus diperhatikan apabila
LKM hendak menggunakanintegrative approach adalah kemungkinan timbul
konflik pencapaian tujuan jika tidak dapat menyelaraskan antara tujuan
komersial dengan tujuan pengembangan masyarakat bahkandapat saling
berlawanan. Pendekatan tersebut juga terkadang menimbulkan
kerancuannasabah karena berpendapat bahwa jasa komersial sama dengan
jasa pengembanganmasyarakat yang pada umumnya bersifat cuma-cuma.

Keuangan Mikro Syariah | 12


Beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh LKM agar dapat
tumbuh danberkembang secara sehat meliputi (a) kejelasan visi, misi dan
rencana kerja yang realistis, (b)dukungan yang kuat dari pemilik, manajemen
dan staf, (c) menyediakan produk/jasakeuangan yang sesuai dengan
kebutuhan nasabah dengan prosedur yang sederhana, (d)berfungsinya
manajemen perencanaan dan pengendalian secara efektif dan efisien
yangdidukung oleh Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang memadai serta
secara berkelanjutanmampu secara operasional maupun finansial. Selanjutnya
Wright (2000)2, juga menjelaskan

karakteristik yang harus dimiliki oleh LKM yang sukses (best


practices) yaitu:

 LKM terlibat secara aktif mengkondisikan target nasabah agar memiliki


kesiapan menerima pembiayaan,
 LKM menciptakan suatu sistem yang permanen dan berkesinambungan
yang mampu memberikan jasa/produk keuangan yang berkualitas kepada
nasabahnya,
 LKM membiasakan nasabah untuk menabung sebelum memberikan
pembiayaan kepadanasabah tersebut,
 Pembiayaan tidak mengandung subsidi atau mendasarkan pada harga
pasar,
 Pembiayaan diberikan kepada perorangan bukan kelompok namun
menggunakankelompok sebagai mekanisme tanggung renteng. Pemberian
pembiayaan tersebut jugaharus dalamjangka pendek untuk mengurangi
risiko, dan
 Memberikan kesempatan kepada nasabah yang memiliki catatan
pembiayaan (track record)yang baik untuk memperoleh pembiayaan yang
lebih besar.

Keuangan Mikro Syariah | 13


D. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
1) pasal 21menjelaskan kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
meliputi:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah; dan
2. investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabahatau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

1. pembiayaan bagi hasil berdasarkan akas mudharabah dan


musyarakah;
2. pembiayaan berdasarkan akadmudharabah, salam atau istishna;
3. pembiayaan berdasarkan akad qardh;
4. pembiayaan menyewakan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk sarah
muntahiya bittamlik; dan
5. pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.

c. menempatkandana pada bank syariah laindalam bentuk titipan


berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah
dan/atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

d. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendirimaupun untuk


kepentingan nasabah melalui Rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional,
dan UUS; dan

Keuangan Mikro Syariah | 14


e. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah
lainnya yang sesuai dengan prinsi[ syariah berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia.

2) Pasal 25, dijelaskan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dilarang:

a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah;


b. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
c. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. Kecuali penukaran uang
asing dengan izin Bank Indonesia;
d. melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk Asuransi Syariah;
e. melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang di bentuk
untuk menanggulangikesulitan likuiditas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah; dan
f. melakukan usaha laindi luar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksuddalam pasal 21. 6

Berikut kegiatan usaha BPRS menurut OJK yaitu sebagai berikut:

1. menjalankan seluruh kegiatan Bank dengan prinsip syariah berdasarkan


aturan BI
2. menghimpun dana dari masyarakat dan manyalurkannya kepada
masyarakat atau nasabah
3. menghimpun dana nasabah ke Bank syariah lain dalam berdasarkan
semua akad syariah
4. memindahkan uang dengan tujuan kepentingan Bank sendiri atau untuk
kepentingan nasabah melalui rekening Bank BPRS lainnya yang ada di
Bank Umum Syariah atau Bank Umum Konvensional

6
Wiroso, 2011, “PRODUK PERBANKAN SYARIAH”, Perpustakaan Nasional; catalog dalam
terbitan (KDT), Jakarta LPFE Usaki. Hlm. 104-106

Keuangan Mikro Syariah | 15


E. Produk atau Fasilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

1. Mobilisasi dana nasabah

BPRS dapat mengotorisasi dana dari masyarakat yang dihimpun ke


bentuk seperti simpanan wadiah, seperti adanya fasilitas tabungan dan deposito
berjangka. Fasilitas ini digunakan untuk menitip infaq, shadaqah, ONH (biaya
haji), dan lainnya.

