Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN SENIN TEORI AKUNTANSI

SARBANES OAXLEY
Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act of 2002, Public Company Accounting Reform and
Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah
hukumfederal Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002 sebagai tanggapan
terhadap sejumlah skandal akuntansi perusahaan besar yang termasuk di antaranya
melibatkan Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom.
Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya
harga
saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat
terhadap pasar saham nasional. Akta yang diberi nama berdasarkan dua sponsornya, Senator
Paul Sarbanes(D-MD) and Representatif Michael G. Oxley (R-OH), ini disetujui oleh Dewan
dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh
Presiden George W. Bush.
Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua dewan
dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tidak berlaku bagi
perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 judul atau bagian yang menetapkan hal-hal mulai
dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana. Sarbox juga
menuntut Securities and Exchange Commission (SEC) untuk menerapkan aturan persyaratan
baru untuk menaati hukum ini.
Perdebatan mengenai untung rugi penerapan Sarbox masih terus terjadi. Para pendukungnya
merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting untuk mengembalikan
kepercayaan publik terhadap pasar modal nasional dengan antara lain memperkuat
pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para penentangnya berkilah bahwa Sarbox
tidak diperlukan dan campur tangan pemerintah dalam manajemen perusahaan menempatkan
perusahaan-perusahaan AS pada kerugian kompetitif terhadap perusahaan asing.
Sarbox menetapkan suatu lembaga semi pemerintah, Public Company AccountingOversight
Board (PCAOB), yang bertugas mengawasi, mengatur, memeriksa, dan mendisiplinkan
kantor-kantor akuntan dalam peranan mereka sebagai auditor perusahaan publik. Sarbox juga
mengatur masalah-masalah seperti kebebasan auditor, tata kelolaperusahaan, penilaian
pengendalian internal, serta pengungkapan laporan keuangan yang lebih dikembangkan.

Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat Sox atau SOA adalah hukum federal Amerika
Serikatyang ditetapkan pada 30 Juli 2002. Undang-undang ini diprakarsai oleh Senator Paul
Sarbanes(Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio) yang disetujui oleh Dewan
dengan suara 423-3dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh
Presiden George W. Bush.Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres
Amerika Serikat terhadap berbagaiskandal pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron,
Tyco International, Adelphia, PeregrineSystems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura
Systems, Citigroup, Computer AssociatesInternational, CMS Energy, Global Crossing,
HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox, yang juga melibatkan
beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan
PWC.

Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena


runtuhnyaharga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang
kepercayaan masyarakatterhadap pasar saham. Semua skandalini merupakan contoh
tragisbagaimana kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat burukterhadap pasar,
stakeholders dan parapegawai.Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah dengan
beberapaaturan pelaksanaan dari SecuritiesExchange Commision (SEC) dan beberapa self
regulatory bodies lainnya, diharapkan akan meningkatkan standar akuntabilitasperusahaan,
transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil kemungkinan bagi perusahaanatau
organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan fraud, serta membuat perhatian
padatingkat sangat tinggi terhadap corporate governance .Perundang-undangan ini
menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua dewandan manajemen perusahaan
publik serta kantor akuntan publik walaupun tidak berlaku bagiperusahaan tertutup. Akta ini
terdiri dari 11 bab atau bagian yang menetapkan hal-hal mulai daritanggung jawab tambahan
Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana. Sarbox juga menuntutSecurities and Exchange
Commission (SEC) untuk menerapkan aturan persyaratan baru untukmenaati hukum ini. Saat
ini, corporate governance dan pengendalian internal bukan lagi sesuatuyang mewah lagi
karena kedua hal ini telah disyaratkan oleh undang-undang.

