Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH LK II

MEMAKNAI AJARAN ISLAM DALAM PRAKTIK ILMU SOSIAL DAN


EKONOMI
Di ajukan untuk memenuhi syarat mengikuti “ Intermediate Training (LK II)”
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Pekanbaru

Oleh :
IKMAL SIREGAR

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG PADANGSIDIMPUAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa Yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat serta salam selalu terhatur
kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang menjadi panutan semua ummat, yakni
sang Revolusioner Sejati, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
jurang yang penuh kesesataan menuju sebuah kehidupan yang penuh kebahagiaan
dan kedamaian.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya
kepada HMI Cabang Padangsidimpuan dan juga rekan-rekan kader HMI
Komisariat Tarbiyah yang selalu berjuang, yang selalu memberikan saran, koreksi
dan motivasi yang sangat membangun dalam menyelesaikan makalah ini. Adapun
judul makalah ini adalah: “Memaknai Ajaran Islam Dalam Praktik Ilmu
Sosial dan Ekonomi”. Juga tidak lupa penulis mengucapkan ribuan terima kasih
kepada Kanda-Kanda Alumni (KAHMI) yang juga tidak luput memberi bantuan
kepada penulis, dari segi moril maupun materil.
Akhirnya, kepada Allah jualah kita memohon. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita sebagai penambah wawasan dan cakrawala pengetahuan.
Dan dengan memanjatkan do’a dan harapan semoga apa yang kita laksanakan ini
menjadi amal baik dan mendapat ridha dan  balasan serta ganjaran yang berlipat
ganda dari Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Padangsidimpuan, 15 Februari 2021

Ikmal Siregar

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial........................................... 3
B. Ajaran Islam Tentang Ekonomi............................................... 8
C. Praktik Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial Dan Ekonomi.... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................... 15
A. Kesimpulan .................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17
BIODATA PESERTA................................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alqur’an dan sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya
jangkau dan daya atur yang universal. Artinya, meliputi segenap aspek
kehidupan umat manusia dan selalu ideal untuk masa lalu, kini dan yang
akan datang. Salah satu bukti bahwa Alqur’an dan sunnah tersebut
mempunyai daya jangkau dan daya atur yang universal dapat dilihat dari
segi teksnya yang selalu tepat untuk diimplementasikan dalam kehidupan
aktual. Misalnya, daya jangkau dan daya aturnya mengenai ilmu sosial dan
ekonomi umat manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia termasuk kegiatan
sosial dan ekonomi yang haruslah berlandaskan tauhid. Setiap ikatan atau
hubungan antara seseorang dengan orang lain dan penghasilannya yang
tidak sesuai dengan ajaran tauhid adalah ikatan atau hubungan yang tidak
Islami. Dengan demikian realitas dari adanya hak milik mutlak tidak dapat
diterima dalam Islam, sebab hal ini berarti mengingkari tauhid.
Manurut ajaran Islam hak milik mutlak hanya ada pada Allah saja. Hal
ini berarti hak milik yang ada pada manusia hanyalah hak milik nisbi atau
relatif. Islam mengakui setiap individu sebagai pemilik apa yang
diperolehnya melalui bekerja dalam pengertian yang seluas-luasnya, dan
manusia berhak untuk mempertukarkan haknya itu dalam batas-batas yang
telah ditentukan secara khusus dalam hukum Islam. Pernyataan-pernyataan
dan batas-batas hak milik dalam Islam sesuai dengan kodrat manusia itu
sendiri, yaitu dengan sistem keadilan dan sesuai dengan hak-hak semua
pihak yang terlibat di dalamnya.
Tujuan dari adanya kegiatan sosial dan ekonomi yakni agar tidak
seorangpun atau sekelompok orangpun yang berhak mengeksploitasi
orang lain. Tidak ada sekelompok orangpun boleh memisahkan diri dari
orang lain dengan tujuan untuk membatasi kegiatan sosial ekonomi di
kalangan mereka saja. Islam memandang umat manusia sebagai satu

