Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN NIFAS

PERUBAHAN FISIK DAN ADAPTASI MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Dosen Pengampu: Nuur Octascriptiriani, S.ST.,M.Keb

Oleh:

Altsani Demeta Marwah Djulhijjah

32722401D20004

PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan Rahmat, Inayah Taufiq dan
Hidayah Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Perubahan Fisik dan Adaptasi Masa Nifas dan Menyusui ” dalam bentuk maupun isi yang
sangat sederhana . Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Nifas.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk bagi pembaca .

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi para
pembaca . Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang yang mudah-mudahan berkenan di hati bapak/ibu selaku dosen mata
kuliah Asuhan Nifas. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk saya dan umumnya untuk kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Tujuan ............................................................................................................................. 4
C. Manfaat ........................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
A. Perubahan Fisik Masa Nifas ........................................................................................... 5
B. Adaptasi Fisiologi Masa Nifas ........................................................................................ 8
BAB III.................................................................................................................................... 14
PENUTUP ............................................................................................................................... 14
Kesimpulan........................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan fisik ini dalam tubuh manusia terjadi secara sistemik, karena perubahan-perubahan
pada kumpulan organ, akan bergabung menjadi perubahan-perubahan anatomi fisiologi sistem
tubuh. Meskipun perubahan postpartum dimulai dari perubahan-perubahan pada organ sistem
reproduksi, namun karena tubuh manusia merupakan jejaring sistem, maka perubahan pada
organ sistem reproduksi, akan mempengaruhi dan terkait dengan sistem-sistem yang lain pada
tubuh manusia. Perubahan pada sistem tubuh ini akan mempengaruhi adanya kebutuhan-
kebutuhan untuk adaptasi terhadap perubahan. Apabila perubahan-perubahan fisik ini tidak
mampu diadaptasikan dengan baik, maka perubahan-perubahan ini akan menimbulkan
ketidaknyamanan (discomfort) maupun gangguan serta komplikasi pada masa nifas dan
menyusui. Perubahan ini merupakan proses fisiologis, namun kalau asuhan kebidanan tidak
mampu memfasilitasi adaptasinya, maka proses fisiologis dapat berubah menjadi patologis.

Masa nifas dan menyusui merupakan komponen dalam daur hidup siklus reproduksi seorang
perempuan. Bidan mempunyai peran penting dalam memfasilitasi dan memberikan asuhan
yang aman dan efektif termasuk memfasilitasi agar proses fisiologis perubahan-perubahan fisik
ini mampu diadaptasikan dengan baik, memberikan Pendidikan kesehatan dan konseling serta
melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan

B. Tujuan
Untuk menjelaskan perubahan fisik dan adaptasi masa nifas dan menyusui

C. Manfaat
Untuk mengetahui perubahan fisik dan adaptasi masa nifas dan menyusui
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Fisik Masa Nifas


Perubahan tubuh wanita pascamelahirkan merupakan hal yang normal terjadi di masa
pemulihan setelah bersalin. Perubahan tubuh setelah melahirkan ini diperlukan untuk
menyesuaikan kondisi badan setelah mengalami sekian banyak perubahan selama hamil.

Kehamilan dan persalinan membawa perubahan, baik secara fisik maupun emosional. Selama
9 bulan mengandung, tubuh akan mengalami berbagai perubahan hingga akhirnya siap untuk
melahirkan buah hati.

Perubahan tersebut ada yang bisa kembali seperti semula setelah masa pemulihan, tetapi ada
juga yang bersifat menetap.

Berbagai Perubahan pada Tubuh Wanita Setelah Melahirkan

Berikut ini adalah beberapa perubahan pada tubuh yang dapat dialami wanita setelah
melahirkan:

1. Vagina mengeluarkan darah nifas

Setelah melahirkan, vagina akan mengeluarkan lokia atau darah nifas. Lokia terdiri dari darah,
lendir, sisa plasenta, dan lapisan jaringan rahim. Darah nifas awalnya berwarna merah, lalu
kecokelatan dan akhirnya kekuningan.

