Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KELOMPOK

BBDM SKENARIO 2 MODUL 6.2


“KLINIK BARU”

Dosen Pembimbing:
drg. Indah Indah Lestari Vidyahayati, M.DSc., Sp.KGA

Disusun oleh:
Aryadewa Nugrahadinusra Prayoga 22010220130007
Distca Putri Dharma Canti 22010220140011
Giacinta Ilona Fergaus Theakirana 22010220140026
Hatta Rizky Zainal 22010220140015
Sari Sekar Pandita 22010220140020
Tiara Candra Dewi 22010220140024

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan : Belajar Bertolak dari Masalah (BBDM)


Modul : 6.2
Skenario :2
Judul Skenario : Klinik Baru
Tutor : drg. Indah Indah Lestari Vidyahayati, M.DSc., Sp.KGA

Anggota kelompok :
1. Aryadewa Nugrahadinusra Prayoga 22010220130007

2. Distca Putri Dharma Canti 22010220140011

3. Giacinta Ilona Fergaus Theakirana 22010220140026

4. Hatta Rizky Zainal 22010220140015

5. Sari Sekar Pandita 22010220140020

6. Tiara Candra Dewi 22010220140024

Tanggal Pengesahan Tanda Tangan Tutor / Dosen yang


Mengesahkan
Klinik Baru
drg. B adalah seorang dokter gigi yang berencana untuk menjalankan sebuah klinik dengan
konsep kedokteran gigi keluarga. drg. B masih mempertimbangkan apakah klinik tersebut
dapat dijalankannya sendiri atau bergabung di dalam suatu sistem tertentu seperti perusahaan
maupun asuransi kesehatan seperti JKN. Apabila menjalankannya sendiri ataupun bersama
teman sejawatnya, maka drg. B perlu mengetahui tentang perizinan pendirian klinik, unit cost
analysis, dan penjaminan mutu (quality assurance) kliniknya kelak, serta pengelolaan limbah
praktik. Sedangkan bila bergabung dengan sistem pelayanan kesehatan yang ada. drg. B
sebaiknya menguasai sistem kapitasi yang merupakan salah satu sistem pembiayaan klinik di
era JKN.

Terminologi

1. Kedokteran gigi keluarga: dokter gigi yang mampu menyelenggarakan pelayanan


kesehatan gigi yang berorientasi pada komunitas dengan keluarga sebagai target utama
serta memandang individu utama yang sakit dan sehat sebagai bagian dari unit utama
dari komunitasnya.
2. Quality assurance: proses penetapan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan
berkelanjutan sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan dapat
memperoleh kepuasan yang diinginkan. Memastikan apakah persyaratan kualitas dari
sebuah produk sudah terpenuhi atau belum. Biasanya prosesnya mencakup pada
perencanaan dan pengawasan atas aktivitas dalam proses pembuatan produk yang
dalam kasus ini adalah jasa. Merupakan suatu proses mengendalikan mutu dan
memeriksa apakah mutu sudah sesuai atau belum untuk meningkatkan pelayanan.
3. Unit cost analysis: analisis biaya yang dihitung untuk satu satuan produk pelayanan
yang dihitung dengan cara membagi total cost dengan jumlah atau kuantitas output.
Biasanya hasil satuannya normative atau actual.
4. JKN: jaminan kesehatan nasional yaitu jaminan berupa perlindungan kesehatan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar pemerintah. Dapat
berupa BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Diselenggarakan bersifat wajib,
bertujuan melindungi penduduk Indonesia dalam sistem asuransi sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat.
5. Perizinan pendirian klinik: serangkaian prosedur dan persyaratan yang didtetapkan oleh
pemberi izin yaitu instrument yuridis, peraturan perundang-undangan, dan juga
pemerintah. Perlu dilaksanakan oleh pendiri klinik sebelum mengoperasikan klinik
secara aktif

Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi unit cost?


2. Apa saja prinsip program JKN?
3. Apa manfaat dari pelayanan kedokteran gigi keluarga?
4. Apa prinsip dari kedokteran gigi keluarga?
5. Apa komponen dari program quality assurance?
6. Bagaimana sistem kapitasi untuk drg di Indonesia?
7. Apa syarat mendirikan klinik kedokteran gigi keluarga?