1
keluarga, maka setiap manusia adalah sama derajatnya di mata Allah dan
di depan hukum yang diwahyukannya. Konsep persaudaraan dan
perlakuan yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat di muka
hukum tidaklah ada artinya kalau tidak disertai dengan keadilan ekonomi
yang memungkinkan setiap orang memperoleh hak atas sumbangan
terhadap masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, umat manuusia memerlukan ilmu
sosial dan ekonomi, agar ketidak adilan dalam pendapatan dan kekayaan
yang bertentangan dengan Islam dapat dihapuskan. Akan tetapi, konsep
Islam dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta konsepsinya tentang
ilmu sosial tidaklah menuntut bahwa semua orang harus mendapat upah
yang sama tanpa memandang kontribusinya kepada masyarakat. Islam
mentoleransi ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat tertentu, karena
setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan, dan pelayanannya dalam
masyarakat.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disebutkan tadi ada beberapa


masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah ajaran islam mengenai ilmu sosial?
2. Bagaimana ajaran islam mengenai ekonomi?
3. Bagaimana praktik ajaran islam tentang ilmu sosial dan ekonomi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ajaran islam mengenai ilmu sosial.
2. Untuk memahami ajaran islam mengenai ekonomi.
3. Untuk mengetahui praktik ajaran islam tentang ilmu sosial dan
ekonomi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial
Ilmu sosial pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
dan aktivitas manusia dalam kehidupan bersama. Dengan demikian ilmu
sosial mempelajari hubungan manusia dengan lingkungannya. Perbedaan
utama antara ilmu sosial dengan ilmu alam adalah obyeknya. Obyek ilmu
alam adalah fisik, sedangkan obyek ilmu sosial adalah manusia dan
hubungannya dengan lingkungannya. Lingkungan ini dapat berarti
manusia lain atau obyek fisik di sekitar manusia. 1
Ilmu sosial mengkaji perilaku manusia yang bermacam-macam,
misalnya
1. Perilaku manusia dalam hubungannya dengan manusia lain baik
pribadi atau kelompok  yang nantinya melahirkan ilmu sosiologi.
2. Perilaku manusia pada masa lalu melahirkan ilmu sejarah.
3. Perilaku manusia kaitannya dengan kejiwaannya melahirkan ilmu
psikologi.
4. Perilaku manusia kaitannya dengan pemenuhan kebutuhannya
melahirkan ilmu ekonomi, dan sebagainya.
Semua perilaku tersebut merupakan gejala sosial yang menjadi
wilayah kajian utama ilmu-ilmu sosial. Inilah yang membedakan ilmu-
ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu alam berhubungan dengan
gejala-gejala alam yang bersifat fisik, konstan dan bisa diamati dengan
kasat mata dan untuk memahaminya tidak sesulit gejala sosial. Gejala
alam mudah dipilah-pilah dan bisa diukur serta pola peristiwanya
senantiasa tetap. Misalnya, pola mengenai gejala gunung meletus atau
gejala tsunami sejak dahulu kala hingga sekarang tidak banyak berubah.
Sedangkan gejala atau peristiwa sosial terikat dengan variabel tempat,
waktu, perilaku, dan settingnya lebih kompleks. Misalnya revolusi yang

1
. Supardi, Dasar-Dasar Ilmu Sosial, 2011

3
terjadi di Inggris, Perancis, Amerika, dan Revolusi Kemerdekaan
Indonesia memiliki perbedaan yang tidak konstan.2
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial yaitu Antropologi, Akuntansi,
Arkeologi, Astronomi, Demografi, Ekologi, Ekonomi, Fisika, Geografi,
Geologi, Hukum, Ilmu Lingkungan, Klimatologi, Kriminologi, Linguistik,
Pendidikan, Politik, Oseanografi, Paleontology, Psikologi, Sejarah dan
Sosiologi
Karena gejala sosial sangat kompleks, maka untuk memahaminya
tidak cukup dengan satu sudut pandang atau satu disiplin ilmu, sehingga
dikatakan bahwa ilmu sosial memiliki gejala sangat kompleks.3
Al–Quran dan As-Sunnah sesungguhnya tidak membedakan antara
ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan sosial. Yang ada dalam Al-quran
adalah ilmu. Pembagian adanya ilmu agama Islam dan Ilmu Pengetahuan
Sosial adalah merupakan hasil kesimpulan manusia yang mengidentifikasi
ilmu berdasarkan sumber objek kajiannya.
Jika obyek yang dibahas dari Al-quran adalah mengenai penjelasan
atas wahyu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, berupa hadis,
dengan menggunakan metode ijtihad , maka yang dihasilkan adalah ilmu-
ilmu agama seperti Teologi, Fiqih, Tafsir, Hadis, Tasawuf, dan lain
sebagainya. Sedangkan jika yang dijadikan objek kajian perilaku manusia
dan sosial dalam segala aspeknya, baik perilaku politik, perilaku ekonomi,
kebudayaan, perilaku sosial dan lain sebagainya yang dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian sosial seperti wawancara, observasi,
penelitian terlibat (grounded research), maka yang dihasilkan adalah ilmu-
ilmu Sosial.
Ilmu-ilmu tersebut seluruhnya pada hakikatnya berasal dari Allah,
karena sumber-sumber ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat
raya(termasuk hukum-hukum yang ada didalamnya), manusia dengan