Pengaturan yang ketat dalam Sarbanes Oxley akan memberikan manfaat bagi
perusahaanyang menerapkan Sarbanes Oxley dan bagi konsumen dalam perusahaan tersebut.
Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Perusahaan

1. Perusahaan publik akan memiliki sistem pengendalian intern yang lebih baik,
sehinggaakuntabilitas dan integritas pelaporan keuangannya lebih dapat dipercaya dan
diandalkan.
2. Kepercayaan investor lebih meningkat.
3. Memiliki citra (image) yang positif di mata publik dan pemangku kepentingan
lainnya.
4. Membantu perusahaan untuk melakukan Good Governance Corporation dengan
baik.

Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Konsumen


1. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan
2. Menghindari adanya kebohongan publik oleh perusahaan
3. Konsumen dapat memastikan akurasi laporan keuangan perusahaan
Beberapa tahun yang lalu terjadi kejahatan akuntansi yang sangat besar, mengguncang dunia
bisnis, merugikan banyak investor, karyawan, dan banyak pihak lainnya. Sebut saja
WorldCom, sebuah perusahaan jasa layanan telekomunikasi di Amerika Serikat, dibangun di
tahun 1983. Pertumbuhan perusahaan ini sangat signifikan dan mngantarkannya menjadi
perusahaan nomor dua untuk jasa layanan telepon jarak jauh di Amerika. WorldCom
menyatakan bangkrut pada Juli 2002, dengan total nilai US $ 11 milyar. Bernie Ebbers,
mantan CEO dari perusahaan ini dinyatakan bersalah dan dalang dari kejahatan akuntansi di
perusahaan yang dipimpinnya ini. Ebbers dijatuhi hukuman penjara selama 85 tahun.
Kasus lainnya adalah kasus Enron. Enron adalah perusahaan energi terkemuka di dunia.
Enron mengaku penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah US $101 milyar. Fortune,
majalah terkemuka di AS menamakan Enron sebagai perusahaan Amerika paling inovatif
selama enam tahun berturut-turut. Enron menjadi sorotan dunia pada tahun 2001, ketika
terungkapnya kondisi keungan yang dilaporkannya didukung oleh penipuan akuntansi yang
sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara jenius. Skandal akuntansi Enron tidak hanya
membawa para direkturnya berhadapan dengan hukum. Tidak hanya itu saja, firma akuntansi
terbesar di dunia pada saat itupun, Arthur Andersen, ditutup karena dianggap turut
bertanggungjawab atas kejahatan akuntansi di Enron (Arthur Andersen adalah firma
akuntansi yang memeriksa laporan keuangan Enron pada saat itu dan menyatakan tidak ada
masalah pada laporan keuangan dan kondisi keuangan Enron).
Melihat kejahatan akuntansi yang merajalela pada saat itu, maka Kongres AS mengeluarkan
sebuah aturan, pada Juli 2002, yang diberi nama “The Sarbanes-Oxely Act 2002“. SOX act
ini adalah sebuah peraturan yang ditujukan kepada perusahan-perusahaan terbuka yang
sahamnya diperdagangkan di bursa saham AS. Lebih lanjut, peraturan ini bertujuan untuk
melindungi investor atas perusahaan-perusahaan terbuka tersebut, dengan memaksa
perusahaan-perusahaan tersebut untuk memperbaiki pengungkapan laporan keuangannya.
Sarbanes Oxley Act merupakan undang-undang pelaporan dan tata kelola perusahaan
berstandar Amerika Serikat. SOA mensyaratkan perusahaan-perusahaan yang tercatat di
bursa saham Amerika untuk mentaati sejumlah aturan yang ada guna menjamin adanya
kepastian lebih besar terhadap integrasi sebuah laporan keuangan.
Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah dengan beberapa aturan pelaksanaan
dari Securities Exchange Commision (SEC) dan beberapa self regulatory bodies lainnya,
diharapkan akan meningkatkan standar akuntabilitas korporasi, transparansi dalam pelaporan
keuangan, memperkecil kemungkinan bagi perusahaan atau organisasi untuk melakukan dan
menyembunyikan fraud, serta membuat perhatian pada tingkat sangat tinggi terhadap
corporate governance. Saat ini, corporate governance dan pengendalian internal bukan lagi
sesuatu yang mewah lagi; karena kedua hal ini telah disyaratkan oleh undang-undang.