Hipotesis

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi unit cost?


- Biaya intervensi seperti biaya pembangunan, pembelian peralatan medis dan non
medis.
- Biaya kegiatan rutin yang dibagi menjadi dua yaitu direct cost dan indirect cost.
Untuk direct cost, biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan
kebutuhan layanan kesehatan. Untuk indirect cost, biaya untuk kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan. Contohnya seperti gaji
karyawan dan perawatan rekening listrik serta air.
2. Apa saja prinsip program JKN?
- Prinsip kegotongroyongan: peserta yang mampu membantu peserta yang kurang
mampu, peserta yang sehat membantu peserta yang sakit atau berisiko tinggi.
- Prinsip nirlaba: prinsip pengelolaaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil
pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya.
- Prinsip keterbukaan: mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas
bagi setiap peserta.
- Prinsip kehati-hatian: pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
- Prinsip akuntabilitas
- Prinsip portabilitas
- Prinsip kepesertaan bersifat wajib
- Prinsip dana amanat: dana yang terkumpul akan dikelola sebaik-baiknya dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut. Merupakan dana yang dikumpulkan dari
rakyat.
- Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial yaitu dana dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk kepentingan peserta.
- Efisiensi dan efektivitas.
3. Apa manfaat dari pelayanan kedokteran gigi keluarga?
- Dapat tercapai sebuah kepuasan yang diinginkan baik dari pihak pasien dan
keluarga, dan juga dapat memperoleh pelayanan kesehatan gigi mulut yang optimal
dan bermutu.
- Tertatanya pembiayaan kedokteran gigi keluarga.
- Memudahkan perawatan pelayanan kesehatan.
- Terpenuhinya berbagai kebutuhan dan tuntutan dari kesehatan gigi.
- Dapat meningkatkan keluarga yang mandiri dalam memelihara kesehatan gigi dan
mulut untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi yang optimal. Biaya kesehatan
akan lebih terkendali dan mutu pelayanan lebih meningkat.
4. Apa prinsip dari kedokteran gigi keluarga?
- Drg merupakan kontak pertama pasien.
- Pelayanan bersifat pribadi.
- Pelayananan paripurna meliputi promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitative
dengan mengutamakan preventif dan kuratif.
5. Apa komponen dari program quality assurance?
- Utilization review
- Medical care evaluation
- Risk management
- Peer review
- Evaluasi mutu perawatan pasien
6. Bagaimana sistem kapitasi untuk drg di Indonesia?
1 drg pelayanan primer jumlah kapitasi maksimalnya 10.000 peserta dengan biaya 2000
tiap peserta. Ada 3 jenis yaitu total, sebagian, dan risk adjustmen capitation.
7. Apa syarat mendirikan klinik kedokteran gigi keluarga?
- Memiliki SIP yang merupakan bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada drg
setelah memenuhi persyaratan yang berlaku
- Sertifikasi yang merupakan pengakuan kompetensi yang dimiliki drg
- Pencatatan resmi terhadap drg yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan punya
kualifikasi tertentu serta secara hukum drg telah diakui untuk melakukan tindakan
profesinya
- Sesuai dengan persyaratan kesehatan daerah yang di lokasikan
- Bangunan permanen tidak bergabung dengan tempat tinggal perorangan
- Memperhatikan fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan
- Memenuhi standar praktik meliputi tenaga pelaksana yang memenuhi kualifikasi
tertentu, sarana dan prasarana yang memadai, dan manajemen praktik yang sesuai
standar pelayanan
- Memiliki izin yang dapat diberikan oleh pemerintah pusat, dinas kesehatan provinsi
kabupaten kota, organisasi profesi

Peta Konsep

Klinik

quality assurance sistem


kedokteran gigi perizinan pengelolaan
dan unit cost pembiayaan
keluarga pendirian klinik limbah praktik
analysis klinik

Sasaran Belajar

1. Mahasiswa memahami dan menjelaskan konsep kedokteran gigi keluarga


2. Mahasiswa memahami dan menjelaskan perizinan pendirian klinik
3. Mahasiswa memahami dan menjelaskan quality assurance dan unit cost analysis
4. Mahasiswa memahami dan menjelaskan sistem pembiayaan klinik (berkaitan dengan
kapitasi, pengeluaran dan pemasukan)
5. Mahasiswa memahami dan menjelaskan pengelolaan limbah praktik
Belajar Mandiri

