Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan diagnosis pasien adalah Morbus Hansen tipe Pauci Bacillary (PB). Penyakit
Morbus Hansen disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium leprae, termasuk
kuman aerob dan bersifat tahan asam (BTA).

Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen merupakan tip penyakit granulomatosa
pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernafasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang
bisa diamati di luar. Penularannya bisa melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan
erat. Penularan juga bisa secara inhalasi karena M. leprae dapat hidup beberapa hari dalam
droplet. Terdapat beberapa faktor risiko yang perlu dipertimbangkan, yaitu pathogenesis
kuman penyebab, cara penularan, keadaan sosial lingkungan, gaya hidup, imunitas, dan
kemungkinan penularan dari luar tubuh manusia. Terdapat beberapa klasifikasi kusta, saat ini
yang digunakan adalah klasifikasi berdasarkan WHO (1981) yang digunakan juga oleh
Depkes (2006) yaitu tipe pausibasilar (PB) dan multibasilar (MB).

Berdasarkan WHO (1997) diagnosis dilakukan berdasarkan adanya tanda utama atau cardinal
sign berupa kelainan kulit yang hipopigmentasi atau erimatosa dengan anastesi jelas dan
kelainan saraf tepi berupa penebalan saraf dengan anastesi. Gangguan fungsi saraf dapat
berupa gangguan sensoris (anastesi), gangguan motoris (paresis atau paralisis), gangguan
otonom (kulit kering atau retak). Pemeriksaan saraf dilakukan untuk menegakkan diagnosis
dan ditambahkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan bakteriologis (BTA),
pemeriksaan histopaologi, dan pemeriksaan serologic.

Terapi yang dapat digunakan untuk tipe PB adalah rifampisin 600 mg/bulan diminum di
depan petugas dan DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah. Pengobatan 6 dosis
diselesaikan dalam 6-9 bulan. dan setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release
From Treatment = berhenti minum obat kusta) meskipun secara klinis lesinya masih aktif.
Menurut WHO (1995) tidak lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah Completion of
Treatment Cure dan pasien tidak lagi dalam pengawasan. Sedangkan tipe MB menggunakan
Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas. Klofazimin 300 mg/bulan diminum di
depan petugas dilanjutkan dengan klofazimin 50 mg/hari diminum di rumah. DDS 100
mg/hari diminum di rumah. Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36
bulan. Sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih
aktif dan pemeriksaan bakteri positif Menurut WHO ( 1998) pengobatan MB diberikan untuk
12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah neuropati, ulkus atau fisura, pembentukan kalus,
kontraktur sendi, dan kelainan oftalmologis. Prognosis umumnya baik dengan pengobatan
yang adekuat serta dilakukan pencegahan terhadap komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai