Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN PADA USAHA KECIL DAN

MIKRO

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keuangan Mikro Syariah

Dosen Pengampu: Nurse Fatimah MZ, S.E.Sy., M.E.

Oleh:
Kelompok 3

BELLA PUTRI 1209.19.08840


DESTI NUR FIANA 1209.19.08842

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ESy)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) merupakan pelaku ekonomi


terbesar dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia, yang mana telah
terbukti menimbulkan dampak positif bagi masyarakat dengan adanya
peningkatan lapangan pekerjaan dan mampu mengatasi krisis ekonomi pada
tahun 1998-1999. Selain itu, pada tahun 2018 jumlah UMKM di Indonesia
telah mencapai 64.194.057 unit, dimana telah mampu menyerap sekitar 97%
tenaga kerja di Indonesia. Penyerapan tenaga kerja UMKM sebanyak 116,97
juta orang dari total tenaga kerja sebanyak 120,598 juta orang berdasarkan data
Kementerian Koperasi dan UKM. 1 Kontribusi lainnya adalah UMKM telah
menyumbangkan hingga Rp. 8.573,9 Triliun ke PDB (Produk Domestik Bruto)
Indonesia. Pada saat itu tahun 2018 PDB Indonesia sebesar Rp. 14.838,3
Triliun, maka bisa dikalkulasi kontribusi UMKM kepada PDB mencapai
57,8%.

Namun, dibalik potensi UMKM yang sangat besar dampak positifnya


terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia, masih saja ditemui berbagai
permasalahan, salah satu penghambat UMKM adalah adanya akses
permodalan. Akses permodalan belum terfasilitasi dengan baik dan tidak
didukung dengan akses pembiayaan yang memadai. Terdapat banyak lembaga
keuangan mikro yang tersedia bagi pinjaman UMKM, tetapi hanya sedikit
dokumen penilaian risiko dan rencana bisnis UMKM yang kompleks dapat
memenuhi persyaratan pengajuan pembiayaan ke lembaga keuangan. Selain itu
menurut Anggraeni, UMKM tidak mampu untuk memenuhi persyaratan yang

1
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, ‘Peraturan
Menteri Koperasi Dan UKM Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Renana Strategi Kementerian
Koperasi Dan UKM Tahun 2020-2024’, 2020.

1
2

diberikan oleh lembaga perbankan sehingga dapat menyulitkan UMKM dalam


hal permodalan.

Seiring perkembangan di era digital saat ini, kemajuan dalam bidang


teknologi telah membawa perubahaan yang signifikan dalam kehidupan
masyarakat. Perubahan tersebut terjadi hampir di semua sektor, salah satunya
adalah ekonomi. Seperti halnya dalam jasa pemberian layanan keuangan yang
juga mengalami evolusi, muncul berbagai inovasi baru di bidang pendanaan
dan pembiayaan, yakni memberikan solusi pembiayaan modal kepada UMKM
yang lebih efektif dan efisien tanpa menyulitkan persyaratan bagi UMKM.
Dekade ini banyak model pembiayaan yang sedang berkembang yang mana
dibantu dengan adanya teknologi dan jaringan internet, yaitu pembiayaan
fintech peer to peer lending. Merupakan platform transaksi keuangan yang
mempertemukan secara langsung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak
yang membutuhkan dana melalui jaringan internet atau online.

Inovasi layanan keuangan berbasis teknologi (financial


technology/fintech) saat ini telah berkembang di berbagai negara, termasuk di
Indonesia, untuk memberikan sebuah kemudahan bagi masyarakat pengguna
layanan tersebut. Dimana sistem ini kolaborasi antara jasa keuangan dengan
teknologi informasi yang kemudian disebut dengan istilah fintech ini dapat
mengubah model lama, dari cara membayar dengan bertatap muka secara
langsung dan sekarang dapat diproses dengan transaksi jarak jauh dalam
sekejap. Beberapa inovasi fintech di antaranya adalah di bidang sistem
pembayaran, pendanaan, manajemen aset sampai dengan pembiayaan usaha
mikro, baik dengan metode konvensional maupun yang menerapkan prinsip
keuangan syariah. Maka telah banyak muncul berbagai layanan pinjam
meminjam online. Bank Indonesia telah menyatakan bahwa perkembangan
teknologi digital di bidang keuangan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
sekaligus mendukung inklusi keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Kelayakan Aspek Pembiayaan

Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan


menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah
pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal
usaha maupun untuk konsumsi. Praktik pembiayaan yang sebenamya
dijalankan oleh lembaga keuangan adalah pembiayaan dengan sistem bagi
hasil atau syirkah. Praktik syikah ini terkemas dalam dua jenis pembiayaan
yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Jenis
pembiayaan lainnya terkemas dalam pembiayaan berakad sistem jual beli,
yaitu pembiayaan murabahah, bai'as-salam dan bai' al-istisna'. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur dana, bank syariah perlu
memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan analisis kelayakan
pembiayaan.

a. . Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk


meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut hanus dapat dinikmati
oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak di bidang industry.
pertanian dan perdagangan. Pembiayaan ditujukan untuk menunjang,
kesenmpatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang
dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor.

Menurut Kasmir tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut:

1. Mencari keuntungan dengan mengharapkan suatu nilai tambah atau


menghasilkan laba yang diinginkan.

3
4

2. Membantu pemerintah dalam upaya peningkatan pembangunan


diberbagai sektor, terutama sektor usaha yang nyata. Usaha
berkembang akan meningkatkan penerimaan pajak, memperluas
lapangan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa. Sehingga
Pemasaran Usaha Kecil Menengah dengan ini pemerintah akan
mendapatkan devisa yang semakin menguatkan suatu negara itu
sendiri.
3. Membantu usaha nasabah. Pembiayaan yang dikucurkan lembaga
keuangan diharapkan dapat meningkatkan usaha dan pendapat
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dalam hal ini pihak lembaga keuangan dapat menjadi sarana bagi
para nasabah untuk mendapatkan modal yang diinginkan.

Sedangkan menurut Veithzal Riva'i, tujuan pembiayaan adalah:

1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan


berupa keuntungan yang diraih.

2. Safety, keamanan dari fasilitas pembiayaan yang diberikan harus benar-


benar terjamin, sehingga tujuan profitability dapat benar-benar\tercapai
tanpa hambatan.

Berdasarkan fungsi pembiayaan, keberadaan bank syariah yang


menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk
mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga
untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:

1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkansistem


bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional.
3. Karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank
konvensional.
4. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh
rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.
5

Selain itu pembiayaan juga berfungsi sebagai

1. Meningkatkan utility (daya guna) modal dan barang


2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Menimbulkan gairah usaha masyarakat
4. Alat stabilitas ekonomi
5. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
6. Alat hubungan internasional

b. Jenis-Jenis Pembiayaan

Lembaga perbankan menupakan inti dari sistem keuangan dari


setiap Negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi
orang-perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan milik Negara,
bahkan lembaga-lembaga pemerintahan yang menyimpan dana-dana yang
di milikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang
diberikan, bank melayanikebutuhan pembiayaan serta melancarkan
mekanisme sistem pembayaran bagisemua sektor perekonomian.

Jenis jenis pembiayaan pada dasarmya dikelompokkan menurut


beberapa aspek, di antaranya:

1. Pembiayaan menurut tujuan, pembiayaan menurut tujuan dalam bank


syariah dibedakan menjadi :
a. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang dimaksudkanuntuk
mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
b. Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang dimaksudkan
untukmelakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.
2. Pembiayaan menurut jangka waktu, dibedakan menjadi
a. Pembiayaan jangka waktu pendek yaitu pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 bulan sampai dengan I tahun.
6

b. Pembiayaan jangka waktu menengah, yaitu pembiayaan yang


dilakukan dengan waktu I tahun sampai dengan 5 tahun.
c. Pembiayaan jangka waktu panjang yaitu pembiayaan yangdilakukan
dengan waktu lebih dari 5 tahun.

Selain itu pembiayaan dalam bank syariah juga diwujudkan juga


dalam bentuk pembiayaan aktiva produktif dan aktiva tidak produktif.
Adapun jenis- jenis pembiayaan yang dimaksud sebagai berikut:

