Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK

Judul : Sintesis Benzil Alkohol dan Asam Benzoat.


Tujuan Percobaan : Mempelajari reaksi Cannizzaro.
Pendahuluan
Menurut LabChem (2020) Benzil alkohol memiliki nama lain α-hidroksitoluena, fenil
methanol, fenil karbinol memiliki rumus molekul C6H5CH2OH. Benzil alkohol memiliki berat
molekul sebesar 108,13 g/mol. Senyawa ini berbentuk cairan dengan warna putih , memiliki
titik leleh dan titik didih masing-masing -15,19 °C dan 204,7 °C. Benzil alkohol larut dalam
air, alkohol, eter, dan kloroform. Senyawa ini terdapat pada melati, bunga bakung, dan
minyak ylangylang. Benzil alkohol digunakan untuk pembuatan senyawa-senyawa benzil,
sebagai antimikroba, sebagai pelarut, dan sebagai komponen parfum (Fressenden, 1999 ).
Adapun struktur molekul benzil alkohol adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur Benzil Alkohol


(Sumber : Budavari, 1996).
Menurut LabChem (2020) Asam benzoat merupakan suatu asam karboksilat dengan
gugus karbonnya (R) merupakan gugus aril (Ar). Asam benzoat memiliki berat molekul
sebesar 122,22 g/mol. Asam benzoat memiliki kelarutan delam air 2,9 g/L. Asam benzoat
memiliki titik didih 249 °C dan titik lebur 121-123 °C , serta memiliki massa jenis 1,312 gram/
cm3. Kegunaan asam benzoat antara lain sebagai pengawet makanan, pelarut, standar pada
analisis volumetri dan kolorimetri, antifungi, dan bahan untuk sintesis senyawa kimia lain
(Wati dan Guntarti, 2012). Berikut adalah struktur dari asam benzoat:

Gambar 3. Struktur Asam benzoat


(Sumber : Fessenden, 1999).
Senyawa aldehida aromatik dan alifatik yang tidak memiliki hidrogen α dapat mengalami
oksidasi dan reduksi apabila direaksikan dengan NaOH atau basa kuat lainnya. Molekul

1
aldehida teroksidasi menjadi asam dan yang lainnya tereduksi menjadi alkohol primer. Reaksi
ini dikenal sebagai reaksi Cannizaro. Produk dari reaksi Cannizzaro adalah suatu alkohol dan
garam dari asam karboksilat. Reaksi Cannizaro melibatkan peralihan hidrida dari molekul
aldehid yang tidak memiliki hidrogen α, misalnya HCHO, R 3CCHO, ArCHO, ke molekul
kedua yaitu baik aldehida yang sama atau disproporsionasi maupun terkadang ke molekul
aldehid lain atau Cannizaro silang (March, 2001). Struktur dari aldehida dengan hidrogen α
dan tanpa hidrogen α ialah seperti berikut :

Reaksi Cannizaro diawali dengan serangan OH pada karbon karbonil yang diikuti dengan
suatu serah terima hidrida. Benzaldehida mula-mula diserang oleh ion OH - dari basa kuat
untuk membentuk suatu anion. Anion tersebut tidak stabil, kemudian terjadi perpindahan
sepasang electron bebas untuk membentuk ikatan rangkap atau struktur karboksil yang lebih
stabil, akibatnya atom H atau proton berpindah ke atom C karbonil dari suatu benzaldehida
yang lain dan terbentuk suatu struktur intermediate. Anion tersebut dapat memindahkan ion
hidrida ke atom karbonil di dalam molekul aldehida lain, setelah itu terjadi perpindahan proton
untuk menghasilkan anion karboksil dan alkohol (Putri, 2009).
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction) zat terlarut dipisahkan dari
cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah
heterogen (immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen
(rafinat) dan fase solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan
konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan)
solute dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses
ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur jarak sistem dari kondisi setimbang. Fase yang
terbentuk terdiri dari dua jenis, yaitu fase rafinat dan fase ekstrak. Fase rafinat adalah fase
residu, berisi diluen dan sisa solute, sedangakan fase ekstrak adalah fase yang berisi solut dan
solven (Wibawa, 2012).
Refluks adalah teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan berbaliknya
kondensat ini ke dalam sistem asalnya. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang

2
digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor. Hal
ini menyebabkan pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor
dan turun lagi ke dalam wadah. Pelarut akan menguap dengan menarik komponen yang
terbentuk cairan kembali. Proses ini terjadi berulang kali hingga sampai terserap seluruhnya
dalam pelarut (Kister, 1992).
Pemurnian benzil alkohol dan asam benzoate dengan menggunakan metode
rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan suatu teknik pemurnian zat padat dari pengotornya
melalui tahapan pengkristalan kembali zat tersebut setelah dilarutkan kedalam pelarut yang
sesuai. Prinsip rekristalisasi adalah pemurnian padatan organic dari zat pengotor melalui
beberapa tahap yaitu melarutkan padatan organic dengan pelarut yang sesuai dalam keadaan
panas kemudian disaring dan didinginkan kembali sehingga dapat terbentuk Kristal. Menurut
Chang (2004) Proses rekristalisasi akan berjalan dengan baik apabila pelarut yang digunakan
tepat dan sesuai untuk pengkristalan kembali zat yang dimurnikan. Adapun beberapa syarat
agar suatu pelarut dapat digunakan dalam proses rekristalisasi ialah mampu meberikan
perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor.
Selain itu, pelarut tidak meninggalkan pengotor pada Kristal dan mudah untuk dipisahkan
dengan kristalnya (Rositawati, et al., 2013).

