Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM

JUDUL :
ASAM AMINO DAN GUGUS FUNGSI

Disusun Oleh :
Kelompok :1
Kelas :-
Tanggal Praktikum : 17 November 2020

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
ASAM AMINO DAN GUGUS FUNGSI

I. TUJUAN PERCOBAAN

- Mahasiswa mengetahui beberapa cara identifikasi asam amino gugus fungsi tertentu
- Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik dari identifikasi asam amino dan gugus
fungsi tertentu
- Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi dari identifikasi asam amino dan gugus fungsi
berdasarkan karakteristik tersebut

II. DASAR TEORI / TINJAUAN PUSTAKA

1. STRUKTUR PROTEIN
Protein merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Rantai protein merupakan jenis
polipeptida terdiri atas L-α-asam amino. Protein merupakan makromolekul yang terdiri
dari satu rantai polipeptida dan terkadang dua atau lebih polipeptida. Protein yang
ditemukan dalam setiap sel dan molekulnya terdiri dari unsur C, H, O, N, S dan
terdapat P, Fe, Zn, dan Co dengan unsur karbon sebagai unsur utamanya.
Berdasarkan jumlah asam amino yang menyusun polipeptida, peptida
merupakan polipeptida yang tersusun atas kurang dari 50 asam amino sedangkan
protein tersusun atas lebih dari 50 asam amino. Untuk membentuk peptida dan protein,
asam amino akan membentuk ikatan peptida dengan molekul asam amino lainnya.
Peptida terbentuk karena adanya ikatan antara amida pada gugus amino dengan gugus
hidroksil pada molekul lainnya melalui proses kondensasi. Di sisi lain, pemecahan
ikatan peptida dinamakan dengan hidrolisis.
Berdasarkan jenis konformasinya, protein dapat diklasifikasikan menjadi
protein fibrous dan globular. Protein fibrous yang berupa paralel single axis yang tidak
larut dalam air tetapi larut dalam larutan garam. Protein globular memiliki bentuk
spiral atau globural dan larut dalam sistem air, contohnya adalah albumin dan
hemoglobin.
Struktur protein terdiri atas struktur primer, sekunder, tersier, dan kuarterner.
Struktur primer suatu protein merupakan struktur yang sederhana dengan urutan-
urutan asam amino yang tersusun secara linear yang dihubungkan oleh ikatan peptida
dan tidak terjadi percabangan rantai. Struktur sekunder adalah struktur dua dimensi
protein merupakan kombinasi antara struktur primer linear distabilkan oleh ikatan
hidrogen antara gugus =CO dan =NH di sepanjang rantai polipeptida. Rantai protein
dapat membentuk struktur heliks, paralel, dan antiparalel dengan membentuk ikatan
hidrogen antar asam amino pembentuknya. Salah satu contoh struktur sekunder adalah
α-heliks. Struktur tersier dari suatu protein adalah lapisan yang tumpang tindih di atas
pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikkan tak beraturan dari ikatan
antara rantai samping (gugus R) berbagai asam amino. Ikatan yang membentuk
struktur tersier adalah ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, jembatan disulfida, dan
ikatan ionik.Struktur kuartener yakni struktur protein yang terdiri dari dua atau lebih
rantai polipeptida yang bersatu membentuk makromolekul fungsional, misalnya
hemoglobin dan kolagen.

2. ASAM AMINO
Assam amino merupakan unit dasar struktur protein. Suatu asam amino terdiri
dari gugus amino, gugus karboksil, atom H, dan gugus R tertentu yang semuanya
terikat pada atom karbon α. Asam amino memiliki karakteristik diantaranya bersifat
amfoter, memiliki momen dipol besar, larut dalam pelarut polar, dan tidak larut dalam
pelarut non polar.
Berdasarkan jumlah asam amino penyusunya, rantai asam amino dibagi
menjadi peptida dan protein. Peptida terdiri dari asam amino dengan jumlah kurang
dari 50. Rantai peptida terdiri atas dipeptida yang terdiri dari dua asam amino,
tripeptida terdiri dari tiga asam amino, dan polipeptida terdiri dari lebih 10 asam
amino. Sementara susunan 100-10000 asam amino akan membentuk suatu protein.
Terdapat 20 jenis asam amino alami yang merupakan bahan pembangun
protein. Berdasarkan kemampuan tubuh mensintesis, asam amino dibagi menjadi asam
amino essensial dan nonesensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak
dapat disintesis oleh tubuh sehingga arus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi.
Jenis asam amino ini antara lain histidin, isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin,
treonin, triptofan, dan valin.Asam amino non-esensial adalah asam amino yang dapat
disintesis oleh tubuh, yakni alanin, arginin, asparagin, sistein, asam aspartat, asam
glutamat, glisin, prolin, serin, dan tirosin.
Asam amino jika dilarutkan dalam air dapat membentuk ion dengan dua kutub
polar (zwitterion). Zwitterion dapat berfungsi sebagai asam (donor proton) dan basa
(akseptor proton). Oleh karena sifatnya yang dipolar dan dapat berfungsi sebagai asam
dan basa, asam amino sering disebut sebagai amfoter atau amfolit (amfoter elektrolit).
Ion amonium (-NH3+) berfungsi sebagai asam dan ion karboksilat (-COO-) berfungsi
sebagai basa. Titik isoelektrik adalah pH dimana asam amino bersifat netral.
3. IDENTIFIKASI ASAM AMINO DAN PROTEIN
Pereaksi-pereaksi tertentu apabila ditambahkan pada protein akan
menyebabkan perubahan. Keberadaan protein dan asam amino tertentu dapat
ditunjukkan melalui uji-uji berikut
A. Uji Ninhidrin
Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) adalah suatu reagen berguna
untuk mendeteksi asam amino dalam zat yang diuji dan menetapkan
konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon
siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu.
Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan
satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin
yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai
dengan terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan yang disebabkan oleh
molekul ninhidrin + hidrindantin yang yang bereaksi dengan NH3 setelah asam
amino tersebut dioksidasi.

B. Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam
suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein,
karena asam amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan
peptida membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk
ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom
nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul
air sehingga disebut reaksi kondensasi.
Uji ini menggunakan reagen biuret yang mengandung NaOH dan
CuSO4encer. Reagen biuret akan bereaksi dengan ikatan peptida protein pada
sampel. Adanya protein sampel ditunjukkan perubahan sampel menjadi warna
ungu. Pembentukan warna disebabkan karena adanya kompleks ion Cu+dengan
ikatan peptida protein.

C. Uji Xanthoprotein
Reaksi pada uji Xantoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzene yang
terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena
(tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan
terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu
dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi
dan warnanya berubah menjadi jingga.
D. Uji Hopkins Cole
Uji Hopkins-Cole digunakan untuk menunjukan inti indol asam amino
triptofan yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada
sampel percobaan. Pereaksi Hopkins-Cole mengandung asam glioksilat (CHO-
COOH). Prinsip uji Hopkins-Cole adalah kondensasi inti indol dengan aldehid
dimana jika terdapat asam kuat yang menyebabkan terbentuknya cincin ungu
pada bidang batas. Reaksi tersebut hanya akan berhasil jika ada oksidator kuat,
seperti senyawa H2SO4 yang digunakan pada percobaan ini. Fungsi
penambahan asam sulfat ini adalah sebagai oksidator agar terbentuk cincin
ungu pada larutan sampel.

E. Uji Sakaguchi
Uji Sakaguchi adalah uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi asam
amino arginin. Arginin memiliki kelompok-R propil (3 metil) dengan gugus
guanidin di ujungnya. Gugus guanidin merupakan atom C yang mengikat N2
dengan ikatan tunggal dan mengikat N dengan ikatan ganda.
Gugus guanidin akan bereaksi dalam uji sakaguchi. Dalam kondisi basa,
alpha naphtol akan bereaksi dengan gugus guanidin dalam arginin yang telah
teroksidasi sodium hipoklorit, menghasilkan senyawa berwarna merah. Apabila
protein yang diuji dengan tes sakaguchi menunjukkan perubahan warna merah
berarti dalam protein tersebut terdapat arginin.

F. Uji Sulfida
Uji Sulfur adlah uji protein yang betujuan untuk mengidentifikasi gugus
R asam amino yang mengandung sulfur seperti sistein dan metionin dalam
asam amino. Sistein merupakan asam amino yang mengandung atom S pada
molekulnya. Uji sulfida dimana terjadi reaksi Pb-asetat dengan asam-asam
amino tersebut akan membentuk garam PbS yang berwarna hitam. Penambahan
NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan
yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS.