2
 Vessuri, Hebe. (2000). "Ethical Challenges for the Social Sciences on the Threshold of
the 21st Century." Current Sociology 50, no. 1 (January): 135-150. [1], Social Science Ethics: A
Bibliography, Sharon Stoerger MLS, MBA
Supardi, Dasar-Dasar Ilmu Sosial, 2011
3

4
perilakunya, akal pikiran, dan intusi batin seluruhnya ciptaan dan anugerah
Allah yang diberikan kepada manusia. Dengan demikian para ilmuwan
dalam berbagai bidang ilmu tersebut sebenarnya bukan pencipta ilmu
tetapi penemu ilmu, penciptanya adalah Allah SWT.
Atas dasar pandangan integrated(tauhid) tersebut maka seluruh ilmu
hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilahnya saja, sedangkan hakikat
dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal dari Allah SWT.4
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi penting jika
dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman moden ini. Dunia modern
sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan
martabat manusia, manusia dapat mengorganisasikan ekonomi, menata
struktur politik, serta membangun peradaban yang maju untuk dirinya
sendiri, tetapi pada saat yang sama, manusia telah menjadi tawanan dari
hasil ciptaannya sendiri, seperti penyembahan kepada hasil ciptaannya
sendiri.
Dalam keadaan demikian, harus memiliki ilmu pengetahuan sosial
yang mampu membebaskan manusia dari berbagai problem tersebut, ilmu
pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan sosial yang
digali dari nilai-nilai agama yang disebut sebagai ilmu sosial profetik.5
Dewasa ini ilmu sosial yang dibutuhkan tidak hanya berhenti pada
menjelaskan fenomena sosial, tetapi dapat memecahkannya secara
memuaskan. Menurut Kuntowijoyo, pada zaman modern ini butuh ilmu
sosial profetik, yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan
mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberikan petunjuk ke arah
mana transformasi itu di lakukan, untuk apa dan oleh siapa. Perubahan
tersebut didasarkan pada tiga hal yaitu: tujuan manusia (tujuan
humanisasi), tujuan liberasi dan tujuan transendensi. Sebagaimana
terkandung dalam ayat 110 surat Ali’Imran sebagai berikut.
4
H.Abudin Nata dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: Rajawali Pers,
2005),hlm.68-73.
5
. Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan,
1991), cet I.

5
ِ ‫َّاس تَ ْأمرو َن بِ الْمعرو‬
‫ف َوَت ْن َه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر ( اَل‬ ِ ْ ‫ُك ْنتم َخي ر َُّأم ٍة ُأ ْخ ِرج‬
ْ ُْ َ ْ ُ ُ ِ ‫ت للن‬ َ َ ْ ُْ
) ١١٠   ‫عمران‬
Artinya:Kamu sekalian adalah sebaik-baiknya umat yang ditugaskan kepada
manusia    menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat munkar dan beriman
kepada allah. (QS Al-Imran, 110).
Dari firman Allah swt diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tujuan manusia (tujuan humanisasi)
Tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia dari proses
dehumanisasi. Industrialisasi yang kini terjadi terkadang menjadikan
manusia sebagai bagian dari masyarakat abstrak tanpa wilayah
kemanusiaan.
2. Tujuan liberasi
Tujuan liberasi adalah pembebasan manusia dari lingkungan teknologi,
pemerasan kehidupan, menyatu dengan orang miskin yang tergusur oleh
kekuatan ekonomi raksasa dan berusaha membebaskan manusia dari
belenggu yang kita buat sendiri.
3. Tujuan transendensi
Tujuan transendensi adalah menumbuhkan transendental dalam
kebudayaan. Kita sudah banyak menyerah kepada arus hedonisme,
meterialisme, dan budaya dekaden lainnya. Kini yang harus dilakukan
adalahmembersihkan diri dengan mengikatkan kembali kehidupan pada
dimensi transendentalnya.6