Mekanisme Reaksi
Mekanisme Reaksi

Tahap 1 Mekanisme Reaksi Pembentukan Benzil Alkohol

3
(1)

(
2)

Tahap 2 Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Benzoat

Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan sintesis benzil alkohol dan asam benzoat adalah
beaker glass 100 mL dan 250 mL, erlenmeyer 250 mL, corong pisah, labu alas bulat 50 mL,
gelas ukur 25 mL, pipet mohr, kertas saring, botol semprot, dan corong Buchner.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan sintesis benzil alkohol dan asam benzoat
adalah KOH, benzaldehida, eter, MgSO4 anhidrat, HCl pekat, dan akuades.

Skema Kerja

4
20 mL benzaldehida

- direaksikan dengan larutan 30 mL Na2CO3


- ditutup dan diaduk
- dipisahkan kedua fasa yang terbentuk
- dilarutkan 15 g NaOH dalam 15 mL akuades
- ditambah benzaldehid
- dipanaskan pada suhu 100oC selama 30 menit
- dibiarkan hingga dingin
- dimurnikan dengan menambahkan sedikit akuades dan diaduk
- dipisahkan dengan corong pisah
- ditambah 20 mL diklorometana
- dipindahkan fasa bawah ke gelas beaker
- dicuci lapisan atas 3x dengan akuades
- ditambah Na2S
- dipisahkan kedua fasa yang terbentuk dengan corong pisah
- ditambah MgSO4 anhidrat
- didistilasi 2-3x hingga suhu 205-206oC
- dipanaskan campuran
- ditambahkan es batu ke dalam larutan, lalu diaduk
- ditambahkan HCl berlebih dan
- dicek pHnya dengan kertas pH
- dilakukan penyaringan dengan alat filtrasi vakuumlalu dikeringkan
- ditambah akuades dan dipanaskan
- ditutup dengan plastik wrap dan didiamkan
- didinginkan kemudian dicuci dengan akuades
- diuapkan pada vacuum
- ditimbang massanya

Hasil

5
Prosedur kerja
Perlakuan pertama yaitu pemurnian Benzaldehida. Larutan NaHCO3 sebanyak 30 mL
direaksikan dengan larutan benzaldehida sebanyak 20 mL dalam gelas beaker. Gelas beaker
ditutup dengan plastic wrap. Campuran dipanaskan dan diaduk dengan stirrer magnetic.
Campuran yang telah keruh dihentikan pemanasan, kemudian didinginkan. Campuran
kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan dikocok. Fasa bawah (air) dipisahkan dari
fase ase atas (benzaldehida) dengan cara dipindahkan ke gelas beaker. Perlakuan kedua
dilakukan reaksi Cannizaro. Padatan NaOH sebanyak 15 gram dilarutkan dalam akuades 20
mL ke dalam Erlenmeyer. Larutan NaOH kemudian ditambahkan dengan benzaldehida yang
telah dimurnikan sedikit demi sedikit. Sisa benzaldehida dalam corong pisah dicuci dengan
akuades. Campuran kemudian dipanaskan dengan suhu 100ºC selama 30 menit. Campuran
kemudian didiamkan agar terbentuk 2 fase yang memadat. Campuran kemudian
ditambahakan akuades secukupnya dan dipanaskan sambil diaduk sampai padatan larut.
Campuran kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan pelarut
diklorometana sebanyak 20 mL. Corong pisah dikocok perlahan dan sesekali dikeluarkan gas
dengan membuka stopcock. Campuran didiamkan sampai terbentuk 2 fase secara sempurna.
Fase bawah (DCM+Benzil alcohol ) dipisahkan dengan fase atas (Air+Natrium benzoate).
Pemisahan diulangi sebanyak 3 kali dengan menambahkan 20 mL diklorometana pada fasa
atas untuk mengikat sisa benzyl alcohol. Benzil alcohol yang telah dikumpulkan dimasukkan
ke dalam corong pisah kembali dan ditambahkan sedikit natrium sulfat. Larutan kemmudian
dikocok dan didiamkan sampai terbentuk 2 fase. Fase bawah (DCM) dipisahkan dengan fasa
atas (air). Fase DCM dimasukkan ke dalam corong pisah dan dicuci dengan akuades
kemudian dipisahkan fase bawah yang terbentuk. Fase DCM kemudian ditambahakan
magnesium sulfat anhindrat sambil diaduk kemudian didiamkan. Campuran kemudian
disaring dengan corong kaca yang dilengkapi kapas yang dialirkan pada labu alas bulat. Sisa
DCM dalam wadah dicuci dengan akuades. Larutan DCM kemudian didistilasi sampai suu
200ºC. Destilat awal yang terbentuk kemudian ditambahkan magnesium sulfat anhidrat dan
diaduk sampai homogeny. Distilat kemudian didistilasi kembali dengan suhu 200-206ºC.
Distilat akhir hasil distilasi destilat awal ditampung dalam botol vial. Distilasi dihentikan
ketika suhu mencapai 206ºC. Fase atas (Air+natrium benzoate) hasil pemisahan awal
diuapkan dengan hotplate pada suhu titik didih diklorometana. Batang pengaduk kawat