G. Uji Presipitasi Protein


Presipitasi protein adalah pengendapan yang terjadi karena penggumpalan
yang parsial. Presipitasi disebabkan oleh berkurangnya kelarutan protein
(perubahan fisik) yang terjadi karena perubahan struktur kimia. Seperti halnya
denaturasi protein, presipitasi juga disebabkan oleh faktor kimia dan fisika.
Semua faktor yang terjadi pada denaturasi juga terjadi pada presipitasi protein.
Semua faktor yang dapat menimbulkan denaturasi protein, juga dapat
menyebabkan perubahan kelarutan protein. Dengan demikian presipitasi
protein merupakan fenomena fisika yang disebabkan oleh perubahan
struktur kimia. Presipitasi disebabkan oleh pengembangan molekul protein
akibat unfolding atau membukanya heliks-heliks protein. Presipitasi juga
terjadi akibat terganggunya kestabilan koloid yang disebabkan oleh
menurunnya muatan elektrostatik protein sehingga gaya gravitasi akan lebih
dominan dibandingkan gaya tolak-menolak antar molekul.

H. Uji Denaturasi Protein


Denaturasi protein adalah berubahnya susunan ruang / lantai polipeptida
suatu molekul protein akibat pecahnya ikatan hidrogen dan ikatan non polar di
dalam molekul protein. Terjadinya denaturasi protein tahap awal pada saat
protein dikenai suhu pemanasan sekitar 50°C, protein tersebut belum bisa
dikatakan rusak, hanya mengalami perubahan struktur sekunder, tersier,
kuartener. Denaturasi protein dapat terjadi oleh zat asam, basa kuat, logam
berat, pemanasan, alkohol, sinar X, sinar ultraviolet, zat kimia seperti urea, dsb.

4. SENYAWA ORGANIK DAN GUGUS FUNGSI


Suatu gugus fungsional adalah bagian dari molekul senyawa organik yang merupakan
pusat kereaktifan dan sifat molekul. Selain menentukan sifat senyawa karbon, gugus
fungsi juga dijadikan dasar klasifikasi dan penamaan senyawa karbon. Setiap kelompok
atau keluarga senyawa organik dengan gugus fungsional tertentu mempunyai keteraturan
tertentu, sehingga sering disebut pula sebagai deret homolog.
A. Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan senyawa organik atau senyawa karbon yang
molekulnya hanya terdiri dari atom C dan H. Berdasarkan reaktivitas kimianya,
senyawa hidrokarbon dibedakan menjadi hidrokarbon alifatis dan aromatis(2).
Hidokarbon aromatis adalah senyawa siklis yang mempunyai ikatan rangkap
terkonyugasi yang memenuhi syarat aromatis, contoh senyawa aromatis adalah
benzena (monosiklis), dan naftalena (polisiklis). Hidrokarbon alifatis berdasarkan
jenis ikatan antar karbonnya, dapat dibedakan menjadi ikatan hidrokarbon jenuh
(alkana) dan tidak jenuh (alkena dan alkuna) yang keduanya mempunyai jenis
rantai karbon yang terbuka maupun tertutup (alisiklis).
a) Alkana
Kelompok alkana mempunyai rumus umum CnH2n+2.
Semua anggota alkana memiliki akhiran –ana. Sumber utama
alkana adalah gas alam dan minyak bumi. Alkana dengan rantai
tertutup dikenal dengan nama sikloalkana. Semua sikloalkana
mempunyai rumus umum CnH2n. Alkana dan sikloalkana tidak
larut dalam air, karena hidrokarbon bersifat non polar. Ikatan
pada alkana dan sikloalkana terdiri dari C dan H yang
merupakan ikatan non polar karena kecilnya perbedaan
keelektronegatifan antara C dan H. Terdapat keteraturan
peningkatan titik didih atau titik leleh pada alkana dan
sikloalkana dengan makin bertambahnya berat molekul.
b) Alkena
Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai
ikatan rangkap dua karbon-karbon yang tergolong hidrokarbon
tak jenuh, karena mempunyai jumlah hidrogen lebih sedikit dari
alkana. Rumus umum alkena adalah CnH2n.
c) Alkuna
Alkuna adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai
ikatan rangkap tiga karbon-karbon yang tergolong hidrokarbon
tak jenuh, karena mempunyai jumlah hidrogen lebih sedikit dari
alkana. Rumus umum alkuna adalah CnH2n-2. Alkuna dan
alkena bersifat nonpolar, sehingga tidak larut dalam air dan
dapat mengalami berbagai reaksi, seperti reaksi adisi, oksidasi,
atau polimerisasi. Reaksi adisi dapat mengubah alkena menjadi
alkohol, alkilhalida, atau alkana. Reaksi oksidasi dapat
mengubah alkena menjadi aldehida, keton, alkohol, atau eter.

B. Alkohol/Alkanol
Alkohol adalah kelompok senyawa organik yang memiliki gugus fungsi
–OH. Alkohol memiliki rumus umum CnH2n+2O atau CnH2n+1OH dan
memiliki nama IUPAC alkanol. Makin panjang rantai gugus alkil makin rendah
kelarutannya dalam air, sedangkan makin banyaknya gugus hidroksil kelarutan
alkohol juga makin meningkat. Titik didih alkohol makin meningkat dengan
makin panjangnya rantai karbon, dan makin banyaknya gugus hidroksil. Alkohol
selalu mempunyai titik didih lebih tinggi karena pada alkohol dapat terjadi ikatan
hidrogen.
Alkohol dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan ikatan –OH,
yaitu alkohol primer dimana –OH berikatan dengan CH2, alkohol sekunder
dimana –OH berikatan dengan CH, dan alkohol tersier dimana –OH berikatan
dengan C.

1. Eter/Alkoksi Alkana
Eter merupakan senyawa dengan dua gugus alkil berhubungan
dengan satu atom oksigen yang sama. Gugus fungsi eter adalah R-O-R’,
dengan R yang memiliki atom C lebih sedikit dari R’ dan dapat
menggunakan gugus yang sama atau berbeda, dan gugus itu berupa
alkil maupun aril. Rumus umum eter yaitu CnH2n+2O yang
mempunyai nama IUPAC alkoksi alkana. Eter merupakan senyawa
yang relatif lembam atau inert (tidak mudah bereaksi), sehingga banyak
digunakan sebagai pelarut.

2. Alkanal/Aldehid
Aldehida adalah senyawa organik yang mempunyai gugus
fungsional karbonil –C=O. Aldehida memiliki sedikitnya satu atom H
yang terikat pada gugus karbonil, gugus sisanya dapat berupa atom
hidrogen lain atau gugus alkil maupun aril. Aldehida memiliki gugus

fungsi , dengan R adalah gugus alkil. Aldehid memiliki rumus


umum CnH2nO dan memiliki nama IUPAC alkanal. Senyawa aldehida
dengan bobot molekul rendah dapat larut dalam air karena dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air, akan tetapi
kelarutannya dalam air makin berkurang dengan makin bertambah
panjang nyarantai karbon. Senyawa aldehida memiliki titik didih yang
lebih tinggi dibandingkan senyawa nonpolar, namun tidak lebih rendah
dibanding senyawa alkohol karena tidak membentuk ikatan hidrogen
antar molekulnya seperti pada alkohol.

3. Alkanon/Keton
Keton adalah senyawa organik yang mempunyai gugus fungsional
karbonil –C=O. Atom karbon karbonil pada keton terhubung dengan
dua atom karbon lainnya. Keton memiliki gugus fungsi ,
dengan R dan R’ adalah gugus alkil. Keton memiliki rumus umum
CnH2nO dan memiliki nama IUPAC alkanon. Senyawa keton dengan
bobot molekul rendah dapat larut dalam air karena dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan molekul air, akan tetapi kelarutannya dalam air
makin berkurang dengan makin bertambah panjang nyarantai karbon.
Senyawa keton memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan
senyawa nonpolar, namun tidak lebih rendah dibanding senyawa
alkohol karena tidak membentuk ikatan hidrogen antar molekulnya
seperti pada alkohol.

4. Asam Alkanoat/Karboksilat
Asam karboksilat adalah senyawa organik yang mempunyai gugus
fungsional karboksil –COOH dan nama IUPAC asam alkanoat. Gugus

fungsi asam karboksilat adalah , dengan rumus umum


CnH2nO2. Sifat fisik dari senyawa asam karboksilat sangat dipengaruhi
oleh keberadaan gugus karbonil yang dimilikinya. Sifat tersebut
diantaranya adalah bersifat polar, memiliki titik didih yang tinggi, serta
memiliki kelarutan yang besar di dalam air. Asam karboksilat banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Asam cuka yang digunakan
sebagai pemberi rasa masam pada makanan adalah asamasetat atau
asam etanoat, lalu juga asam salisilat yang banyak digunakan pada
obat-obatan dan kosmetik. Asam karboksilat bersifat asam, sehingga
dapat bereaksi dengan basa membentuk garam. Asam karboksilat juga
dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan ester, dan dengan amina
membentuk amida. Oleh karena itu, ester dan amida disebut turunan
asamkarboksilat. Pada turunan asam karboksilat gugus hidroksil pada
asam karboksilat diganti dengan gugus lain.