1. Pembiayaan yang bersifat aktiva produktif yaitu:


a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu meliputi :
 Pembiayaan mudharabah. Merupakan akad bagi hasil ketika
pemilik dana atau modal atau biasa di sebut sahib al-mal
menyediakan modal 100% kepada pengusaha sebagai pengelola
atau biasa di sebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif
dengan syarat bahwa keuntungan yang di hasilkan akan di bagi di
antara mereka menurut kesepakatan yang di tentukan sebelumnya
dalam akad.
 Pembiayaan musyarakah. Merupakan suatu perjanjian antara dua
atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada
suatu proyek, di mana masing-masing pihak mempunyai hak
untuk ikut serta mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam
manajemen proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini
dapat di bagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-
masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama. Manakah
merugi, kewajiban hanya terbatas sampai batas modal masing-
masing.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli dilaksanakan
sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau
benda. Tingkat keuntungan bank di tentukan di depandan menjadi
bagian atas barang yang dijual.
7

c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Transaksi ijarah (sewa) dilandasi


adanya pemindahan manfaat. Jadi, pada dasarnya ijarah sama dengan
prinsip jual beli, tetapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya.
Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang. pada ijarah objek
transaksinya adalah jasa.
2. Pembiayaan yang bersifat aktiva tidak produktif. Jenis aktiva tidak
produktif yang berkaitan dalam pembiayaan adalah Pinjaman Qard atau
talangan, yaitu penyediaan dana atau tagihan antara bank islam dengan
pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan
pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalamn jangka waktu tertentu.
Aplikasi qard dalam perbankan biasanya dalamn empat hal yaitu:
 Sebagai pinjaman talangan haji, di mana nasabah calon haji di berikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan
haji. Nasabah akan melunasinya sebelumkeberangkatan haji.
 Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah, dimana
nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunaimilik bank
melalui ATM, nasabah akan mengembalikannyasesuai waktu yang di
tentukan.
 Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana
menurutperhitungan, bank akan memberatkan pengusaha biladiberikan
pembiayaan dengan skema jual beli atau bagi hasil.
 Sebagai pinjaman kepada bank, di bankSebagai pinjaman kepada
pengurus bank, di mana bankmenyediakan fasilitas untuk memastikan
terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus akan
mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan melalui pemotongan
gajinya. 2

2
Jony., dkk, “PEMASARAN USAHA KECIL MENENGAH” (Yayasan kita menulis,
2001) Hlm.27-31
8

B. Analisis Kelayakan Pemniayaan pada Usaha Kecil dan Mikro

Menurut Dewan M. Rahardjo, pengembangan masa depan dimulai dari


pengembangan ekonomi rakyat atau usaha produktif yang berbasis masyarakat
yaitu UMKM. Pelaku ekonomi rakyat khususnya pelaku usaha skala mikro dan
kecil muncul akibat terdesak dan termaginalkan oleh kapitalisme dan
liberalisme. 3

Definisi mengenai UMKM di Indonesia bervariasi baik oleh lembaga


maupun institusi. Beberapa lembaga atau instansi bahkan undang-undang (UU)
memberikan definisi yang berbedabeda antara satu dengan yang lainnya.
Dalam definisi tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan
tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga
kerja yang diserap oleh kelompok perusahaan tersebut. 4

Badan pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM ditinjau dari


kuantitas dan tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja 5 hingga 19 orang. Sedangkan usaha menengah merupakan
entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 hingga 99 orang. Menurut
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) memiliki arti sebagai berikut:

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, atau

3
Dawan M. Rahardjo, “Mrngapa Ekonomi Rakyat Dianaktirikan.
http://binaswadaya.org/files/buletin-apr09.pdf Diakses pada tanggal 25 November 2021, pukul
12:23.
4
Tiktik Sartika Partomo, Industri Skala Kecil di Indonesia (Jakarta: Universitas Trisakti,
2003), hal. 13.
9

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha


menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini.Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil yaitu :
a) Usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara
Indonesia.
b) Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun.

Sektor UMKM memeliki karakteristik positif yaitu sektor yang


menyerap tenaga kerja yang besar.10 Berdasarkan data terakhir yang diperoleh,
sektor tersebut memiliki jumlah pelaku usaha yang mencapai 51,3 juta unit
usaha atau memiliki kontribusi sebesar 99% dan menyerap tenaga kerja 90,9%
sehingga menyumbang PDB (Produksi Domestik Bruto) sebesar Rp 2.609
Trilliun (sekitar 55,6%) serta memberikan sumbangan devisa Rp 183,8 Trilliun
atau sekitar 20%.

UMKM juga merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam


perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian
nasional dalam masa krisis. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya survey
yang dilakukan oleh Akatiga dari Asia Foundation yang menunjukkan bahwa
dari 320 UKM yang diteliti pada saat krisis moneter sebanyak 35% mengalami
kenaikan kinerja, 12% relative stabil dan 53% omsetnya menurun tetapi
mengalami kebangkrutan usaha.

Namun demikian keberadaan UKM di Indonesia tidak lepas dari


berbagai masalah. Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh sektor ini
antara lain:
10

a. Faktor Internal
1) Kurangnya permodalan. Permodalan merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk me
2) Sumber daya manusia yang terbatas. Sebagian besar usaha mikro dan
kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang
turun temurun. Keterbatasan SDM baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan ketrampilan berpengaruh terhadap manajemen
pengelolaan usahanya sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang
dengan optimal. Selain itu dengan keterbatasan SDM menyebabkan unit
usaha tersebut relative sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi
baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.
3) Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah
karena produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan
mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.ngembangkan suatu unit
usaha.

b. Faktor Eksternal

1) Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif disebabkan kebijakan


pemerintah untuk menumbuh kembangkan UKM masih minim.
2) Terbatasnya sarana dan prasarana usaha berkaitan dengan kurangnya
informasi berupa ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki
kurang berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya
sebagaimana yang ada, produk bersifat lifetime pendek. Sebagian besar
produk industry mikro memiliki cirri atau karakteristik sebagai produk-
produk fashion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek.
3) Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan
tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun
internasional.
4) Implikasi perdagangan bebas sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang
mulai berlaku pada tahun 2003 dan APEC tahun 2020 yang berimplikasi
luas terhadap usaha mikro dan kecil untuk bersaing dalam perdagangan
11

bebas. UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif


dan efisien serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan
frekuensi pasar global dengan standar kualitas.

Dapat disimpulkan bahwa masalah inti dan terbesar yang dihadapi UKM
dalam rangka mengembangkan usahanya adalah keterbatasan modal yang
disebabkan sulitnya memperoleh pembiayaan kepada lembaga keuangan
formal atau perbankan. Bank syariah sebagai lembaga keuangan dapat berperan
sebagai mitra kerja sektor UMKM melalui penyaluran pembiayaannya.

Lembaga keuangan seperti bank sebelum sampai tahap memberikan dana


kepada nasabah, bank akan melakukan beberapa cara atau analisis terlebih
dahulu, yang mana analisis ini digunakan untuk memperkuat dan menyakinkan
pihak bank kepada setiap calon nasabah bahwasannya calon nasabah dapat
dikategorikan mampu untuk memenuhi tanggung jawab sebagai peminjam
dana atau debitur.

Setiap lembaga keuangan memiliki penilaian yang berbeda-beda


berdasarkan aspek dan kriteria yang khusus dan bersifat tetap, dan ukuran
tersebut dijalankan dan sudah menjadi standar penilaian setiap lembaga
keuangan. Analisis 5C merupakan analisis yang biasanya digunakan oleh
lembaga keuangan dalam menilai setiap calon nasabah, dan untuk lembaga
keuangan syariah juga menerapkan hal tersebut tetapi ada satu point tambahan
yang pokok yakni 5C+1S. Berikut merupakan penjelasannya mengenai 5C+1S,
yaitu sebagai berikut:5

2) Character (Kepribadian)

Karakter atau kepribadian merupakan watak atau sifat seseorang yang


nantinya akan diberikan pembiayaan memiliki tanggung jawab dan dapat
dipercaya. Bank harus mengalisis dan memastikan bahwa karakter yang

5
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Hlm. 117
12

diberikan pembiayaan dapat dipercaya dan memegang teguh janjinya sehingga


pembiayaan tersebut dapat berjalan hingga pelunasan.

3) Capacity (Kemampuan)

Kemampuan nasabah dianalisis untuk menetapkan besaran atau


kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman atas pembiayaannya.
Bank dapat menilai dari usaha atau bisnis yang dikelola nasabah, sehingga
bank dapat menentukan besaran nilai mendatang. Dengan kata lain, semakin
baik kemampuan pengelolaan keuangan calon nasabah yang akan dibiayai
mencerminkan kemungkinan kualitas pembiaayan yang baik pula.

4) Capital (modal)

Merupakan analisis dari sisi modal pribadi yang dimiliki oleh calon
nasabah. Sebelum diberikan pembiayaan, bank akan menilai jumlah modal
yang dimiliki calon nasabah. Kesungguhan calon nasabah dalam pengajuan
pembiayaan dapat dinilai dari kecukupan modal yang dimiliki, semakin besar
modal yang dimiliki calon nasabah menandakan bahwa nasabah sungguh-
sungguh dalam menjalankan usahanya. Maka dari itu, Bank akan lebih
percaya dalam menyalurkan pembiayaan tersebut.

5) Collateral (jaminan)

Jaminan hendaknya memiliki nilai yang jumlahnya lebih besar


daripada pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank. Jaminan digunakan
dalam memberikan kesungguhan serta ketenangan dan menambah
kepercayaan bagi pihak bank atas pemberian pembiayaan. Jaminan sendiri
memliki dua fungsi erat dalam pemberian pinjaman, diantaraanya:

a. Faktor penentu besaran nilai pembiayaan yang diberikan kepada calon


nasabah
b. Berjaga-jaga ketika nasabah tidak bisa mengembalikan kewajiban atas
pinjaman tersebut.
13

6) Condition of Economic (kondisi perekonomian)

Penilaian kondisi ekonomi calon nasabah juga diperlukan bank dalam


menentukan nilai pembiayaan yang diberikan, guna memprediksikan
kemungkinan kondisi dimasa mendatang.

6) Syariah

Aspek ini mengacu pada setiap komponen seperti produk, operasional


yang dihasilkan pada keadaan usaha yang dijalankan setiap para nasabah,
apakah hal tersebut memenuhi kepatuhan syariah atau tidak. Selanjutnya
dalam transaksi perbankan syariah harus memenuhi unsur yang tidak
mengandung unsur riba, potensi untuk membahayakan pihak manapun atau
orang lain, dan tidak ada unsur penipuan (gharar), serta tidak mengandung
unsur judi (maisir) 6

C. Strategi Bank Syariah Dalam Menganalisis Pembiayaan Mikro

Mengamati realita bahwa UMKM khususnya usaha mikro memiliki


kontribusi besar dalam pengembangan sector riil, maka baik bank konvensional
maupun bank syariah, masing-masing berusaha untuk menguasai pangsa pasar
tersebut. Maka diperlukan langkah dan strategi bank syariah untuk lebih
berperan aktif dalam menggiatkan pembiayaan khususnya sektor mikro agar
memperoleh keunggulan kompetitif (competitive advantage).

Sejalan dengan visi pengembangan perbankan syariah yang tercantum


dalam blueprint direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia yaitu

6
Maltuf Fitri, ‘Prinsip Kesyariahan Dalam Pembiayaan Syariah’, Economica: Jurnal
Ekonomi Islam, 6.1 (2015), 57–70. https://doi.org/10.21580/economica.2015.6.1.786. di akses
tanggal 25 november 2021 , pukul 11:11
14

terwujudnya system perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi


prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui
kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (share based financing) dan transaksi
riil dalam kerangka keadilan, tolong menolong, dan menuju kebaikan guna
mencapai kemaslahatan masyarakat maka poin inti yang tercantum pada blue
print tersebut menjelaskan bahwa pembiayaan pada bank syariah berlandaskan
system bagi hasil tidak terlepas dari prinsip kehati-hatian.

secara konseptual dalam pemberian pembiayaan bank syariah memiliki


konsep yang serupa dengan bank konvensional, tetapi jika ditinjau
perbedaannya terletak pada penekanan pada aspeknya yang lebih
memprioritaskan pada aspek karakter dan aspek syariah. Bank syariah
memposisikan nasabah sebagai mitra sedangkan pada bank konvensional
hubungan yang terjalin bersifat kreditur dan debitur.

Prinsip keadilan tercermin pada prinsip bagi hasil sehingga nasabah dan
pihak bank memberikan kontribusi terhadap usaha yang dijalankan. Seperti
yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya bahwa usaha Mikro, Kecil dan
Menengah memiliki nature yang berbeda dimana sektor ini menghadapi
kendala dalam masalah permodalan dan prosedur bank yang mewajibkan
adanya jaminan, maka hal ini yang dapat menjadi peluang bagi bank syariah
dengan menerapkan strategi tersebut :