Hal-Hal yang Diatur Dalam SOA


Dalam Sarbanes-Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan
governance; yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai
informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi
pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite
audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut:
◾ Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komite audit
dan pihak manajemen
◾ Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewan yang
independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal
◾ Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan
◾ Mendefinisikan jasa “non-audit” yang tidak boleh diberikan oleh KAP kepada klien
◾ Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud
◾ Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interest
◾ Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru.
Dalam hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan public untuk
membuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai atau pengadu
(whistleblowers) untuk melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan ini
diselenggarakan oleh komite audit. Perusahaan dapat menggunakan jasa pelaporan hotlines
seperti ACFE’s EthicsLine. ACFE dapat membantu menyusun hotlines pengaduan yang akan
menerima dan merahasiakan pengaduan, dan memberikan informasi kepada perusahaan agara
dapat mengambil tindakan yang tepat. Sistem
hotlines ini akan mendorong para pegawai untuk melaporkan karena mereka merasa aman
dari tindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis bagi
program pencegahan fraud yang kuat (a robust fraud prevention program).
Sarbanes-Oxley Act juga meningkatkan program perlindungan bagi pegawai yang menjadi
pengadu atau pemberi informasi, yang mendapatkan perlakuan buruk dari perusahaannya
setelah membeberkan adanya fraud dan membantu investigasi seperti: dipecat, didemosikan,
diskors, diancam, dilecehkan dan berbagai perlakuan diskriminatif lainnya Pegawai tersebut
dapat mencari perlindungan melalui Departemen Tenaga Kerja dan pengadilan distrik
setempat. Dengan adanya undang-undang ini, tindakan pembalasan terhadap pengadu
dianggap sebagai pelanggaran Federal (a Federal offense
) sehingga terdapat konsekuensi hukum pidana bagi orang yang melakukannya berupa
hukuman penjara sampai dengan 10 tahun.

Adapun perusahaan atau organisasi yang diatur oleh Sarbanes-Oxley Act antara lain:
perusahaan-perusahaan yang sahamnya telah diregistrasi berdasarkan Section 12 of the
Exchange Act of 1934, perusahaan-perusahaan yang wajib membuat laporan diregistrasi
berdasarkan Section 15(d) of the Exchange Act, perusahaan-perusahaan yang sedang dalam
proses registrasi, dan Kantor Akuntan Publik yang menerbitkan laporan audit. Undang-
undang ini tidak mengecualikan perusahaan asing yang listing di Amerika Serikat dan KAP
dari luar Amerika Serikat yang menerbitkan laporan auditnya bagi perusahaan tersebut.
Persyaratan bagi independensi auditor yang diatur dalam
Sarbanes-Oxley Act diantaranya: menghindari beberapa aktivitas yang dilarang, semua jasa
audit harus telah disetujui oleh komite audit, adanya rotasi dari partner yang melakukan audit,
menghindari konflik kepentingan, dan penelaahan oleh Comptroller General terhadap
dampak potensial dari rotasi yang telah diwajibkan.

Konvergensi IFRS

Pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi lima tingkatan:

1. Full Adoption,pada tingkat ini suatu negara mengadopsi seluruh IFRS dan
menterjemahkan word by word.
2. Adapted, mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi di suatu
negara.
3. Piecemeal, suatu negara hanya mengadopsi sebagian nomor IFRS, yaitu nomor
standar atau paragraf tertentu
4. Referenced, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan
bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar
5. Not adoption at all, suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.

Berikut ini merupakan status negara-negara se-Asia Pasifik terkait dengan pengadopsian
IFRS.