Selama 10 hari pertama setelah melahirkan, volume darah nifas akan cukup banyak sehingga
Anda perlu mengganti pembalut setiap beberapa jam sekali. Umumnya, masa nifas berlangsung
selama 6 minggu.

2. Sulit menahan buang air kecil

Selama kehamilan dan setelah bersalin, otot dasar panggul akan melemah akibat tertekan oleh
janin dan pembesaran ukuran rahim. Melemahnya otot panggul bisa membuat Anda
mengeluarkan sedikit urine saat batuk, bersin, atau mengangkat benda berat.
Untuk memperkuat otot panggul dan meringankan keluhan sulit menahan buang air kecil, Anda
dapat melakukan latihan Kegel. Hindari pula aktivitas atau gerakan olahraga yang berlebihan,
misal angkat beban atau bersepeda.

3. Vagina terasa lebar

Setelah melahirkan bayi secara normal, vagina akan terasa lebih lebar dan longgar. Hal ini
normal terjadi dan biasanya mulai membaik dalam beberapa minggu setelah persalinan. Meski
demikian, vagina tidak bisa kembali sepenuhnya ke bentuk semula.

Namun, Anda dapat melakukan senam Kegel untuk mengencangkan otot vagina dan otot dasar
panggul. Selain itu, metode operasi vagina juga bisa menjadi pilihan untuk merapatkan vagina
kembali, jika dirasa perlu.

4. Vagina terasa kering

Vagina kering setelah melahirkan adalah salah satu perubahan pada tubuh wanita yang normal
terjadi. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh. Pada ibu
menyusui, kadar hormon akan lebih rendah daripada ibu yang tidak menyusui.

Vagina kering akan membuat hubungan seks terasa kurang nyaman atau menyakitkan. Untuk
mengatasi keluhan ini, Anda bisa menggunakan pelumas vagina yang berbahan dasar air saat
berhubungan intim.

5. Muncul stretch mark di perut

Stretch mark terbentuk karena kulit meregang untuk memberi ruang bagi bayi yang sedang
tumbuh. Muncul atau tidaknya stretch mark, tergantung pada faktor genetik dan seberapa cepat
berat badan Anda bertambah.

Perubahan pada kulit ini biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa bulan
setelah persalinan.

6. Perut buncit
Setelah bayi dilahirkan, perut tidak langsung otomatis kembali ke bentuk semula. Dibutuhkan
waktu sekitar 2 bulan bagi rahim untuk kembali ke ukuran sebelum hamil. Meski demikian,
perut mungkin tidak akan sekencang sebelumnya.

Guna mengencangkan otot perut, jalani pola makan sehat dan lakukan olahraga yang fokus
pada pengencangan otot perut, seperti sit up, pilates, dan yoga khusus untuk mengecilkan perut.

7. Payudara bengkak dan nyeri

Setelah melahirkan, payudara akan memproduksi banyak ASI. Hal ini bisa membuat payudara
bengkak dan terasa nyeri, terlebih jika ASI menumpuk di payudara.

Ketika payudara terasa nyeri, Anda bisa mengosongkan ASI dengan menyusui Si Kecil atau
memerah ASI. Anda juga dapat menempelkan kompres dingin di payudara untuk meredakan
nyeri.

Jika nyeri berlanjut selama beberapa hari dan payudara semakin bengkak atau bahkan
bernanah, sebaiknya periksakan diri ke dokter karena hal ini bisa menjadi pertanda infeksi
payudara.

8. Kaki bengkak dan nyeri

Saat hamil, tubuh akan menghasilkan lebih banyak darah dan cairan tubuh untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan janin. Akibatnya, bagian tubuh seperti tangan dan
pergelangan kaki, akan lebih mudah mengalami pembengkakan.

Keluhan ini juga bisa terjadi hingga beberapa hari atau minggu setelah melahirkan. Untuk
mengatasinya, Anda bisa konsumsi makanan kaya akan kalium, minum air putih yang cukup
minimal 8 gelas setiap hari, dan rutin bergerak atau olahraga ringan.

