Anda di halaman 1dari 7

Perpajakan

Rangkuman Mata Kuliah


Pengertian, Subjek dan Objek PPn dan PPn BM

Disusun Oleh:

Olivia Cleverly
A031191159

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
A. Pengertian PPn (Pajak Pertambahan Nilai)
Pengertian PPN
PPN adalah pajak yang dikenakan atas aktivitas yang seperti yang dijelaskan
dalam UU berikut ini:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh pengusaha
2. Impor Barang Kena Pajak
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh pengusaha
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha  Kena Pajak;
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
dan
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

PPN dikenakan pada tiap rantai perdagangan atau proses produksi. Jumlah
pajak yang dibayarkan adalah nilai tambah yang ditambahkan terhadap
produk/jasa tersebut. Hal ini yang membedakan dengan PPNBM Pajak
Penjualan Barang Mewah. PPnBM dikenakan atas nilai jual dan tidak dapat
dikreditkan (kecuali untuk barang mewah yang dieksport maka PPnBM dapat
dikreditkan). Untuk menghindari pajak berganda maka PPnBM hanya
dipungut di perusahaan manufaktur/penghasil dan importir barang mewah
tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan juga dalam PPN adalah PPN Masukan. Tidak
semua PPN masukan dapat dikreditkan. Ada ketentuan khusus terkait dengan
hal ini. UU juga mengatur mengenai PPN yang ditanggung pemerintah
dengan ketentuan berikut:
1. Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan
dari pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya,
PPN Masukannya dapat dikreditkan
2. Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BarangKena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat dikreditkan.

Perlu mendapatkan catatan bahwa pengusaha yang menghitung


penghasilannya dengan menggunakan norma dalam menghitung PPN berlaku
ketentuan khusus. PPM masukannya sebesar 80% dari pajak keluaran.

B. Objek Pajak Dan Subyek Pajak Pertambahan Nilai


1) Objek Pajak
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan tas hal-hal sebagai berikut:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha
b. Impor Barang Kena Pajak;
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh pengusaha kena pajak

2) Subyek Pajak
a. Pengusaha
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan
barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar
daerah pabean.
b. Pengusaha kena pajak
Pengusaha adalah pengusaha yang mengekspor BKP yang telah
dikukuhkan sebagai PKP.

c. Pengusaha kecil
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang dalam satu tahun buku
melakukan penyerahan:
 BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp
240.000.000,00
 JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp
120.000.000,00

d. Hubungan istimewa
Berdasarkan pasal 2 UU PPN 1984, hubungan istimewa dapat terjadi,
karena
1) Penyertaan
a. Pengusaha yang mempunyai penyertaan langsung atau tidak
langsung sebesar 25% atau lebih dari pada pengusaha lain.
b. Hubungan antar digabung pengusaha dengan penyertaan 25%
atau lebih pada dua pengusaha atau lebih.
c. Hubungan antara dua pengusaha atau lebih yang modalnya
sebesar 25% atau lebih dipegang oleh satu pengusaha.

2) Penguasaan manajemen
Pengusaha yang satu menguasai pengusaha lainnya atau dua atau
lebih pengusaha berada di bawah penguasaan pengusaha yang
sama baik langsung maupun tidak langsung.

3) Hubungan kekeluargaan
a. Hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan/atau kesamping satu derajat.
b. Sedarah lurus satu derajat: ayah, ibu dan anak.
c. Sedarah ke samping satu derajat: kakak dan adi
d. Semenda lurus satu derajat: mertua dan anak tiri
e. Semenda ke samping satu derajat: ipar
f. Hubungan antara suami istri jika ada perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan.

C. Pengertian, Subjek dan Objek PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang


Mewah)
PPnBM merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang digolongkan
sebagai barang mewah.
Dasar Hukum PPnBM
Penerapan pungutan PPnBM tentunya memiliki beberapa ketentuan tertentu
yang diharus dipatuhi. Ketentuan-ketentuan ini terdapat dalam :
 Undang-undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
 UU No. 42 Tahun 2009 tentang PPN

Peraturan mengenai PPN dan PPnBM ada dalam undang-undang yang sama
karena PPnBM tidak dapat dikenakan sendiri tanpa pengenaan PPN. Hampir
semua barang yang dikonsumsi dikenakan PPN, sedangkan penyerahan
PPnBM bersifat lebih spesifik yaitu pada saat penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) yang masuk dalam kategori barang mewah oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang menghasilkan barang mewah/pada waktu impor. Jadi dapat
dikatakan bahwa PPnBM merupakan pungutan pelengkap atas pengenaan
PPN.

Dasar Pertimbangan Pengenaan PPnBM


Atas penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh produsen/impor BKP yang
tergolong mewah, di samping dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM dengan
pertimbangan: 
 Diperlukan adanya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang
berpenghasilan rendah dan konsumen berpenghasilan tinggi.
 Diperlukan adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong
mewah.
 Diperlukan adanya perlindungan terhadap produsen kecil/tradisional.
Subjek PPnB
Subjek PPnBM adalah PKP yang menghasilkan BKP tergolong mewah dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, dan pengusaha yang mengimpor
barang yang tergolong mewah. Walaupun demikian karena PPn dan PPNBM
merupakan pajak tidak langsung, maka prinsipnya beban pajak dapat digeser
kepada pihak lain.
Subjek pajak PPnBM dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Pengusaha Kena Pajak
PKP adalah pribadi/badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha/pekerjaannya menghasilkan BKP, mengimpor BKP, mengekspor
BKP serta melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan BKP tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha JKP/ memanfaatkan
JKP dari luar daerah pabean. Berikut ini beberapa contoh subjek PPnBM:
1. Pengusaha Kena Pajak yang meliputi pabrikan/ produsen.
2. Pengusaha real estate,importir, indentor.
3. Pengusaha bidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan
perkebunan.
4. Pemegang hak paten dan merk dagang.
5. Kontraktor/ sub kontraktor bangunan.

2. Pengusaha yang memilih menjadi PKP


Meliputi eksportir dan pedagang yang menyerahkan BKP kepada PKP.

Objek PPnBM
Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang No.42 tahun 2009, PPnBM
dikenakan atas Penyerahan BKP tergolong mewah yang diserahkan oleh
pengusaha yang menghasilkan BKP barang mewah. Dilakukan di dalam
daerah pabean dan dilakukan dalam kegiatan usaha/pekerjaan pengusaha
PPnBM dikenakan atas:
 Barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok.
 Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
 Barang yang dikonsumsi untuk menunjukan status atau barang umumnya
digunakan oleh masyarakat berpenghasilkan tinggi.
Pengecualian Objek PPnBM
Jenis barang yang tidak dikenakan PPnBM diantaranya :
 Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil kehutanan yang dipetik
langsung/ disadap langsung dari sumbernya.
 Barang hasil perburuan.
 Barang hasil pertambangan.
 Saham obligasi dan surat berharga.

Anda mungkin juga menyukai