6
dicelupkan ke dalam larutan sambil diaduk dengan stirrer magnetic. Larutan yang telah
mendidih ditambahkan es batu dan diaduk kembali. Larutan kemudian ditambahkan HCl
sedikit demi sedikit sampai mengental. Campuran kemudian diukur pHnya dengan kertas pH.
Penambahan HCl dilakukan ketika pH larutan mencapai 1. Campuran disaring dengan vakum
dan dicuci sisa campuran dengan akuades sampai habis. Padatan hasil filtrasi dibiarkan
mongering. Rekristalisasi Asam Benzoat. Padatan asam benzoate hasil filtrasi dipindahkan ke
dalam gelas beaker dan ditambahakan akuades 200 mL. Campuran kemudian dipanaskan
dengan hotplate sambil diaduk dengan stirrer magnetic sampai padatan larut sempurna.
Pemanasan dilakukan sampai larutan mendidih. Larutan dalam gelas beaker kemudian ditutup
dengan plastic wrap sampai terbentuk Kristal. Proses rekristalisasi diulangi dengan
penambahan akuades lebih banyak. Larutan didiamkan sampai terbentuk Kristal. Gelas
beaker berisi Kristal disimpan dalam freezer selama 1 jam. Kristal disaring dengaan vakum
dan dicuci dengan akuades sampai tidak terdapat sisa. Kristal asam benzoate kemudian
dikeringkan selama 24 jam sampai diperoleh Kristal kering dan lembut.
Data
No. Data Hasil
1. Massa benzil alkohol 5,40 g
2. Massa asam benzoat 7,45 g
3. Volume benzaldehida 20 mL
4. Densitas benzaldehida 1,04 g/mol
5. Mr benzaldehida 106,121 g/mol

Perhitungan
V benzaldehid ×densitas 20 mL ×1,04 g /mol
mol benzaldehid = = =0,196 mol
BM benzaldehid 106,121 g /mol
mol benzaldehid
mol produk teoritis= =0,098 mol
2
5,40 g
mol percobaan 108,14 g /mol
%rendemen benzil alkohol= = ×100 %=51 %
mol teoritis 0,098mol

7
7,45 g
mol percobaan 122,12 g /mol
%rendemen asambenzoat= = ×100 %=62 %
mol teoritis 0,098 mol

Hasil
No. Perlakuan Hasil Keteragan
Pemurnian Benzaldehida
- Larutan NaHCO3 30
mL + benzaldehida 20
Larutan putih keruh
mL, ditutup dengan
plastic wrap dan
1.
dipanaskan
Fase atas
- Campuran dipisahkan (benzaldehida) =
dengan corong pisah putih keruh
sampai terbentuk 2 Fase bawah (air) =
fase tidak berwarna
2. 1. Reaksi Cannizaro
Larutan NaOH +
benzaldehida murni dan Larutan putih
dipanaskan dengan suhu kekuningan
100ºC selama 30 menit

Campuran didiamkan sampai Fase atas = putih


terbentuk 2 fase dan memadat Fase bawah = kuning

8
Campuran + akuades dan Larutan kuning
dipanaskan sambil diaduk kecoklatan

Campuran dipisahkkan Fase bawah


dengan corong pisah + (DCM+Benzil alcohol )
diklorometana sebanyak 20 = kuning kecoklatan
mL dan didiamkan sampai Fasa atas (Air+Natrium
terbentuk 2 fase benzoate) = putih keruh

Benzil alcohol (fasa bawah)


dipisahkan dengan corong Fase bawah (DCM) =
pisah + natrium sulfat dan putih keruh
didiamkan sampai terbentuk 2 Fasa atas (air) = kuning
fase

Fase DCM + magnesium


Larutan kuning dan
sulfat anhindrat dan diaduk
endapan putih
kemudian didiamkan

Campuran disaring dengan Filtrat kuning


corong kaca yang dilengkapi
kapas yang dialirkan pada
labu alas bulat.

9
Larutan DCM didistilasi
sampai suhu 200ºC. Destilat
Larutan tidak berwarna
awal yang
dan sedikit endapan
terbentuk+ditambahkan
putih
magnesium sulfat anhidrat
dan diaduk

Distilat didistilasi kembali


dengan suhu 200-206ºC dan Larutan tidak berwarna
ditampung dalam botol vial.

Fase atas (Air+natrium


benzoate) diuapkan dengan
hotplate dan dicelupkan
Larutan kekuningan
batang pengaduk kawat
sambil diaduk dengan stirrer
magnetic + es batu

Larutan + HCl sedikit demi


sedikit sampai mengental dan
Pasta putih dengan pH 1
diukur pHnya dengan kertas
Ph

Pasta disaring dengan vakum


Kristal kasar asam
filtrasi dan dicuci endapan
benzoat
dengan akuades

10
Proses Rekristalisasi Asam
Benzoat
Padatan asam benzoate +
akuades 200 mL dan Larutan tidak berwarna
dipanaskan sambil diaduk dan padatan larut
dengan stirrer magnetic
sampai padatan larut
sempurna

Larutan didiamkan sampai


terbentuk Kristal kemudian
3. Terbentuk kristal
disimpan dalam freezer
selama 1 jam

Kristal disaring dengan


Kristal lembut berwarna
vakum filtrasi dan
putih
dikeringkan selama 24 jam

Pembahasan
Percobaan ini mengenai sintesis benzil alkohol dan asam benzoat. Tujuan dari percobaan
ini yaitu dapat mempelajari reaksi Cannizzaro. Reaksi Cannizaro melibatkan peralihan hidrida
dari molekul aldehid yang tidak memiliki hidrogen α, misalnya HCHO, R 3CCHO, ArCHO, ke
molekul kedua yaitu baik aldehida yang sama atau disproporsionasi maupun terkadang ke
molekul aldehid lain atau Cannizaro silang. Reaksi Cannizaro diawali dengan serangan OH
pada karbon karbonil yang diikuti dengan suatu serah terima hidrida. Benzaldehida mula-mula
diserang oleh ion OH- dari basa kuat untuk membentuk suatu anion. Anion tersebut tidak
stabil, kemudian terjadi perpindahan sepasang electron bebas untuk membentuk ikatan

11
rangkap atau struktur karboksil yang lebih stabil, akibatnya atom H atau proton berpindah ke
atom C karbonil dari suatu benzaldehida yang lain dan terbentuk suatu struktur intermediate.
Anion tersebut dapat memindahkan ion hidrida ke atom karbonil di dalam molekul aldehida
lain, setelah itu terjadi perpindahan proton untuk menghasilkan anion karboksil dan alkohol
(Putri, 2009).
Sintesis yang dilakukan menggunakan benzaldehida sebagai aldehid yang akan
membentuk benzil alkohol dan asam benzoate. Benzaldehida dipilih sebagai reaktan karena
merupakan aldehid termudah yang. Menurut March (2001) Benzil alkohol terutama digunakan
sebagai pelarut dan sebagai prekursor dalam parfum dan industri penyedap rasa ternyata juga
bisa dimanfaatkan sebagai pelengkap local. Asam benzoat anestesi biasanya digunakan
sebagai pengawet makanan dan sebagai pembuat plasticizer atau fenol.
Percobaan ini terdiri dari tiga perlakuan yaitu pemurnian benzaldehida, reaksi cannizaro,
dan rekristalisasi asam benzoate. Perlakuan pertama yaitu pemurnian benzaldehid. Percobaan
sintesis benzil alkohol dan asam benzoat dalam praktikum ini diawali dengan perlakuan
mencampurkan 30 mL Natrium bikarbonat (NaHCO3) dengan 20 mL benzaldehid.
Benzaldehida dalam percobaan ini berfungsi sebagai reagen utama, sedangkan natrium
karbonat berfungsi sebagai larutan yang nantinya akan bereaksi dengan produk hasil
pencampuran. Hasil dari pencampuran larutan tersebut diperoleh larutan tidak berwarna yang
merupakan garam natrium benzoat (NaC7H5O2). Gelas beaker yang berisi campuran larutan
tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan plastik wrap lalu dipanaskan Penutupan ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi pada campuran larutan. Fungsi dari
pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi, karena pada saat pemanasan terjadi kenaikan
suhu dimana semakin tinggi suhu semakin cepat tumbukan antara partikel sehingga laju reaksi
semakin cepat. Proses pemanasan tersebut dilkaukan dengan cara refluks pada suhu 100 oC,
dimana refluks hanya digunakan sebagai alternatif untuk pemanasan. Refluks adalah teknik
distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan berbaliknya kondensat ini ke dalam sistem
asalnya. Atom Na yang terdapat dalam larutan akan merubah asam benzoat menjadi garam
natrium benzoat yang larut dalam air. Pemanasan kemudian dihentikan setelah diperoleh
larutan yang keruh. Campuran dalam gelas selanjutnya diaduk menggunakan stirer magnetik
selama 5-10 menit. Proses pengadukan berfungsi untuk menghomogenkan larutan dan
mempercepat terjadinya reaksi. Larutan yang dihasilkan yaitu larutan putih keruh yang

12
membentuk dua fasa. Pembentukan dua fasa tersebut dikarenakan senyawa natrium karbonat
dan senyawa benzaldehid memiliki kepolaran yang berbeda, dimana benzaldehida termasuk
senyawa non polar dan natrium karbonat termasuk senyawa polar. Fasa atas merupakan fasa
organik yaitu benzaldehida dan fasa bawah merupakan fasa berair yaitu larutan natrium
karbonat. LabChem (2020) menyebutkan bahwa massa jenis benzaldehida yaitu 1,04 g/cm3
lebih kecil dari massa jenis natrium karbonat yaitu 2,54 g/cm3, sehingga larutan dengan massa
jenis lebih besar akan berada pada fasa bawah. Kedua fasa yang terbentuk kemudian
dipisahkan menggunakan corong pisah. Proses pemisahan ini disertai dengan pencucian
(penambahan) akuades beberapa kali dalam corong pisah,tujuannya agar diperoleh
benzaldehida yang lebih murni dan tidak ada kontaminasi yang tercamur dalam larutan. Leba
(2017) menyebutkan bahwa prinsip dari corong pisah yaitu memanfaatkan prinsip “like
dissolve like” yang dimiliki oleh zat cair. Zat cair yang bersifat polar akan larut dalam pelarut
polar, sedangkan zat yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar. Hasil dari
pemisahan ini adalah larutan benzaldehid terpisah dengan fasa berair (akuades dan natrium
karbonat).
Perlakuan kedua yaitu reaksi cannizaro yang dilakukan dengan cara mencampurkan
fasa bawah (air) hasil ekstraksi sebelumnya sebanyak mebuat larutan natrium hidroksida
(NaOH) dengan proses pelarutan atau dengan cara menambahkan 15 mL akuades pada 15 g
padatan NaOH didalam erlenmeyer. Proses pelarutan berfungsi untuk menghidrolisis NaOH,
sehingga nantinya mudah bereaksi dengan benzaldehida. Proses pelarutan menyebabkan
NaOH terurai menjadi ion-ionnya. Reaksi yang terjadi pada proses pelarutan NaOH adalah :

Penambahan tersebut menghasilkan larutan keruh. Perlakuan dilakukan dengan


pemanasan suhu 100ºC selama 30 menit bertujuan untuk meningkatkan laju reaksi serta untuk
mempercepat reaksi antara benzaldehida dengan larutan NaOH. Laju reaksi pemanasan juga
harus dijaga pada suhu 100ºC untuk menguapkan sisa air yang terdalam dalam benzaldehida.
Suhu 100C merupakan titik didih air, sehingga air dapat menguap terlebih dahulu, namun jika
suhu lebih 100C, maka dikhawatirkan benzaldehida dapat mengalami dekomposisi dan akan

13
menguap (membentuk gas CO yg berbahaya) sehingga tidak terjadi reaksi membentuk benzyl
alcohol dan garam benzoate.
Proses pemanasan ini menyebabkan larutan berubah warna dari larutan keruh menjadi
larutan orange. Perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi cannizaro.
Reaksi cannizarro mulai terjadi setelah pencampuran kedua senyawa ini. Reaksi cannizzaro
merupakan reaksi disproporsionasi di mana aldehid mengalami reduksi sekaligus oksidasi,
dimana sebagian benzaldehid mengalami reduksi menjadi benzil alkohol, sedangkan sebagian
lagi teroksidasi menjadi natrium benzoat. Reaksi disproporsionasi pada benzaldehid terjadi
pada atom C karbonil. Berikut persamaan reaksi redoks yang terjadi :

Reaksi cannizaro diawali dengan gugus ¯OH dari NaOH yang menyerang pada karbon
karbonil menghasilkan suatu anion yang tidak stabil. Anion yang terbentuk bersifat tidak
stabil, sehingga anion tersebut akan cenderung membentuk ikatan rangkap yang lebih stabil
dengan perpindahan sepasang elektron bebas. Ikatan rangkap yang terbentuk merupakan suatu
struktur karboksil dimana atom C karboksilnya menjadi suatu elektrofil. Hal ini menyebabkan
ion hidrida dari benzaldehida yang lain menyerang atom C karboksil ini membentuk struktur
intermediet dan berpindah ke atom C karbonil dari suatu benzaldehida yang lain dan terbentuk
suatu struktur intermediet (2). Anion tersebut dapat memindahkan ion hidrida ke atom karbon
karbonil di dalam molekul aldehida lain. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Senyawa intermediet yang dihasilkan kemudian dapat bereaksi dengan ion OH lain
membentuk kedua senyawa intermediet yang nantinya akan mengalami reaksi redoks dengan
molekul benzaldehid lainnya. Elektron dari oksigen akan dipindahan dari ikatan rangkap dan