1. Konsep Kedokteran Gigi Keluarga


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 039/MENKES/SK/I/2007 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kedokteran Gigi Keluarga, pelayanan kedokteran gigi
keluarga adalah suatu pelayanan kesehatan dasar perorangan paripurna dalam bidang
kesehatan gigi dan mulut yang memusatkan layanannya pada setiap individu dalam
keluarga binaan. Sedangkan dokter gigi keluarga adalah dokter gigi yang memiliki
pengetahuan, sikap, dan perilaku professional dalam menjaga dan memelihara
kesehatan gigi dari keluarga binaannya dengan menyelenggarakan upaya pemeliharaan
kesehatan gigi melalui pendekatan holistik, kesisteman, serta proaktif.

Prinsip Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga


Pelayanan kedokteran gigi keluarga bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
gigi dan mulut yang setinggi-tingginya dari pengguna jasa dalam konteks keluarga.
Untuk itu, dokter gigi keluarga dituntut untuk memenuhi beberapa prinsip pelayanan
kedokteran gigi keluarga :
a) Dokter gigi kontak pertama (first contact)
Dokter gigi menjadi pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama kali
ditemui oleh pasien/klien dalam menyelesaikan masalah kesehatan gigi dan mulut.
Dokter keluarga juga berfungsi sebagai kontak pertama dan penapis rujukan ke
strata kedua dan ketiga.
b) Layanan bersifat pribadi (personal care)
Dokter gigi keluarga memberikan layanan kepada perorangan (pribadi) dnegan
memperhatikan bahwa setiap ornag merupakan bagian dari keluarganya. Adanya
hubungan baik dokter dengan pasien dan keluarganyanya memberi peluang kepada
dokter untuk memahami masalah pasien secara lebih luas.
c) Pelayanan paripurna (Comprehensive)
Dokter gigi keluarga memberikan pelayanan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
(kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Namun dalam memberikan pelayanan, lebih
dipusatkan pasa upaya promotif, perlindungan khusus (spesific protection), dan
deteksi dan penanganan dini.
d) Paradigma sehat
Dokter gigi keluarga harus mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri
dalam menjaga kesehatan mereka sendiri.
e) Pelayanan berkesinambungan (Continuous care)
Pelayanan kedokteran gigi keluarga berpusat oada pasien (patient-oriented).
f) Koordinasi dan kolaborasi
Dokter gigi krluarga perlu berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis
dan memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pasien.
g) Family and community oriented
Dalam mengatasi masalah pasien, dokter gigi keluarga perlu mempertimbangkan
kondisi si pasien terhadap keluarga tanpa mengesampingkan pengaruh sosial dan
budaya tempat pasien tinggal dan bekerja.

Karakteristik dokter gigi keluarga

a) Berorientasi pada pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan.


b) Memanfaatkan pendekatan menyeluruh dan berorientasi pada pasien dan
keluarganya dlaam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan.
c) Memiliki kemampuan dan keterampilan diagnosa, merujuk disertai pengetahuan
epidemiologi untuk menemukan pola penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat, serta mampu mengelola berbagai penyakit gigi dan mulut secara
komprehensif.
d) Memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik faktor biologis, sosial, dan
emosional dengan penyakit yang dihadapi serta menguasai teknik pemecahan
masalah.