9. Rambut rontok

Pascamelahirkan, kebanyakan wanita mengalami rambut yang lebih rontok dari biasanya. Hal
ini disebabkan menurunnya kadar estrogen usai melahirkan.
Namun, Anda tidak perlu khawatir. Perubahan ini biasanya hanya terjadi selama beberapa
bulan pertama setelah melahirkan. Setelah itu, kondisi rambut Anda pun akan kembali normal.

10. Kulit kusam dan berjerawat

Sebagian wanita hamil mengalami perubahan warna kulit di sekeliling mata atau tumbuh
jerawat yang lebih banyak dari biasanya. Setelah melahirkan, warna gelap atau jerawat pun
akan segera berkurang.

Meski demikian, ada sebagian wanita yang mengalami ruam merah di sekitar mulut dan pipi
serta kulit yang sangat kering. Kondisi ini biasanya akan hilang dalam beberapa minggu.

Anda mungkin merasa kewalahan karena harus menghadapi berbagai perubahan di atas sambil
mengurus Si Kecil yang baru lahir. Bila memang butuh bantuan, jangan sungkan untuk
meminta tolong kepada pasangan atau keluarga. Ingat, di masa pemulihan pascamelahirkan,
Anda perlu benar-benar menjaga kesehatan, termasuk melakukan perawatan tubuh.

B. Adaptasi Fisiologi Masa Nifas


Sistem Reproduksi

1) Involusio Uteri

Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran
bayi.(Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005). Involusio terjadi karena masing-masing sel
menjadi lebih kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusio disebabkan oleh
proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang
sebagai air kencing.

2) Involusio Tempat Plasenta

Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini
disebabkan karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah
pemukaan luka. Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules )

disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan.( Cunningham, F
Gary, Dkk, 2005 )
3) Lochea

Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lochea dapat dibagi menjadi
beberapa jenis:

a) Lochea rubra/cruenta

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lochea sanguinolenta

Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang keluar pada hari ke – 3 sampai ke-7
pasca persalinan.

c) Lochea serosa

Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra. Lochea ini berbentuk serum dan
berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke -7
sampai hari ke-14 pasca persalinan.

d) Lochea alba

Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti
sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri
atas leukosit dan sel-sel desidua.

e) Lochea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f) Locheastatis

Lochea tidak lancar keluarnya

4) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong berwarna merah kehitaman,
konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya
dapat dilalui 1 jari.

5) Vagina dan perineum


Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas
berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali Kembali
seperti ukuran seorang nulipara. Rugae ( lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan ) timbul kembali
pada minggu ketiga. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai
akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat
pada dinding lateral dan baru terlihat dengan pemeriksaan spekulum. Pada perineum terjadi
robekan pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito
bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi lakukanlah penjahitan dan

perawatan dengan baik.

b. Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama
pada hormon-hormon yang berperan dalam

proses tersebut.

1) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
tersebut membantu uterus Kembali ke bentuk normal.

2) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang


untuk mengeluarkan prolaktin, hormone ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang
tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah
permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi,
dan menstruasi.

3) Estrogen dan progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum
dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormone
antidiuretik yang mengikatkan volume darah. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot
halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.

c. Sistem kardiovaskuler

Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Tapi biasanya
terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini disebut
dengan hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan
resistensi di daerah panggul.

d. Sistem Urinaria

Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat mengakibatkan
udema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan,
tekanan yang berlebihan dan kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa
mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil sampai 2
hari post partum.

e. Sistem Gastrointestinal

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada
saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemoroid, dan
laserasi jalan lahir.

f. Sistem Muskuloskeletal

1. Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk mempercepat
involusio rahim.
2. Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan
berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa
lembek, lemah, dan kendor.
Selama kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi recti abdominalis, mudah di
palpasi melalui dinding abdomen bila ibu telentang.
Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu penyembuhan alamiah dan
kembalinya otot pada kondisi normal.

g. Sistem kelenjar mamae

 Laktasi

Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi payudara selama lima
hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat diperas dari putting susu.

 Kolostrum

Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara, kolostrum mengandung
lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula
dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar
di dalam yang disebut korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap merupakan sel-
sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit
mononuclear yang mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama
sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu matur. Antibodi mudah ditemukan
dalam kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada
neonatus melawan infeksi enterik. Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya, juga
immunoglobulin - immunoglobulin, terdapat di dalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor
ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan
lisozim.