B. Ajaran Islam Tentang Ekonomi

6
. Syiama,”pandangan islam tentang ilmu sosial” , diakses dari
http://sedaobagann.blogspot.com/2017/10/makalah-pandangan-islam-tentang-ilmu.html

6
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi
manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan
didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan
rukun Islam.
Ekonomi Islam mempunyai tiga pilar yang berkaitan antara satu
dengan yang lain dan ketiganya perlu dibangun dan digerakkan bersama-
sama oleh semua komponen umat dan bangsa, baik oleh pemerintah,
lembaga keuangan Syariah, civitas akademika perguruan tinggi dan
pesantren. Ketiga pilar ini merupakan implementasi ajaran Islam yang
berasaskan tauhi<dullah dan mampu menjadi landasan operasional LKS
dan kegiatan bisnis Syariah lainnya. Ketiga pilar tersebut: sektor moneter,
sektor riil, dan sektor zakat.1
Manusia diturunkan kebumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau
pelengkap dibumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai
kedudukan, pran, tugas yag telah melekat padanya yang terbawa sejak ia
lahir kedunia. Manusia telah dipilih Allah untuk melaksanakan tanggung
jawab sebagai hamba Allah dan seorang khalifah di muka bumi, karena
manusia merupakan makhluk yang paling istimewa dibanding dengan
makhluk yang lainnya. Mereka dipilih untuk menyelesaikan persoalan
yang ada dengan cara mereka sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.
Adapun telah dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 30 :

 H‫ا‬H‫ و‬Hُ‫ل‬H‫ ا‬Hَ‫ق‬ ِ H‫ر‬Hْ ‫َأْل‬H‫ ا‬H‫ ي‬Hِ‫ ف‬H‫ ٌل‬H‫ ِع‬H‫ ا‬H‫ َج‬H‫ ي‬Hِّ‫ ِإ ن‬H‫ ِة‬H‫ اَل ِئ َك‬H‫ َم‬H‫ ْل‬Hِ‫ ل‬H‫ك‬
Hۖ Hً‫ ة‬Hَ‫ف‬H‫ ي‬Hِ‫ ل‬H‫خ‬Hَ H‫ض‬ َ HُّH‫ ب‬H‫ َر‬H‫ل‬Hَ H‫ ا‬Hَ‫ ق‬H‫ ِإ ْذ‬H‫و‬Hَ
ُ Hِ‫ ف‬H‫ ْس‬Hَ‫ ي‬H‫ َو‬H‫ ا‬Hَ‫ه‬H‫ ي‬Hِ‫ ف‬H‫ ُد‬H‫ ِس‬H‫ ْف‬Hُ‫ ي‬H‫ن‬Hْ H‫ َم‬H‫ ا‬Hَ‫ه‬H‫ ي‬Hِ‫ ف‬H‫ ُل‬H‫ َع‬H‫ج‬Hْ Hَ‫َأ ت‬
H‫ ُح‬HِّH‫ ب‬H‫ َس‬Hُ‫ ن‬H‫ن‬Hُ H‫ح‬Hْ Hَ‫ ن‬H‫و‬Hَ H‫ َء‬H‫ ا‬H‫ َم‬HِّH‫د‬H‫ل‬H‫ ا‬H‫ك‬
H‫ َن‬H‫ و‬H‫ ُم‬Hَ‫ ل‬H‫ ْع‬Hَ‫ اَل ت‬H‫ ا‬H‫ َم‬H‫ ُم‬Hَ‫ ل‬H‫ َأ ْع‬H‫ ي‬Hِّ‫ ِإ ن‬H‫ل‬Hَ H‫ ا‬Hَ‫ ق‬Hۖ H‫ك‬
َ Hَ‫ ل‬H‫س‬
Hُ HِّH‫ د‬Hَ‫ ق‬Hُ‫ ن‬H‫ َو‬H‫ك‬
Hَ H‫ ِد‬H‫ ْم‬H‫ح‬Hَ Hِ‫ب‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui".