No. Negara Standar Akuntansi Tahun Adopsi Sifat Adopsi


IFRS
1 Indonesia SAK 2012 Partial Adoption
2 Malaysia MFRS 2012 Partial Adoption
3 Singapore SFRS 2017 Partial Adoption
4 Brunei Darussalam BDFRS 2014 Full Adoption
5 Thailand TFRSs 2017 Full Adoption
6 Japan Japanese GAAP 2007 Partial Adoption
7 China CAS 2007 Partial Adoption
8 Taiwan Taiwan-IFRS 2013 Full Adoption
9 Vietnam VAS - Not Adopted
10 Philippines PFRS 2011 Full Adoption
11 Australia A-IFRS 2005 Full Adoption
12 Bangladesh BFRS 2013 Partial Adoption
13 Bhutan BAS 2013 Partial Adoption
14 Cambodia CIFRS 2012 Full Adoption
15 India IAS 2016 Partial adoption
16 Laos Laos-GAAP - -
17 Mongolia - 2013 Partial Adoption
18 Myanmar MFRSs 2011 Full Adoption
19 Nepal NFRS 2013 Partial
20 New Zealand NZ-IFRS 2007 Full adoption
21 Korea Selatan K-IFRS 2011 Full Adoption
22 Korea Utara - - Not Adopted
23 Sri Lanka SLFRS 2012 Partial Adoption
24 Maldives Full Adoption

25 Timor Timur The ministry of finance - Not yet Adopted


is developing
accounting standar
26 Papua New Guinea GAAP - Adopted

Pengertian SAK

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan
laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi
Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di
Indonesia menrupakan terapan dari beberapa standard akuntansi yang ada seperti,
IAS,IFRS,ETAP,GAAP. Selain itu ada juga PSAK syariah dan juga SAP.

Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor serta Memudahkan
pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan
keuangan entitas yang berbeda. Di Indonesia SAK yang diterapkan akan berdasarkan IFRS
pada tahun 2012 mendatang.

Pada PSAK-IFRS, SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia. PSAK Syariah diterbitkan oleh Dewan Akuntansi Syariah sedangkan
SAP oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah.
Berikut ini penjelasan dari macam-macam SAK tersebut :

1. PSAK-IFRS

PSAK-IFRS akan diterapkan secara utuh pada tahun 2012. Saat ini masih dalam proses
konvergensi. Proses ini melalui tahap adopsi pada tahun 2008-2010 kemudian tahun ini
memasuki tahap persiapan akhir sebelum tahap implementasi di tahun 2012.Pada PSAK ini
wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas public seperti : Emiten, perusahaan
publik, perbankan, asuransi, dan BUMN. Tujuan dari PSAK ini adalah memberikan
informasi yang relevan bagi user laporan keuangan.

Lalu Kenapa Indonesia mengadopsi IFRS ?

Indonesia mengadopsi IFRS karena Indonesia adalah bagian dari IFAC yang sudah pasti
harus mematuhi SMO(Statement Membership Obligation) yang menjadikan IFRS sebagai
accounting standard. Selain itu konvergensi IFRS adalah kesepakatan pemerintah Indonesia
sebagai anggota G20 Forum. Pada pertemuan pemimpin G20 di Wahington DC, pada 15
November 2008 didapati hasil : “Strengthening Transparency and Accountability” yang
kemudian pada 2 April 2009 di London pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan
untuk : Strengthening Financial Supervision and Regulation

MANFAAT IFRS

Manfaat dari penerapan IFRS sebagai berikut :

1. Meningkatkan daya banding laporan keuangan

2. Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional

3. Menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi perbedaan


dalam ketentuan pelaporan keuangan

4. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk


analisis keuangan bagi para analis

5. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice

Jadi walaupun Indonesia harus menyesuaikan standard keuangan dengan IFRS namun hal ini
akan mempermudah untuk pelaporan keuangan meskipun aka nada perubahan-perubahan
dalam penyusunan laporan keuangan itu sendiri yang bersifat menyuluruh.

Karakter IFRS

IFRS menggunakan “Principles Base” yaitu :

• Lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus
pada spirit penerapan prinsip tersebut
• Standard membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah
presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi

• Membutuhkan professional judgement pada penerapan standard akuntansi.