5. Ester/Alkil Alkanoat
Ester dibentuk dari reaksi kondensasi alkohol dengan suatu asam
(esterifikasi) dan memiliki nama IUPAC Alkil Alkanoat. Ester
merupakan salah satu turunan asam karboksilat yang memiliki gugus
fungsi , dengan R dan R’ adalah gugus alkil atau aril. Ester
biasanya merupakan zat yang beraroma harum, dan mengingatkan cita
rasa dan harum dari berbagai buah-buahan dan bunga. Di antaranya
beberapa ester yang sering digunakan adalah pentil asetat yang
beraroma pisang, oktil asetat yang beraroma jeruk, etil butanoat yang
beraroma nanas, dan pentil butanoat yang beraroma aprikot. Amina )-

NH2) dan amida merupakan turunan asam karboksilat.


Keduanya banyak terdapat di alam, salah satunya adalah protein.

5. IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI TERTENTU


A. Tes Schiff
Tes Schiff digunakan untuk menunjukkan adanya gugus aldehid pada larutan
formalin dan larutan glukosa. Reagen Schiff adalah produk reaksi dari formulasi zat
warna seperti fuchsin dan natrium bisulfit.
Dalam penggunaannya sebagai uji kualitatif untuk aldehid, larutan formalin dan
larutan glukosa dicampur dengan beberapa tetes reagen schiff dan dikocok. Adanya
gugus aldehid pada kedua larutan itu dapat diketahui apabila larutan berubah warna
menjadi ungu.

B. Tes Tollens
Tes Tollens digunakan untuk membedakan antara aldehid dengan keton. Tes
positif menunjukkan adanya fungsi aldehida, sedangkan tidak ada reaksi terjadi
dengan keton. Reagen tollens terdiri atas kompleks perak ammonia, Ag(NH3)2. Di
larutan ammonia, reagen ini teroksidasi baik alphatic dan aromatik aldehid menjadi
asam karboksilat yang sesuai.
Reaksi ini berguna untuk identifikasi aldose dan terdiri dari oksidasi fungsi
aldehid dengan agen oksidasi moderat (garam ammonium perak) untuk mengambil
glukuronida dari garam ammonium dan logam perak, yang menghasilkan efek cermin
perak.
C. Tes Lucas
Tes Lucas digunakan untuk membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, dan
tersier dengan reagen yang terbuat dari campuran asam klorida pekat dengan seng
klorida. Dimana alkohol primer tidak bereaksi, alkohol sekunder bereaksi sedikit, dan
lambat dan alkohol tersier dapat bereasi cepat.
Reagen lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dan seng
klorida. tes lucas dalam alkohol adalah tes untuk membedakan antara alkohol primer,
sekunder dan tersier. Hal ini didasarkan pada perbedaan reaktivitas dari tiga kelas
alkohol dengan hidrogen halida. Alkohol tersier bereaksi dengan reagen Lucas untuk
menghasilkan kekeruhan walaupun tanpa pemanasan, sementara alkohol sekunder
melakukannya dengan pemanasan. Alkohol primer tidak bereaksi dengan reagen
lucas.

D. Tes Rothera
Tes Rothera merupakan pengujian kadungan aseton atau badan keton dalam urin.
Hasil positif pada uji ini adalah terbentuknya warna ungu pada larutan. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa pada sampel urin normal dengan metode rothera
menunjukkan hasil negatif hal ini menandakan bahwa tidak ada badan keton pada
urin probandus. Sedangkan pada sampel urin patologis dengan metode rothera
menunjukkan hasil positif. Adanya badan keton pada urin biasanya diakibatkan puasa
berkepanjangan dan penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol. Adanya badan
keton dalam urin dikarenakan metabolisme lemak dan asam lemak secara berlebihan,
kurangnya karbohidrat dalam tubuh sehingga simpanan asam lemak digunakan
sebagai sumber energi.

E. Esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol menghasilkan
ester. Reaksi esterifikasi pada umumnya menggunakan asam anorganik seperti
H2SO4, reaksi esterifikasi pada umumnya menyebabkan korosi untuk menghambat
maka digunakan katalis Zr4+-zeolit beta. Bagaimana reaksi esterifikasi butanol dengan
asam asetat dengan katalis Zr4+-zeolit beta. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak
dicapai adalah untuk mengetahui waktu optimum pada reaksi esterifikasi butanol
dengan asam asetat dengan katalis Zr4+-zeolit beta. Manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang waktu optimum pada
reaksi esterifikasi butanol dengan asam asetat dengan katalis Zr4+-zeolit beta.
III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Tabung reaksi

2. Gelas beker

3. pipet

4. Batang pengaduk

5. Penyaring

6. Pemanas/waterbath

B. Bahan

1. Sampel protein (kasein, alumin, dan gelatin)

2 Natrium hidroksida (NaOH) 10%

3. Larutan Hidrogen 0,1%

4. Tembaga sulfat (CuSO₄) 0,01M

5. Asam nitrat pekat

6. Reagen Hopkin's Cole

7. Natrium hidroksida jenuh

8. Alpha nafthol

9. LarutanBromine

10. Natrium hidroksida (NaOH) 5%

11. Kristal timbal (II) asetat

12. Ammonium padat

13. Larutan Merkuri nitride 10%

14. Telur ayam

15. Air suling

16. Aseton

17. Larutan Formalin


18. Reagen Schiffs

19. Larutan Glukosa

20. Reagen Tollens


21. Amonium hidroksida

22. Alkohol primer (etanol)

23. Alkohol sekunder (2-butanol)

24. Alkohol tersier (2-metil-2-propanol)

25. Reagen Lucas

26. Urin

27. Bubuk amonium sulfat

28. Kristal sulfat nitroprusside

29. Asam asetat

30. Etanol

31. Asam benzoat

IV. CARA KERJA

A. ANALISIS KUALITATIF ASAM AMINO


1. Tes Ninhidrin
Sediakan 3 tabung reaksi yang masing – masing berisi kasein,
albumin, dan gelatin. Tambahkan 5 tetes larutan nin hidrogen 0,1% ke dalam
masing – masing tabung reaksi lalu panaskan ketiga tabung reaksi pada
waterbath selama 10 menit. Amati perubahan warna yang terjadi pada
larutan.
2. Tes Biuret
Sediakan 3 tabung reaksi yang masing – masing berisi kasein,
albumin, dan gelatin. Tambahkan 1 ml larutan NaOH 10% dan 1 sampai 3
tetes larutan CuSO4 ke dalam masing – masing tabung reaksi. Amati
perubahan warna yang terjadi pada larutan.
3. Tes Xantoprotein
Sediakan 3 tabung reaksi yang masing – masing berisi kasein,
albumin, dan gelatin. Tambahkan 1 ml asam nitrat (HNO3) pekat ke tiga
tabung reaksi dan panaskan tabung selama 30 detik. Setelah itu, dinginkan
ketiga larutan beberapa saat dan perlahan – lahan tambahkan larutan
sodium hidroksida (NaOH) secara perlahan dalam masing – masing tabung
reaksi. Amati perubahan yang terjadi.
4. Tes Hopkins Cole
Sediakan 3 tabung reaksi yang masing – masing berisi kasein,
albumin, dan gelatin. Tambahkan 2 ml reagen Hopkins Cole dan 1 ml
asam sulfat (H2SO4) pekat pada masing – masing tabung reaksi. Lalu,
diamkan selama 1 sampai 2 menit. Amati perubahan warna yang terjadi.

5. Tes Sakaguchi
Sediakan 3 tabung reaksi yang masing – masing berisi kasein,
albumin, dan gelatin. Tambahkan 1 ml larutan sodium hidroksida (NaOH)
10% dan 1 ml larutan 0,02 alpha napftol pada masing – masing tabung
reaksi lalu, diamkan selama 3 menit. Setelah itu, tambahkan ke semua
tabung reaksi 2 sampai 4 ml larutan Bromin. Amati perubahan warna
yang terjadi.
6. Tes Sulfida
Sediakan 3 tabung reaksi yang masing – masing berisi kasein, albumin,
dan gelatin. Tambahkan 5 ml larutan NaOH 5% dan beberapa bubuk timbal (II)
asetat (Pb(CH3COO)2) pada dalam masing – masing tabung reaksi lalu panaskan
selama 5 sampai 10 menit. Setelah itu, dinginkan tabung reaksi dan amati
perubahan warna yang terjadi.
7. Presipitasi Protein
a. Garam ( Half Saturation )
Sediakan tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan protein, kemudian
tambahkan dengan 3ml larutan amonium sulfat ((NH4)2SO4) pekat. Setelah itu,
campur larutan sambil diamati perubahan warna yang terjadi. Kemudian, larutan
yang sudah tercampur tadi disaring menggunakan kertas saring untuk diambil
filtratnya. Setelah filtrat sudah diambil, tambahkan ke dalamnya larutan sodium
hidroksida (NaOH) 40% dengan volume yang sama seperti volume filtrat dan
tambahkan juga 2 sampai 3 tetes larutan CuSO4 1%. Lalu, aduk larutan filtrat
sampai tercampur rata dan amati perubahan warna yang terjadi.
b. Garam ( Full Saturation )
Sediakan tabung reaksi berisi 3 ml larutan protein lalu tambahkan dengan
0,5 gram padatan amonium sulfat ((NH4)2SO4). Setelah itu, campur larutan
sambil diamati perubahan warna yang terjadi. Kemudian, larutan yang sudah
tercampur tadi disaring menggunakan kertas saring untuk diambil filtrat nya.
Setelah filtrat sudah diambil, tambahkan ke dalamnya larutan sodium hidroksida
(NaOH) 40% dengan volume yang sama seperti volume filtrat dan tambahkan
juga 2 sampai 3 tetes larutan CuSO4 1%. Lalu, aduk larutan filtrat sampai
tercampur rata dan amati perubahan warna yang terjadi.
c. Logam Berat
Sediakan tabung reaksi berisi larutan protein lalu tambahkan dengan
larutan raksa (II) nitrat (Hg(NO3)2) 10%. Aduk larutan sampai tercampur dengan
rata lalu tambahkan lagi larutan raksa (II) nitrat (Hg(NO3)2) 10%. Setelah
itu, amati perubahan warna yang terjadi pada larutan.
d. Asam Mineral Kuat
Sediakan tabung reaksi berisi 2 ml larutan protein lalu tambahkan dengan
2 ml asam nitrit (HNO3) pekat. Setelah itu, amati perubahan warna yang terjadi
pada larutan.

B. ANALISIS KUANTITATIF

1. Denaturasi Protein
a. Pemanasan
Sediakan telur lalu pisahkan antara putih telur dan kuning telurnya ke dalam
gelas beker yang berbeda, masing – masing gelas beker berisi 150 ml putih
telur dan 150 ml kuning telur. Setelah itu, tambahkan air atau aquades
sebanyak 150 ml ke dalam masing – masing gelas beker dan dilanjutkan
dengan mengaduk dan menyaring kedua larutan tersebut. Kemudian, ambil
filtrat kuning telur dan putih telur masing – masing 3 ml dan letakkan dalam
tabung reaksi lalu panaskan. Setelah selesai dipanaskan, pindahkan filtrat
kuning telur dan putih telur ke tabung reaksi kosong lainnya untuk diamati
perubahan warna yang terjadi dan ada tidaknya endapan pada kedua filtrat.
b. Penambahan Asam
Sediakan telur lalu pisahkan putih telur dari kuning telurnya ke dalam
gelas beker yang berbeda sebanyak 150 ml. Setelah itu, tambahkan air atau
aquades sebanyak 150 ml ke dalam gelas beker yang berisi putih telur tersebut
dan dilanjutkan dengan mengaduk serta menyaring larutan. Kemudian, ambil
filtrat putih telur sebanyak 3 ml dan letakkan dalam tabung reaksi kosong.
Tambahkan asam nitrit (HNO3) ke dalam filtrat tersebut dan
amati perubahan warna yang terjadi serta ada tidaknya endapan.
c. Penambahan Aseton
Sediakan telur lalu pisahkan putih telur dari kuning telurnya ke dalam
gelas beker yang berbeda sebanyak 150 ml. Setelah itu, tambahkan air atau
aquades sebanyak 150 ml ke dalam gelas beker yang berisi putih telur
tersebut dan dilanjutkan dengan mengaduk serta menyaring larutan.
Kemudian, ambil filtrat putih telur sebanyak 3 ml dan letakkan dalam tabung
reaksi kosong. Tambahkan aseton (CH3COCH3) ke dalam filtrat tersebut dan
amati perubahan warna yang terjadi serta ada tidaknya endapan.

C. ANALISIS KUALITATIF GUGUS FUNGSI

1. Tes Schiff
Sediakan 2 tabung reaksi yang masing – masing berisi larutan formalin
dan larutan glukosa lalu tambahkan dengan beberapa tetes reagen Schiff
menggunakan pipet pada masing-masing larutan. Setelah itu amati perubahan
warna yang terjadi pada larutan formalin dan larutan glukosa.
2. Tes Tollens
Siapkan 2 tabung reaksi kosong lalu beri sejumlah kecil larutan perak
nitrat (AgNO3) dan beberapa tetes sodium hidroksida (NaOH) encer
menggunakan pipet pada tiap tabung. Amati perubahan yang terjadi pada setiap
tabung lalu tambahkan dengan amonium hidroksida (NH4OH) menggunakan
pipet. Goyangkan tabung reaksi agar larutan yang ada di dalam nya tercampur
dengan rata. Setelah itu, tambahkan sejumlah kecil larutan formalin pada tabung
pertama dan sejumlah kecil larutan glukosa pada tabung kedua lalu panaskan
semua tabung reaksi di waterbath yang mendidih. Jika sudah selesai
dipanaskan, amati perubahan warna yang terjadi pada setiap larutan.
3. Tes Lucas
a. Sediakan 1 tabung reaksi yang berisi larutan alkohol primer (etanol) lalu
tambahkan dengan beberapa tetes reagen Lucas menggunakan pipet.
Goyangkan tabung reaksi agar larutan di dalamnya tercampur dengan rata.
Setelah itu, panaskan tabung reaksi pada waterbath dan amati perubahan
warna yang terjadi pada larutan.
b. Sediakan 1 tabung reaksi yang berisi larutan alkohol sekunder (2-butanol)

lalu tambahkan dengan beberapa tetes reagen Lucas menggunakan pipet.


Goyangkan tabung reaksi agar larutan di dalamnya tercampur dengan rata.
Setelah itu, tunggu 1 – 5 menit dan amati perubahan warna yang terjadi pada
larutan.
c. Sediakan 1 tabung reaksi yang berisi larutan alkohol tersier (2-metil 2
propanol) lalu tambahkan dengan beberapa tetes reagen Lucas menggunakan
pipet. Goyangkan tabung reaksi agar larutan di dalamnya tercampur dengan
rata dan amati perubahan warna yang terjadi pada larutan.
4. Tes Rothera
Sediakan botol kecil berisi urin (sampel) yang sudah tercampur dengan baik
dan rata. kemudian, ambil 5 ml sampel menggunakan disposable tips dan taruh di
tabung reaksi kosong. Tambahkan bubuk amonium sulfat ((NH4)2SO4) dan
sedikit kristal sodium nitroprusside ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, kocok
larutan dalam tabung reaksi di mixer sampai larut. Jika sudah, tambahkan larutan
dengan liquor ammonia di sepanjang sisi tabung reaksi menggunakan mikropipet
dan amati perubahan yang terjadi setelahnya pada larutan sampel.
5. Esterifikasi
Sediakan 2 tabung reaksi yang masing – masing berisi asam benzoat dan asam
asetat. Selanjutnya, tambahkan sejumlah kecil ethil alkohol dan beberapa tetes
asam sulfat (H2SO4) pekat menggunakan pipet ke dalam tiap tabung. Panaskan
kedua larutan di waterbath selama beberapa menit. Setelah selesai dipanaskan,
tuangkan larutan ke dalam gelas beker berbeda yang sudah berisi air. Amati
perubahan yang terjadi pada tiap larutan.

V. HASIL PENGAMATAN

1. TES NINHIDRIN

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Caasein + 5 tetes 0.1% larutan ninhidrin kemudian Warna Biru
rendam di air panas selama 10 menit

2 Albumin + 5 tetes 0.1% larutan ninhidrin kemudian Warna Biru


rendam di air panas selama 10 menit

3 Gelatin + 5 tetes 0.1% larutan ninhidrin kemudian Warna Biru


rendam di air panas selama 10 menit
2. TES BIURET

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Casein + 1ml NaOH 10% digoyangkan + 1-3 tetes Warna Biru
0,01M CuSO4

2 Albumin + 1ml NaOH 10% digoyangkan + 1-3 Warna Biru


tetes 0,01M CuSO4

3 Gelatin + 1ml NaOH 10% digoyangkan + 1-3 tetes Warna Biru


0,01M CuSO4

3. TES XANTHOPROTEIN

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Casein + 1ml HNO3, dipanaskan selama 30 detik + Warna Orange
beberapa tetes NaOH

2 Albumin + 1ml HNO3, dipanaskan selama 30 detik Warna Orange


+ beberapa tetes NaOH

3 Gelatin + 1ml HNO3, dipanaskan selama 30 detik Warna Kuning


+ beberapa tetes NaOH

4. TES HOPKINS COLE

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Casein + 2ml reagen hopkins + 1ml H2SO4 pekat, Warna Biru Gelap