7
Allah menjadikan manusia sebagai kahlifah (pemimpin) di bumi

berarti Allah menyerahkan pengolahan dan pemakmuran bumi secara

mutlak kepada manusia. Disamping arti ini khalifah juga menunjukkan arti

pemimpin Negara atau kaum. Untuk itu ada dua argumentasi manusia di

jadikan khalifah dimuka bumi, yang dapat dikemukakan yaitu:

a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat


digambarkan adanya perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada
Nabi Adam As. Karena kekhusukan Nabi Adam As. Yang memiliki
ilmu pengetahuan yang berbeda dengan ilmu pengetahuan malaikat
yang tidak memungkinkan karena dari usaha sendiri sesuai firman
Allah dalam Q.S Al- Baqarah [2:32]

‫ت‬ َ َّ‫ ِإ ن‬Hۖ ‫ك اَل ع ِْل َم لَ نَ ا ِإ اَّل َم ا َع لَّ ْم َت نَ ا‬


َ ْ‫ك َأن‬ َ َ‫قَ الُ وا ُس ْب َح ان‬

ُ‫ِيم ا حْلَ كِيم‬


ُ ‫الْ َع ل‬
Artinya: Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana".7
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. Di muka bumi ini adalah karena
mempunyai kemungkinan untuk di bebani amanat kemanusiaan, serta
pertanggung jawaban dari amal usahanya, serta cobaan, berbeda
dengan malaikat yang ditakdirkan dengan patuh dan bebas godaan-
godaan.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang khalifah selalu
berkaitan dengan tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan
suatu peringatan serta pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar
mereka melihat memandang keadaan sebelum mereka sendiri serta apa

7
Hamka, Tafsir asl- Azhar,(Jakarta: Pustaka Panji Mas,1994), hal. 192

8
yang harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua perbuatan yang
dilakukan akan ada pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT.
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi
tingkah laku orang lain yang dipimpinnya. Istilah pengaruh yang
disebutkan dalam definisi di atas adalah daya yang timbul dari seseorang
yang ikut membentuk watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan
seseorang tersebut. Nabi Muhammad SAW membuktikan bahwa seorang
pemimpin yang baik adalah yang mendorong para pengikutnya agar
melayani orang lain untuk bisa unggul dalam kehidupan. Kesuksesan Nabi
Muhammad SAW sebagai pemimpin diri sendiri, pemimpin keluarga,
pemimpin organisasi, pemimpin sosial, pemimpin agama, pemimpin umat,
pemimpin para nabi dan rasul-Nya, dan pemimpin seluruh alam telah
mengeluarkan bangsa Arab khusunya dan manusia dari jeratan kebodohan
akidah dan syariat ketuhanan.8 Kecerdasan, spiritualitas, serta potensi-
potensi dirinya tidak hanya diakui oleh kalangan umat Islam saja, namun
juga datang dari banyak ilmuwan barat, seperti Michael H. Hart yang
mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan tokohurutan
pertama dari seratus tokoh yang paling memberikan pengaruh dalam
sejarah peradaban umat manusia.
Nabi Muhammad SAW selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sekaligus menjaga harkat dan martabat manusia dan tidak
pernah memaksakan kehendakanya kepda orang lain. Beliau meyakinkan
pengikutya supaya dapat mengikuti perintahnya dengan sukarela.Beliau
adalah pemimpin yang tegas, tidak kompromi terhadap kebatilan dan
selalu mengakkan kebenaran. Ketegasan tersebut tercermin dalam
peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW menolak untuk memberikan
kekuasaan pemerintah pada dua orang dari Kabilah al-Asy’ari, namun
beliau justru memberikan jabatan pemerintahan kepada Abu Musa al-
Asy’ari dan Mu’adz ibn Jabal.9
8
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 28
9
Rifqi Muhammad Fatih, Interaksi Nabi Muhammad dengan Yahudi dan Kristen,
“Refleksi Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin XII”, Vol. 3, hal. 248

9
C. Model-Model Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian
sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang
menyangkut kemampuannya dalam memimpin yang dapat
memengaruhi bawahannya.Perwujudan tersebnut biasanya
membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh E. Mulyasa. E. Mulyasa mengatakan bahwa cara
yang dipergunakan pemimpin dalam memengaruhi para pengikutnya
tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
a. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan
satu orang.Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal.
Kedudukan dan tugas anggota semata-mata hanya sebagai
pelaksana keputuan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan.
Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal,
dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu
dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu berbuat
sesuatu tanpa diperintah.10
b. Gaya Kepemimpinan Militeristis
Pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang
pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe
militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat
berikut: dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih
sering dipergunakan, dalam menggerakkan bawahan senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya, senang pada
formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi
dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari

10
Zul Helmi, Konsep Khalifah Fil Ardhi Dalam Perpektif Filsafat: Kajian Eksistensi
Manusia Sebagai Khalifah, Jurnal Intizar, Vol.24, No.1, 2018, hal. 36

10
bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai
keadaan.
c. Gaya kepemimpinan paternalistis
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang
bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok.
Tujuannya adalah untuk melindungi dan memberikan arahan
seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.11
d. Gaya Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang karismatik mempunyai daya tarik yang amat
besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering
pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut
pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab
musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik maka
sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers).
Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan
sebagai kriteria untuk karisma.12
e. Gaya Kepemimpianan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi.
Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang
dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan
berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak,
kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreativitas, inisiatif yang
berbeda-beda dan dihargai disalurkan secara wajar.Gaya
pemimpin ini selalu berusaha untuk memanfaatkan setiap orang
yang dipimpin. Kepemimpianan demokratis adalah
kepemimpinan yang aktip, dinamis dan terarah. Kepemimpinan
11
Abd.Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,
(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.95.
12
Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan, Op.cit, hal. 11.

11
gaya ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan
musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan didalam
unit masing-masing.13

13
Ibd, hlm.37.

12
2. Gaya Kepemimpinan dalam Islam
Dalam pandangan Islam, kepemimpinan terkait dengan dua
harapan atau tuntutan sosial mendasar yang dikenakan kepada si
pemimpin. Pertama, kemampuan yang diperkirakan terdapat padanya
untuk memimpin ke arah tercapainya situasi yang diinginkan oleh
komunitasnya. Kedua, Kemungkinan bobot fungsinya dalam
mempertahankan eksistensi komunitas. Dalam konteks pemenuhan
tuntutan sosial itu, pemimpin harus menyadari adanya
pertanggungjawaban transendental, yang menghendaki keterluluhan
pribadi dalam keharusan moral agama.Tanggung jawab atau prinsip
akuntabilitas kepemimpinan dalam Islam, hendaknya diletakkan
dalam tugas (muamalah) kehidupan dan pengabdian (ibadah) setiap
manusia sebagai kahlifah di bumi-Nya.
Tim Revisi Naskan Islam Disiplin Ilmu Pendidikan
mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan dalam islam ada empat
gaya yaitu; kepemimpinan tunggal, kepemimpinan kolektif,
kepemimpinan keahlian, dan kepemimpinan kekeluargaan.
a. Kepemimpina Tunggal
Yaitu memegang fungsinya, ditunjuk atau diangkat oleh
Allah SWT (hak preogratif para Nabi), pembaharu (mujaddid),
atau para wali. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an Surat
Al-Ahzab (33):40

‫ان م َُح َّم ٌد َأ َبا َأ َح ٍد مِّن رِّ َجالِ ُك ْم َو َلكِن رَّ سُو َل هَّللا ِ َو َخا َت َم‬
َ ‫مَّا َك‬
‫ان هَّللا ُ ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِيمًا‬ َ ‫ال َّن ِبي‬
َ ‫ِّين َو َك‬
Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari
seorang laki-laki di antara kamu tetapi Dia adalah Rasulullah
dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui
segala sesuatu”. Tipe kepemimpinan tunggal ini dapat terjadi
sebagai suatu tingkat kepemimpinan yang tinggi yang
menjalankan fungsinya berdasarkan musyawarat.

13
b. Kepemimpinan Kolektif
Kepemimpinan bersama yang dipimpin oleh seorang ketua
yang dihasilkan melalui musyawarah.Contoh; kepemimpinan para
wali di Indonesia dan Khyulafaur Rosyidin.
c. Kepemimpinan Keahlian
Sebagaimana digambarkan oleh hadits Nabi saw yang
diriwayatkan oleh Bukhori, yang artinya; ”Apabila suatu amanat
diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah kehancurannya”
(H.R. Bukhori dari Abu Hurairah).
d. Kepemimpinan Kekeluargaan
Yaitu seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinan atas
persetujuan diam-diam dari masyarakat (social consente),
umpamanya kepemimpinan para ulama di Indonesia.
Dari empat tipe pemimpin ini, pada umumnya memiliki sifat-
sifat karismatik, rasional, dan akhirnya unsur formal.14