Ruang Lingkup Pelayanan

1) Ruang lingkup kerja dokter gigi


a) Pelayanan darurat
• Basic life support atau pertolongan pertama keadaan darurat untuk
selanjutnya dilakukan rujukan apabila diperlukan.
• Pertolongan pertama pada gigi dan mulut karena penyakit/cedera.
• Reposisi dislokasi sendi rahang
• Replantasi gigi
• Penyesuaian oklusi (akut)
b) Pelayanan pencegahan
• Pendidikan kesehatan gigi (individu/kelompok)
• Menghilangkan bad habit
• Tindakan perlindungan khusus
• Tindakan penanganan dini
• Memberikan advokasi untuk menanggulangi kelainan saliva dan masalah
nutrisi gizi/diet
c) Pelayanan medik gigi dasar/simple care
• Tumpatan gigi (GIC, komposit, tumpatan kombinasi)
• Ekstraksi gigi sulung (gigi sulung persistensi/gigi tetap karena
penyakit/keperluan orthodonti/pencabutan serial gigi sulung)
• Perawatan pulpa (pulp capping/pulpotomi/PSA gigi anterior)
• Penanganan dry socket
• Mengobati ulkus rekuran (aphtosa)
• Pengelolaan halitosis
d) Perawatan medik gigi khusus/moderate
• Konservasi gigi
• Pedodonsia
• Periodonsia
• Bedah mulut
• Orthodonti
• Prostodonsia
• Oral medicine

2. Perizinan pendirian klinik


Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang
tenaga medis. Berdasarkan pelayanannya, klinik dibagi menjadi klinik pratama (klinik
yang melayani pelayanan medik dasar) dan klnik utama (klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik).
Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
• Ruang pendaftaran/ruang tunggu
• Ruang konsultasi dokter
• Ruang administrasi
• Ruang tindakan
• Ruang farmasi
• Kamar mandi
• Ruang lain sesuai kebutuhan pelayanan

Prasarana klinik yang harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan
baik:
• Instalasi air
• Instalasi listrik
• Instalasi sirkulasi udara
• Sarana pengelolaan limbah
• Pencegahan dan penanggulangan kebakaran

Syarat peralatan medis:


• Memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan
• Memiliki izin edar
• Harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan dan institusi penguji atau pengkalibrasi yang berwenang

Persyaratan klinik kedokteran gigi:


• Dipimpin oleh seorang drg atau drg spesialis yang mempunyai STR dan SIP sebagai
penanggung jawab pelayanan
• Masing-masing drg atau drg spesialis mempunyai STR dan SIP

Bangunan memiliki syarat:


• Mempunyai bangunan fisik permanen dan tidak bergabung dengan tempat tinggal
• Mempunyai ruang pendaftaran/ruang tunggu, ruang konsultasi kedokteran gigi
minimal 3x4 m² dengan fasilitas tempat cuci tangan dengan air mengalir, ruang
administrasi, ruang emergency, kamar mandi
• Memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi
• Ventilasi yang menjamin peredaran udara yang baik dilengkapi dengan penerangan
• Mempunyai sarana pembuangan limbah dan limbah harus dikelola sesuai ketentuan

3. Quality assurance dan unit cost analysis


Quality Assurance
A. Definisi
Merupakan suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan berdasarkan standar dan
prosedur medis yang semestinya agar mutu pelayanan kesehatan tetap terjaga,
ditinjau dari pandangan pemberi pelayanan kesehatan maupun kepuasan pasien.
B. Manfaat
- Meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan, berhubungan dengan
kemampuan mengatasi masalah dengan benar dan tepat.
- Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan, mencegah pelayanan
yang berlebihan dan yang di bawah standar
- Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan, antara pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan tuntutan
pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai.
- Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari
masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan Kesehatan.
C. Prinsip
- QA berorientasi ke depan untuk mempertemukan kebutuhan dari harapan
pasien dan masrakat
- Memfokuskan pada system dan operasi
- Menggunakan data untuk menganalisis proses penyampaian pelayanan
- Mendorong suatu pendekatan tim dalam pemecahan masalah dan
peningkatan mutu
D. Spek QA
Upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar (PKD) atau menyelesaikan
masalah-masalah mutu dengan program QA, dilakukan dengan pendekatan system
diantaranya Input, Proses, Output, Outcome dan Impact.
1) Mutu Input atau Struktur, mencakup sumber daya manusia, fisik, dan
keuangan yang diperlukan untuk memberikan perawatan medis.
2) Mutu Proses Pelayanan Kesehatan, berhubungan secara langsung dengan
praktik medis dokter atau paramedis dengan pasien.
3) Mutu Output /Outcome Pelayanan Kesehatan, perubahan status kesehatan
pasien saat ini dan masa depan yang dapat dikaitkan dengan perawatan
kesehatan sebelumnya. Dalam menilai apakah hasil (outputnya) bermutu
atau tidak, diukur dengan standar hasil (yang diharapkan) dari pelayanan
medis yang telah dikerjakan.

Unit Cost Analysis


A. Definisi
Unit cost merupakan seluruh biaya yang dibebankan dari suatu jasa pelayanan yang
ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan dari total biaya yang dikeluarkan rumah
sakit dengan jumlah produk atau jasa yang diberikan kepada pasien.5 Berikut
merupakan cara perhitungan unit cost secara umum :
Rumus : UC = TC/Q
UC=Unitcost
TC=Totalcost
Q = Quantity (jumlah produk atau jasa)
B. Manfaat UC
1) Pricing → Informasi mengenai unit cost akan sangat berpengaruh dalam
memberikan tarif pada suatu pelayanan di klinik. Dengan diketahuinya unit
cost, penetapan tarif tidak akan menyebabkan kerugian bagi penyedia jasa
dan juga dapat mengetahui harga yang tepat untuk suatu jasa atau produk.
2) Budgeting / planning → Dengan adanya unit cost, memudahkan bagi klinik
atau penyedeia layanan untuk membuat perencanaan anggaran yang penting
untuk alokasi dana juga.
3) Budgetary control → Hasil dari unit cost analysis dapat dimanfaatkan untuk
mengkontrol dan mengendalikan kegiatan operasional di klinik untuk
meningkatkan efisiensi klinik atau penyedia layanan itu sendiri
4) Evaluasi dan pertanggungjawaban → Unit cost analysis ini juga dapat
digunakan sebagai bukti keuangan rumah sakit yang nantinya dapat
dievaluasi lagi dan juga bisa dipertanggungjawabkan kepada pihak- pihak
yang berkepentingan.
C. Tujuan UC
Seacara garis besar, tujuan dilakukannya unit cost analysis adalah untuk
mendapatkan gambaran mengenai perencanaan anggaran, pengendalian biaya,
penetapan tarif layanan jasa atau produk, serta penetapan subsidi untuk
mempermudah dalam pengambilan suatu keputusan. Jika tujuan ini tercapai, maka
akan didapatkan efisiensi dalam kinerja pada setiap instalasi, poliklinik, ataupun
instansi lainnya yang memberikan layanan kesehatan. Selain itu, tujuan lainnya
yaitu untuk mendapatkan keseimbangan antara pendapatan dengan biaya pelayanan
klinik yang dikeluarkan.
D. Metode UC
Untuk mencapai tujuan yang sudah disebutkan diatas, klinik atau instansi penyedia
layanan kesehatan membutuhkan metode perhitungan yang tepat untuk
menghasilkan informasi biaya yang akurat. Berikut merupakan metode-metode
yang dapat digunakan:
a. Simple Distribution
Metode ini sangat sederhana yaitu dilakukan dengan mendistribusikan biaya
yang dikeluarkan pada pusat biaya penunjang langsung ke berbagai pusat
biaya produksi.
Tujuan : untuk mendapat dukungan dari unit penunjang biaya pusat
Kelebihan : metodenya sangat sederhana
b. Double Distribution
Pada dasarnya metode ini merupakan metode simple distribution yang
ditambah dengan alokasi antara sesama unit produksi. Metode ini
melakukan distribusi biaya sebanyak dua kali yaitu dari unit pendukung lalu
ke unit produksi. Oleh karena itu, metode ini dinamakan double distribution.
Perhitungan unit cost menggunakan metode ini dilakukan dengan membagi
semua biaya yang dilakukan di unit produksi setelah dijumlahkan dengan
biaya dari unit pendukung dengan beberapa besaran rupiah pelayanan yang
dibagikan dari unit produksi. Berikut meurpakan langkah-langkah dari
metode double distribution : Biaya yang berasal dari unit pendukung
dialokasikan ke unit pendukung lainnya dan Biaya hasil distribusi tersebut
kemudian dialokasikan ke unit produksi
Kelebihan : terjadi hubungan timbal balik antara unit penunjang dengan unit
penunjang lainnya secara fungsional
c. Multiple Distribution
Metode ini melakukan pendistribusian dana secara lengkap yaitu antara
sesame unit penunjang, dari unit penunjang ke unit produksi, dan antara
sesama unit produksi. Metode ini jarang digunakan.
d. Step Down
Metode ini digunakan untuk mengatasi kelemahan dari metode simple
distribution. Step down disini dimaksudkan dengan anak tangga dimana
dalam pendistribusian dana dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan
unit penunjang yang biayanya paling besar. Kemudian, biaya dari unit
penunjang akan didistribusikan ke unit penunjang dan unit produksi lain
yang relevan. Kemudian baru dilakukan pendistribusian dana dari unit
penunjang lainnya. Proses ini dilakukan terus-menerus sampai ke unit
produksi.
e. Activity Based Costing (ABC)
Metode ini merupakan metode unit cost yang berdasar dengan aktivitas serta
sumber daya yang digunakan untuk melakukan aktivitas tersebut.
Kelebihan : lebih akurat dan dapat dipermudah tergantung dengan aktivitas
Kelemahan : data harus detail, rumit, dan adanya keterbatasan sumber daya
untuk mendesain sistem.

4. Sistem pembiayaan klinik


Kapitasi
Kapitasi merupakan salah satu mekanisme perubahan cara pembayaran dari bentuk fee
for service ke bentuk prospective payment system. Sistem pembayaran kapitasi
merupakan pembayaran di muka berdasarkan jumlah peserta terdaftar tanpa
memperhatikan jenis pelayanan yang diberikan, biasanya dilakukan pihak asuransi
kepada pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama, sedangkan sistem pembayaran
Fee For Services (FFS) merupakan cara pembayaran berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan primer dan lanjutan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 59 Tahun 2014 tentang standar tarif
jaminan kesehatan nasional menyatakan bahwa tarif kapitasi adalah besaran
pembayaran perbulan yang dibayar di muka oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas
kesehatan tingkat pertama. Jumlah besaran kapitasi yang diberikan ialah berdasarkan
jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan.
Faktor-faktor yang diperhitungkan dalam penetapan besaran Kapitasi:
a) Benefit: konsultasi, pencabutan gigi sulung dan permanen, tumpatan dengan
resin komposit dan semen ionomer kaca, pulp capping, kegawatdaruratan oro-
dental, scalling dibatasi satu kali per tahun, premedikasi, protesa gigi.
b) Utilisasi per jenis tindakan: interaksi antara consumen dan provider. Interaksi
ini bukan hanya faktor konsumen dan provider yang harus diketahui tetapi juga
faktor sosial budaya dan pengorganisasian dari interaksi tersebut. Hasil akhir
dari interaksi ini adalah adanya pemahaman bersama (konsumen dan provider)
akan kebutuhan kesehatan, hal ini penting karena fakta dilapangan pada
umumnya interaksi yang terjadi hanya merupakan suatu keinginan belum
dianggap sebagai suatu kebutuhan. jenis pelayanan kesehatan, Jumlah utilisasi
di banding populasi (rerata perbulan). Rasio utilisasi perbulan adalah jumlah
kunjungan pasien dalam satu bulan dibagi dengan jumlah peserta dikalikan
dengan 100%.
c) Unit cost per jenis tindakan: Biaya satuan (unit cost) merupakan perkiraan nilai
nominal dari jenis pelayanan kesehatan tersebut, yaitu jumlah biaya yang
dibutuhkan setiap perawatan dengan besaran yang didasarkan pada perhitungan
unit cost atau tarif yang berlaku umum.