14
anion dari hidrida akan disumbangkan ke benzaldehida. Hasil dari proses ini yaitu spesies 1
akan mengalami oksidasi dan benzaldehida pada spesies 2 akan mengalami reduksi. Pada
spesies 1 dari asam benzoat dan benzil alkohol yang terdeprotonasi , serta pada spesies 2 yaitu
kedua senyawa (asam benzoat dan benzaldehida) yang terdeprotonasi karena adanya molekul
air maka akan mengalami transfer proton yang akan menghasilkan produk yang sama baik
pada spesies 1 ataupun 2. Senyawa intermediet yang dihasilkan dapat diasumsikan dengan
muatan negatif akan sebanding dengan ion ntarium. Reaksi ini akan menghasilkan produk
akhir berupa benzil alkohol dan natrium benzoat. Reaksi yang terjadi adalah :

(1)

(2)
Campuran setelah dipanaskan didinginkan pada suhu ruang sampai terbentuk 2 fase
secara sempurna. Hasil diperoleh terbentuk fase atas berupa natrium benzoate berwarna putih
yang memadat dan fase bawah berwarna kuning yang merupakan benzyl alcohol. Benzil
alkohol memiliki massa jenis1,04 g/cm3 yang lebih rendah daripada massa jenis natrium
benzoat yaitu 1,5 g/cm3, sehingga benzil alkohol akan berada pada fase bagian bawah. Kedua
fase kemudian dipisahkan dengan corong pisah, namun fase natrium benzoate yang memadat
harus dilarutkan terlebih dahulu. Fase natrium benzoat ditambahkan akuades secukupnya dan
dipanaskan sambil diaduk sampai padatan larut. Campuran kemudian dimasukkan ke dalam
corong pisah dan ditambahkan pelarut diklorometana sebanyak 20 mL. Fungsi penambahan
dikloromeana yaitu melarutkan benzil alkohol agar dapat diekstraksi dari campuran atau pada
fase air. Benzil alkohol larut dalam pelarut organik seperti diklorometana, sedangkan Natrium

15
benzoat larut dalam air. Air merupakan senyawa yang bersifat polar sehingga dapat
melarutkan garam natrium benzoat, karena memiliki kepolaran yang sama, sedangkan
diklorometana bersifat non polar sehingga dapat melarutkan benzil alkohol. Corong pisah
dikocok perlahan dan sesekali dikeluarkan gas dengan membuka stopcock. Campuran
didiamkan sampai terbentuk 2 fase secara sempurna. Fase bawah (diklorometana +Benzil
alcohol) dipisahkan dengan fase atas (Air+Natrium benzoate). Pemisahan diulangi sebanyak 3
kali dengan menambahkan 20 mL diklorometana pada fasa atas untuk mengikat sisa benzyl
alcohol pada fase air.
Fasa bawah selanjutnya dipisahkan dengan fasa atas. Hasil pemisahan tersebut yaitu
benzil alkohol yang larut dalam diklorometana terpisah dengan natrium benzoat yang larut
adalam akuades. Perlakuan selanjutnya adalah menuangkan benzil alkohol kedalam corong
pisah untuk proses pemurnian benzil alkohol dari pelarut diklorometana. Padatan Na2S
selanjutnya ditambahkan kedalam larutan benzaldehid dalam corong pisah. Penambahan Na2S
berfungsi untuk menghilangkan benzaldehida yang tidak bereaksi yang ikut terekstraksi
dengan benzil alkohol pada perlakuan sebelumnya. Benzil alkohol akan larut dalam
diklorometana, sedangkan natrium bisulfida akan larut dalam akuades, berdasarkan prinsip
kelarutan like dissoslved like. Penambahan natrium bisulfida (Na2S) menyebabkan
terbentuknya dua fasa larutan karena adanya perbedaan sifat kepolaran. Fasa atas merupakan
larutan tidak berwarna yang merupakan larutan Na2S dan fasa atas merupakan larutan
kekuningan yaitu diklorometana dan benzil alkohol. Kedua fasa yang terbentuk kemudian
dipisahkan dengan memindahkan fasa bawah (campuran benzil alkohol dan diklorometana)
kedalam gelas beaker. Hasil yang diperoleh yaitu larutan kekuningan keruh yang kemungkinan
masih terdapat air didalamnya. Perlakuan yang selanjutnya ditambahkan MgSO4 anhidrat
dengan tujuan untuk mengikat sisa air yang masih terdapat dalam larutan. Penambahan
tersebut menyebabkan terbentuknya endapan putih dan larutan keruh berubah menjadi larutan
kuning. Endapan putih yang terbentuk adalah MgSO4 anhidrat yang telah mengikat molekul
air, sedangkan larutan kuning adalah larutan benzil alkohol dan diklorometana. Endapan putih
kemudian dipisahkan dari larutan benzil alkohol dan diklorometan dengan cara dilakukan
penyaringan menggunakan kapas. Hasil yang diperoleh yaitu didapatkan larutan kuning yang
termasuk campuran benzil alkohol dan diklorometana.
Proses selanjutnya adalah memisahkan pelarut diklorometana dengan benzil alkohol

16
dengan metode distilasi. Proses distilasi akan menyebabkan diklorometana menguap terlebih
dahulu, sehingga akan tersisa benzil alkohol dengan larutan keruh. Diklorometana akan
mengalami penguapan karena memiliki titik didih 39,6oC yang lebih kecil dari pada titik didih
benzil alkohol yaitu 206oC. Larutan benzil alkohol yang diperoleh adalah larutan tidak
berwarna yang sedikit keruh, sehingga dilakukan penambahan MgSO4 anhidrat untuk
mengikat sisa air dalam larutan benzil alkohol. Proses distilasi dilakukan pada suhu 205-206oC
sebanyak 3x pengulangan distilasi. Penggunaan suhu tersebut dikarenakan benzil alkohol
memiliki titk didih antara 205-206oC. Proses distilasi dihentikaan saat suhu distilasi mencapai
206oC, karena jika distilasi tetap dilakukan maka hasil yang diperoleh adalah kontaminan yang
dapat mengotori benzil alkohol murni yang telah diperoleh. Proses distilasi dilakukan triplo
agar benzil alkohol yang dihasilkan adalah benzil alkohol murni. Hasil dari proses distilasi ini
adalah larutan dengan kristal tidak berwarna yang merupakan kristal benzil alkohol.
Proses selanjutnya adalah memanaskan campuran (garam natrium benzoat dengan
akuades). Proses pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan diklorometana yang masih
terdapat pada garam natrium benzoat. Proses pemanasan dilakukan hingga suhu 60 oC.
penggunaan suhu tersebut digunakan karena suhu yang tepat untuk menguapkan
dikolorometana. Lab Chem (2020) menyebutkan bahwa diklorometana memiliki titik didih
39,6oC, sehingga pada suhu 60oC diklorometana akan menguap seluruhnya. Hasil proses
pemanasan yaitu larutan kekuningan disertai gelembung yang merupakan gas diklorometana.
Proses selanjutnya adalah menambahkan beberapa es batu kedalam larutan. Es batu berfungsi
untuk menurunkan temperatur pada sistem yang dapat membantu mempercepat proses
kristalisasi. Suhu yang rendah dapat mempercepat pembentukan kristal, karena energi dari
dalam orbital yang berikatan akan terlepas sehingga elektron akan cenderung dalam keadaan
dasar. Penambahan es disertai dengan proses pengadukan yang bertujuan untuk
menghomogenkan larutan dan meratakan suhu pada larutan. Garam natrium benzoat
selanjutnya dikonversi menjadi asam benzoat dengan cara ditambahkan HCl. Natrium benzoat
sangat larut dalam akuades, tetapi asam benzoat tidak dapat larut dalam akuades, sehingga
akan terjadi pengendapan. Penambahan HCl kedalam campuran akuades dan garam benzoat
akan menyebabkan terjadinya hidrolisis pada HCl menjadi ion-ionnya. Proses hidrolisis HCl
adalah :
HCl (aq) + H2O (l) → H+ (aq) + Cl- (aq) + H2O (l) (2)

17
Ion H+ dari HCl yang telah terhidrolisis akan menggeser keberadaan Na+ pada natrium
benzoat, sehingga akan dihasilkan asam benzoat. Ion Na+ yang telah beregeser kemudian akan
berikatan dengan ion Cl- membentuk NaCl. Reaksi yang terjadi adalah :

Hasil yang diperoleh adalah endapan putih yang merupakan endapan asam
benzoat. Larutan HCl kemudian ditambahkan kedalam endapan putih. Penambahan HCl untuk
membuat larutan dan endapan dalam gelas beaker bersifat asam. Larutan dalam gelas beaker
selanjutnya dicek menggunakan kertas pH dan diperoleh hasil bahwa pH larutan adalah 1.
Larutan dengan endapan putih yang memiliki pH 1 selanjutnya disaring menggunakan alat
filtrasi vakuum. Sisa larutan dalam gelas beaker dibilas menggunakan akuades. Fungsi
perlakuan tersebut adalah agar diperoleh asam benzoat dalam jumlah banyak. Hasil dari
penyaringan kemudian dikeringkan untuk menghilangkan pelarutnya. Hasil yang diperoleh
pada proses ini adalah kristal putih berbentuk serbuk yang merupakan kristal asam benzoat
yang belum murni.
Percobaan tahap ketiga yaitu rekristalisasi asam benzoate. Perlakuan ini dilakukan untuk
memurnikan asam benzoate yang dihasilkan dan agar diperoleh Kristal yang lebih bagus.
Perlakuan yang pertama yaitu dengan melarutkan kristal asam benzoate dalam akuades 200
mL. Hal tersebut bertujuan untuk melarutkan kembali kristal asam benzoate sehingga
terbentuk larutan. Larutan tersebut kemudian dipanaskan dalam hotplate sambil diaduk
menggunkan stirrer magnetic. Hal tersebut bertujuan untuk melarutkan kristal asam benzoate
dengan cepat sehingga dapat larut secara sempurna. Larutan kemudian didinginkan agar
terbentuk kristal kembali. Hasil diperoleh Kristal hancur dan menggumpal. Hal ini
kemungkinan terjadi karena larutan terlalu pekat, sehingga rekristalisasi diulangi dengan
menambahkan air lebih banyak. Hasil diperoleh Kristal yang dihasilkan lebih banyak dan lebih
bagus. Proses pembentukan Kristal juga dilakukan penyimpanan di dalam freezer selama 1
jam. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses pembentukan kristal karena kristal akan
cepat terbentuk pada suhu yang rendah. Kristal yang diperoleh kemudian disaring