Berikut Jenis Simpanan dan Tabungan BPRS

 Simpanan Amana: Titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah dan zakat.
 Tabungan Wadiah: Tabungan badan usaha atau pribadi. Tabungan ini
bersifat tabungan bebas.
 Deposito wadiah/deposito mudharabah: Deposito berdasarkan nisbah bagi
hasil keuntungan lebih kecil dari mudharabah.

Berikut Jenis Penyaluran Dana Dalam BPRS

 Mudharabah: pembagian hasil antara dana pengusaha dan bank untuk


tujuan usaha si pengusaha.
 Musyarakah: Penggabungan modal antara dana pengusaha dan bank
kemudian keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan awal.
 Bai bitsaman ajil: Proses jual beli antara bank dan nasabah, bank akan
membayar barang, kemudian nasabah akan membayar kepada bank sesuai
harga dasar barang dan keuntungan yang disepakati.
 Murabahah: Perjanjian antara bank dan nasabah, bank menyediakan modal
atau pembelian bahan baku, kemudian dibayar nasabah sesuai harga jual
bank (harga beli bank ditambah margin keuntungan).
 Qardhul Hasan: Perjanjian antara bank dan nasabah bagi yang layak
menerima dana (dianjurkan untuk kepentingan ZIS).

Keuangan Mikro Syariah | 16


 Istishna': Pembiayaan dengan jual beli, bank membelikan barang dan
nasabah mengikuti mekanisme pembayaran/pengembalian yang
disesuaikan dengan kemampuan/keuangan nasabah.
 Al-Hiwalah: Penggambilalih hutang nasabah kepada pihak ketiga yang
telah jatuh tempo oleh BPRS berdasarkan kesepakatan awal kedua belah
pihak.

Secara praktik menyatakan BPRS/Bank Syariah masih mirip dengan


BPR/Bank Konvensional. Skema pembagian untung-rugi (mudharabah dan
musyarakah), yang merupakan skema pembiayaan syariah yang ideal, masih
jarang diterapkan di Indonesia karena sifatnya yang sangat berisiko (risiko
tinggi, pengembalian rendah). Hasil, skema ini keuangan tidak menarik tidak
hanya untuk lembaga syariah, tetapi juga untuk pelanggan mereka.

Alhasil, tidak mengherankan bahwa murabahah (skema penjualan


mark-up yang dianggap sangat mirip dengan produk kredit konvensional,
meskipun secara teori) mendominasi portofolio pembiayaan industri di
Indonesia, lebih dari 90 persen portofolio pembiayaan bank syariah, sementara
musyarakah dan mudharabah kurang dari 2 persen.

Keuangan Mikro Syariah | 17


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdirinya Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tersebut


memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat muslim di Indonesiadalam
memanfaatkan jasa perbankan. Meskipun demikian jangkauan layanan bank-
bank tersebut belum bisa mengakomodir seluruh lapisan masyarakat, terkait
dengan kebijakan masingmasing bank dan pangsa pasar yang ingin mereka
dapatkan. Disebabkan oleh itu, maka keberadaan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk memanfaatkan
layanan mikro perbankan syariah. BPRS merupakan suatu lembaga keuangan
mikro yang berlandaskan prinsip syariah yang tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.

Berdirinya BPRS ini didukung dengan adanya Undang-undang no 7 Tahun


1992 sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang No.10 tahun 1998
tentang perbankan, serta Undang-undang no 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah. Selain itu juga ditunjang oleh Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/17/PBI/2004 yang kemudian direvisi dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/25/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah serta Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Untuk membangun tingkat kepercayaan kepada nasabah dalam rangka


memberikan keyakinan terhadap produk yang akan ditawarkanya kepada
calon nasabanyanya, maka pihak perbankan berusaha untuk memberikan
pelayana yang baik dengan maksud untuk memberikankpercayaan dan
keyakinan kepada calon nasabah maupun nasabah yang sudah ada.

Keuangan Mikro Syariah | 18


B. saran

Penulis menyadari tentang penyusunan makalah ini tentu masih banyak


kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini penulis banyak
berharap para pembaca kiranya memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulis
makalah ini di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis dan pada khususnya para pembaca pada umumnya.

Keuangan Mikro Syariah | 19


DAFTAR PUSTAKA

Wiroso, 2011, “PRODUK PERBANKAN SYARIAH”, Perpustakaan Nasional;


catalog dalam terbitan (KDT), Jakarta LPFE Usaki.

Soemitral, A. 2012, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Kencana. Jakarta.

Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan
Ilustrasi. Yogyakarta. Ekonosia.

Antonio, Muhammad Syafi’I. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta.
Gema Insani Press.

Karim, Adiwarman, 2007. Bank Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kurniawan, Muhammad. 2021. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jawa


Barat:

Keuangan Mikro Syariah | 20

Anda mungkin juga menyukai