2 diamkan selama 1-2 meniT Warna Merah Keunguan


Albumin + 2ml reagen hopkins + 1ml H2SO4

3 pekat, diamkan selama 1-2 menit


Gelatin+ 2ml reagen hopkins + 1ml H2SO4 pekat, Warna Merah Keunguan
diamkan selama 1-2 menit
5. TES SAKAGUCHI

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Casein + 1ml NaOH 10% + 1ml alfa-naftol 0,02% Warna Merah
diamkan selama 3 menit + 2-4ml larutan bromine

2 Albumin + 1ml NaOH 10% + 1ml alfa-naftol Warna Merah


0,02% diamkan selama 3 menit + 2-4ml larutan
bromine

3 Gelatin + 1ml NaOH 10% + 1ml alfa-naftol 0,02% Warna Merah


diamkan selama 3 menit + 2-4ml larutan bromine

6. TES SULFIDA

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Casein + 5ml NaOH 5% + 1 spatula kecil kristal Endapan Coklat
Pb(Ac)2 kemudian dipanaskan selama 5 – 10
menit lalu dinginkan terlebih dahulu

2 Albumin + 5ml NaOH 5% + 1 spatula kecil kristal Endapan Hitam


Pb(Ac)2 kemudian dipanaskan selama 5 – 10
menit lalu dinginkan terlebih dahulu

3 Gelatin + 5ml NaOH 5% + 1 spatula kecil kristal Endapan Coklat


Pb(Ac)2 kemudian dipanaskan selama 5 – 10
menit lalu
dinginkan terlebih dahulu

7. PRESIPITASI PROTEIN

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Garam
➢ Half Salt Saturation Tidak ada endapan, Larutan
Protein + 3ml larutan ammonium sulfat jenuh, berwarna biru tua
aduk, kemudian saring presipitasinya + sodium
hidroksida 40% + 2 – 3 tetes CuSO4 1%

➢ Full Salt Saturation Terbentuk endapan, Larutan


Protein + 0,5gr kristal padat ammonium sulfat berwarna biru muda
jenuh, aduk, kemudian saring presipitasinya +
sodium hidroksida 40% + 2 – 3 tetes CuSO4 1%

2 Logam Berat Terbentuknya endapan putih


2ml protein + ditetesi merkuri dinitrasi 10%

3 Asam Mineral Kuat Terbentuknya endapan putih


2ml protein + ditetesi 2ml HNO3

8. DENATURASI PROTEIN

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Pemanasan Keruh dan terdapat endapan
Putih telur (gelas 1) dan kuning telur (gelas 2) + setelah dipanaskan
aquades 150ml, aduk dan kemudian saring,
Kemudian panaskan tabung yang berisi 3 ml putih
telur dan kuning telur yang sudah disaring

2 Asam Keruh dan terdapat endapan


Putih telur (gelas 1) dan kuning telur (gelas 2) + putih tetapi masih terdapat
aquades 150ml, aduk dan kemudian saring, 3 ml sedikit larutan bening
sampel putih telur dan kuning telur yang sudah
disaring + asam nitrat

3 Aseton Keruh dan terdapat endapan


Putih telur (gelas 1) dan kuning telur (gelas 2) + putih tetapi masih terdapat
aquades 150ml, aduk dan kemudian saring, 3ml sedikit larutan bening
sampel dan kuning telur yang sudah disaring +
aseton

9. TES SCHIFF

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Tabung 1 Menghasilkan Warna Ungu
Larutan formalin + beberapa tetes reagen schiff
lalu kocok

2 Tabung 2 Tidak Berwarna


Larutan glukosa + beberapa tetes reagen schiff lalu
kocok

10. TES TOLLENS

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Tabung 1 Menghasillkan Cermin Perak
AgNO3 (Perak Nitrat) + beberapa tetes larutan
NaOH + beberapa tetes larutan NH4OH, kocok +
larutan formalin, lalu di panaskan

2 Tabung 2 Menghasilkan Cermin Perak


AgNO3 (Perak Nitra) + beberapa tetes larutan
NaOH + beberapa tetes larutan NH4OH, kocok +
larutan glukosa, lalu dipanaskan
11. TES LUCAS

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Alkohol primer (Etanol) + beberapa tetes reagen Larutan menjadi putih keruh
lucas, setelah itu goyangkan secara perlahan lalu setelah dipanaskan dan
panaskan dihasilkan endapan putih

2 Alkohol Sekunder (2 – Butanol) + beberapa tetes Larutan menjadi putih keruh


reagen lucas + goyangkan secara perlahan + tunggu setelah 1 – 5 menit dan
1 – 5 menit dihasilkan endapan putih

3 Alkohol tersier (2 – metil 2 – propanol) + beberapa Larutan langsung menjadi putih


tetes reagen lucas + goyangkan secara perlahan keruh dan dihsilkan endapan
putih

12. TES ROTHERA

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 5ml urin + bubuk ammonium sulfat (NH4)2SO4 + Adanya cincin ungu sebagai
kristal sodium nitroprussida (C5FeN6Na2O), aduk pemisah 2 layer larutan
+ beberapa tetes larutan amonia.

13. ESTERIFIKASI

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Tabung 1 Menghasilkan bau yang lebih
Asam asetat + etanol, kocok + beberapa tetes asam menyengat
sulfat pekat (H2SO4), lalu panaskan

2 Tabung 2 Menghasilkan bau seperti buah


Asam benzoat + etanol, kocok + beberapa tetes – buahan
asam sulfat pekat (H2SO4), lalu panaskan

VI. PEMBAHASAN

1. Tes Ninhidrin
Tes Ninhidrin merupakan tes umum terhadap adanya protein. Tes ini dilakukan
untuk mengidentifikasi adanya asam amino dalam suatu sampel. Pada tes ninhidrin ini
digunakan beberapa larutan protein untuk diuji, yaitu larutan albumin, gelatin, dan kasein.
Kemudian ke dalam tiga larutan tersebut ditambahkan larutan ninhidrin 1% dan dipanaskan
di dalam air mendidih selama 10 menit. Apabila larutan tersebut mengandung asam amino,
maka warna larutan akan berubah menjadi berwarna biru atau ungu kompleks yang
mengindikasikan hasil uji positif. Reaksi dinyatakan negatif jika tidak terjadi perubahan
warna.
Dari hasil pengamatan, semua larutan sampel yang diuji yaitu albumin, gelatin,
dan kasein mengalami perubahan warna menjadi biru setelah ditambahkan larutan ninhidrin
1% dan dipanaskan. Artinya, semua larutan sampel yang diuji memberikan hasil yang
positif dalam tes ninhidrin ini karena terdapat asam amino dalam larutannya. Perubahan
warna larutan disebabkan karena asam amino dalam larutan protein bereaksi dengan
nihidrin membentuk aldehid dengan suatu atom C lebih rendah serta melepaskan molekul
NH3 dan CO2. Kemudian, nihidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidridantin.
Molekul nihidrin dan hidridantin bereaksi dengan NH3 setelah gugus asam amino
teroksidasi sehingga terbentuk kompleks warna biru pada larutan yang menyebabkan
larutan berubah warna menjadi biru.

2. Tes Biuret
Tes Biuret merupakan tes umum untuk protein. Tes ini dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya ikatan peptida dalam suatu sampel. Pada tes biuret ini digunakan
beberapa larutan protein untuk diuji, yaitu larutan albumin, gelatin, dan kasein. Ke dalam
tiga larutan tersebut ditambahkan sedikit NaOH 10% dan sedikit CuSO4 0,01 M.
Penambahan CuSO4 dapat ditingkatkan apabila warna larutan belum berubah. Apabila
terdapat ikatan peptida dalam larutan tersebut, maka akan terjadi perubahan warna larutan
menjadi warna ungu yang mengindikasikan hasil uji positif. Reaksi ini akan memberikan
hasil yang positif terhadap larutan yang mengandung dua buah ikatan peptida atau lebih.
Dari hasil pengamatan, semua larutan sampel yang diuji yaitu albumin, gelatin, dan
kasein mengalami perubahan warna menjadi biru setelah ditambahkan NaOH 10% dan
CuSO4 0,01 M. Artinya, semua larutan sampel yang diuji memberikan hasil yang positif
dalam tes biuret ini karena terdapat ikatan peptida dalam larutannya. Namun, jumlah ikatan
peptida dalam larutan sampel yang diuji tidak terlalu banyak sehingga warnanya menjadi
biru saja tidak ungu. Perubahan warna larutan disebabkan karena ion Cu2+ dari pereaksi
biuret dalam suasana basa bereaksi dengan ikatan peptida yang kemudian akan membentuk
senyawa kompleks berwarna biru dalam larutan yang merupakan indikator hasil uji positif
pada tes biuret. Protein melarutkan hidroksida tembaga untuk membentuk kompleks warna.
Reaksi pembentukan warna ini dapat terjadi pada senyawa yang mengandung dua gugus
karbonil yang berikatan dengan nitrogen atau atom karbon. Intensitas warna yang
dihasilkan bergantung pada jumlah ikatan peptida yang ada dalam larutan protein. Semakin
tinggi jumlah ikatan peptida dalam larutan, maka warna yang dihasilkan akan semakin
ungu.