14
Tim Revisi Naskan IDI Pendidikan, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Buku Daras
Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Fakultas/Jurusan/Program Studi
Pendidikan, (Jakarta : Departem Agama RI Dirjen Binbaga Islam, 2000), hal.72

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang pemimpin adalah seseorang yang karena kecakapan-
kecakapan pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat
mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengerahkan usaha
bersama kearah pencapaian sasaran – sasaran tertentu. Sedangkan
kepemimpinan merupakan suatu upaya dari seorang pemimpin untuk data
merealisasikan tujuan organisasi melalui orang lain dengan cara
memberikan motivasi agar orang lain tersebut mau melaksanakannya suatu
pekerjaaan tersebut.
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi
tingkah laku orang lain yang dipimpinnya. Istilah pengaruh yang
disebutkan dalam definisi di atas adalah daya yang timbul dari seseorang
yang ikut membentuk watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan
seseorang tersebut. Nabi Muhammad SAW membuktikan bahwa seorang
pemimpin yang baik adalah yang mendorong para pengikutnya agar
melayani orang lain untuk bisa unggul dalam kehidupan. Kesuksesan Nabi
Muhammad SAW sebagai pemimpin diri sendiri, pemimpin keluarga,
pemimpin organisasi, pemimpin sosial, pemimpin agama, pemimpin umat,
pemimpin para nabi dan rasul-Nya, dan pemimpin seluruh alam telah
mengeluarkan bangsa Arab khusunya dan manusia dari jeratan kebodohan
akidah dan syariat ketuhanan. Kecerdasan, spiritualitas, serta potensi-
potensi dirinya tidak hanya diakui oleh kalangan umat Islam saja, namun
juga datang dari banyak ilmuwan barat, seperti Michael H. Hart yang
mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan tokohurutan
pertama dari seratus tokoh yang paling memberikan pengaruh dalam
sejarahperadaban umat manusia.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang khalifah selalu
berkaitan dengan tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan
suatu peringatan serta pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar

15
mereka melihat memandang keadaan sebelum mereka sendiri serta apa
yang harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua perbuatan yang
dilakukan akanada pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT.

16
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abu Ahmadi. 2009. Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta
Aspizain Chaniago.2017. Pemimpin dan Kepemimpinan (Pendekatan Teori dan
Studi Kasus), Jakarta : Lentera Ilmu Cendikia.
Abd.Wahab dan Umiarso. 2011, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan
Spiritual, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Hamka. 1994. Tafsir asl- Azhar,Jakarta: Pustaka Panji Mas
Kawiana, I Gede Putu.2019.Spiritual Leadership “Membangun Kinerja
Organisasi”, Denpasar :UNHI Press
Marvin, Peterson.W. at. All, 1997.Planning and Management For a Changing
Environment, San Francisco: Jossey Bass Publishers
Siagian, Sondang P. 2015. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sitompul, Agus Salim. 2008. 44 Indikator kemunduran HMI Suatu Kritik dan
Koreksi Untuk Kebangkitan Kembali HMI (50 Tahun Pertama HMI 1947-
1997). Jakarta: CV Misaka Galiza.
Tim penyusun. 2018.Hasil-Hasil Kongres XXX Himpunan Mahasiswa Islam,
Ambon :Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa IslamBidang Pembinaan
Aparatur OrganisasiPeriode 2018 – 2020
Jurnal :
Fatih, Rifqi Muhammad.Interaksi Nabi Muhammad dengan Yahudi dan
Kristen,“Refleksi Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin XII”, Vol. 3
Zul Helmi. 2018, Konsep Khalifah Fil Ardhi Dalam Perpektif Filsafat: Kajian
Eksistensi Manusia Sebagai Khalifah, Jurnal Intizar, Vol.24, No.1

17
BIODATA PESERTA

Nama Lengkap : Ikmal Siregar

Alamat : Sayurmatinggi

Tempat, Tanggal Lahir : Sayurmatinggi, 14 Juni 1999

Universitas : IAIN Padangsidimpuan

Asal Komisariat : Komisariat Tarbiyah

Asal Cabang : Cabang Padangsidimpuan

Motto Hidup : Lakukan Hal Terbaik Demi Hasil Yang Lebih Baik

18

Anda mungkin juga menyukai