Pengeluaran dan pemasukan


• Tempat: praktek Dokter Gigi harus mempunyai aksesibilitas yang mudah bagi
pesertanya (termasuk kredensialing BPJS), sehingga banyak praktek
• Dental chair unit: Termasuk biaya perawatan setidaknya 3 bulan sekali. Estimasi
lama waktu penggunaan kursi gigi biasa ini adalah 3 tahun.
• Dental instrument: Kebutuhannya antara lain adalah alat autoclave untuk sterilisasi,
kompresor/gas untuk menggerakkan contra angle (high speed/low speed) agar bur
dapat berputar, alat set tang cabut dan bein/cryer, alat diagnosis set, light cure unit
dan set tambal untuk melakukan penambalan gigi, alat scaler untuk membersihkan
karang gigi.
• Anggaran pelaksanaan preventif dan promotif
- Caries risk assesment: sistem untuk mendeteksi kondisi gigi dan mulut peserta
agar dapat dikelompokkan sesuai kategori.
- Transportasi target grup: peserta yang termasuk dalam high risk (risiko tinggi)
perlu mendapatkan kunjungan (home visit) untuk dilihat faktor lingkungan,
kebiasaan dan cek kondisi air yang di komsumsi (segala sesuatu yang
mengakibatkan kondisi gigi dan mulut jelek).
- Media promotif: upaya dokter gigi melakukan promosi kesehatan gigi dan
mulut dengan menggunakan media yang dapat disebarkan pada seluruh
pasien/peserta yang menjadi tanggung jawabnya. Media tersebut dapat berupa
buku, poster ataupun dalam bentuk CD interaktif yang dibuat agar peserta
dapat meningkatkan kesadaran kesgilutnya.
• Jasa pelayanan
Jasa pelayanan merupakan imbal jasa kepada tenaga profesi yang dikontrak BPJS.
Biaya ini didapat dari estimasi perhitungan total rupiah yang di dapat dokter gigi
dengan mengalikan kepesertaan dan nilai kapitasi dikurangi dengan kebutuhan
pengeluaran diatas (bahan, investasi alat dan upaya preventif/ promotif).