18
menggunakan vakum filtrasi. Hal tersebut bertujuan untuk memisahkan kristal dengan filtrat.
Kristal yag tersisa dalam wadah dicuci dengan akuades agar diperoleh Kristal yang lebih
banyak. Kristal yang dihasilkan adalah kristal berwarna putih yang merupakan kristal asam
benzoat.
Kristal kemudian dikeringkan di udara terbuka diatas selembar kertas selama 24 jam.
Hal tersebut bertujuan untuk membebaskan atau menghilangkan fase cair yang masih tersisa
didalam kristal tersebut agar diperoleh Kristal kering. Hasil yang diperoleh yaitu terbentuk
kristal putih dan lembut. Kristal yang diperoleh berupa kristal benzil alkohol dan asam benzoat
ditimbang untuk mengetahui massanya. Massa yag diperoleh yaitu pada kristal benzil alkohol
sebanyak 5,40 gram sedangkan pada asam benzoat sebanyak 7,45 gram. Hal tersebut dapat
dihitung rendemen masing – masing kristal yang diperoleh. Rendemen kristal benzil alkohol
yaitu 51% sedangkan pada asam benzoat sebesar 62%. Rendemen yang dihasilkan berdasarkan
teori seharusnya memiliki perbandingan rendemen yang sama. Hal tersebut dikarenakan
separuh benzaldehid diubah menjadi banzil alkohol dan separuhnya lagi menjadi asam
benzoat. Benzil alkohol dimurnikan dengan teknik ekstraksi cair-cair yang dilanjutkan dengan
proses distilasi, sedangkan pemurnian asam benzoat dilakukan dengan peambahan asam (HCl)
dan dilanjutkan dengan proses penyaringan.

Kesimpulan
Sintesis benzil alkohol dan asam benzoate dapat dilakukan menggunakan reaksi
canizzaro. Reaksi canizzaro merupakan reaksi disproposionasi dari suatu aldehida menjadi
asam karboksilat dan alkohol primer dalam suasana basa. Sintesis benzil alkohol dan asam
benzoat dapat diperoleh dari reaksi antara benzaldehida dan NaOH melalui proses refluks dan
ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah. Hasil ekstraksi ditambahkan HCl untuk
memperoleh Kristal asam benzoate. Kristal yang diperoleh kemudian direkristalisasi sehingga
menghasilkan Kristal benzyl alcohol tidak berwarna sedangakan kristal asam benzoate
berwarna putih dan kekuningan. Rendemen kristal benzil alkohol yaitu 51% sedangakan pada
asam benzoat sebesar 62%.

Referensi
Budavari, S. 1996. The Merck Index, An Encyclopedia of Chemistry, Drug, and Biological.

19
Twelft Edition. New Jersey: Merck & Co, Inc.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Fessenden, R. J., dan Fessenden J. S. 1999. Kimia Organik. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet Of Benzil Alkohol. http://
www.labChem.com/msds.php?msdsId=LC18150 (diakses pada 16 Desember 2020)
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet Of Asam Benzoat. http://
www.labChem.com/msds.php?msdsId=LC18150 (diakses pada 16 Desember 2020)
March, J. 2001. Advanced Organic Chemistry: Reaction, Mechanisme, and Structure. Fifth
Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.
Putri, S. A. 2009. Aplikasi Reaksi Cannizzaro terhadap Benzaldehida dan p-Anisaldehida
dengan kondisi Tanpa Pelarut. Skripsi.
Rositawati, A. L., Taslim, C. M., dan Soetrisnanto, D. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari
Daerah Demak Untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri. Vol.2, No.4.
Tim Dosen Kimia Organik. 2020. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas
Jember.
Wati, I. W., dan Guntarti, A. 2012. Penerapan Kadar Asam Benzoat dalam Beberapa Merk
Dagang Minuman Ringan secara Spektrofotometri Ultraviolet. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian. Vol.2, No.2.
Wibawa, I. 2012. Ekstraksi Cair-cair. [Serial Online].
http://indrawibawads.files.wordpress.com/2012/01/ekstraksi-cairindra-wibawa-tkim-
unila.pdf [diakses pada 16 desember 2020].

Nama Praktikan
Reza Apriliana (181810301052)

20

Anda mungkin juga menyukai