3. Tes Xanthoprotein
Tes Xanthoprotein dilakukan untuk mengidentifikasi adanya asam amino golongan
fenil, seperti tirosin dan triptofan dalam suatu sampel. Pada tes xanthoprotein ini digunakan
beberapa larutan protein untuk diuji, yaitu yaitu larutan albumin, gelatin, dan kasein. Ke
dalam tiga larutan tersebut ditambahkan sedikit HNO3 kemudian dipanaskan selama 30
detik dan ditambahkan NaOH setelah larutan dingin. Apabila terdapat asam amino tirosin
dan triptofan dalam larutan tersebut, maka akan terjadi perubahan warna larutan menjadi
warna jingga.
Dari hasil pengamatan, semua larutan sampel yang diuji yaitu albumin, gelatin, dan
kasein mengalami perubahan warna setelah ditambahkan HNO3, NaOH, dan dipanaskan.
Larutan albumin dan kasein berubah warna menjadi jingga, sedangkan larutan gelatin
berubah warna menjadi kuning. Artinya, semua larutan sampel yang diuji memberikan hasil
yang positif dalam tes xanthoprotein ini karena terdapat asam amino golongan fenil dalam
larutannya. Perubahan warna larutan disebabkan karena larutan yang mengandung tirosin
dan triptofan bereaksi dengan asam nitrat di dalam suhu tinggi. Hal ini membuat cincin
benzena pada tirosin dan triptofan mengalami nitrasi atau penambahan gugus nitrat ke
dalam senyawa organik yang menyebabkan terbentuknya endapan putih pada larutan.
Setelah dipanaskan, endapan putih tersebut berubah menjadi kuning dan menyebabkan
larutan berwarna kuning atau jingga. Penambahan NaOH disini untuk mempertegas warna
jingga setelah dipanaskan. Intensitas warna yang dihasilkan bergantung pada konsentrasi
asam amino fenil di dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasinya, maka akan semakin
jingga warna larutannya. Salah satu larutan protein yang diuji mengalami perubahan warna
menjadi kuning, berbeda dengan larutan protein lainnya yang berubah warna menjadi
jingga. Larutan tersebut adalah larutan gelatin. Larutan gelatin menghasilkan warna kuning
karena konsentrasi asam amino fenil di dalam larutan tersebut tidak setinggi konsentrasi
asam amino fenil pada larutan lainnya. Sehingga intensitas warna yang dihasilkan tidak
sepekat larutan lainnya, dan warnanya menjadi kuning.

4. Tes Hopkins Cole


Tes Hopkins Cole merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino
triptofan. Reagen yang dipakai mengandung asam glioksilat. Dan kondensasi 2 inti induk dari
triptofan oleh asam glioksilat akan menggasilkan senyawa berwarna ungu. Reaksi positif
ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada bidang batas.
Triptofan merupakan salah satu asam amino non essensial yang tidak diproduksi oleh tubuh. Gugus
fungsional triptofan adalah indol yang tidak dimiliki oleh asam amino lain yang membuat triptofan
menjadi perkursor penting dari banyak senyawa penting tubuh.
Reaksi pada tes Hopkins Cole :

Pada tes Hopkins Cole, casein menunjukanan uji negatif dengan tidak terbentuknya cincin ungu,
sedangkan albumin dan gelatin menunjukkan uji positif dengan terbentuknya cincin ungu. Hal ini
dikarenakan pada albumin dan gelatin mengandung senyawa triptofan yang berkondensasi dengan
aldehid bila ada oksidator kuat yang pada percobaan ini menggunakan H2SO4 sehingga
membentuk kompleks berwarna ungu. Fungsi dari H2SO4 sendiri sebagai oksidator agar terbentuk
cincin ungu pada albumin dan gelatin. Pada kasein menunjukkan hasil negative karena tidak
mengandung asam amino triptofan. Kasein terdiri dari asam amino tirosin sehingga tidak terdapat
cincin ungu pada hasil uji.
5. Tes Sakaguchi
Uji Sakaguchi adalah uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi asam amino arginin. Arginin
memiliki kelompok-R propil (3 metil) dengan gugus guanidin di ujungnya. Gugus guanidin
merupakan atom C yang mengikat N2 dengan ikatan tunggal dan mengikat N dengan ikatan ganda.
Gugus guanidin akan bereaksi dalam uji sakaguchi. Dalam kondisi basa, alpha naphtol akan
bereaksi dengan gugus guanidin dalam arginin yang telah teroksidasi sodium hipoklorit,
menghasilkan senyawa berwarna merah. Apabila protein yang diuji dengan tes sakaguchi
menunjukkan perubahan warna merah berarti dalam protein tersebut terdapat arginin.
Reaksi pada tes Sakaguchi :

Hasil tes Sakaguchi menunjukan hasil positif pada casein, albumin, dan gelatin menunjukkan
perubahan warna menjadi warna merah yang berarti ketiga sampel mempunyai gugus arginin.
Dimana alpha napthol yang digunakan bereaksi dengan gugus guanidin yang terdapat dalam
arginine casein, albumin, dan gelatin yang telah teroksidasi oleh larutan NaOH dan air bromin
sehingga menghasilkan senyawa berwarna merah.
6. Tes sulfida

Protein yang mengandung ikatan disulfide atau asam amino yang mengandung
unsur S, reaksi positif dengan terjadinya warna hitam dari PbS setelah protein ditambah
dengan alkali garam dan dipanaskan. Penambahan NaOH berguna untuk mendenaturasi
protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat
membentuk PbS.hasil dari percobaan didapatkan albumin positif mengandung gugus
sistein, kaena komposisi albumin terdiri dari belerang

7. Presipitasi Protein

• Pengendapan protein dengan garam

Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda,


tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin
tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam
mengendapkan protein. Proses pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi
tinggi disebut salting out. Terjadi pengendapan karena garam tersebut memiliki
konsentrasi yang tinggi yang mengakibatkan kelarutan protein berkurang sehingga
menimbulkan endapan pada dasar tabung reaksi. Penyebabnya yaitu karena adanya
peristiwa denaturasi, perubahan terhadap struktur sekunder, tersier dan kuartener
molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan molekul. Protein yang
terdenaturasi akan berkurang kelarutannya.
• Pengendapan protein dengan logam berat
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi.

Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan


dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Pada logam berat , garam-
garam organik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi
sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air.

• Pengendapan protein dengan asam mineral kuat

Uji ini merupakan uji untuk mengetahui pengaruh asam mineral kuat pada
denaturasi protein. Penambahan asam-asam seperti HNO3, HCl dan H2SO4 dapat
menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Sehingga protein
mengalami denaturasi protein dan mudah mengendap . semakin asam atau semakin
kuat asam mineral tersebut maka semakin banyak protein yang diendapkan. Asam
mineral kuat HNO3>H2SO4>HCl.

8. Tes Schiff
Suatu pereaksi Schiff yang tidak berwarna direaksikan dengan senyawa kelompok
aldehid,maka akan menghasilkan warna ungu. Pereaksi Schiff tidak dapat bereaksi dengan
kelompok aldehid dalam bentuk hidrat dan aldosa. Pereaksi Schiff digunakan untuk
menunjukan adanya gugus aldehid. Pereaksi ini berasal dari zat warna Fuschin yang
warnanya telah hilang karena penambahan SO2 dan H2SO4.
Pada percobaan ini digunakan bahan formalin dan glukosa sebagai bahan
pembanding. Formalin dan glukosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berbeda,kemudian masing-masing ditambahkan Pereaksi Schiff. Perubahan yang terjadi
adalah pada tabung yang berisi Formalin warnanya menjadi ungu dan menunjukan bahwa
formalin mengandung gugus aldehid alifatik. Pada tabung yang berisi glukosa tidak
menunujukkan adanya perubahan warna, ini menandakan bahwa dalam glukosa
mengandung gugus aldehid dalam bentuk aldosa yang tidak dapat bereaksi dengan
Pereaksi Schiff.
Reaksinya:
O O SO3 H Cl

H C H + H S N C N H
H

O H

H O Cl

H 3C C S C N

OH O

Formalin + Reagen Schiff Glukosa + Reagen Schiff

9. Denaturasi Protein
Denaturasi protein adalah suatu keadaan telah terjadinya perubahan struktur protein
yang mencakup perubahan bentuk dan lipatan molekul, tanpa menyebabkan pemutusan
atau kerusakan lipatan antar asam amino dan struktur primer protein. Karena itu,
denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik,
ikatan garam dan terbukanya lipatan atau wiru molekul protein. Denaturasi protein
meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur sekunder dan tersier
protein. Denaturasi tidak cukup kuat untuk memutuskan ikatan peptida, dimana struktur
primer protein tetap sama setelah proses denaturasi.
Pada hasil pengamatan, denaturasi protein yang dipengaruhi oleh panas menunjukkan
hasil larutan filtrat putih telur maupun kuning telur menjadi keruh. Perubahan ini
menandakan bahwa protein sedang mengalami denaturasi. Panas akan memutuskan
ikatan-ikatan hidrogen dan ikatan-ikatan disulfida. Panas juga dapat mengacaukan
interaksi hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan
energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat
cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut.
Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan
mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan
terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak
memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida.
Penambahan asam dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi. Hal ini
dibuktikan pada praktikum kali ini yang menambahkan asam nitrat pekat ke dalam larutan
filtrat putih telur. Dari praktikum tersebut dihasilkan larutan filtrat putih telur menjadi
keruh. Penambahan asam dapat mengacaukan jembatan garam yang merupakan salah satu
jenis interaksi pada protein. Ion positif dan negatif pada jembatan garam dapat berganti
pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam sehingga jembatan garam menjadi
kacau dan protein dapat dikatakan terdenaturasi.
Penambahan aseton ke dalam larutan filtrat putih dapat menyebabkan protein
terdenaturasi. Hal ini ditandai dengan berubahnya larutan filtrat putih telur menjadi keruh
setelah ditambahkan aseton. Penambahan aseton ini dapat mengubah struktur sekunder
dan tersier protein sehingga protein mengalami denaturasi.
Pemanasan

Larutan Filtrat Putih Telur Larutan Filtrat Kuning Telur


Penambahan Asam
Penambahan Aseton

10. Tes Tollens


Tes Tollens dilakukan untuk mengidentifikasi aldehid. Pada praktikum ini
menggunakan sampel senyawa organik yaitu formalin dan glukosa. Reagen yang
digunakan yaitu larutan silver nitrat, NaOH dan NH4OH. Larutan itu dicampurkan dengan
larutan sampel yang kemudian dipanaskan. Jika larutan sampel yang diuji positif, setelah
dipanaskan akan menghasilkan endapan cermin perak.
Dari hasil pengamatan, semua larutan sampel yang diuji (formalin dan glukosa)
menghasilkan cermin perak. Hal ini terjadi karena adanya reaksi aldehida yang mereduksi
ion perak dalam reagen uji ke unsur perak yang terakumulasi di dalam tabung reaksi dan
menghasilkan endapan cermin perak.

11. Tes Lucas


Tes Lucas bertujuan untuk mengidentifikasi pada gugus hidroksil sekaligus struktur
dari gugus hidroksil tersebut. Larutan sampel yang diuji adalah alcohol primer, sekunder
dan tersier. Semua larutan sampel diberi reagen lucas tetapi hanya alcohol primer yang
dipanaskan. Jika larutan sampel yang diuji positif, setelah diberi reagen larutan sampel
berubah menjadi keruh.
Dari hasil pengamatan, semua larutan sampel yang diuji (alcohol prier, sekunder
dan tersier) berubah menjadi keruh dan terdapat endapan. Alkohol primer bereaksi dengan
pereaksi Lucas setelah dipanaskan lalu membentuk alkil klorida yang tidak larut dan
menghasilkan kekeruhan. Alkohol sekunder bereaksi dalam waktu sekitar 1-5 menit
dengan pereaksi Lucas untuk membentuk alkil klorida yang tidak dapat larut dan
menghasilkan kekeruhan. Alkohol tersier bereaksi seketika dengan reagen lucas untuk
membentuk alkil klorida yang tidak dapat larut dan menghasilkan kekeruhan.

a. Alkokhol Primer

b. Alkohol Sekunder

c. Alkohol Tersier
12. Tes Rothera

Tes Rothera merupakan tes untuk mendeteksi adanya gula berupa keton pada urine.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel urine. Keton mempunyai 3 tipe,
yaitu Aseton, Asam Asetat, dan Asam Beta Hidroksibutirat. Percobaan ini tidak
mendeteksi Asam Beta Hidroksibutirat.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel urine yang baru
dikeluarkan. Sebanyak 5 mL sampel urine tersebut kemudian disaturasi menggunakan
bubuk amonium sulfat, lalu ditambahkan dengan bebrapa kristal Nitroprusside. Setelah
itu, campuran reaksi tersebut dikocok hingga larut dan ditambahkan dengan larutan
Amonia.
Dari hasil pengamatan, larutan dengan sampel urine tersebut menghasilkan cincin
ungu. Interpretasi pembentukan cincin ungu pada persimpangan kedua cairan tersebut
menunjukkan hasil yang positif, dimana yang dapat diartikan bahwa pada urine tersebut
terdeteksi adanya keton. Hal ini disebabkan oleh Nitroprusside yang digunakan berekasi
dengan Aseton dan Asam Asetoasetat dengan adanya Alkali yang menghasilkan cincin
ungu.

13. Esterifikasi

Esterifikasi bertujuan untuk mengidentifikasi adanya asam karboksilat. Pada


percobaan ini, media atau sampel yang digunakan adalah Asam Benzoat dan Asam Asetat.
Larutan sampel tersebut masing-masing akan ditambahkan dengan Alkohol Etil dan
beberapa tetes Asam Sulfat pekat. Lalu dipanaskan di dalam gelas beaker yang berisikan
air mendidih selama beberapa menit. Setelah dipanaskan, dipindahkan campuran reaksi
tersebut ke dalam gelas beaker yang berisi air suling.
Hasil pengamatan yang didapat adalah, pada Asam Benzoat dihasilkan bau seperti
buah-buahan namun tidak terlalu menyengat. Sedangkan pada Asam Asetat, dihasilkan
bau seperti buah-buahan namun dengan bau yang menyengat. Hal ini disebabkan oleh
Asam Karboksilat yang bereaksi dengan Alkohol Etil dalam media asam tersebut yang
menghasilkan bau seperti buah-buahan yang dapat disebut Ester.
VII. KESIMPULAN

1. Tes Ninhidrin
• Tes ninhidrin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya asam amino dalam suatu
sampel.
• Hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi biru atau
ungu kompleks setelah direaksikan dengan reagen ninhidrin dan dipanaskan.
• Semua larutan yang diuji mengalami perubahan warna menjadi biru.

2. Tes Biuret
• Tes biuret dilakukan untuk mengidentifikasi adanya ikatan peptida dalam suatu
sampel.
• Hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi ungu
setelah direaksikan dengan NaOH dan CuSO4.
• Semua larutan yang diuji mengalami perubahan warna menjadi biru.
• Intensitas warna yang dihasilkan bergantung pada jumlah ikatan peptida yang ada
dalam larutan protein.

3. Tes Xanthoprotein
• Tes Xanthoprotein dilakukan untuk mengidentifikasi adanya asam amino golongan
fenil, seperti tirosin dan triptofan dalam suatu sampel.
• Hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi jingga
setelah direaksikan dengan HNO3, NaOH, dan dipanaskan.
• Semua larutan yang diuji mengalami perubahan warna menjadi jingga, kecuali larutan
gelatin yang berubah warna menjadi kuning.
• Intensitas warna yang dihasilkan bergantung pada konsentrasi asam amino fenil
dalam larutan.

4. Tes Hopkins Cole


Tes Hopkins Cole merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan adanya
asam amino triptofan. Reagen yang dipakai mengandung asam glioksilat. Dan kondensasi 2
inti induk dari triptofan oleh asam glioksilat akan menggasilkan senyawa berwarna ungu.
Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada bidang batas.

5. Tes Sakaguchi
Tes Sakaguchi adalah uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi asam amino arginin.
Arginin memiliki kelompok-R propil (3 metil) dengan gugus guanidin di ujungnya. Gugus
guanidin merupakan atom C yang mengikat N2 dengan ikatan tunggal dan mengikat N dengan
ikatan ganda. Gugus guanidin akan bereaksi dalam uji sakaguchi. Dalam kondisi basa, alpha
naphtol akan bereaksi dengan gugus guanidin dalam arginin yang telah teroksidasi sodium
hipoklorit, menghasilkan senyawa berwarna merah. Apabila protein yang diuji dengan tes
sakaguchi menunjukkan perubahan warna merah berarti dalam protein tersebut terdapat
arginin.