1. Kemudahan dan fleksibilitas dalam prosedur pembiayaan dengan


mengutamakan aspek karakter.
2. Analisis dengan berdasarkan prinsip syariah sehingga bisnis dan proyek
yang di biayai sesuai dengan koridor syariah.
3. Adanya sistem pendekatan jemput bola yaitu para staff pembiayaan terjun
langsung ke tempat usaha untuk mengambil pembayaran angsuran
sehingga memudahkan nasabah dan lebih efisien dalam hal waktu dan
biaya.
15

4. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam menganalisis pembiayaan untuk


mencegah pembiayaan bermasalah.
5. Sikap indepedensi dan transparansi dalam melakukan analisis sehingga
terbebas dari kepentingan pribadi.
6. Mengembangkan produk yang berbasis bagi hasil yang berparadigma
kemitraan sangat tepat untuk pemberdayaan UMKM.
7. Pengelolaan bisnis berdasarkan moral dan transaksi sesuai dengan prinsip
syariah.
8. Memberi prioritas yang utama untuk melayani sektor UMKM dengan
dieksekusi langsung oleh kantor cabang syariah atau melakukan chanelling
atau joint pembiayaan dengan BPRS dan BMT melalui linkage program.
9. Pengembangan skema atau model investasi syariah untuk UMKM.
10. Perbankan syariah bekerjasama dengan Kementrian koperasi, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan serta BUMN dan departemen terkait dalam
memberdayakan UMKM untuk meningkatkan kemampuan manajerial.
11. Kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan atau lembaga sosial
dalam upaya meningkatkan kemampuan manajemen UMKM dalam
bentuk pembinaan-pembinaan nasabah.

Oleh karena itu bank syariah seharusnya menerapkan strategi tersebut


secara komprehensif agar tercapai target dan peningkatan pangsa pasar. Selain
itu dengan mengimplementasikan strategi tersebut maka perbankan syariah
dapat meminimalisir pembiayaan bermasalah pembinaan nasabah.7

7
SISTEM KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO,
http://digilib.uinsby.ac.id/18852/5/Bab%202.pdf diakses pada tanggal25 november 2021,pukul
12:45.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembiayaan merupakan aktivitas utama bank yang menghasilkan


pendapat bagi bank syari’ah. Investasi sejumlah dana kepada pihak lain dalam
bentuk pembiayaan memiliki resiko gagal bayar dari nasabah pembiayaan.
Salah satu prinsip yang sering digunakan dalam evaluasi pembiayaan adalah
prinsip 5C+1C.

Keberadaan usaha mikro, kecil, dan menengah dalam


perekonomian Indonesia memiliki sumbangan yang sangat positif, diantaranya
dalam menciptakan lapangan kerja, menyediakan barang dan jasa, serta
pemerataan usaha untuk mendistribusikan pendapatan nasional. Dengan
peranan usaha mikro, kecil dan menengah tersebut, posisi UMKM dalam
pembangunan ekonomi nasional menjadi sangat penting.

Adapun pengertian UMKM diberbagai negara tidak selalu sama dan


bergantung pada konsep yang digunakan oleh negara tersebut. Oleh karena itu
pengertian UMKM ternyata berbeda antara satu negara dengan negara lainnya

B. Saran

Penulis menyadari tentang penyusunan makalah ini tentu masih


banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini penulis
banyak berharap para pembaca kiranya memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulis
makalah ini di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis dan pada khususnya para pembaca pada umumnya.

16
17

DAFTAR PUSTAKA

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, ‘Peraturan
Menteri Koperasi Dan UKM Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Renana
Strategi Kementerian Koperasi Dan UKM Tahun 2020-2024’, 2020.

Jony., dkk, “PEMASARAN USAHA KECIL MENENGAH” Yayasan kita menulis, 2001.

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Tiktik Sartika Partomo, Industri Skala Kecil di Indonesia, Jakarta: Universitas


Trisakti, 2003

Maltuf Fitri, ‘Prinsip Kesyariahan Dalam Pembiayaan Syariah’, Economica:


Jurnal Ekonomi Islam, 6.1 (2015), 57–70.
https://doi.org/10.21580/economica.2015.6.1.786. di akses tanggal 25
november 2021 , pukul 11:11

Dawan M. Rahardjo, “Mrngapa Ekonomi Rakyat Dianaktirikan.


http://binaswadaya.org/files/buletin-apr09.pdf Diakses pada tanggal 25
November 2021, pukul 12:23.
SISTEM KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO,
http://digilib.uinsby.ac.id/18852/5/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 25
november 2021,pukul 12:45.

Anda mungkin juga menyukai