Anda di halaman 1dari 2

“Bener tho omongku bune. Tidak rugi memelihara kethek, kita malah untung banyak kan?

Hahaha,”
Darno tertawa lepas.

“Bener pak. Kamu memang hebat. Suami idaman,” ucap Sayem dengan bangga.

***

Suatu hari yang cerah dengan angin semilir, Andri bermain layang-layang di pinggir jalan desa. Desa
Kemusuk baru saja mendapat aliran listrik dari pemerintah. Tiang-tiang listrik pun menjulang sepanjang
jalanan desa. Saat bermain layang-layang, Andri terlalu ceroboh. Layang-layangnya yang mahal baru
dibelinya ketika liburan ke pantai kini tersangkut di tiang listrik. Andri panik dan merengek-rengek
kepada bapaknya untuk mengambil layang-layangnya yang tersangkut.

“Ayo pak ambilkan layang-layangku. Pakai Kethek Ogleng saja biar cepat diambil dan semakin cepat bisa
main layang-layang lagi,” rengek Andri.

“Kecanthol dimana tho Ndri layanganne? Hem… Kalau main itu mbok ya ati-ati,” gumam Darno.

“Di situ pak. Di tiang listrik dekat rumahnya Pak Bayan. Ayo pak cepetan, Andri sudah ketinggalan main
layang-layangnya,”

“Yowis. Aku tak langsung kesana, kamu di rumah saja,” Darno mulai bergegas menuju depan rumah Pak
Bayan diiringi Kethek Oglengnya.

Siang hari yang panas. Darno berjalan tergesa-gesa akan mengambil layang-layang anaknya yang
tersangkut. Kethek Oglengnya kini dirantai dengan rantai besi. Ia lupa itu. Benar-benar lupa.

“Owalah ini tho layang-layange. Jan bocah sembrono tenan,” sesal Darno pada anaknya.
“Ayo Ogleng, panjat tiang listrik ini dan ambil layang-layangnya,” perintah Darno pada monyetnya.

Anda mungkin juga menyukai