IFRS juga menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus
melakukan penilaian sendiri atau menggunakan jasa penilai. Selain itu IFRS mengharuskan
pengungkapan(disclosure) yang lebih banyak baik kwantitatif maupun kualitatif.

2. SAK-ETAP

SAK ETAP adalah Standard akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP yaitu Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan serta
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal . ETAP
menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises. SAK-ETAP diterbitkan pada
tahun 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan pada 1 Januari 2010.
SAK ini diterapkan secara retrospektif namun jika tidak praktis dapat diterapkan secara
prospektif yang berarti mengakui semua asset dan kewajiban sesuai SAK ETAP juga tidak
mengakui asset dan kewajiban jika tidak diizinkan oleh SAK-ETAP, selain itu
Mereklasifikasi pos-pos yang sebelumnya menggunakan PSAK lama menjadi pos-pos sesuai
SAK-ETAP juga menerapkan pengukuran asset dan kewajiban yang diakui SAK ETAP.

Manfaat SAK ETAP

Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menangah dapat untuk
menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini audit,
sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana
untuk pengembangan usahanya.

Manfaat lain dari SAK ETAP antara lain :

1. Lebih mudah implementasinya dibandingkan PSAK-IFRS karena lebih sederhana


2. Walaupun sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal dalam
penyajian laporan keuangan
3. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan
kondisi di Indonesia serta dibuat lebih ringkas
4. SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak sebanyak untuk
PSAK-IFRS
5. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama, namun ada
beberapa hal yang diadopsi/modifikasi dari IFRS/IAS

SAK ETAP terdiri dari 30 Bab dan daftar istilah yang mempermudah untuk memahami SAK
ini.

3. PSAK Syariah
PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga
syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini pengembangan dilakukan
dengan model PSAK umum namun psak ini berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI.

PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang terdiri dari :

1. Kerangka Konseptual
2. Penyajian Laporan Keuangan Syariah
3. Akuntansi Murabahah
4. Musyarakah
5. Mudharabah
6. Salam
7. Istishna

4. SAP

SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan. SAP ini ditetapkan sebagai PP(Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk
entetitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP melalui tahapan-tahapan seperti :

1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar


2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
4. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
7. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearings)
9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
10. Finalisasi Standar

Pengertian PSAK
• Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mencakup konvensi, peraturan dan prosedur
yang sudah disusun dan disahkan oleh lembaga resmi (standard setting body) pada saat
tertentu. “Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh lembaga Ikatan
Akuntan Indonesia selalu mengacu pada teori-teori yang berlaku dan memberikan
tafsiran dan penalaran yang telah mendalam dalam hal praktek terutama dalam
pembuatan laporan keuangan dalam memperolah informasi yang akurat sehubungan
data ekonomi”

• Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam


melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir
semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan
sekumpulan orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam
suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain,
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku
akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan
akuntansi.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (PSAK) mengacu pada penafsiran dan penalaran teori-teori yang “berlaku” dalam
hal praktek “pembuatan laporan keuangan” guna memperoleh informasi tentang kondisi
ekonomi.
Pemahaman di atas memberikan gambaran bahwa Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) berisi “tata cara penyusunan laporan keuangan” yang selalu mengacu
pada teori yang berlaku, atau dengan kata lain didasarkan pada kondisi yang sedang
berlangsung.
Hal ini menyebabkan tidak menutup kemungkinan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dapat mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke waktu sejalan
dengan perubahan kebutuhan informasi ekonomi.
• Dari keseluruhan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku petunjuk dari prosedur akuntansi
yang berisi peraturan tentang perlakuan, pencatatan, penyusunan dan penyajian laporan
keuangan yang disusun oleh lembaga IAI yang didasarkan pada kondisi yang sedang
berlangsung dan telah disepakati (konvensi) serta telah disahkan oleh lembaga atau
institut resmi.
• Sebagai suatu pedoman, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bukan
merupakan suatu kemutlakan bagi setiap perusahasan dalam membuat laporan
keuangan. Namun paling tidak dapat memastikan bahwa penempatan unsur-unsur atau
elemen data ekonomi harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar semua data
ekonomi dapat tersaji dengan baik, sehingga dapat memudahkan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam menginterpretasikan dan megevaluasi suatu laporan keuangan
guna mengambil keputusan ekonomi yang baik bagi tiap-tiap pihak.
Standar akuntansi di Indonesia saat berkembang menjadi 4 (empat) yang dikenal dengan 4
Pilar Standar Akuntansi. Keempat pilar standar tersebut disusun dengan mengikuti
perkembangan dunia usaha. Empat pilar standar itu adalah:
1. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)

SAK digunakan untuk suatu badan yang memiliki akuntanbilitas publik, yaitu badan yang
terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal atau badan fidusia (badan usaha
yang menggunakan dana masyarakat, seperti asuransi, perbankan dan dana pensiun). Sejak
tahun 2012, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengadopsi standar dari International Financial
Report Standard (IFRS) untuk standar akuntansi keuangan yang berlaku di seluruh
perusahaan terdaftar yang ada di Indonesia.

2. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BADAN USAHA TANPA


AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP)

SAK ETAP digunakan untuk suatu badan yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan
dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. SAK-ETAP juga mengikuti standar
yang ditetapkan oleh IFRS khususnya bidang Small Medium Enterprise (Usaha Kecil
Menengah). SAK-ETAP ini dikeluarkan sejak tahun 2009 dan berlaku efektif pada tahun
2011.

SAK-ETAP pada dasarnya adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa penyederhanaan


yang terdapat dalam SAK-ETAP adalah:

• Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif.


• Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi investasi setelah tanggal
perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai
revaluasi atau nilai wajar.
• Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak diakui sebesar
jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
Badan usaha yang menggunakan SAK-ETAP dalam laporan auditnya menyebutkan laporan
keuangan badan usaha telah sesuai dengan SAK-ETAP. SAK-ETAP memiliki manfaat, yaitu
apabila diterapkan dengan tepat, diharapkan unit usaha kecil dan menengah mampu membuat
laporan tanpa harus dibantu oleh pihak lain dan dapat dilakukan audit terhadap laporannya
tersebut.

3. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH (SAK SYARIAH)

Standar ini digunakan untuk badan usaha yang memiliki transaksi syariah atau berbasis
syariah. Standar ini terdiri atas keraengka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan,
standar penyajian laporan keuangan dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah,
murabahah, salam, ijarah dan istishna.
Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan keuangan. Sebagai badan
usaha yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah menggunakan PSAK,
sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan PSAK Syariah.

Akuntansi syariah memang salah satu cabang akuntansi yang tergolong baru. Tidak banyak
orang yang mengetahui penerapan prinsip-prinsip syariah ke dalam bidang akuntansi.
Sehingga perlu adanya sosialisasi dan pelatihan tentang cabang terbaru bidang akuntansi.

4. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP),


dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun mengacu kepada
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Standar ini digunakan untuk menyusun
laporan keuangan instansi pemerintahan, baik pusat ataupun daerah. SAP disusun dan
disahkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP SAP). SAP berbasis akrual
ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun 2010. Instansi masih diperkenankan menggunakan PP No.
24 Tahun 2005, SAP berbasis kas menuju akrual sampai tahun 2014.

SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas untuk penyusunan laporan realisasi
anggaran dan menggunakan basis akrual untuk penyusunan neraca. Pada SAP berbasis
akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas karena akan dibandingkan
dengan anggaran yang disusun dengan menggunakan basis kas, sedangkan laporan
operasional yang melaporkan kinerja badan usaha disusun dengan menggunakan basis akrual.

Standar Akuntansi Pemerintahan ini berbeda dengan 3 jenis standar akuntansi sebelumnya.
Pengguna SAP biasanya terbatas di kalangan pemerintahan saja. Sehingga publikasi laporan
keuangan bidang pemerintahan tidak terbuka seperti laporan keuangan perusahaan

Anda mungkin juga menyukai