Minggu ke :7 Nama : Rizka Kusumawardani Refleksi ke :2 Instruktur : dr. Cahya Dewi Satria, Sp.AK, M.Kes
1. Deskripsi kasus yang diambil
Seorang anak laki-laki usia 8 bulan dirawat di bangsal melati 2, sudah terdiagnosis Communicating Hydrocephalus, Cerebral CMV disease sejak usia 2 bulan. 1 minggu kemudian pasien dilakukan VP shunt. Pasien tidak mengalami kejang, demam, mual dan muntah setelah dipasang VP Shunt. Namun 2 bulan setelah pemasangan didapatkan anak muntah-muntah kemudian dirawat di bangsal Melati 4 selama 12 hari, dilakukan repair VP shunt. Pasca repair pasien tidak ada keluhan muntah, namun ada demam subfebris. Pasien disiapkan masuk gancyclovir melalui poli neurologi anak. Saat ini anak masih muntah 2-3x/hari. Muntah paling banyak 6-7x/hari sebanyak 20-30cc, BAB cair 3x/hari, darah (-), lendir (-), demam subfebris naik turun. Pemeriksaan fisik pada tanggal 20/10/20 didapatkan kepala makrosefal, sunset eye phenomena, konjungtiva anemis. Pemeriksaan lab didapatkan leukositosis, anemia makrositik hipokromik, trombositosis. Pemeriksaan LCS (2/9) didapatkan hasil jernih, jumlah sel 89, PMN 13%, MN 87%, Protein 0,11, Glukosa 23, Laktat 1,86, LDH 94. Diagnosis Kerja Cerebral CMV disease, Ventrikulitis, Communicating hydrocephalus on VP shunt (post repair), Anemia mikrositik hipokromik, Diare Cair Akut tanpa tanda dehidrasi. Tatalaksana yang diberikan selama di bangsal yaitu Azitromisin 50mg/24 jam ~ 1,25 cc/24jam, Gancyclovir 84 dosis (sudah selesai), Paracetamol 60mg/4-6 jam KP, Ondansentron 0,6 mg/8jam IV, Acetazolamid 70mg/8jam PO, Zink 20mg/24 jam, Asam folat 1mg/24 jam.
2. Tuliskan apa yang anda pelajari dari kasus ini
Saya mempelajari mengenai CMV Disease yang merupakan infeksi CMV pada bayi yang terjadi karena virus dari ibu menembus melalui plasenta dan menginfeksi janin. Prevalensi bayi dengan infeksi CMV kongenital adalah 7 per 1000 bayi lahir. Prevalensi di negara berkembang lebih tinggi, mencapai 6-14 %. 12,7% bayi lahir yang terinfeksi CMV bersifat simptomatik 13,5% bayi lahir yang terinfeksi CMV yang asimptomatik akan menimbulkan gejala sisa Sensori Neural Hearing Loss (SNHL). Cytomegalovirus (CMV) termasuk dalam keluarga virus herpes dan salah satu infeksi virus kongenital yang paling banyak ditemukan pada manusia. Infeksi CMV kongenital biasanya terjadi melalui transmisi intrauterin, sedangkan infeksi CMV didapat bisa ditularkan melalui cairan tubuh, transmisi juga dapat terjadi selama persalinan atau postnatal melalui ASI. Akibat dan gejala sisa infeksi CMV kongenital meliputi kematian janin, kematian bayi, kerusakan neurologi dan sensori. Kriteria inklusi yang paling banyak dipakai untuk infeksi CMV kongenital simtomatik adalah jika ditemukan ≥ 1 gejala berikut saat lahir: (1) petekie, (2) ikterus dengan hiperbilirubinemia direk, (3) kejang, (4) hepatosplenomegali, (5) trombositopenia, (6) mikrosefali, (7) korioretinitis, (8) kalsifikasi intrakranial. Ada sedikit kelompok yang menggunakan kriteria ≥ 3 gejala. Gold standard penegakan CMV yaitu isolasi virus CMV pada urin/saliva dalam minggu pertama sampai ketiga kehidupan. Jika pasien datang usia lebih dari 1 bulan dilakukan pengecekan laboratorium untuk menentukan kapan infeksi terjadi (untuk menentukan kongenital atau didapat), yaitu dengan Dried blood spots (DBS) CMV PCR dapat untuk diagnosis retrospektif cCMV pada anak yang lebih besar dengan SNHL; Aviditas IgG CMV Low : infeksi terjadi < 3 bulan (2-4 bulan), High: infeksi terjadi > 3 bulan. Terapi dimulai pada 28 hari kehidupan. Terdapat 3 macam pola terapi yaitu Ganciclovir iv selama 6 minggu, Valganciclovir oral selama 6 minggu, Ganciclovir IV 2 minggu dilanjutkan Valganciclovir oral 4 minggu.
3. Tuliskan bagaimana cara memenuhi keingintahuan saudara ?
Saya belajar melalui artikel-artikel ilmiah dan pedoman yang dikeluarkan oleh IDAI.
4. Tuliskan hal-hal yang telah anda pelajari termasuk kompetensi yang dipenuhi: a. Anamnesis dan alloanamnesis b. Pemeriksaan fisik pada anak c. Manajemen CMV pada anak