6. Tes sulfide :

• Uji sulfide digunakan untuk uji kandungan sistein ditandai dengan terbentuknya
garam PbS berwarna hitam
• Terdapat endapan berwarna coklat di larutan kasein

• Terdapat endapan berwarna coklat di larutan gelatin

• Terdapat endapan berwarna hitam di larutan albumin

7. Presipitasi protein

• Semakin besar berat molekul dan berat jenis dari logam-logam berat tersebut maka
semakin banyak juga protein yang diendapkan
• Semakin asam atau semakin kuat asam mineral tersebut maka semakin banyak
protein yang diendapkan
• Asam mineral kuat HNO3>H2SO4>HCl

• Tidak terjadi endapan, setelah dipanaskan dan ditambahkan NaOH dan CuSO4,
larutan protein berubah warna dari putih kekuningan menjadi biru tua.
(pada garam)
• Terbentuk endapan putih, setelah dipanaskan dan ditambahkan NaOH dan CuSO4,
larutan protein berubah warna dari bening menjadi kekuningan menjadi biru muda
(pada garam)
• Setelah ditambahkan merkuri (II) nitrat, larutan protein menjadi berwarna putih
keruh dan terbentuk endapan berwarna putih.
(pada logam berat)

• larutan(1) sampel protein menjadi berwarna putih keruh dan terbentuk endapan.
(pada asam mineral kuat)

8. Tes Schiff
• Tes schiff digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid.
• Tes schiff dikatakan positif apabila warna pada larutan berubah menjadi ungu.
• Formalin mengandung gugus aldehid yang dapat dilihat dari perubahan warna larutan
menjadi ungu setelah direaksikan dengan Pereaksi Schiff.
• Glukosa mengandung gugus aldehid dalam bentuk aldosa yang tidak dapat bereaksi
dengan Pereaksi Schiff sehingga larutannya tidak berubah warna

9. Denaturasi Protein
• Denaturasi protein adalah perubahan struktur protein tanpa menyebabkan kerusakan
lipatan antar asam amino dan struktur primer protein.
• Protein yang mengalami denaturasi ditandai dengan perubahan larutan menjadi keruh.
• Denaturasi protein dipengaruhi oleh suhu, asam, dan penambahan aseton.

10. Tes Tollens


• Tes Tollens dilakukan untuk mengidentifikasi aldehid.
• Hasil positif ditunjukkan dengan adanya endapan cermin perak pada larutan sampel
saat direaksikan dengan larutan silver nitrat, NaOH dan NH4OH.
• Semua larutan sampel menunjukkan adanya endapann cermin perak.

11. Tes Lucas


• Tes Tollens dilakukan untuk mengidentifikasi mengidentifikasi pada gugus hidroksil
sekaligus struktur dari gugus hidroksil tersebut.
• Hasil positif ditunjukkan dengan adanya keruhan pada larutan sampel saat direaksikan
dengan reagen lucas.
• Semua larutan sampel menunjukkan adanya keruhan.
12. Tes Rothera
Tes Rothera berfungsi untuk mendeteksi keton pada urine. Hasil yang positif
ditunjukkan dengan terbentuknya cincin ungu di persimpangan kedua cairan tersebut pada
tabung reaksi. Cincin ungu tersebut disebabkan oleh Nitroprusside yang bereaksi dengan
Aseton dan Asam Asetoasetat dengan adanya alkali.

13. Esterifikasi
Esterfikasi bertujuan untuk mengidentifikasi asam karboksilat. Hasil yang didapat
adalah pada media asam yang digunakan dihasilkan bau yang menyerupai buah. Hal
tersebut dikarenakan Asam Karboksilat yang bereaksi dengan Alkohol Etil dalam media
asam tersebut, dan menghasilkan bau seperti buah yang disebut Ester.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

1. Belawa Yadnya TG, Alit Udayana DG, Suci Sukmawati NM, Putra Wibawa AAP, Astawa PA,
Siti NW. Penuntun Praktikum Biokimia. 2016;21–8.

2. Wardiyah. Kimia Organik. Jakarta: Psdik SDM Kesehatan; 2016. 41–140 hlm.

3. Refwalu, Mario H., Johnly A. Rorong, dan Sri Sudewi. "ANALISIS KANDUNGAN
FORMALIN PADA BERBAGAI JENIS DAGING DI PASAR SWALAYAN KOTA MANADO".
Jurnal Ilmiah Farmasi (2016): 168
4. Sandi, Boy. "IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON" Aldehid dan Keton (2014): 47
5. Humaira, Vela. "IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL" Laporan Kimia Organik
(2014): 66
6. Kimia-Organik-Komprehensif.pdf [Internet]. [cited 2020 Nov 21]. Available
from:http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kim ia-Organik-
Komprehensif.pdf
7. Arisman MB. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jkt Penerbit Buku Kedokt
EGC. 2009;2:275.

8. Yuanita L. ANALISIS KUALITATIF PROTEIN. :4.

10. Mendel. Friedman, John W. Fienley. 1971. Methods of Tryptopan Analysis,


http://pubs.acs.org//
11. Brosnan JT, Brosnan ME. The sulfur-containing amino acids: an overview. J Nutr.
2006;136(6 Suppl):1636S-1640S.
12. Ophart, C.E., 2003. Virtual Chembook. Elmhurst College
13. Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
14. Charles W. Keenan, Donald C. Kleinfelter, Jesse H. Wood, 1993, Kimia untuk Universitas,
Jakarta: Erlangga

15. Mc Pherson, A.R., Sacher, A.R.. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2004

16. Puppalwar PV, Goswami k, Dhok A. Review on "evolution of methods of bilirubin estimation."
Journal of Dental and Medical Sciences. 2012; 1(3): 17-28

17. Kusumawati, A., Siadi, K., & Cahyono, E. (2015). REAKSI ESTERIFIKASI BUTANOL
DENGAN ASAM ASETAT TERKATALISIS KATALIS Zr4+-ZEOLIT BETA. Indonesian
Journal of Chemical Science, 4(3).

IX. LAMPIRAN

A. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif berfungsi untuk menentukan kadar protein menggunakan
spektrofotometri UV-Visible.

Alat :
1. 7 buah tabung reaksi
2. Labu ukur 50 ml
3. Gelas beker 100 dan 250 mL
4. Pipet tetes
5. Batang pengaduk

6. Pipet ukur 1 mL dan 5 mL


7. Propipet
8. Spektrofotometer
Bahan :
1. Albumin 10 mg/mL
2. NaOH 3%
3. Reagen Biuret
4. Akuades
5. Putih telur ayam

Cara Kerja
a) Pembuatan sampel protein
1. Menimbang 2 gram putih telur, kemudian encerkan dengan akuades di
dalam gelas beker
2. Kemudian teteskan NaOH 3% sebanyak 3-5 tetes dan campurkan
3. Pindahkan campuran putih telur, akuades, dan NaOH ke dalam labu ukur
50 mL, kemudian masukkan akuades hingga volume mencapai 50 mL

b) Pembuatan larutan standar protein


1. Sediakan 7 buah tabung reaksi. 1 buah tabung untuk blanko, 1 buah tabung
untuk sampel dan 5 buah tabung untuk larutan standar
2. Untuk larutan standar dibuat dengan variasi konsentrasi albumin (10mg/mL)
: 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 mL, kemudian diencerkan Dengan akuades
hingga volumenya 1 mL

c) Penambahan Reagen Biuret


1. Untuk blanko, tambahkan reagen biuret sebanyak 8 mL
2. Untuk sampel dan larutan standar, tambahkan reagen biuret sebanyak 4 mL
3. Setelah penambahan reagen, campuran didiamkan 30 menit

d) Pengukuran Absorbansi

1. Setelah 30 menit, ukur absorbansi larutan menggunakan


spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
B. Sifat Asam Basa pada Protein
Asam amino memiliki sifat amfoter dan optis aktif. Bersifat amfoter karena memiliki
gugus asam dan juga basa dan dan bersifat optis aktif karena diapit oleh lengan yang
berbeda, yaitu -COOH dan NH. Untuk menguji adanya sifat ini, dilakukan percobaan
dengan menambahkan asam dan basa pada sample protein. Dalam percobaan ini perlu
disiapkan :

Alat :
1. Magnetic stirrer
2. Burret
3. pH meter
4. Beaker Glass
5. Batang Magnet

Bahan
1. Larutan asam amino 0,1 M
2. Larutan NaOH 0,25 M
3. Larutan HCl 1 M
4. Akuades
5. Larutan buffer pH 4, 7, dan 10

Langkah Kerja pH meter :


1. Kalibrasi pH meter menggunakan larutan buffer pH 4, 7, dan 10
2. Membersihkan pH meter dengan akuades, kemudian mengeringkannya dengan
tissue.
3. Kalibrasi buffer pH 4 dengan cara menyelupkan elektroda pH meter ke
dalam buffer dan mengatur pH meter hingga pH-nya mendekati pH 4
4. Mencuci elektroda dengan akuades dan mengeringkannya
5. Kalibrasi buffer pH 7 dan 10 dengan langkah yang sama.
Langkah Kerja Titrasi Asam Amino:
1. Memasukkan larutan gliserin 0,1 M ke dalam gelas beaker.
2. Memasukkan elektroda pH meter ke dalam larutan
3. Menambahkan HCl 1 M hingga pH menjadi 1,5.
4. Menambahkan NaOH 0,25 M hingga pH menjadi pH 12.

Anda mungkin juga menyukai