5. Pengelolaan limbah praktik


Limbah medis atau limbah klinik adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berasal
dari instalansi Kesehatan, fasilitas penelitian dan laboratorium. Limbah medis
merupakan hasil buangan dari suatu aktivitas medis. Tempat penyimpanan harus
dilengkapi penutup, menjaga areal penyimpanan agar tidak tercampur dengan limbah
non medis, membatasi akses lokasi, memilih tempat aman.
Pengelolaan limbah medis di klinik gigi mengacu pada peraturan yang berlaku, tenaga
pelayanan Kesehatan gigi yang menangani limbah medis harus mendapatkan pelatihan
tentang penanganan limbah mendis, limbah yang dihasilkan pada setiap praktik dokter
gigi adalah limbah medis dan limbah non medis. Berdasarkan wujudnya, limbah medis
yang dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah terbanyak yang
dihasilkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi adalah limbah medis infeksius.
Pelayanan kesehatan gigi yang menghasilkan limbah medis dalam jumlah relatif
banyak adalah pencabutan, penambalan gigi dan pembersihan karang gigi. Pelayanan
tersebut memerlukan peralatan yang cukup banyak sehingga timbulan limbah pun
banyak. Pengelola limbah medis yaitu dokter gigi secara langsung melakukan
pengelolaan limbah medis yang dihasilkan ditempat praktiknya dengan melakukan
Kerjasama dengan instansi seperti RS atau puskesmas.Pengelolaan limbah kedokteran
gigi yang baik dimulai dari pemisahan limbah dengan tepat (segregating), limbah
dikemas dan diberi label untuk memudahkan melakukan identifikasi limbah
(packaging), menyimpan limbah dengan tepat dan aman pada tempat yang sesuai
(storing), mentransfer limbah pada petugas yang berwenang (transporting) dan
melakukan pemusnahan limbah medis (disposing).
Pengolahan limbah kedokteran gigi
• Pemisahan (segregating) limbah medis
Limbah medis dipisah penempatannya dengan limbah non medis. Limbah
medis dipilah berdasarkan jenisnya. Hal tersebut dimaksudkan agar limbah
medis dapat dikemas dengan baik dan untuk memudahkan identifikasi limbah
medis tersebut. Septic tank untuk menampung limbah medis cair sebaiknya
tidak bercampur dengan septic tank rumah tangga. Limbah cair yang
mengandung bahan kimia dapat membunuh mikroorganisme yang diperlukan
untuk menguraikan limbah rumah tangga. Selain itu, dapat merusak tanah di
daerah penyerapan limbah dan mengkontaminasi air tanah.
• Pengemasan (packaging)
Limbah Medis Limbah dikemas dengan cara mengikat kantong plastik.
Diperlukan penanda , Penanda tersebut diperlukan agar limbah tidak melebihi
kapasitas. Kantong plastik sebaiknya diikat dengan metode “swan neck tie”
dengan tahapan yaitu putar kantong plastik hingga rapat, tekuk hingga menjadi
dua bagian, pegang kantong plastik yang telah diputar tersebut kemudian
letakkan penutup pada “leher” kantong plastik, terakhir kencangkan penutup
agar kantong plastik tertutup rapat.
• Penyimpanan sementara (storing)
Limbah Medis Harus dibuatkan area yang dikhususkan untuk penyimpanan
limbah saja. hasil penelitian yang dilakukan oleh Hashim dkk. tahun 2011
bahwa penyimpanan sementara limbah medis paling banyak dilakukan di dalam
area praktik yaitu sebesar 40,8%. Limbah medis disimpan dalam jangka waktu
yang tidak menentu tergantung dari banyaknya jumlah kunjungan pasien,
karena dengan banyaknya jumlah kunjungan pasien maka limbah medis yang
dihasilkan semakin banyak. Sebaiknya dihindari menyimpan limbah medis
dalam jangka waktu yang lama agar dapat terhindar dari permasalahan seperti
bau busuk yang dapat timbul dari limbah.
• Pengangkutan (transporting)
Belum ada kolektor yang secara langsung mengambil limbah ke masing-masing
praktik dokter gigi, untuk itu , bisa limbah medis dibawa oleh dokter gigi secara
langsung ke instansi yang diajak bekerjasama dengan membuat MOU
(Memorandum of Understanding) terlebih dahulu dengan instansi yang
dimaksud.
• Permusnahan (disposing)
Pemusnahan dilakukan pada instansi seperti rumah sakit dan puskesmas yang
meiliki insinerator. Penggunaan insinerator dapat mengurangi volume limbah
dengan cara membakar limbah tersebut, dimana dapat memusnahkan limbah
dalam jumlah yang banyak. Dokter gigi yang tidak bekerja di instansi dan tidak
membuat MOU untuk melakukan kerjasama dengan instansi, tidak bisa
membuang limbahnya disembarang tempat. Limbah dibakar di lahan kosong
dekat tempat praktik. Mereka menyadari bahwa dengan membakar di lahan
tersebut, bisa saja mengganggu lingkungan oleh karena polusinya.
Pengelolaan limbah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda
antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbunan,
penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
Pelaksanaan secara umum :
• Penimbunan (pemisahan dan pengurangan)
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang
kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan :
o Kelancaran penanganan dan penampungan
o Pengurangan volume sampah
o Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah
untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.
• Penampungan
Penampungan sampah ditempatkan pada wadah yang kuat, tidak mudah bocor
atau berlumut, terhindar dari sobekan atau pecah, mempunyai tutup dan tidak
overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan dengan
standarisasi kantong dan kontainer.
o Kantong merah : simbol radioaktif untuk sampah radioaktif
o Kantong Kuning : simbol biohazard untuk sampah infeksius
o Kantong Ungu : simbol citotoksik untuk limbah citotoksik
o Kantong Hitam : Untuk sampah domestic
• Pengangkutan
Pengangkutan internal dimulai dari penampungan awal sampai ke tempat
pengumpulan lalu dibakar dalam incenerator, menggunakan kereta dorong, dan
dibersihkan secara berkala. Petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi
dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah
medis ketempat pembuangan di luar (off-side). Pengangkutan eksternal
memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang
terlibat. Sampah medis harus diangkut dalam container khusus, harus kuat dan
tidak bocor.
• Pengolahan dan pembuangan
Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang
berkaitan dan peraturan yang berlaku. Teknik Pengolahan sampah medis yang
mungkin diterapkan adalah :
o Incenerasi (Pembakaran)
o Sterilisasi
o Desinfeksi
o Grinding dan shredding yakni : proses homogenisasi bentuk atau ukuran
sampah
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 039/MENKES/SK/I/2007


tentang Pedoman Penyelenggaraan Kedokteran Gigi Keluarga.

2. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 9 Tahun 2014 Tentang
Klinik.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik
4. Budiarti, Slamet. 2017. Cetakan I Buku Panduan Pendirian Klinik Muhammadiyah.
5. Machmud R. 2008. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. J Kesehat Masy Andalas.
2(2):186.
6. Tarmansyah AD. Manajemen Informasi Kesehatan I Quality Assurance. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. 2017;4(3):57–71.
7. Sriyanti C. Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan. 2016;4:57-71p.
8. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 2019;126.

Anda mungkin juga menyukai