 Air susu

Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan lemak. Air susu isotonik dengan
plasma, dengan laktosa bertanggung jawab terhadap separuh tekanan osmotik. Protein utama
di dalam air susu ibu disintesis di dalam retikulum endoplasmik kasar sel sekretorik alveoli.
Asam amino esensial berasal dari darah, dan asam- asam amino non-esensial sebagian berasal
dari darah atau disintesis di dalam kelenjar mamae. Kebanyakan protein air susu adalah
protein-protein unik yang tidak ditemukan dimanapun. Juga prolaktin secara aktif disekresi ke
dalam air susu.

Perubahan besar yang terjadi 30-40 jam post partum antara lain peninggian mendadak
konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari glukosa didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis
oleh lactose sintetase. Beberapa laktosa meluap masuk ke sirkulai ibu dan mungkin disekresi
oleh ginjal dan ditemukan di dalam urin kecuali kalau digunakan glukosa oksidase spesifik
dalam pengujian glikosuria.

Asam-asam lemak disintetis di dalam alveoli dari glukosa. Butirbutir lemak disekresi dengan
proses semacam apokrin. Semua vitamin kecuali vitamin K ada di dalam susu manusia tetapi
dalam jumlah yang berbeda. Kadar masing-masing meninggi dengan pemberian makanan
tambahan pada ibu. Karena ibu tidak menyediakan kebutuhan bayi akan vitamin K, pemberian
vitamin K pada bayi segera setelah lahir ada manfaatnya untuk mencegah penyakit perdarahan
pada neonatus.

Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi, besi di dalam air susu manusia
absorpsinya lebih baik dari pada besi di dalam susu sapi. Simpanan besi ibu tampaknya tidak
mempengaruhi jumlah besi di dalam air susu. Kelenjar mamae

seperti kelenjar tiroid, menghimpun iodium, yang muncul di dalam

air susu. (Cunningham, F Gary, Dkk, 2005)

h. Sistem Integumen

Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulit.

Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan linea nigra mungkin menghilang sempurna sesudah
melahirkan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa fisiologis, maka konsepnya pada masa
postpartum tubuh akan kembali pulih. Pemulihan ini melibatkan konteks tubuh sebagai sistem
organ yang saling terkait, maka perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada ibu pada masa
postpartum merupakan perubahan sistem tubuh, dalam suatu jejaring yang saling terkait. Jika
terjadi nyeri yang lama dan tidak diharapkan, atau ibu merasakan ketidaknyamanan pada masa
postpartum, adanya faktor risiko, penyulit, adanya tanda komplikasi atau perubahan yang
mengarah ke patologi, harus mampu dideteksi oleh bidan sebagai pemberi asuhan dan dapat
dilakukan antisipasi tindakan segera pada lingkup manajemen kebidanan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/perubahan-tubuh-wanita-pasca-melahirkan

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/115/jtptunimus-gdl-tissaanggi-5737-2-babiit-a.pdf

Chauhan, G. & Tadi, P. NCBI Bookshelf (2020). Physiology, Postpartum Changes.

National Health Service UK (2021). Live Well. Vagina Changes Bfter Childbirth.

Cleveland Clinic (2018). Pregnancy: Physical Changes After Delivery.

Johns Hopkins Medicine. What Really Helps You Bounce Back After Pregnancy.

Baby Centre UK. Your Body After Pregnancy.

Bradley, S. Parents (2019). Postpartum Bleeding: What You Need to Know About Lochia.

Brown-Worsham, S. Parents (2019). Your Postpartum Body: 20 Ways It Changes After Baby.

Major, M. Healthline (2020). The Many Phases of Your Post-Baby Body, Explained.

Watson, S. Healthline (2018). Is Postpartum Bleeding Normal?

Weiss, R.E. Verywell Family (2020). How Much Will I Bleed After Birth?

Brusie, C. Verywell Family (2019). What Happens to Your Vagina After Pregnancy?

WebMD (2019). Urinary Incontinence and Pregnancy

Anda mungkin juga menyukai